• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur

Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur sudah mulai diwacanakan setelah dikeluarkan Undang-Undang otonomi daerah Nomor 22 Tahun 1999. Dengan semangat Undang-Undang tersebut dan penyempurnaan yang telah dilakukan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, maka terbuka peluang untuk memekarkan Daerah Otonomi Baru. Pada tahun 2000, wacana pemekaran Kabupaten Manggarai sudah semakin diperbincangkan oleh berbagai elemen

38

masyarakat. Di Kota Kupang ibukota Provinsi NTT muncul wacana publik untuk memekarkan Kabupaten Manggarai (kabupaten induk). Berawal dari pembentukan forum diskusi Lonto Leok oleh sekelompok aktivis beretnis Manggarai pada awal tahun 2000, kemudian digegap gempitakan oleh polemik tentang pemekaran Kabupaten Manggarai antar pengamat di Harian Surat Kabar Pos Kupang, akhirnya gerakan pembentukan Kabupaten Manggarai menjadi wacana publik.

Dasar hukum pembentukan Kabupaten Manggarai Timur sebetulnya sudah jelas yaitu keputusan politik DPRD II Kabupaten Manggarai tentang pemekaran wilayah tersebut atas tiga kabupaten baru yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai Tengah dan Kabupaten Manggarai Timur (Darus 2000). Dengan demikian gagasan pemekaran atas tiga kabupaten itu telah menjadi kesepakatan rakyat Manggarai seluruhnya, melalui DPRD II Manggarai. Jadi hal tersebut bukan lagi sekedar wacana belaka melainkan keputusan sah dari sebuah lembaga resmi dalam wadah Negara Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bahkan keputusan rapat paripurna DPRD II Manggarai tersebut telah disampaikan kepada Presiden dan Wakil Presiden serta pimpinan DPR RI di Jakarta kala itu.

Pada bulan Mei tahun 2000, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Manggarai menyepakati agar Kabupaten Manggarai dimekarkan menjadi tiga Kabupaten otonomi baru yaitu Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur walaupun masih ada segelintir orang yang kontra terhadap keputusan tersebut (Darus 2000). Tetapi kesepakatan itu tidak serta merta ditindak lanjuti oleh Bupati Manggarai saat itu, sehingga pertama- tama dibentuklah Kabupaten Manggarai Barat yang sebelumnya berstatus sebagai pembantu Kabupaten Manggarai. Dengan demikian, Kabupaten Manggarai dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat. Setelah terbentuk Kabupaten Manggarai Barat, timbul semangat dari semua elemen masyarakat untuk membentuk Kabupaten Manggarai Timur.

Bersamaan dengan itu, terjadi pergantian Kepala daerah (Bupati Manggarai) dari Anton Bagul Dagur kepada Christian Rotok dan Deno Kamilus (Credo). Janji politik Credo tidak hanya menjadikan ide pembentukan Kabupaten Manggarai Timur sebagai komoditas politik tetapi ada alasan lain yang lebih substansial yakni kepastian pelayanan dasar masyarakat melalui fasilitas infrastruktur yang memadai. Masyarakat mengharapkan suatu perubahan hidup dalam menikmati suatu fasilitas yang layak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Alasan substansial tersebut sudah lama disuarakan oleh berbagai elemen masyarakat namun belum mencapai hasil yang melegakan. Ada mata rantai perjuangan yang putus sebagai konsekuensi logis lemahnya posisi tawar. Masyarakat sudah jenuh ketika aspirasi yang disuarakan tidak pernah diimplementasikan (Kanis 2012).

Christian Rotok yang juga warga keturunan Kecamatan Lambaleda Kabupaten Manggarai Timur sudah tahu keinginan terdalam itu. Ia sudah lama pula merekam kebutuhan masyarakat Manggarai Timur yang semakin mendesak. Selain itu dari aspek administrasi pemerintahan dan hukum, pembentukan Kabupaten Manggarai Timur masih besar peluangnya, sebab potensi Sumber Daya Manusia dan beberapa persyaratan normatif lainnya menurut Undang- Undang Nomor 22 tahun 1999 sudah dipenuhi. Credo memanfaatkan momentum

39 pilkada Kabupaten Manggarai sebagai media dalam membangkitkan semangat masyarakat Manggarai Timur dalam memperjuangkan aspirasi itu. Ada suatu keyakinan bahwa hanya oleh masyarakat Manggarai Timur sendiri, Kabupaten ini mampu diperjuangkan secara konsekuen dalam merealisasikan harapan tersebut (Kanis, 2012).

Oleh karena itu, ketika Christian Rotok menghidupkan kembali perjuangan yang sudah lama, serta merta membangkitkan kesadaran moral masyarakat Manggarai Timur untuk memperjuangkannya kembali. Batu loncatan menggolkan kerinduan itu adalah dengan mendukung Credo sebagai Bupati Manggarai. Tidak heran pasangan tersebut mendapat dukungan yang sangat luas terutama di wilayah Kabupaten Manggarai Timur sehingga dalam Pemilukada tahun 2005 yang lalu berhasil mengumpulkan 46,84 % dari total suara pemilih 276.782 di Kabupaten Manggarai. Janji Bupati Credo dibuktikan beberapa bulan paska pelantikan 14 September 2005. Mereka memperlihatkan komitmen kerakyatan dan berjuang agar Kabupaten Manggarai Timur dapat terbentuk. Maka dalam tempo dua tahun berjalan, Kabupaten Manggarai Timur sudah terbentuk dengan keluarnya Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2007. Kabupaten Manggarai Timur tersebut diresmikan pada 23 November 2007. Secara politis hal tersebut menjadi klimaks perjuangan.

Dengan menjadi Kabupaten Otonom, masyarakat Kabupaten Manggarai Timur dapat mengurus kekurangan sarana fisik, membentuk etos dan mental masyarakat secara tepat, mengelola sumberdaya daerah secara terencana dan terukur, mengkaji dan membangun wilayahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan demi terwujudnya masyarakat Manggarai Timur yang berbudaya, beriman, berkualitas, berkeadilan serta mandiri dalam berpikir dan bertindak. Jadi sesungguhnya esensi pembentukan Kabupaten Manggarai Timur bertujuan menjawab cita-cita tersebut. Harapannya, dengan adanya otonomi daerah, pelayanan pemerintahan dan pemerataan pembangunan fisik di semua lini kehidupan masyarakat Manggarai Timur dapat berjalan simultan dan efektif (Kanis dan Pantur, 2013).

Kondisi Geografis

Kabupaten Manggarai Timur merupakan salah satu dari 22 Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007. Luas wilayah Kabupaten Manggarai Timur sebesar 2 518.55 km2 yang terletak di bagian barat Pulau Flores. Secara geografis, Kabupaten Manggarai Timur terletak antara 08014‟- 09000‟ Lintang Selatan dan 120020‟- 120055‟ Bujur Timur dengan batas wilayah:

1) sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores 2) sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu, 3) sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngada 4) sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Manggarai. Topografi Wilayah

Kabupaten Manggarai Timur didominasi oleh kawasan pegunungan yang curam dengan kemiringan lereng > 45 % (73.8 %). Walaupun didominasi oleh kawasan pegunungan, namun Kabupaten Manggarai Timur juga merupakan

40

kombinasi antara daerah pegunungan, dataran dan daerah pantai sehingga pada gilirannya memberikan variasi curah hujan pada masing-masing daerah lokal. Peta lereng Kabupaten Manggarai Timur ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta lereng Kabupaten Manggarai Timur

Wilayah dengan lereng datar (0-3 %) tersebar di Kecamatan Borong, Kota Komba, Elar, Sambi Rampas dan Lamba Leda. Wilayah dengan lereng landai/berombak (3-8 %) tersebar di Kecamatan Elar dan Lamba Leda. Wilayah dengan lereng agak miring (8-15 %) tersebar di Kecamatan Borong dan Kota Komba. Wilayah dengan lereng miring atau berbukit (15-30 %) tersebar di Kecamatan Borong, Kota Komba dan Elar. Wilayah dengan lerang agak curam hingga curam (30->45 %) tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur.

41 Jenis Tanah

Kondisi geologi Kabupaten Manggarai Timur cukup kompleks yaitu wilayah bagian selatan sepanjang arah barat hingga timur didominasi oleh intermediate basic (basa menengah) sedangkan pada bagian utara banyak ditemukan batuan kapur pada formasi neogen. Jenis tanah yang paling banyak ditemukan di wilayah ini adalah typic haplustolls (41,14 %) yang tersebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur terutama di Kecamatan Borong. Peta tanah Kabupaten Manggarai Timur ditampilkan pada Gambar 5 dan luasan dari setiap jenis tanah di Kabupaten Manggarai Timur yang tersebar pada enam kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur ditampilkan pada Gambar 6. .

42

Gambar 6 Jenis tanah di Kabupaten Manggarai Timur Curah Hujan

Wilayah Kabupaten Manggarai Timur memiliki musim hujan dan musim kemarau yang silih berganti dengan curah hujan yang tidak merata. Besar curah hujan tahunan berkisar antara 500 - 4 000 mm/tahun dengan 34.5 hari hujan. Perolehan mengenai iklim/curah hujan erat kaitannya dengan pengadaan air, terutama dalam penentuan musim tanam dan pemilihan usahatani di wilayah tersebut. Peta curah hujan Kabupaten Manggarai Timur tertera pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta curah hujan Kabupaten Manggarai Timur

0 20000 40000 60000 80000 100000 Typic hapludands Typic ustipsamments Typic eutrudepts Typic haplustands Typic haplusterts Typic ustifluvents Typic hapludults Typic argiustolls Typic haplustepts Typic haplustolls 23.10 1478.24 1492.57 1693.06 2375.50 5177.26 9681.51 47944.73 71612.41 98877.42 Hektar

43 Menurut Oldeman yang membagi wilayah dalam zona-zona agroklimatik berdasarkan kriteria bulan basah (>200 m/bulan) dan bulan kering (>100 m/bulan), wilayah Kabupaten Manggarai Timur cenderung tergolong dalam wilayah basah. Pada daerah pegunungan, bulan basah berkisar antara bulan Desember - Mei (6 bulan), sedangkan pada daerah pantai, bulan basah sekitar 4 bulan dan berkisar antara bulan Desember-Maret (BPS Manggarai Timur 2014).

Kondisi Demografi

Kabupaten Manggarai Timur memiliki enam kecamatan setelah pemekaran dari Kabupaten Manggarai (2007) yaitu Kecamatan Borong, Poco Ranaka, Lamba Leda, Sambi Rampas, Elar dan Kota Komba juga 159 desa dan 17 kelurahan. Pada tahun 2013, wilayah Kabupaten Manggarai Timur dimekarkan menjadi sembilan kecamatan yaitu Kecamatan Borong, Ranamese (pemekaran dari Kecamatan Borong), Kota Komba, Elar, Elar Selatan (pemekaran dari Kecamatan Elar), Sambi Rampas, Poco Ranaka, Poco Ranaka Timur (pemekaran dari Kecamatan Poco Ranaka) dan Lamba Leda (Kabupaten Manggarai Timur dalam Angka, 2014).

Persebaran Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2013 sebesar 289 148 jiwa, meningkat dari kondisi tahun 2011 sebesar 260 184 jiwa dan tahun 2012 sebesar 263 142 jiwa. Selama tiga tahun terakhir (tahun 2011-2013), jumlah penduduk di wilayah ini mengalami peningkatan sebesar 10%. Peningkatan ini tergolong besar, mengingat Kabupaten Manggarai Timur merupakan daerah otonomi baru yang sedang dalam proses pembangunan sehingga perlu perhatian serius dari pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk terutama di masa mendatang agar tidak terjadi ledakan penduduk yang berlebihan. Hal ini berkaitan erat dengan pemerataan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Luas wilayah dan jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013

Kecamatan Luas

(km2)

Desa/Keluarahan Penduduk

Desa Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Borong 490.26 15 3 20 906 20 610 41 516 Ranamese* - 21 0 15 124 14 990 30 114 Kota Komba 491.94 19 3 27 689 27 084 54 773 Elar 567.59 14 1 8 070 7812 15 882 Elar Selatan* - 13 1 9 587 9 180 18 767 Sambi Rampas 400.09 14 6 14 851 14 535 29 386 Poco Ranaka 209.24 21 3 17 218 17 657 34 875 Poco Ranaka Timur* - 18 0 13 931 14 154 28 085 Lamba Leda 359.43 24 0 17 847 17 903 35 750

Keterangan: * = masih gabung dengan kecamatan induk Sumber: Kabupaten Manggarai Timur dalam Angka, 2014

44

Berdasarkan Tabel 8, kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Poco Ranaka (166.67) dan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Elar (27.98). Adapun jumlah penduduk tertinggi, terdapat di Kecamatan Kota Komba sebesar 54 773 jiwa (18.94 %), sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Elar sebesar 15 882 jiwa (5.49 %). Sebaran penduduk Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Sebaran penduduk Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013 Penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten Manggarai Timur masih kurang merata. Rasio penduduk Kabupaten Manggarai Timur berdasarkan jenis kelamin cukup seimbang yaitu jumlah penduduk laki-laki sebesar 145 223 jiwa (50.22 %) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 143 925 jiwa (49.77). Adapun jenis pekerjaan penduduk tahun 2013 tertera pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis pekerjaan penduduk Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013

No Jenis Laki-Laki Perempuan Jumlah %

1 Tidak bekerja 44 790 57 651 102 441 35.43 2 Pelajar 24 763 22 889 47 652 16.48 3 TNI/POLRI 199 0 199 0.07 4 Pedagang 127 48 175 0.06 5 Petani 64 620 58 052 122 672 42.43 6 Peternak 17 19 36 0.01 7 Nelayan 945 100 1 045 0.36 8 Pegawai 3 261 1 623 4 884 1.69 9 Buruh 1 065 781 1 846 0.64 10 Tukang kayu 82 0 82 0.03 11 Wiraswasta 2 523 807 3 330 1.15 12 Tokoh agama 65 93 158 0.05 13 Wartawan 15 0 15 0.01 14 Pemerintah Daerah 355 9 364 0.13 15 Dosen/guru 1 674 1 487 3 161 1.09 16 Konsultan 15 0 15 0.01 17 Tenaga Kesehatan 114 357 471 0.16 18 Sopir angkutan 593 9 602 0.21 Total 145 223 143 925 289 148 100.00

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Manggarai Timur (2014)

0 000 5 000 10 000 15 000 20 000 25 000 30 000 Borong Poco Ranaka Lamba Leda Sambi Rampas Elar Kota Komba Rana Mese Poco Ranaka Timur Elar Selatan Laki-Laki Perempuan

45 Berdasarkan sumber mata pencaharian, mayoritas penduduk masih bekerja pada sektor pertanian sebesar 122 672 jiwa (42.43 %). Hal ini dikarenakan masih cukup banyak lahan pertanian yang dapat dikelola dan masih besarnya minat masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian karena terbatasnya tingkat keterampilan sebagian besar tenaga kerja di daerah ini. Di sisi lain, laju pertumbuhan sektor primer (2.93 %) lebih rendah dibandingkan dengan sektor sekunder (6.91 %) dan sektor tersier (8.93 %). Penduduk yang tidak bekerja/ pengangguran juga cukup tinggi sebesar 102 441 (35.43 %). Hal ini dapat menjadi beban tambahan pembangunan daerah, terlebih karena lapangan pekerjaan di Kabupaten Manggarai Timur masih sangat kurang. Kendala lain yang dihadapi oleh daerah yaitu mengalirnya tenaga-tenaga terlatih terutama para pemuda ke daerah lain seperti Jawa, Makasar dan Kalimantan karena diduga memiliki peluang dan prospek kerja yang lebih menjanjikan dengan kondisi yang lebih baik. Struktur Usia

Berdasarkan struktur usia, mayoritas penduduk Kabupaten Manggarai Timur berada dalam kategori usia poduktif (56.77 %) dibandingkan kelompok usia kurang produktif dan nonproduktif (43.23 %). Struktur piramida penduduk Kabupaten Manggarai Timur termasuk dalam tipe expansive di mana sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia muda dan tergolong penduduk usia produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Manggarai Timur menurut usia tahun 2013 ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Komposisi penduduk Kabupaten Manggarai Timur menurut usia 2013

Kelompok Usia Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah %

0 – 14 42 542 40 398 82 940 26.09

15 – 64 95 725 97 193 221 690 69.73

≥ 65 6 956 6 334 13 290 4.18

Total 145 223 143 925 317 920 100.00

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Manggarai Timur (2014)

Wilayah ini seharusnya dapat berkembang dengan baik karena memiliki tenaga kerja produktif yang dapat diandalkan sebagai subyek pembangunan, namun jika dilihat dari tingkat pengangguran yang cukup tinggi di daerah ini, harapan daerah untuk cepat berkembang terlihat cukup sulit. Ini mengakibatkan beban tanggungan pembangunan daerah semakin bertambah dengan tingginya tingkat pengangguran di daerah ini. Oleh karena itu butuh perhatian serius dari pemerintah daerah untuk manarik minat para investor menanamkan modalnya di daerah ini, yang pada gilirannya akan membuka banyak lapangan pekerjaan.

46

Gambar 9 Komposisi penduduk Kabupaten Manggarai Timur menurut usia tahun 2013

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menjadi hak setiap warga negara untuk dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran minimal pada tingkat dasar. Pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan.

Tingkat pendidikan masyarakat merupakan salah satu indikator penting dalam proses pembangunan dan pengembangan wilayah. Kebijakan otonomi daerah memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah untuk menentukan garis kebijakan pembangunan termasuk dalam bidang pendidikan. Rakyat hendaknya minimal dapat menamatkan Pendidikan Dasar 9 tahun. Pemerintah telah mencanangkan program kewajiban belajar sesuai dengan Pasal 31 ayat 1 UUD

1945 “setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan” dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 34 ayat 1 yaitu “wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat”. Komposisi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan tahun 2013 tertera pada Gambar 10.

Gambar 10 Komposisi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan tahun 2013

0 000 20 000 40 000 60 000 80 000 100 000 0 - 14 15 – 64 ≥ 65 Laki-laki Perempuan 0 000 10 000 20 000 30 000 40 000 50 000 60 000 70 000 80 000 90 000 Tidak/ Belum sekolah SD SMP SMA D3/S1 S2 L 36724 80266 10861 12437 4907 28 P 37397 84392 9231 9246 3651 8 % 25.63 56.95 6.95 7.5 2.96 0.01

47 Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas penduduk Kabupaten Manggarai Timur masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 164 658 jiwa (56.95 %). Hal ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Manggarai Timur masih tergolong rendah, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan. Pemerataan, akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat masyarakatnya memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya di daerah ini sebab salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya.

Pemekaran daerah memungkinkan pemerintah memperbaiki pemerataan fasilitas pendidikan, baik di tingkat dasar maupun lanjutan serta menyediakan lebih banyak tenaga pendidik yang memadai melalui peran pemerintah daerah. Rentang kendali yang lebih pendek dan alokasi fiskal yang lebih merata seyogyanya menjadi modal dasar bagi peningkatan pelayanan bidang pendidikan di setiap daerah, khususnya daerah otonomi baru. Indikator ini sesungguhnya mengandung dua makna yang krusial yaitu ketersediaan sekolah dan partisipasi masyarakat. Selain itu, ketersediaan tenaga pendidik merupakan unsur utama keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan. Rasio jumlah siswa terhadap guru memiliki pengaruh pada efektivitas proses belajar-mengajar di sekolah dan lebih jauh lagi terhadap upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah. Jika penurunan lebih diakibatkan oleh semakin banyaknya jumlah guru berarti efektivitas kelas semakin meningkat, namun jika penurunannya lebih disebabkan oleh menurunnya jumlah siswa berarti peran serta dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan (Bappenas dan UNDP 2008). Penyebaran fasilitas pendidikan per Kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Penyebaran fasilitas pendidikan per Kecamatan tahun 2013 (Kecamatan Ranamese, Poco Ranaka Timur dan Elar Selatan masih tergabung dengan kecamatan induk)

Dilihat dari fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Manggarai Timur, terdapat 529 sarana pendidikan formal yang tersebar di 6 Kecamatan dan terbanyak adalah sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang berjumlah 334 unit sekolah. Kemudian SMP/MTS menempati urutan kedua dengan jumlah 132 unit sekolah, SMA/MA sebanyak 42 unit sekolah, TK 12 unit sekolah dan SMK 9 unit sekolah sedangkan perguruan tinggi belum dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan yang ada belum memadai. Adapun jumlah fasilitas dan peserta pendidikan setiap kecamatan tertera pada Tabel 11.

0 10 20 30 40 50 60 70

Borong Elar Kota Komba Lamba Leda Poco Ranaka Sambi Rampas TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK

48

Tabel 11 Jumlah fasilitas dan peserta pendidikan setiap kecamatan tahun 2013

Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Gedung Murid Gedung Murid Gedung Murid Gedung Murid Borong 63 13 283 29 4 828 11 2 224 2 544 Elar 62 5 924 22 1 938 6 847 2 50 Kota Komba 63 9 379 26 3 344 9 1 633 2 59 Lamba Leda 48 6 017 17 1 974 4 680 1 347 Poco Ranaka 60 13 746 22 3 502 6 1 790 1 347 Sambi Rampas 38 3 884 16 1 688 6 1 261 1 15 Total 334 52 233 132 17 274 42 8 435 9 1 362

Keterangan: Kecamatan Ranamese, Poco Ranaka Timur dan Elar Selatan masih tergabung dengan kecamatan induk

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Manggarai Timur (2014)

Rasio antara fasilitas dan peserta pendidikan belum merata di setiap kecamatan. Sebagai contoh, jumlah gedung SD di Kecamatan Borong dan Kota Komba sama namun jumlah murid SD di Kecamatan Borong jauh lebih banyak dibanding Kecamatan Kota Komba. Selain itu, jumlah gedung SD di Kecamatan Elar lebih banyak dibandingkan Kecamatan Poco Ranaka namun jumlah murid SD di Kecamatan Elar jauh lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Poco Ranaka. Rasio antara guru dan murid juga belum merata di setiap kecamatan. Sebagai contoh, jumlah guru SD di Kecamatan Kota Komba lebih banyak dibandingkan Kecamatan Borong namun jumlah siswa SD jauh lebih banyak di Kecamatan Borong dibandingkan Kecamatan Kota Komba. Jumlah guru dan peserta pendidikan setiap kecamatan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah guru dan peserta pendidikan setiap kecamatan tahun 2013

Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru Murid Borong 314 13 283 131 4 828 52 2 224 7 544 Elar 143 5 924 42 1 938 17 847 2 50 Kota Komba 343 9 379 83 3 344 50 1 633 1 59 Lamba Leda 135 6 017 35 1 974 18 680 4 347 Poco Ranaka 282 13 746 71 3 502 34 1 790 1 347 Sambi Rampas 137 3 884 50 1 688 39 1 261 1 15 Total 1 354 52 233 412 17 274 210 8 435 16 1 362

Keterangan: Kecamatan Ranamese, Poco Ranaka Timur dan Elar Selatan masih tergabung dengan kecamatan induk)

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Manggarai Timur (2014)

Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah belum meratanya sarana dan prasarana pendidikan yang layak karena hal ini merupakan prasyarat awal dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Anggaran pendidikan yang tersedia belum terjangkau untuk mencapai sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Sebagian besar sekolah melaksanakan proses belajar mengajar dengan biaya operasional yang masih di bawah standar. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran yang belum terlaksana secara baik karena kurikulum yang diwajibkan menjadi beban bagi pihak sekolah.

49 Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu, relevan dan efisien adalah guru yang menjadi ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu, perlu kebijakan untuk memonitor dan mengevaluasi pemerataan & kecukupan tenaga guru baik secara kuantitas maupun kualitas di semua jenjang pendidikan. Pengembangan kualifikasi guru perlu dilakukan guna memenuhi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional serta Undang-Undang guru dan dosen yaitu setiap guru dapat mengikuti program sertifikasi guru dan kualifikasi pendidikannya harus S1 (Chozin et al. 2010).

Tingkat Kesehatan

Selain pendidikan, tingkat kesehatan masyarakat juga penting untuk diperhatikan. Kesehatan berperan sangat esensial, unik, spesifik dan tidak tergantikan sepanjang daur kehidupan umat manusia. Upaya kesehatan yang bertujuan mengantarkan setiap warga mencapai hidup sehat produktif secara sosial dan ekonomi menempati posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia (Kodim 2009 dalam Chozin et al. 2010).

Desentralisasi bidang kesehatan sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan dan mendorong pencapaian millenium development goals (MDG’s). Ketersediaan tenaga kesehatan erat kaitannya dengan kebijakan bidang kesehatan secara nasional. Dalam konteks desentralisasi bidang kesehatan, pemerintah daerah memainkan peranan tersendiri dalam menentukan dan mengarahkan peningkatan jumlah dan pemerataan tenaga kesehatan di daerahnya, terutama di daerah-daerah tertinggal. Beberapa daerah pemekaran yang ada merupakan daerah tertinggal, yang di dalamnya terdapat wilayah kecamatan yang masih minim pelayanan kesehatannya (Bappenas dan UNDP 2008).

Ketersediaan tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Selain itu, tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai akan berdampak pada membaiknya tingkat kesehatan penduduk. Disadari bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi sehingga pembangunan kesehatan dianggap sebagai investasi bagi pembangunan masyarakat di masa yang akan datang. Penyebaran tenaga kesehatan setiap kecamatan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Penyebaran tenaga kesehatan setiap kecamatan tahun 2013

Kecamatan Jumlah

Penduduk

Dokter

Umum/Spesialis Dokter Gigi Perawat Bidan

Borong 71 630 5 2 73 32 Kota Komba 54 773 0 0 55 20 Elar 34 649 0 0 35 7 Sambi Rampas 29 386 0 0 30 8 Poco Ranaka 62 960 2 0 57 15 Lamba Leda 35 750 0 0 30 8 Jumlah 289 148 7 2 280 90

Keterangan: Kecamatan Ranamese, Poco Ranaka Timur dan Elar Selatan masih tergabung dengan kecamatan induk

50

Jumlah tenaga medis di Kabupaten Manggarai Timur belum tersedia secara memadai dan merata di setiap kecamatan. Tenaga kesehatan lebih banyak terdapat di Kecamatan Borong yang merupakan pusat pemerintahan daerah. Hal ini mengindikasikan rendahnya pelayanan kesehatan masyarakat yang berdampak

Dokumen terkait