• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Contoh Jenis Kelamin

Contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa pascasarjana IPB angkatan 2009 atau yang masih aktif mengikuti perkuliahan, baik program magister maupun program doktor. Sebanyak 68.00 persen contoh berjenis kelamin laki-laki (Tabel 4). Untuk kasus penelitian ini, laki-laki memiliki akses lebih besar pada jenjang pendidikan yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. BPS (2010) menyebutkan bahwa angka rata-rata lama sekolah perempuan di Indonesia lebih rendah daripada laki-laki. Pada tahun 2008, rata- rata lama sekolah perempuan adalah 7.1 tahun, sedangkan laki-laki 8.0 tahun. Demikian pula pada tahun 2009, rata-rata lama sekolah perempuan adalah 7.3 tahun, sedangkan laki-laki 8.2 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan di Indonesia lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Tabel 4 Sebaran contoh menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 51 68.00

Perempuan 24 32.00

Total 75 100.00

Usia

Penelitian Palit (2009) mengenai peran wanita etnik Papua dalam pengambilan keputusan rumahtangga, menyebutkan bahwa usia merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan fisik, psikologis, dan biologis seseorang. Usia merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam belajar, baik dalam proses belajar maupun mengaktulisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup.

Pengkategorian usia pada penelitian ini mengacu pada Hurlock (1980) yang mengategorikan usia menjadi tiga kelompok, yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun). Sebanyak dua pertiga contoh (66.67%) berada pada rentang dewasa awal, dengan rata- rata usia contoh sebesar 38.9 tahun. Hampir dua pertiga contoh laki-laki (64.71%) dan lebih dari dua pertiga contoh perempuan (70.83%) berada pada rentang usia dewasa awal (Tabel 5). Hal tersebut menunjukkan bahwa keinginan untuk melanjutkan pendidikan pada pascasarjana pada usia yang tergolong

masih muda. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Elfandi (2000) bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin menurun daya kreativitasnya.

Papalia et al. (2008) mengungkapkan bahwa pada masa dewasa awal, fondasi fisik untuk rentang kehidupan selanjutnya telah dibentuk. Walaupun ada bagian dari kesehatan yang dipengaruhi oleh kebiasaan, seperti pola makan, tidur, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, namun kondisi fisik yang baik memberikan kontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan pada masa yang akan datang. Selain itu, pemikiran pada masa dewasa awal cenderung fleksibel (menyesuaikan dengan kondisi nyata), terbuka (menerima masukan), multisolusi (mampu menyelesaikan masalah dengan banyak solusi yang dibandingkan), pragmatis (kemampuan untuk memilih yang terbaik dari beberapa kemungkinan solusi), dan adaptif (mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru).

Tabel 5 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan usia

Karakteristik Contoh Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Usia - Dewasa awal (18-40 tahun) 33 64.71 17 70.83 50 66.67 - Dewasa madya (41-60 tahun) 18 35.29 7 29.17 25 33.33 - Dewasa lanjut (> 60 tahun) 0 0.00 0 0.00 0 0 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Rata-rata±SD 39.37±5.58 38.17±5.67 38.85±5.49 Kirasan (Min-Max) 29-50 29-51 29-51

Jenjang Pendidikan, Asal Daerah, dan Pekerjaan

Jenjang Pendidikan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6, lebih dari separuh contoh laki-laki (56.86%) dan hampir dua pertiga contoh perempuan (62.50%) adalah mahasiswa program magister. Contoh program doktor sebanyak 41.33 persen pada contoh laki-laki dan contoh perempuan sebanyak 37.50 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin sedikit jumlah individu yang menempuh pendidikan tersebut, sebab biaya yang diperlukan pun semakin besar.

Asal Daerah. Hampir tiga perempat contoh (72.00%) berasal dari luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua, serta ada beberapa contoh yang berasal dari luar negeri, yaitu Timor

Leste. Lebih dari tiga perempat contoh laki-laki (76.47%) dan hampir dua pertiga perempuan (62.50%) berasal dari luar Pulau Jawa. Contoh yang berasal dari Pulau Jawa hanya sebesar 28.00 persen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa dari luar Pulau Jawa dominan di IPB, sebab adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan di institusi pendidikan yang berkualitas walaupun jauh dari tempat tinggal.

Pekerjaan. Tabel 6 menunjukkan bahwa hampir dua pertiga pada contoh laki-laki (64.71%) dan sebanyak dua pertiga contoh perempuan (66.67%) bekerja sebagai guru atau dosen. Contoh yang bekerja sebagai PNS non guru atau dosen sebanyak 35.29 persen pada contoh laki-laki, dan 33.33 persen pada contoh perempuan. Banyaknya contoh yang bekerja sebagai guru atau dosen menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut memotivasi contoh melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi, untuk memenuhi tuntutan karir.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, jenjang pendidikan, asal daerah, dan pekerjaan

Karakteristik Contoh Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Jenjang Pendidikan - Magister 29 56.86 15 62.50 44 58.67 - Doktor 22 43.14 9 37.50 31 41.33 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Asal Daerah

- Pulau Jawa dan Madura 12 23.53 9 37.50 21 28.00

- Kalimantan 5 9.80 0 0.00 5 6.67 - Sumatera dan Kepulauan 9 17.65 8 33.33 17 22.67 - Sulawesi dan Kepulauan 9 17.65 3 12.50 12 16.00 - Bali dan Nusa Tenggara 9 17.65 0 0.00 9 12.00 - Papua dan Kepulauan 3 5.88 2 8.33 5 6.67 - Maluku dan Kepulauan 2 3.92 2 8.33 4 5.33 - Luar Negeri 2 3.92 0 0.00 2 2.67 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Pekerjaan

- Guru atau Dosen 33 64.71 16 66.67 49 65.33

- PNS non Guru 18 35.29 8 33.33 26 34.67 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Besar keluarga contoh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, seperti yang disajikan pada Tabel 7 yang mengacu pada penetapan BKKBN. Keluarga kecil adalah yang memiliki anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, lainnya disebut keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga

besar (>6 orang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga contoh (70.67%) termasuk keluarga kecil, dan sisanya (29.33%) adalah keluarga sedang. Rata-rata besar keluarga contoh sebesar 4.15 orang dengan kisaran antara 3 hingga 7 orang.

Tabel 7 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan besar keluarga

No. Besar Keluarga Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % 1. Kecil (≤ 4 orang) 37 72.55 16 66.67 53 70.67 2. Sedang (5-6 orang) 14 27.45 8 33.33 25 29.33 3. Besar (≥ 7 orang) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Rata-rata±SD 4.12±1.01 4.21±1.02 4.15±1.01 Kirasan (Min-Max) 3-7 3-7 3-7

Hampir tiga perempat keluarga contoh laki-laki (72.55%) termasuk keluarga kecil, dengan rata-rata sebesar 4.12 orang, yang berkisar antara 3 hingga 7 orang (Tabel 7). Hasil yang tidak jauh berbeda dengan contoh laki-laki, sebanyak dua pertiga contoh keluarga perempuan (66.67%) termasuk keluarga kecil. Rata-rata besar keluarga contoh perempuan sebesar 4.21 orang dengan kisaran antara 3 hingga 7 orang.

Banyaknya contoh yang termasuk keluarga kecil karena adanya perubahan pandangan masyarakat terhadap jumlah anak. Pandangan yang kerap muncul di masyarakat menyatakan bahwa banyak anak banyak rejeki. Namun kini, pandangan tersebut nampaknya sudah bergeser karena membesarkan anak ternyata tidak cukup dengan mencukupi kebutuhan pangan saja. Anak memerlukan pendidikan yang baik, dan pendidikan yang baik memerlukan biaya yang mahal (Rohimah 2009).

Tingkat Pendidikan Pasangan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa fungsi pendidikan, sejatinya adalah untuk mengembangkan kemampuan, kualitas individu, meningkatkan mutu kehidupan, dan martabat manusia (Suyono 2006).

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan pasangan tersebar pada berbagai tingkat pendidikan, yaitu SMP, SMA, Diploma, S1, S2, dan S3. Tingkat

pendidikan pasangan minimal SMP. Persentase terbesar tingkat pendidikan pasangan contoh adalah S1, yaitu sebanyak 41.18 persen pada pasangan contoh laki-laki dan sebanyak 58.33 persen pada pasangan contoh perempuan (Tabel 8). Rata-rata tingkat pendidikan yang bisa dikatakan tinggi tersebut disebabkan oleh tingginya motivasi pasangan contoh untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Penelitian Koesoemowidjojo (2000) tentang peranan gender dalam rumahtangga mengungkapkan bahwa melalui pendidikan seseorang diharapkan akan membentuk pribadinya untuk selalu ingin belajar. Semakin tinggi semangat belajar seseorang, akan semakin mudah pribadi tersebut menyesuaikan dirinya terhadap perubahan.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991), keterlibatan seseorang di dalam proses pendidikan atau tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka berpikir, persepsi, pemahaman dan kepribadiannya, yang semuanya itu merupakan bagian integral sebagai bekal berkomunikasi. Karena itu, tingkat pendidikan secara langsung atau tidak langsung akan menentukan baik buruknya pola komunikasi antar dua pribadi yang terlibat dalam suatu ikatan perkawinan. Oleh karena itu, idealnya perlu ada kesamaan tingkat pendidikan atau sedikitnya cukup berimbang dan tidak berbeda terlalu jauh bagi dua orang yang ingin terikat dalam perkawinan.

Tabel 8 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan pasangan

No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % 1. SMP 2 3.92 0 0.00 2 2.67 2. SMA 12 23.53 1 4.17 13 17.33 3. Diploma 6 11.76 2 8.33 8 10.67 4. S1 21 41.18 14 58.33 35 46.67 5. S2 8 15.69 7 29.17 15 20.00 6. S3 2 3.92 0 0.00 2 2.67 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Pekerjaan

Persentase terbesar pekerjaan pasangan contoh adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu sebanyak 31.37 persen pada pasangan contoh laki-laki dan pasangan contoh perempuan sebanyak 41.67 persen. Sebanyak 17.33 persen pasangan contoh tidak bekerja, yaitu sebesar 25.49 persen merupakan pasangan dari contoh laki-laki (ibu rumahtangga) (Tabel 9). Hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa istri turut serta dalam meningkatkan perekonomian keluarga dengan cara bekerja. Prihatini (2006) dalam

penelitiannya tentang pendapatan ibu rumahtangga, menyatakan bahwa pendapatan ibu rumahtangga berhubungan positif dan signifikan terhadap pendapatan keluarga. Jadi, semakin tinggi pendapatan ibu rumahtangga, maka semakin tinggi pula pendapatan keluarga. Puspitawati (2009) menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan subjektif semakin tinggi apabila individu lebih memprioritaskan strategi kepentingan keluarga daripada kepentingan pekerjaan. Hal ini terkait dengan tugas utama perempuan sebagai istri dan ibu. Keluarga adalah suatu organisasi terkecil yang memerlukan adanya kejelasan tugas dari masing-masing anggota keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga melalaikan tugasnya, maka organisasi tersebut akan berusaha mempertahankan keutuhan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menyeimbangkan tugas ganda seorang perempaun dengan tidak melalaikan tugas dalam keluarganya, yaitu dengan bekerja.

Tabel 9 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan pekerjaan pasangan

No. Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1. Guru atau Dosen 10 19.61 5 20.83 15 20.00 2. Karyawan Swasta 3 5.88 3 12.50 6 8.00 3. PNS 16 31.37 10 41.67 26 34.67 4. Wiraswasta 9 17.65 6 25.00 15 20.00 5. Tidak Bekerja 13 25.49 0 0.00 13 17.33 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Pendapatan Keluarga

Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga merupakan semua pemasukan uang yang diterima oleh keluarga baik yang berasal dari pendapatan (diperoleh dari pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah) anggota keluarga maupun sumber-sumber lain seperti pinjaman, dan bantuan dari kerabat atau pemerintah.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh pendapatan keluarga dari contoh laki-laki (52.94%) berada pada kisaran Rp3 000 001.00 sampai dengan Rp5 000 000.00 per bulan, dengan pendapatan terendah sebesar Rp1 000 000,00 serta tertinggi sebesar Rp11 500 000,00 per bulan. Rata-rata pendapatan keluarga dari contoh laki-laki sebesar Rp4 881 399.02 per bulan.

Hasil yang berbeda pada keluarga contoh perempuan. Hampir separuh pendapatan keluarga dari contoh perempuan (41.67%) berada pada kisaran Rp5 000 001.00 sampai dengan Rp10 000 000.00 per bulan. Pendapatan

terendah pada keluarga dari contoh perempuan sebesar Rp1 500 000.00, dan tertinggi sebesar Rp30 500 000.00 per bulan. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp7 268 750.00 per bulan. Kisaran pendapatan keluarga pada keluarga contoh perempuan yang lebih besar dibandingkan pada keluarga contoh laki-laki dikarenakan pada keluarga contoh perempuan memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang besar, seperti suami yang bekerja sebagai wiraswasta.

Tabel 10 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan kisaran pendapatan keluarga per bulan

No. Pendapatan per Kapita Keluarga (Rp/ bulan)

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % 1. ≤ 1 000 000 1 1.96 0 0.00 1 1.33 2. 1 000 001-3 000 000 7 13.73 3 12.50 10 13.33 3. 3 000 001-5 000 000 27 52.94 7 29.17 34 45.33 4. 5 000 001-10 000 000 15 29.41 10 41.67 25 33.33 5. > 10 000 000 1 1.96 4 16.67 5 6.67 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Rata-rata±SD 4 881 399.02± 2 043 370 7 268 750.00± 5 990 500 5 645 351.33± 3 918 000 Kirasan (Min-Max) 1 000 000- 11 500 000 1 500 000- 30 500 000 1 000 000- 30 500 000

Berdasarkan data keseluruhan, hampir separuh pendapatan keluarga

contoh (45.33%) berada pada kisaran Rp3 000 001.00 sampai dengan Rp5 000 000.00 per bulan, dengan jumlah pendapatan keluarga terendah

sebesar Rp1 000 000.00 dan tertinggi sebesar Rp30 500 000.00 per bulan. Rata- rata pendapatan keluarga sebesar Rp5 645 351.33 per bulan.

Rata-rata Kontribusi Pendapatan Keluarga. Kontribusi pendapatan keluarga merupakan jumlah pendapatan masing-masing anggota keluarga yang diberikan pada keluarga. Tabel 11 menunjukkan bahwa berdasarkan keseluruhan contoh, suami memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp3 554 009.33 atau 63.55 persen, sedangkan istri memberikan kontribusi pendapatan per bulan sebesar Rp2 051 342.00 atau 36.34 persen, dan anggota keluarga lain sebesar Rp40 000.00 per bulan atau 0.71 persen dari total pendapatan keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi pendapatan suami pada keluarga contoh lebih besar dibandingkan dengan istri maupun anggota keluarga lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa suami berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.

Penelitian Kusumo (2009) tentang peran gender dalam strategi koping dan pengambilan keputusan keluarga, menyebutkan bahwa istri tetap menilai suami bertanggung jawab dalam mencari nafkah dan istri bertanggung jawab

dalam mengerjakan pekerjaan domestik. Namun, di pihak lain istri juga ingin terlibat lebih jauh di sektor publik, seperti membantu suami dalam mencari nafkah, terlibat dalam organisasi sosial, dan berhak mengakses dan mengontrol sumberdaya yang ada.

Tabel 11 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan rata-rata kontribusi pendapatan terhadap keluarga per bulan

Anggota Keluarga

Laki-laki Perempuan Total

Rata-rata Pendapatan (Rp/ bulan) % Rata-rata Pendapatan (Rp/ bulan) % Rata-rata Pendapatan (Rp/ bulan) % Suami 2 933 347.06 60.09 4 872 916.67 67.04 3 554 009.33 63.56 Istri 1 889 228.06 38.70 2 395 833.33 32.96 2 051 342.00 36.34 Anak 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Anggota Keluarga Lain 58 823.53 1.21 0 0.00 40 000.00 0.71 Total 4 881 399.02 100.00 7 268 750.00 100.00 5 645 351.33 100.00

Suami pada contoh laki-laki memberikan kontribusi pendapatan per bulan sebesar Rp2 933 347.06 (60.09%), istri sebesar Rp1 889 228.06 (38.70%), dan anggota keluarga lain sebesar Rp58 823.06 (1.21%) dari total pendapatan keluarga. Pada contoh perempuan, suami memberikan kontribusi pendapatan per bulan sebesar Rp4 872 916.67 (67.04%), dan istri sebesar Rp2 395 833.33 (32.96%) (Tabel 11). Porsi pendapatan keluarga yang didominasi oleh suami menunjukkan bahwa suami dalam rumahtangga merupakan pencari nafkah utama. Penelitian Saleha (2003) tentang manajemen sumberdaya keluarga mengungkapkan bahwa tugas utama istri adalah mengurus rumahtangga, tetapi boleh membantu tugas suami dalam mencari nafkah keluarga, sedangkan tanggung jawab mencari nafkah tetap merupakan tugas suami. Keadaan ini menunjukkan bahwa perangkat aturan yang berlaku dalam masyarakat tentang peran perempuan dalam keluarga cukup membuka ruang publik bagi istri asalkan tetap tidak melupakan atau meninggalkan tugas utamanya dalam keluarga sebagai ibu rumahtangga.

Kepemilikan Aset

Aset merupakan apapun yang dimiliki maupun yang dapat diakses, yang dapat memberikan nilai tukar untuk mencapai tujuan. Menurut Guhardja et al. (1989) aset keluarga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar merupakan barang-barang kekayaan yang relatif cepat dapat diuangkan, seperti emas, perhiasan, dan uang tunai. Aset tidak

lancar merupakan barang-barang kekayaan yang relatif agak lama diuangkan, misalnya tanah, rumah, kendaraan, dan kebun. Pengukuran aset dalam penelitian ini digambarkan oleh jenis dan nilai aset. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga pada contoh laki-laki (80.39%) dan perempuan (75.00%) memiliki rumah sendiri, sedangkan lainnya menyewa atau mengontrak, tinggal di rumah orangtua, dan tinggal di rumah dinas.

Kendaraan merupakan aset yang penting dimiliki keluarga dewasa ini untuk mempermudah aktivitas yang perlu lebih cepat mobilisasi. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa kendaraan yang dimiliki oleh sebagian besar contoh laki-laki (90.20%) dan perempuan (83.33%) adalah sepeda motor. Hal tersebut dikarenakan harga motor yang dapat dijangkau sekaligus sebagai alat transportasi yang praktis digunakan. Tingginya persentase keluarga contoh yang memiliki sepeda motor, maka memungkinkan contoh untuk membawa motor ke kampus sebagai alat transportasi yang mendukung kegiatan akademik dan aktivitas sehari-hari.

Sebagian besar keluarga contoh memiliki lahan berupa rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal, yaitu sebesar 80.39 persen pada contoh laki- laki dan 75.00 persen pada contoh perempuan. Sebesar 20.00 persen keluarga contoh memiliki barang berharga berupa emas. Hal ini dikarenakan keluarga contoh melakukan investasi pada barang berharga yang memungkinkan harga naik pada masa yang akan datang.

Barang elektronik yang paling banyak dimiliki oleh keluarga contoh adalah PC atau laptop, baik pada contoh laki-laki (94.12%) maupun pada contoh perempuan (100.00%). Hal tersebut dikarenakan laptop sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan akademik, akses informasi, dan bisnis. Selain itu, barang elektronik yang dominan dimiliki oleh keluarga contoh adalah televisi (93.33%) (Tabel 12). Tingginya kepemilikan aset untuk akses informasi seperti laptop (untuk internet) dan televisi, dapat mendukung untuk memperoleh informasi. Informasi yang penting bagi keluarga contoh adalah yang mendukung kegiatan akademik yang diperlukan contoh beserta keluarganya.

Lebih dari separuh keluarga contoh memiliki tabungan atas nama suami (53.33%) dan atas nama istri (52.00%). Tabungan diperlukan bagi keluarga contoh untuk keperluan sehari-hari, investasi masa depan, hal-hal yang tak terduga, dan keperluan keluarga yang ada di kampung halaman.

Jenis Aset yang Dimiliki Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Kepemilikan Rumah

- Milik Sendiri 41 80.39 18 75.00 59 78.67

- Sewa atau Kontrak 4 7.84 4 16.67 8 10.67 - Milik Orangtua/ Keluarga 4 7.84 2 8.33 6 8.00 - Rumah Dinas 2 3.92 0 0.00 2 2.67 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Kepemilikan Kendaraan - Mobil 17 33.33 14 58.33 31 41.33 - Sepeda Motor 46 90.20 20 83.33 66 88.00 - Sepeda 8 15.69 5 20.83 13 17.33 Kepemilikan Lahan - Rumah 41 80.39 18 75.00 59 78.67 - Tanah 22 43.14 13 54.17 35 46.67 - Kebun 10 19.61 5 20.83 15 20.00 Kepemilikan Barang Berharga - Emas 8 15.69 7 29.17 15 20.00 - Saham 0 0.00 1 4.17 1 1.33 Kepemilikan Barang Elektronik - Televisi 48 94.12 22 91.67 70 93.33 - Radio 26 50.98 15 62.50 41 54.67 - Kulkas 43 84.31 20 83.33 63 84.00 - VCD Player 35 68.63 20 83.33 55 73.33 - PC/ Laptop 48 94.12 24 100.00 72 96.00 - Camera Digital 27 52.94 16 66.67 43 57.33 - Handycam 8 15.69 4 16.67 12 16.00 - Microwave 6 11.76 4 16.67 10 13.33

- Lainnya (home theatre, mesin cuci) 3 5.88 2 8.33 5 6.67 Kepemilikan Tabungan - Suami 32 62.75 8 33.33 40 53.33 - Istri 25 49.02 14 58.33 39 52.00 - Anak 11 21.57 7 29.17 18 24.00 Kepemilikan Ternak - Ternak Sapi 5 9.80 5 20.83 10 13.33 - Ternak Kambing 1 1.96 0 0.00 2 2.67 - Ternak Kerbau 2 3.92 0 0.00 1 1.33 - Ternak Ikan 1 1.96 0 0.00 1 1.33

Ternak yang dimiliki oleh keluarga contoh bermacam-macam, namun persentase terbesar pada contoh laki-laki (9.80%) dan perempuan (20.33%) memiliki ternak sapi. Kepemilikan usaha ternak pada keluarga contoh sementara berhenti karena fokus untuk kegiatan akademik, serta tidak adanya personal yang akan mengurusi usaha ternak di kampung halaman. Hal ini umumnya dialami oleh contoh yang berjenis kelamin laki-laki, karena istri maupun anggota keluarga lain di kampung halaman tidak memiliki kemampuan untuk meneruskan usaha ternak.

Total aset yang dimiliki oleh keluarga contoh berkisar antara Rp22 000 000.00 sampai dengan Rp4 285 000 000.00. Rata-rata aset yang

dimiliki oleh keluarga contoh yaitu sebesar Rp378 105 733.33. Kepemilikan aset yang tergolong dalam jumlah besar ini berasal dari usaha sambilan yang dimiliki oleh keluarga contoh serta dari warisan orangtua.

Akses, Sumber, dan Jumlah, dan Jenis Informasi

Akses Informasi. Menurut Fitriani (2010) dalam penelitiannya tentang modal sosial, dukungan sosial, dan ketahanan keluarga nelayan di daerah rawan bencana, kemudahan seseorang dalam memperoleh informasi memungkinkan orang tersebut mudah untuk mengakses jenis informasi yang diinginkan dari sumber yang tersedia. Tabel 13 menunjukkan bahwa seluruh keluarga contoh (100.00%) mudah untuk memperoleh informasi, sebab sarana informasi dari media elektronik dan media cetak saat ini sangat mendukung untuk memperoleh informasi kapanpun dan di manapun.

Tabel 13 Sebaran contoh menurut jenis kelamin, kemudahan memperoleh informasi, sumber informasi, dan jumlah sumber informasi

Akses Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Kemudahan Memperoleh Informasi Ya 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Tidak 0 0.00 0 0.00 0 0 Total 51 100.00 24 100.00 75 100.00 Sumber Informasi Televisi 50 98.04 24 100.00 74 98.67 Radio 26 50.98 11 45.83 37 49.33 Surat Kabar/ Koran 38 74.51 20 83.33 58 77.33 Majalah 27 52.94 14 58.33 41 54.67 Internet 41 80.39 22 91.67 63 84.00

Jumlah Sumber Informasi

1 Jenis Informasi 3 5.88 4 16.67 3 4.00 2 Jenis Informasi 7 13.73 6 25.00 11 14.67 3 Jenis Informasi 12 23.53 5 20.83 18 24.00 4 Jenis Informasi 16 31.37 9 37.50 21 28.00 5 Jenis Informasi 13 25.49 24 100.00 22 29.33

Sumber dan Jumlah Informasi. Sebagian besar keluarga contoh memperoleh informasi dari televisi (98.67%) dan internet (84.00%), Hal tersebut dikarenakan mudahnya untuk mengakses informasi pada saat ini. Selain itu, keluarga contoh yang berpendidikan tinggi juga memungkinkan untuk mengakses informasi dari berbagai sumber. Hampir sepertiga sumber informasi yang diperoleh keluarga contoh laki-laki berasal dari empat jenis sumber informasi (31.37%), sedangkan seluruh contoh keluarga pada contoh perempuan memperoleh informasi dari lima sumber, berupa televisi, radio, surat kabar atau

koran, majalah, dan internet. Hal tersebut karena perbedaan daerah contoh, sehingga jenis sumber informasi yang diperoleh pun berbeda. Wardhani (1994) mengungkapkan bahwa media massa terutama radio dan televisi merupakan sumber informasi yang paling baik untuk membangkitkan kesadaran dan minat khalayak terhadap suatu gagasan baru atau suatu pesan.

Tabel 14 Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan jenis informasi

Jenis Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Suami - Pekerjaan 29 56.86 13 54.17 42 56.00 - Pengasuhan 12 23.53 5 20.83 17 22.67 - Pendidikan 45 88.24 15 62.50 60 80.00 - Kesehatan 35 68.63 16 66.67 51 68.00 - Cuaca 9 17.65 5 20.83 14 18.67 - Harga Barang 9 17.65 8 33.33 17 22.67 - Lain-lain* 34 66.67 16 66.67 50 66.67 Istri - Pekerjaan 18 35.29 10 41.67 28 37.33 - Pengasuhan 23 45.10 13 54.17 36 48.00 - Pendidikan 33 64.71 20 83.33 53 70.67 - Kesehatan 38 74.51 18 75.00 56 74.67 - Cuaca 4 7.84 3 12.50 7 9.33 - Harga Barang 17 33.33 7 29.17 24 32.00 - Lain-lain* 37 72.55 18 75.00 55 73.33 Anak - Pekerjaan 0 0.00 2 8.33 2 2.67 - Pengasuhan 2 3.92 1 4.17 3 4.00 - Pendidikan 24 47.06 12 50.00 36 48.00 - Kesehatan 9 17.65 3 12.50 12 16.00 - Cuaca 1 1.96 1 4.17 2 2.67 - Harga Barang 0 0.00 1 4.17 1 1.33 - Lain-lain* 28 54.90 17 70.83 45 60.00 Ket * : olahraga, sinetron, gosip, komedi, film, kartun, musik, dan kriminal

Jenis Informasi. Jenis informasi dalam penelitian ini meliputi pekerjaan, pengasuhan, pendidikan, kesehatan, cuaca, harga barang, dan lain-lain. Informasi pekerjaan adalah segala macam informasi tentang hal-hal yang mendukung tentang pekerjaan contoh. Informasi mengenai pengasuhan meliputi informasi yang diperlukan dalam pengasuhan anak. Informasi pendidikan adalah informasi yang mendukung dan berkaitan dengan pendidikan contoh maupun keluarganya. Jenis informasi yang diakses suami baik pada sebagian besar contoh laki-laki (88.24%) maupun pada hampir dua pertiga contoh perempuan (62.50%) adalah informasi mengenai pendidikan (Tabel 14), sebab informasi tentang pendidikan sangat diperlukan untuk menunjang akademik selama kuliah di IPB.

Hampir tiga perempat pada contoh laki-laki (74.51%) dan sebanyak tiga perempat contoh perempuan (75.00%) menyatakan bahwa istri lebih banyak mengakses informasi tentang kesehatan, yang digunakan sebagai panduan untuk merawat kesehatan anggota keluarga. Selain itu, informasi lain-lain seperti sinetron dan gosip juga dominan diakses oleh istri, yaitu sebesar 73.33 persen. Anak-anak banyak mengakses informasi tentang kartun dan film, baik pada contoh laki-laki (54.90%) dan perempuan (70.83%) (Tabel 14). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak lebih menyukai sarana informasi yang digunakan sebagai hiburan di sela-sela kegiatan sekolahnya.

Dukungan Sosial Dukungan Sosial Keluarga Inti

Dukungan sosial keluarga inti adalah bentuk dukungan baik yang bersifat informasi, penilaian, instrumen, dan emosi yang diberikan oleh keluarga inti kepada contoh. Sebanyak dua pertiga contoh menyatakan sangat sering mendapatkan informasi tentang kondisi keluarga dan mendapatkan dukungan saat jauh dari keluarga inti (66.70%) (Tabel 15). Hampir dua pertiga contoh menyatakan sangat sering mendapatkan informasi yang diperlukan selama kuliah (62.70%), mendapatkan dukungan dan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari (61.30%), serta mendapatkan kepercayaan saat mengambil keputusan (65.30%) dari keluarga inti. Hal tersebut karena adanya sarana komunikasi yang mudah diakses oleh contoh maupun keluarganya di kampung halaman.

Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga contoh menyatakan sering memperoleh usulan dan nasehat tentang rencana hidup (40.00%). Hampir separuh contoh menyatakan keluarga inti sangat sering mendengarkan keluh kesah sehari-hari (46.70%), sering mendapatkan saran dan kritik (46.70%), mendapatkan bantuan materi (42.70%) dan moril untuk memecahkan masalah pribadi (49.30%), mendapatkan respon saat menceritakan permasalahan pada lebih dari separuh contoh (50.70%), serta mendapatkan perhatian mengenai sikap dan penampilan (54.70%). Lebih dari separuh contoh menyatakan sering

Dokumen terkait