• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi daerah untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di daerah tersebut khususnya dan dalam skala nasional (Mulyanto 2008). Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara harmonis, serasi dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup berbagai aspek kehidupan (Sitorus 2004). Beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengkaji pengembangan wilayah di Kabupaten Manggarai Timur sebagai berikut.

54

Sektor Unggulan

Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyatakan bahwa keperluan untuk menggunakan analisis input-output dalam perencanaan pembangunan daerah semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini. Selama ini, permasalahan muncul ketika pemerintah daerah otonom mulai merencanakan anggaran pembangunan sektoral. Di sini sering kelihatan penempatan anggaran pembangunan yang tidak sesuai dengan potensi sektor yang ada, terutama bila dikaitkan dengan efek sebar (diffusion effect) yang diberikan oleh suatu sektor perekonomian. Minimnya pengetahuan tentang besaran efek sebar yang dapat diberikan oleh suatu sektor ekonomi, menyebabkan hasil yang diterima dari penyaluran dana pembangunan sektoral menjadi tidak optimal.

Kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Manggarai Timur masih dipegang oleh sektor pertanian terutama tanaman bahan makanan walaupun laju pertumbuhannya tergolong kecil. Namun Priyarsono (2011) menyatakan besarnya kontribusi PDRB terhadap perekonomian wilayah, bukan berarti suatu sektor mampu memberi efek sebar yang besar juga dalam perekonomian wilayah. Oleh sebab itu perlu diketahui sektor unggulan yang harus menjadi prioritas dalam pengembangannya di Kabupaten Manggarai Timur berdasarkan metode analisis input-output. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah, terutama dengan adanya faktor pendukung yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap dan kemajuan teknologi. Melalui model input-output, dapat ditelusuri ke mana saja output dari suatu sektor didistribusikan dan input apa saja yang digunakan oleh sektor tersebut.

Dalam upaya pengembangan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Manggarai Timur, dikarenakan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka tidak semua aktivitas ekonomi yang terkait akan mendapatkan perhatian yang sama. Perlu dilakukan penentuan prioritas dalam upaya pengembangannya dengan mempertimbangkan berbagai hal. Sebagai langkah awal perlu diidentifikasi berbagai jenis sektor yang menjadi sumber perekonomian di Kabupaten Manggarai Timur, selanjutnya menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian. Pengembangan sektor- sektor unggulan yang akan diprioritaskan berdasarkan dua alasan. Pertama, sering terjadinya informasi asimetris di pasar membuat para calon pelaku investasi tidak dapat melihat manfaat besar yang akan diterima jika melakukan investasi di sektor tersebut. Kedua, kalaupun informasi di pasar sempurna, seringkali pilihan untuk melakukan investasi jatuh di sektor-sektor yang sangat menguntungkan bagi investor, tetapi manfaatnya bagi masyarakat relatif kecil.

Penyusunan tabel input-output Kabupaten Manggarai Timur membutuhkan kehati-hatian dan kerincian dari berbagai sektor perekonomian, sehingga nantinya analisis yang dilakukan dapat seakurat mungkin dalam menggambarkan kondisi perekonomian daerah. Terkait dengan penyusunan tabel input-output Kabupaten Manggarai Timur, sektor yang menjadi perhatian dalam pembangunan, sesuai dengan tabel input-output NTT tahun 2006 (klasifikasi 55 sektor) akan dibreak down sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan data input-output Kabupaten Manggarai Timur. Dalam kajian ini upaya tersebut telah dilakukan sedapat mungkin agar menghasilkan output yang terbaik, namun demikian masih terdapat

55 beberapa hal yang belum dapat dimasukkan dalam kajian dikarenakan tidak tersedianya data yang digunakan sebagai dasar untuk mendisagregasikan sektor.

Dengan demikian model ini dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan dalam merencanakan pembangunan daerah. Metode input-output nonsurvei yang digunakan dalam hal ini adalah metode RAS dengan memanfaatkan metode matematik dan data statistik PDRB Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013. Data PDRB dipegang sebagai suatu data kontrol, kemudian dengan menggunakan prinsip distribusi sektoral diperoleh tabel input output baru pada tahun yang sesuai dengan tahun PDRB yaitu tahun 2013. Salah satu dasar pemikirannya yaitu sejauh mana suatu daerah mengadopsi perubahan-perubahan ekonomi struktural. Perubahan struktural terjadi karena dinamisnya masyarakat dan teknologi daerah atau secara alamiah terjadi perubahan-perubahan sumber daya alam yang mempengaruhi besar perekonomian di wilayah ini.

Tabel input-output Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013 terdiri atas 21 sektor yaitu: 1) tanaman bahan makanan, 2) tanaman perkebunan, 3) peternakan dan hasil-hasilnya, 4) kehutanan, 5) perikanan, 6) pertambangan dan penggalian nonmigas, 7) industri pengolahan nonmigas, 8) listrik dan air bersih, 9) bangunan/konstruksi, 10) perdagangan, 11) perhotelan, 12) restoran, 13) angkutan darat, 14) angkutan air, 15) komunikasi, 16) Bank dan lembaga keuangan lain, 17) sewa bangunan dan jasa perusahaan, 18) Pemerintahan umum, 19) Jasa sosial kemasyarakatan, 20) Jasa hiburan dan rekreasi, 21) Jasa perorangan, rumah tangga dan lainnya. Sebagai model kuantitatif, model input-output mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang: 1) struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah setiap sektor, 2) struktur input antara yaitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi, 3) struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam daerah maupun barang-barang yang berasal dari impor dan 4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Adapun struktur perekonomian Kabupaten Manggarai Timur berdasarkan Tabel input- output tahun 2013 (21 x 21 sektor) ditampilkan pada Tabel 18.

Tabel 18 Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai Timur berdasarkan tabel input-outputtahun 2013 (21 x 21 sektor)

No. Uraian Jumlah (juta rupiah) (%)

Struktur Input 2 637 256.85

1. Jumlah Input Antara 799 378.86

2. Jumlah Impor 230 613.77

3. Jumlah Input Primer/NTB 1 607 264.22 100.00

a. Upah dan Gaji 508 841.41 31.66

b. Surplus Usaha 1 031 907.53 64.20

c. Penyusutan 43 003.63 2.68

d. Pajak Tak Langsung 23 511.65 1.46

Struktur Output 2 637 256.85 100.00

1. Jumlah Output Antara 799 378.86 30.31 2. Jumlah Output Akhir 1 837 877.99 69.69

56

Jumlah input primer yang sering juga disebut nilai tambah bruto (NTB) merupakan selisih antara total input dan input antara atau balas jasa pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri atas komponen upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Berdasarkan Tabel 5.1, jumlah surplus usaha sebesar 64.20 % menunjukkan besarnya surplus atau keuntungan yang diperoleh dari investasi di wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Secara lokal, besar surplus usaha (64.20 %) yang melebihi upah dan gaji (31.66 %) menunjukkkan bahwa Kabupaten Manggarai Timur mengalami kebocoran wilayah (regional leakages).

Kebocoran modal ke luar wilayah terjadi antara lain akibat adanya sifat masyarakat tertinggal yang cenderung mencontoh pola konsumsi di kalangan masyarakat modern. Wilayah-wilayah yang lebih maju memperkenalkan produk- produk yang mutunya lebih baik sehingga wilayah-wilayah masyarakat tradisional mengimpor dan mengkonsumsi barang-barang tersebut. Akhirnya sejumlah modal yang telah terakumulasi bukan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayahnya dengan membeli produk lokal tetapi justru bocor ke luar wilayah. Dengan demikian, wilayah yang lebih maju akan semakin cepat pertumbuhan ekonominya, sementara wilayah terbelakang perkembangannya tetap lamban dan cenderung menurun (Bintang dan Ariastitta 2012). Lalu menurut Rustiadi et al. (2009), kasus kebocoran wilayah diakibatkan oleh adanya selisih antara capital outflow dan capital inflow atau biasa disebut dengan net capital flow di suatu wilayah yang bernilai negatif.

Kebocoran wilayah banyak terjadi pada daerah-daerah yang kaya sumberdaya alam dan memiliki PDRB yang relatif tinggi namun pendapatan dari masyarakat di wilayah tersebut relatif rendah. Hal tersebut terjadi pula di Kabupaten Manggarai Timur di mana kontribusi sektor terhadap PDRB cukup tinggi namun pendapatan masyarakat masih sangat rendah. Menurut survey sosial ekonomi nasional, tingkat kemiskinan di daerah ini relatif tinggi dengan peningkatan penduduk miskin setiap tahunnya (tahun 2011 sebesar 24,52%, tahun 2012 sebesar 24,59% dan tahun 2013 sebesar 24,85%). Selain itu, kepemilikan modal usaha oleh orang-orang yang berada di luar wilayah Kabupaten Manggarai Timur mengakibatkan sebagian besar nilai tambah produk yang dihasilkan pada akhirnya bocor dan mengalir ke luar wilayah (capital outflow).

Kondisi ideal pengembangan wilayah berdasarkan struktur nilai tambah bruto (NTB) seharusnya menempatkan proporsi komponen upah dan gaji lebih besar dari komponen lain, karena dapat dinikmati oleh masyarakat secara langsung. Manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat lebih rendah dibandingkan pengusaha atau pemilik modal. Proporsi komponen surplus usaha yang lebih besar dibandingkan komponen upah dan gaji masih tetap baik bila keuntungan tersebut diinvestasikan lagi di daerah sehingga keuntungan tersebut tetap masuk dalam kas daaerah. Hal ini dimungkinkan bila investor merupakan pengusaha lokal dibandingkan investor dari luar daerah. Investasi yang baik selain dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya lokal, juga memberi pengaruh positif bagi wilayah secara keseluruhan serta mampu mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran wilayah di Kabupaten Manggarai Timur.

Berdasarkan struktur permintaan (output) antarsektor di wilayah Kabupaten Manggarai Timur, komponen permintaan akhir lebih besar daripada komponen permintaan antara. Ini menunjukkan bahwa sebanyak 69.69 % dari total permintaan merupakan konsumsi yang dilakukan oleh konsumen akhir sedangkan

57 30.31 % dari total permintaan merupakan konsumsi dari konsumen yang melakukan proses produksi lanjutan. Kecilnya permintaan antara dibandingkan permintaan akhir menggambarkan rendahnya permintaan yang terjadi antarsektor ekonomi. Semakin kecil persentase permintaan antara suatu wilayah, semakin kecil pula keterkaitan ekonomi domestik dalam melakukan proses produksi. Hal ini menjelaskan bahwa output yang ada cenderung digunakan untuk konsumsi secara langsung baik konsumsi masyarakat maupun belanja pemerintah daripada ditransaksikan antarsektor dalam proses produksi.

Distribusi output secara parsial antar sektor ditampilkan dalam Gambar 12, di mana sektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi terbesar bagi pembentukan total output (36.52 %) diikuti oleh sektor tanaman perkebunan (24.06 %) dan sektor perdagangan (8.15 %). Ketiga sektor ini menghasilkan barang dan jasa terbanyak yang digunakan oleh sektor-sektor lain dalam kegiatan produksinya. Jika dikaitkan dengan komponen output akhir yang tinggi, maka tingkat permintaan domestik dari ketiga sektor ini juga tinggi terutama sektor tanaman bahan makanan (36.52 %) yang jauh melebihi sektor lainnya. Ini mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi pangan di Kabupaten Manggarai Timur cukup tinggi dengan corak pertanian sebagian besar masyarakat masih bersifat subsisten. Kondisi demikian dikuatkan dengan hasil penelitian Darus (2007) yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Manggarai Timur cukup tinggi terutama pangan beras. Seseorang belum dikatakan makan jika belum mengkonsumsi pangan beras/nasi (Koswara et al. 2007).

Gambar 12 Tingkat permintaan/output 21 sektor di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Angkutan Air Komunikasi Perhotelan Jasa hiburan dan rekreasi Restoran Listrik dan Air Bersih Kehutanan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Angkutan Darat Jasa perorangan, rumah tangga dan lainnya Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Industri Pengolahan Nonmigas Perikanan Pertambangan dan Penggalian Nonmigas Jasa sosial kemasyarakatan Peternakan dan Hasil-hasilnya Bangunan/Konstruksi Pemerintahan Perdagangan Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

0.01 0.01 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.32 0.69 0.69 0.73 0.95 1.27 1.52 2.91 6.49 7.61 7.86 8.15 24.06 36.52

58

Dari hasil inventarisasi yang dilakukan, kontribusi output dari sektor primer tetap paling dominan sebesar 69.91 % yang terdiri atas sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, perikanan dan pertambangan. Sektor pertanian masih mengungguli sebesar 68,39% terutama sektor tanaman bahan makanan (36.52 %). Kemudian disusul oleh sektor sekunder yaitu industri pengolahan non migas, bangunan/konstruksi serta listrik dan air minum sebesar 8.6 % dan sisanya merupakan sektor tersier (jasa) sebesar 29,14%.

Selain menggambarkan tingkat permintaan domestik, struktur output juga menjelaskan jumlah ekspor barang dan jasa dari Kabupaten Manggarai Timur. Rustiadi (2009) mengatakan bahwa sektor ekonomi suatu wilayah dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Dalam sektor basis, kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antarwilayah. Industri basis ini akan menghasilkan barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayah. Sektor nonbasis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri dan kapasitas ekspor daerah belum berkembang. Kondisi ekspor 21 sektor di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Kondisi ekspor 21 sektor di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013

Dari 21 sektor yang terdapat di Kabupaten Manggarai Timur, ada 7 sektor basis yang melakukan ekspor barang dan jasa ke luar wilayah Kabupaten Manggarai Timur dengan tiga sektor tertinggi yaitu sektor tanaman bahan

0 10 20 30 40 50 60

Listrik dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Angkutan Darat Angkutan Air Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Jasa sosial kemasyarakatan Jasa hiburan dan rekreasi

Jasa perorangan, rumah tangga dan…Perhotelan

Restoran Kehutanan Industri Pengolahan Nonmigas

Pertambangan dan Penggalian…Perikanan

Perdagangan Peternakan dan Hasil-hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.55 1.78 2.17 6.58 12.82 24.70 51.36

59 makanan (51.36 %), sektor tanaman perkebunan (24.70 %) dan sektor peternakan dan hasil-hasilnya (12.82 %). Selain itu, 14 sektor lain merupakan sektor nonbasis yang hanya memenuhi kebutuhan pasar dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Namun aktifitas ekspor ini tidak mendatangkan nilai tambah bagi Kabupaten Manggarai Timur karena rata-rata produk yang dikirim masih berupa bahan mentah tanpa pengolahan lebih lanjut. Ini menjadi salah satu alasan terjadinya kebocoran wilayah di daerah ini.

Keterkaitan antarsektor Ekonomi

Pada dasarnya, masing‐masing sektor tidak berdiri sendiri melainkan saling berkaitan. Kemajuan suatu sektor tidak akan terlepas dari dukungan yang diberikan oleh sektor lainnya sehingga sebenarnya keterkaitan antarsektor ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan seluruh sektor yang terdapat dalam perekonomian. Dengan melihat keterkaitan antarsektor dan memperhatikan efisiensi serta efektivitas yang hendak dicapai dalam pembangunan, maka sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi dengan berbagai sektor lainnya pada dasarnya merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Tentunya masing- masing sektor maupun secara bersama-sama berkontribusi terhadap perekonomian, baik terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), pendapatan masyarakat, maupun penyerapan tenaga kerja. Dengan keterkaitan tersebut, kondisi suatu sektor akan mempengaruhi kondisi sektor-sektor yang lain, baik sektor penyedia input (sektor hulu) maupun sektor pengguna output (sektor hilir).

Keterkaitan seluruh sektor ekonomi yang ditimbulkan dalam menggerakkan perekonomian di suatu wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan tentang pengembangan suatu sektor. Dalam analisis input-output, dampak terhadap permintaan barang dan jasa yang diperlukan sebagai input disebut dengan keterkaitan ke belakang (backward linkage), sedangkan dampak terhadap penyediaan barang dan jasa hasil produksi yang dimanfaatkan oleh sektor lain disebut keterkaitan ke depan (forward linkages). Suatu sektor dinilai strategis jika memiliki kaitan ke belakang dan ke depan yang kuat. Kaitan ke belakang (backward linkage) diharapkan bahwa pengembangan suatu sektor dapat menyerap tenaga kerja serta memacu pertumbuhan aktivitas-aktivitas penyedia input baik berupa produk-produk input (bahan mentah, bahan baku, alat) maupun produk-produk jasa penunjang. Kaitan ke depan (forward linkage) diharapkan pengembangan sektor dapat memicu berkembangnya aktivitas-aktivitas pengolahan dan pemanfaatan produk output sektor tersebut seperti aktivitas- aktivitas paska panen (pengolahan/agroindustri hingga distribusi dan pemasaran). Hirschman dan Rasmussen (1986), melalui derajat keterkaitan antar sektor, juga menafsirkan sektor kunci atau key sector sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan lebih dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi nasional yaitu memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang (Dwiastuti et al. 2008). Berdasarkan Tabel 19, sektor-sektor yang memiliki keterkaitan tinggi ke belakang dalam perekonomian Kabupaten Manggarai Timur terdiri atas 8 sektor yaitu sektor tanaman perkebunan, sektor industri pengolahan non migas, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perhotelan, sektor komunikasi, sektor jasa sosial kemasyarakatan dan sektor jasa hiburan dan rekreasi.

60

Tabel 19 Keterkaitan ke belakang (backward linkage) antarsektor di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013

Kode Sektor Keterkaitan

ke belakang

Indeks total keterkaitan ke belakang (IDP) 1 Tanaman Bahan Makanan 0,01 0,33 2 Tanaman Perkebunan 0,03 2,39 3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,01 0,63

4 Kehutanan 0,01 0,41

5 Perikanan 0,00 0,30

6 Pertambangan dan Penggalian Nonmigas 0,01 0,88 7 Industri Pengolahan Nonmigas 0,03 1,84 8 Listrik dan Air Bersih 0,02 1,40 9 Bangunan/Konstruksi 0,02 1,18 10 Perdagangan 0,00 0,17 11 Perhotelan 0,02 1,09 12 Restoran 0,01 0,92 13 Angkutan Darat 0,01 0,97 14 Angkutan Air 0,01 0,43 15 Komunikasi 0,02 1,32

16 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0,01 0,90 17 Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 0,01 0,76

18 Pemerintahan 0,01 0,83

19 Jasa sosial kemasyarakatan 0,02 1,63 20 Jasa hiburan dan rekreasi 0,03 1,85 21 Jasa perorangan, rumah tangga dan lainnya 0,01 0,77

Sedangkan berdasarkan Tabel 20, hanya ada 1 (satu) sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten Manggarai Timur yakni sektor industri pengolahan non migas.

Tabel 20 Keterkaitan ke depan (forward linkage) antarsektor di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013

Kode Sektor

Keterkaitan ke depan

Indeks total keterkaitan ke depan (IDK) 1 Tanaman Bahan Makanan 0,01 0,08 2 Tanaman Perkebunan 0,01 0,02 3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,01 0,13

4 Kehutanan 0,03 0,46

5 Perikanan 0,00 0,04

6 Pertambangan dan Penggalian Nonmigas 0,02 0,35 7 Industri Pengolahan Nonmigas 0,83 13,01 8 Listrik dan Air Bersih 0,05 0,75 9 Bangunan/Konstruksi 0,01 0,22 10 Perdagangan 0,01 0,20 11 Perhotelan 0,04 0,65 12 Restoran 0,03 0,50 13 Angkutan Darat 0,05 0,75 14 Angkutan Air 0,05 0,75 15 Komunikasi 0,05 0,75

16 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0,05 0,75 17 Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 0,02 0,24

18 Pemerintahan 0,00 0,04

19 Jasa sosial kemasyarakatan 0,01 0,10 20 Jasa hiburan dan rekreasi 0,04 0,56 21 Jasa perorangan, rumah tangga dan lainnya 0,04 0,64

61 Pada hakekatnya sektor kunci pembangunan merupakan sektor yang diharapkan dapat menghidupkan sektor-sektor lainnya, baik sektor pendukung input maupun sektor pengguna outputnya. Sektor kunci selain diharapkan dapat melibatkan banyak sektor dalam pengadaan produknya, juga diharapkan mampu mendorong sektor lain untuk membuat diversifikasi produk dengan menggunakan sektor produksi sebagai bahan bakunya. Selain itu, sektor kunci haruslah memiliki nilai indeks keterkaitan yang lebih besar atau sama dengan satu (kedua-duanya, baik ke belakang maupun ke depan). Dengan demikian bahwa sektor kunci dalam menggerakkan roda perekonomian Kabupaten Mangarai Timur adalah sektor industri pengolahan nonmigas dengan tingkat keterkaitan yang tertinggi baik ke depan maupun ke belakang.

Salah satu tujuan penentuan sektor kunci ini adalah fokus pengalokasian dana pembangunan yang terbatas, namun bukan berarti sektor kunci yang terpilih adalah sektor yang bisa dijadikan patokan strategi jangka panjang pembangunan ke depan. Dengan hanya menggunakan data input-output sebagai sumber data analisis, sektor industri pengolahan nonmigas hanya efektif sebagai pendorong pembangunan dalam jangka pendek. Jika sektor kunci tersebut dijadikan sentral kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Manggarai Timur maka upaya pembangunan jangka panjang harus pada pengembangan jaringan produksi dan kelembagaannya. Oleh karena itu pembangunan harus menumbuhkembangkan potensi sektor lainnya yang memiliki kaitan erat dengan sektor industri pengolahan nonmigas yaitu sektor pertanian terutama tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan.

Efek Pengganda (Multiplier Effect)

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola- pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dan pihak swasta guna menciptakan lapangan kerja dan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kebijakan- kebijakan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja secara optimal baik jumlah, produktivitas maupun efisiensi. Dalam penentuan kebijakan, haruslah memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan eksternal yang ada. Perbedaannya hanyalah pada jangkauan wilayah, di mana kondisi internal meliputi wilayah daerah/regional, sedangkan kondisi eksternal meliputi wilayah nasional. Selain itu pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan ekonomi juga bertambah dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tersebut maka diperlukan peningkatan pendapatan. Untuk meningkatkan pendapatan, konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.

Dampak pengganda (multiplier effect) merupakan suatu dampak yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi domestik sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-variabel eksogen perekonomian. Melalui pengamatan ini, perencana pembangunan nantinya bisa menetapkan target-target pembangunan ekonomi daerah dan kebutuhan dana pembangunan sektoral. Efek pengganda yang dikaji terdiri atas 4 yaitu (1)

62

pengganda output (output multiplier) merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor, (2) pengganda pendapatan (income multiplier) merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga, (3) pengganda tenaga kerja (employment multiplier) merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan kesempatan kerja dan (4) pengganda PDRB (total value added multiplier) merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan PDRB (Rustiadi et al. 2009) yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Pengganda output (output multiplier)

Besaran nilai pengganda mencerminkan urutan prioritas investasi apabila ingin mendapatkan nilai dampak yang optimal, khususnya dampak positif untuk setiap jenis penggandanya. Bila dilihat dari nilai pengganda output, maka tiga sektor utama yang memiliki dampak pengganda output terbesar adalah sektor jasa hiburan dan rekreasi, sektor pemerintahan dan sektor tanaman perkebunan. Nilai pengganda sektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar 2,80 menunjukkan bahwa apabila ada investasi di sektor tersebut sebesar Rp. 1 juta, maka dampak outputnya adalah sebesar Rp 2.8 juta dalam seluruh perekonomian Kabupaten Manggarai Timur. Begitu pula untuk sektor pemerintahan dan sektor tanaman perkebunan. Pengganda Output (Output Multiplier) ditampilkan dalam Gambar 14.

Gambar 14 Pengganda Output (Output Multiplier)

0.00 1.00 2.00 3.00

Angkutan Air Perikanan Perdagangan Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Restoran Perhotelan Peternakan dan Hasil-hasilnya Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pertambangan dan Penggalian Nonmigas Angkutan Darat Bangunan/Konstruksi Jasa perorangan, rumah tangga dan lainnya Listrik dan Air Bersih Industri Pengolahan Nonmigas Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa sosial kemasyarakatan Komunikasi Tanaman Perkebunan Pemerintahan Jasa hiburan dan rekreasi

1.37 1.41 1.45 1.55 1.59 1.63 1.65 1.65 1.73 1.91 1.95 1.99 2.03 2.03 2.12 2.14 2.23 2.36 2.61 2.77 2.80

63 2) Pengganda pendapatan (income multiplier)

Pengganda pendapatan terbesar dalam perekonomian Kabupaten Manggarai Timur dimiliki oleh sektor tanaman perkebunan, sektor perhotelan dan sektor angkutan darat. Nilai pengganda pendapatan sebesar 6.34 yang dimiliki oleh sektor tanaman perkebunan memiliki arti bahwa apabila ada peningkatan permintaan akhir sebesar Rp. 1 juta pada sektor tersebut, maka akan

Dokumen terkait