• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Bogor, 4 September 1979 dari ayah Tata Erawata dan Ibu Ida Iriany. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 1992 menamatkan pendidikan di SD Negeri Gunung Batu I Bogor , SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 1995, dan SMU Negeri 5 Bogor pada tahun 1998. Penulis menempuh pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas Diponegoro Semarang dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2011, penulis diterima di Sekolah Pascasarjana Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada tahun 2010 penulis diangkat sebagai PNS di Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor bertugas di Seksi Perdagangan Luar Negeri. Sejak tahun 2012 sampai sekarang penulis juga aktif sebagai instruktur dibidang Prosedur dan Dokumen Ekspor khususnya dalam hal pemanfaatan fasilitas ekspor menurut skema Free Trade Agreement (FTA) di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan RI.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Strategi Pembangunan ekonomi di daerah pada hakekatnya diarahkan pada kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kemampuan pemerintah daerah dalam menentukan sektor-sektor kunci yang mempunyai keterkaitan kuat dengan aspek-aspek pembangunan lainnya serta pemanfaatan sumberdaya daerah secara optimal dalam rangka peningkatan produktifitas dengan tujuan yang diarahkan untuk kepentingan jangka panjang.

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama jika dikaitkan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi yang diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pembudidaya ikan, meningkatkan ekspor, memperluas lapangan kerja dan keempatan berusaha, serta mendukung pembangunan daerah dengan memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Budidaya perikanan merupakan salah satu alternatif mata pencaharian bagi sebagian masyarakat Indonesia. Selain karena mudah dan tergolong cepat panen, usaha budidaya ikan memiliki prospek keuntungan yang cukup menjanjikan. Salah satunya adalah usaha budidaya ikan hias. Ikan hias air tawar merupakan komoditas perikanan air tawar yang saat ini banyak menghasilkan devisa.

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah produksi ikan terbesar ke- 4 di Indonesia (KKP RI, 2011) dan Kabupaten Bogor merupakan salah satu dari 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang tidak mempunyai laut, namun memiliki potensi perikanan air tawar yang cukup besar. Produksi ikan air tawar Kabupaten Bogor jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat menempati urutan ke-7 (BPS Jawa Barat, 2010). Kabupaten Bogor memiliki keunggulan komparatif sebagai daerah yang memiliki sumber daya air yang melimpah, lokasi geografis yang cukup strategis serta aksesibilitas yang memadai untuk pengembangan kegiatan perikanan khususnya komoditas air tawar. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menetapkan Kabupaten Bogor sebagai kawasan minapolitan perikanan budidaya1. Komoditas unggulan perikanan budidayanya adalah ikan lele. Produksi ikan lele hasil budidaya di Kabupaten Bogor telah mencapai 18,312.9 ton (Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat, 2009). Produksi sebesar tersebut menempatkan Kabupaten Bogor sebagai penghasil dan sentra budidaya lele terbesar di Jawa Barat. Kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor mencakup 4 (empat) wilayah yaitu Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Kemang dan Kecamatan Gunungsindur yang telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Bogor nomor 523.31/227/kpts/huk/2010, di dalam kawasan tersebut, segala aktivitas

1

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Kep.39/Men/2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

perikanan dilaksanakan secara terpadu mulai dari hulu sampai hilir, dari mulai produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran (BPT Kab. Bogor, 2011)

Tabel 1 Perkembangan Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor 2009-2012

Jenis Produksi 2009 2010 2011 2012

Ikan Konsumsi (Ton) 28,758.72 36,062.44 55,386.00 73,416.00 Ikan Hias (Ribu Ekor) 104,603.55 112,085.82 156, 618.83 185,273.45 Benih Ikan 847,112.06 920,352.39 1,362,425.00 1,907,395.00 Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2012

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan jumlah produksi yang signifikan setiap tahunnya. Perikanan di Kabupaten Bogor tersebar di semua kecamatan. Budidaya perikanan yang ada di Kabupaten Bogor berupa budidaya perikanan air tawar, baik itu berupa pembenihan, kolam air tenang (KAT), kolam air deras (KAD), sawah (minapadi), karamba, kolam jaring apung (KJA) maupun budidaya ikan hias. Adapun cabang usaha perikanan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pembesaran (ikan konsumsi), pembenihan dan ikan hias (Disnakan Kab. Bogor, 2011). Rincian data pencapaian produksi perikanan di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pencapaian Produksi Perikanan Tahun 2011.

No Cabang usaha Luas Areal (Ha) RTP (orang) Produksi (Ton/RE) Nilai Produksi (RP. 000) I IKAN KONSUMSI (TON) 1 505.59 8 176 56 576.67 861 257 139.50

A. Budidaya Air Tawar

- Kolam Air Tenang (KAT) 966.57 6,334 50,277.36 861,257,139.50 - Kolam Air Deras (KAD) 13.64 494 5,561.75 96,341, 000.00 - Perikanan Sawah 15.43 107 201.65 3, 364, 400.00 - Jaring Apung 0.81 204 408.30 6, 793, 900.00

- Keramba 0.06 67 37.75 672, 150.00

B. Perairan Umum 509.00 970 89.87 1, 229, 611.50 II IKAN HIAS (RE) 33.09 468 156, 618.83 2, 626, 996 427.00 III PEMBENIHAN (RE) 830.14 1,980 1, 378, 014.50 235, 145, 210.00 Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2011

Berdasarkan Tabel 2 menjelaskan bahwa luas areal paling banyak digunakan untuk cabang usaha ikan konsumsi, dan pembudidaya terbanyak berada pada cabang usaha ikan konsumsi sedangkan jika dilihat dari catatan nilai produksi, nilai produksi tertinggi terdapat pada cabang usaha ikan hias (Disnakan Kab. Bogor, 2011). Selain perikanan konsumsi, komoditas perikanan yang juga sangat potensial di Kabupaten Bogor adalah: Ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish). Saat ini, ikan hias dibudidayakan dari perairan Indonesia menguasai 7.5 persen pasar dunia (Kemendag RI, 2011).

Sumber: DJPEN, 2012

Gambar 1 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia 2007-2011 (US$ 000) Gambar 1 menjelaskan bahwa perkembangan ekspor ikan hias Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat: tahun 2007 adalah US$ 1.92 juta, tahun 2008 naik 32.78% menjadi US$ 2.85 juta, tahun 2009 naik lagi 49.46% menjadi US$ 5.64 juta, tahun 2010 naik lagi 40.04% menjadi US$ 9.41 juta, tahun 2011 turun -3.99% menjadi US$ 9.05 juta. Potensi ikan hias air tawar yang dimiliki daerah Kabupaten Bogor sangat besar, Hal ini terungkap melalui data ekspor komoditas ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish) yang terekam di IPSKA Cibinong - Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor2. Beberapa tahun belakangan ini pengusaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor secara rutin mengekspor ikan hias ke berbagai Negara: Belanda, Jerman, Italia, Polandia, Switzerland, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Korea, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand.

Tabel 3 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar di Kabupaten Bogor 2010 – 2013 Tahun Jumlah (Ekor) Pertumbuhan (%) Nilai (USD) Pertumbuhan (%) 2010 1,495,622 - 1,468,676 - 2011 1,986,241 32.80 1,799,174 21.14 2012 2,506,989 26.22 2,943,977 63.62 2013 5,888,267 134.87 3,448,887 17.15

Sumber: Diskopukmperindag Kabupaten Bogor, 2013

Berdasarkan pada Tabel 3 nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 63%, sedangkan dari tahun 2012 ke tahun 2013 hanya naik sekitar 17%. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya krisis global pada tahun 2012 dimana nilai ekspor

2

Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor adalah Instansi yang diberikan kewenangan selaku Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) Barang Ekspor Indonesia melalui Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 26/M-DAG/PER/8/2010 tentang Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) untuk Barang Ekspor Indonesia melalui mekanisme tugas pembantuan. 1,917 2,852 5,664 9,413 9,052 - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 2007 2008 2009 2010 2011

Indonesia secara keseluruhan mengalami penurunan. Perbandingan nilai ekspor ikan hias nasional tahun 2011 US$ 9.05 juta (DJPEN, 2011) dengan nilai ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor berdasarkan penerbitan SKA Tahun 2011 US$ 1.79 juta (Diskopukmperindag Kab. Bogor, 2011) menunjukan bahwa share

Kabupaten Bogor dalam ekspor ikan hias nasional adalah 19.77%. Sementara itu Jika dibandingkan jumlah ikan hias yang diekspor melalui Kabupaten Bogor pada tahun 2011 yaitu 1,986,241 ekor (Diskopukmperindag Kab. Bogor, 2011) dengan data jumlah produksi ikan hias Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu 156,618.83 ekor (Disnakan Kab. Bogor, 2011) menggambarkan bahwa kabupaten Bogor berkontribusi sekitar 7.8 % terhadap ekspor ikan hias air tawar dari Kabupaten Bogor. Adapun eksportir ikan hias Kabupaten Bogor yang mengekspor ikan hias melalui Diskopukmperindag Kab. Bogor, adalah PT. Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT. Sunny Indo Pramita dan PT.Qianhu Joe Aquatic (Diskopukmperindag, 2012)

Ikan Hias Air Tawar telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kabupaten Bogor (LKPJ Kabupaten Bogor, 2010), dan Kecamatan Cibinong ditetapkan sebagai kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan ikan hias.3 Berbagai program kegiatan juga telah dilakukan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Bogor dalam rangka pengembangan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor seperti: Pengadaan Depo Ikan Hias di Cibinong, bantuan bibit dan Pengendalian penyakit ikan (Disnakan Kab. Bogor, 2011) akan tetapi disisi lain, pembudidaya ikan hias Kabupaten Bogor justru merasa diabaikan. Permintaan ikan hias untuk ekspor terus naik, tapi pembudidaya ikan tak sanggup melayani karena keterbatasan modal4. Ikan hias yang dijual kepada eksportir di Kabupaten Bogor harus dijual melalui pihak ketiga (supplier). Akses pembudidaya ikan untuk dapat berhubungan langsung dengan eksportir masih sangat terbatas. Ini yang dipandang sebagai salah satu kendala yang menjadi pengganjal usaha para pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor.5 eksportir sendiri seringkali kesulitan untuk memenuhi order berbagi jenis ikan. Seringkali terjadi kelangkaan beberapa jenis tertentu dan keberlimpahan beberapa jenis lainnya, padahal pemintaan ekspor cenderung stabil. Sebagaimana dinyatakan oleh Handoko Yudha, anggota Dewan Pembina Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI), Indonesia merupakan Home for Hundreds of Exotic Ornamental Fish Species, tetapi dengan potensi yang luar biasa, pembudidaya ikan hias di berbagai daerah di seluruh Indonesia masih menghadapi masalah, yaitu keuntungan yang sangat minim. Hal ini disebabkan oleh panjangnya mata rantai distribusi, dari peternak sampai ke konsumen, baik dalam dan luar negeri.6 Pengembangan potensi ikan hias di Kabupaten Bogor masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Kota Bogor terutama dalam menciptakan branding (Haryono, 2012), padahal ikan hias yang diekspor dari wilayah Jabodetabek kebanyakan berasal dari wilayah Kabupaten Bogor, yang

3

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025

4

Peternak-Butuh-Modal-Bukan-Pelatihanhttp://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/07/13/

diakses 29 November 2012, Jam 10.30 WIB.

5

www. indosiar.com, Reporter : Asep Syaifullah, Juru Kamera: Deddy Effendi Lokasi : Bogor, Jawa Barat, Tayang Rabu, 10 Mei 2006, Jam 12:00 wib

6

dijual pembudidaya ke suplier diluar Bogor, kemudian dijual kembali oleh suplier ke Eksportir di Kabupaten Bogor, ini menjadikan potensi ikan hias Kabupaten Bogor ibarat Raksasa Tidur (Haryono, 2012). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka sangat penting untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dan menyusun alternatif strategi bagi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Ikan hias air tawar memang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Bogor dan berkontribusi sebesar 19.77% pada ekspor nasional ikan hias air tawar, akan tetapi pada kenyataannya belum diikuti dengan penetapan aturan dan kebijakan yang jelas untuk pengembangannya. . Jika dibandingkan jumlah ikan hias yang diekspor melalui Kabupaten Bogor pada tahun 2011 yaitu 1,986,241 ekor dengan data jumlah produksi ikan hias Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu 156,618.83 ekor menggambarkan bahwa kabupaten Bogor berkontribusi sekitar 7.8% terhadap ekspor ikan hias air tawar dari Kabupaten Bogor. Pengembangan perikanan di Kabupaten Bogor selama ini lebih banyak diprioritaskan pada sektor perikanan konsumsi sehingga pembudidaya ikan hias Kabupaten Bogor merasa diabaikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor sehingga kondisi tersebut menjadi pertanyaan pertama dalam kajian ini yaitu bagaimana kaitan pengembangan ekspor komoditas ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dengan pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor?

Permintaan ikan hias untuk ekspor terus naik, tapi pembudidaya ikan tidak dapat memenuhi permintaan karena keterbatasan modal. Disamping itu belum terdapat jalinan kemitraan antara eksportir, pemerintah dengan pembudidaya ikan hias sehingga seringkali terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan tertentu dan keberlimpahan beberapa jenis lainnya, padahal pemintaan ekspor cenderung stabil sehingga eksportir seringkali kesulitan untuk memenuhi order berbagi jenis ikan dan harus mencari ke luar Bogor. Meningkatnya ekspor ikan hias air tawar belum dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi pertanyaan kedua dalam kajian ini adalah faktor-faktor apa saja yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor?

Dari rumusan permasalahan kedua diatas akan diperoleh suatu model yang berguna dalam penentuan strategi pengembangan komoditas unggulan ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor, sehingga perumusan permasalahan yang ketiga dalam kajian ini adalah bagaimana alternatif strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor?

Untuk dapat memberikan rekomendasi pada pemerintah daerah Kabupaten Bogor mengenai prioritas strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor, berdasarkan strategi yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah ketiga, maka pertanyaan kajian adalah apa prioritas strategi yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan komoditas Ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor?

Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kaitan program pengembangan perikanan Kabupaten Bogor dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangann komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

3. Menyusun alternatif strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

4. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor tentang prioritas strategi yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

Adapun penelitian tentang pengembangan ekspor komoditas ikan hias air tawar dan kaitannya dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak terkait yaitu :

1. Memberikan informasi tambahan dalam penentuan kebijakan pembangunan sub sektor perikanan bagi instansi terkait baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Bogor.

2. Memberikan informasi pendahuluan kepada pihak-pihak yang merencanakan program yang berkaitan dengan pengembangan ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor.

II TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Pengembangan Wilayah Berbasis Perikanan

Menurut Alkadri (1999), Pengembangan wilayah memiliki dua makna, yaitu: 1) Makna sosial ekonomi yaitu kegiatan pengembangan wilayah dengan jalan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dengan menciptakan sentra-sentra produksi sekaligus membangun prasarana dan adanya dukungan logistik. 2) Makna ekologis yaitu pengembangan wilayah bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan akibat terlalu banyak campur tangan manusia terhadap lingkungan. Komet (2000) dalam Daryanto (2002) menyatakan bahwa konsep pengembangan wilayah secara garis besar terbagi atas empat yaitu: 1. Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya. Sumberdaya merupakan semua

potensi yang dimiliki oleh alam dan manusia. Bentuk sumberdaya tersebut yaitu: tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian, keindahan alam maupun aspek sosial budaya.

2. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan. Penekanan konsep ini pada motor penggerak pembangunan wilayah pada komoditas yang dinilai dapat menjadi unggulan atau andalan, baik pada tingkat domestik maupun internasional.

3. Pengembangan wilayah berbasis efisiensi. Penekanan pada konsep ini adalah pengembangan wilayah melalui pembangunan bidang ekonomi yang mempunyai porsi lebih besardibandingkan bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut dijalankan dalam kerangka pasar bebas atau pasar persaingan sempurna.

4. Pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan. Strategi pengembangan wilayah ini mengutamakan peranan setiap pelaku pembangunan ekonomi (rumah tangga, lembaga sosial, lembaga keuangan dan bukan keuangan, pemerintah maupun koperasi.

Pembangunan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada pendayagunaan potensi sumber daya laut secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung serta kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan mengikutsertakan seluruh pelaku yang memiliki kepentingan langsung terhadap pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan. Tampubulon (2002) menjelaskan ada tiga alasan pentingnya pemahaman dan perancangan tentang perwilayahan pertanian dengan pengembangan agribisnis, yaitu:

1. Pembangunan wilayah dan pengembangan agribisnis yang mengacu pada perwilayahan pertanian terkait erat dengan penggunaan sumberdaya agribisnis secara efisien dan optimal berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

2. Skala ekonomi sangat penting bagi pengembangan sistem agribisnis, dari hulu hingga hilir. Identifikasi skala ini sangat penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi daerah, karena dengan begitu, daerah bisa memutuskan batas cabang industri yang perlu digeluti agar perkembangan ekonomi daerah bisa optimal baik dari segi pertumbuhan dan perluasan

kesempatan kerja, maupun dalam rangka memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pelestarian sumber daya alam daerah.

3. Berkaitan dengan identifikasi skala ekonomi, antar pemerintah daerah bisa ditata kerjasama dalam rangka maksimalisasi PAD yang adil.

Saragih (2001) menyatakan bahwa salah satu strategi pembangunan wilayah yang potensial mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah adalah pengembangan agribisnis karena pengembangan agribisnis bukan sekedar pengembangan bisnis komoditas pertanian yang sudah kita kenal selama ini, lebih dari itu pembangunan agribisnis dianggap sebagai paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

Menurut Dahuri (1999), setiap pengembangan usaha dari suatu sub sektor ekonomi di suatu kawasan harus dikaitkan dengan program pengembangan wilayah dan pengembangan masyarakat. Kalau tidak maka hal tersebut akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan (sumberdaya alam dan ekosistem) dan masalah sosial (pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, kecemburuan sosial serta friksi sosial). Dengan demikian, upaya untuk mengembangkan sektor perikanan hendaknya ditempuh melalui penciptaan atau pengembangan kegiatan- kegiatan ekonomi yang bersifat berkelanjutan (sustainable economic basis). Dalam hal ini, yang dimaksud dengansustainable economic basis adalah bahwa kegiatan ekonomi termaksud hendaknya secara sosial-ekonomi menguntungkan masyarakat lokal dan secara ekologis aman, sehingga dapat memenuhi kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan serta aspirasinya.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, maka pengembangan perikanan di Kabupaten Bogor hendaknya dilaksanakan melalui pendekatan sistem sumberdaya (resources system). Pendekatan ini mengartikan bahwa suatu kegiatan pembangunan (ekonomi) merupakan kombinasi yang terpadu dan holistic antara sumberdaya alam beserta ekosistemnya dengan sumberdaya manusia, mulai dari tahap produksi sampai pemasaran hasil kepada masyarakat konsumen. Menurut Asyad (1999), strategi pengembangan wilayah yang berkaitan dengan komoditas unggulan, yaitu:

1. Pengembangan fisik/lokalitas, untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperbaiki daya tarik pusat kota dan menciptakan identitas pusat kota. Tujuan ini dapat tercapai dengan pengendalian, perencanaan dan pembangunan, penataan kota, pengaturan tata ruang, penyediaan infrastruktur dan lain lain.

2. Pengembangan dunia usaha. Tujuannya untuk menghasilkan daya tarik, kreasi, dan daya tahan pada kegiatan dunia usaha berupa pengaturan dan kebijakan dunia usaha, pembuatan pusat informasi terpadu. Pendirian pusat konsultasi pengembangan usaha kecil, pembuatan sistem pemasaran, dan pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan.

3. Pengembangan sumberdaya manusia yang dapat dilakukan dengan cara pembuatan bank keahlian, lembaga pendidikan, keterampilan dan lain-lain. 4. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat. Tujuannya adalah untuk

menggabungkan sekelompok masyarakat pada suatu wilayah misalnya: proyek padat karya.

Komoditas Unggulan

Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus didasarkan pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki dan mengkaji prospek pengembangannya serta prospek pasarnya. Komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Disamping itu penetapan komoditas unggulan juga harus melihat kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah.

Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan menurut Alkadri dalam Daryanto (2002) antara lain: 1. Harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan

perekonomian atau dengan kata lain komoditas tersebut dapat memberikan kontribusi yang sigifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.

2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain (competitiveness) di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan.

4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (complementary), baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pasokan bahan baku.

5. Memiliki status teknologi (state of the art) yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai skala produksinya.

7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran (increasing), pertumbuhan (growth) hingga fase kejenuhan (maturity) dan fase penurunan (decreasing).

8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal

9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan misalnya : keamanan, sosial, budaya, informasi, dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.

10.Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan. Terdapat beberapa cara atau tehnik kuantifikasi untuk mengidentifikasi atau mengetahui suatu sektor atau komoditas dikatakan sebagai sektor atau komoditas unggulan diantaranya adalah:

1. Tehnik analisis Tabel Input Output yaitu dengan menghitung besarnya indeks

forward linkage dan backward linkage. Keterkaitan kedepan menyatakan akibat dari suatu sektor atau komoditas tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan, sedangkan keterkaitan ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut per unit kenaikan permintaan total. 2. Penentuan komoditas unggulan didasarkan pada kriteria tertentu kemudian

kriteria tersebut diberi skor agar dapat disusun prioritas pengembangannya. Cara ini memiliki tingkat subyektifitas yang tinggi, artinya karena

Dokumen terkait