• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Progesteron dan Bobot Badan

Rataan kadar progesteron serum dan bobot badan tikus normal dan ovariektomi pada berbagai tingkatan umur disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus normal berpengaruh nyata (P<0.01) pada kadar hormon progesteron serum dan bobot badan. Rataan kadar progesteron serummenurun seiring dengan bertambahnya umur, sedangkan bobot badan pada tikus normal meningkat dengan bertambahnya umur.

Tabel 4 Rataan kadar progesteron serum dan bobot badan pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi

Para Meter Kondisi hewan Umur (bulan) 12 18 24 30 36 Kadar proges teron (ng/mL) Normal 56.46±3.89a 50.15±1.97b 46.82±1.61b 18.80±2.78c 17.74±1.43c OV-1 56.93±3.89a 39.47±8.61b 29.28±0.70b - - OV-3 16.33±5.97 - - - - Bobot badan (g) Normal 230±0.57e 243±2.64d 256±2.00c 282±2.00b 288±1.52a OV-1 247±1.52b 251±1.52b 290±11.35a - - OV-3 261±3.51 - - - -

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). OV-1 = 1 bulan pascaovariektomi, OV-3 = 3 bulan pascaovariektomi.

Dengan bertambahnya umur, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun. Hal ini sependapat dengan Ganong (2003) bahwa penurunan fungsi organ reproduksi menyebabkan kadar estrogen dan progesteron menurun.

Pada usia 12 bulan, terlihat kadar progesteron paling tinggi. Tikus umur 12 bulan merupakan middle-aged rats (Markow 1999). Pada usia ini, tikus masih dapat bereproduksi, walaupun tingkat kesuburannya mulai menurun, dan umumnya memiliki siklus estrus yang normal, namun beberapa individu memperlihatkan siklus estrus yang irreguler (Lu et al. 1979, Ganong 2003). Pada umur 18 bulan terlihat bahwa mulai terjadi penurunan kadar progesteron sebesar 11,17% bila dibandingkan dengan tikus umur 12 bulan. Menurut Affandi (1997) pada wanita saat premenopause, yaitu kira-kira umur 40 tahun, mulai terjadi penurunan sekresi hormon progesteron.

Berdasarkan data Tabel 1 menunjukkan bahwa tikus umur 18 bulan mulai mengalami penurunan kadar progesteron. Dari data tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa premenopause pada tikus terjadi pada umur 18 bulan. Selanjutnya, kadar progesteron menurun secara drastis pada tikus normal umur 30 bulan dan 36 bulan. Pada wanita, pascamenopause ditandai dengan kadar estrogen dan progesteron yang rendah (Zulkarnaen 2003). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tikus mengalami pascamenopause pada umur 30-36 bulan.

Kadar progesteron pada kelompok tikus yang diovariektomi dengan kondisi 1 bulan pascaovariektomi terlihat pola yang sama dengan tikus normal. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur dan tindakan ovariektomi pada tikus berpengaruh nyata (P= 0.0031) pada kadar progesteron. Penurunan kadar progesteron serum pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi seiring dengan bertambahnya umur. Lamanya waktu pascaovariektomi juga berpengaruh nyata (P <0.01) pada kadar progesteron serum. Hal ini terbukti bahwa pada tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi memiliki kadar progesteron yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tikus normal umur 12 bulan dan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi. Apabila tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi dibandingkan dengan usia tua (36 bulan) menunjukkan bahwa kadar progesteron tidak berbeda nyata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hewan model yang cocok digunakan untuk kondisi pascamenopause adalah tikus dengan umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi berpengaruh nyata (P <0.01) pada peningkatan bobot badan (Tabel 4). Demikian juga tindakan ovariektomi berpengaruh pada bobot badan, yang terlihat dari bobot badan tikus umur 12, 18, 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi meningkat bila dibandingkan dengan tikus normal pada umur yang sama.

Lamanya waktu pascaovariektomi juga berpengaruh nyata pada bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi memiliki bobot badan yang lebih meningkat bila dibandingkan dengan tikus dengan umur yang sama, tetapi dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dan tikus normal umur 12 bulan.

Peningkatan bobot badan tikus diduga akibat kekurangan estrogen sehingga terjadi peningkatan simpanan lemak pada jaringan adiposa. Ovariektomi menyebabkan berkurangnya kadar estrogen (Safrida 2008) dan progesteron (Tabel 4). Hal ini senada dengan Bimonte-Nelson et al. (2003) bahwa ovariektomi pada tikus menyebabkan penurunan level progesteron. Fungsi progesteron sulit dipisahkan dari hormon-hormon lainnya, seperti estrogen (Cole dan Cupps 1977). Hal ini disebabkan progesteron secara normal bekerja sama dengan estrogen dan steroid-steroid lainnya dan menghasilkan hanya sedikit pengaruh-pengaruh khusus bila bekerja sendiri.

Kekurangan hormon estrogen dan progesteron di duga menyebabkan terjadinya penurunan katabolisme lemak. Jones et al. (2000) menyatakan bahwa kekurangan estrogen menyebabkan peningkatan massa jaringan adiposa. Adanya gangguan penggunaan dan penyimpanan glukosa otot pada tikus yang kekurangan estrogen akan menyebabkan penurunan lean body mass. Penurunan penggunaan glukosa oleh otot akan menyebabkan meningkatnya jumlah glukosa yang tersedia untuk proses lipogenesis sehingga mendorong terjadinya penimbunan lemak.

Kualitas Uterus

Rataan bobot uterus, kadar kolagen uterus, kadar DNA uterus, dan kadar RNA uterus pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi disajikan pada Tabel 5. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus normal berpengaruh nyata (P < 0.05) pada kadar kolagen uterus, kadar DNA uterus, dan kadar RNA uterus, namun tidak berpengaruh pada bobot uterus. Dengan bertambahnya umur tikus, kadar kolagen uterus semakin menurun. Begitu juga dengan bertambahnya umur, jumlah sel yang terdapat dalam jaringan uterus menjadi berkurang yang digambarkan oleh kadar DNA. Aktivitas sintesis sel uterus, yang digambarkan oleh kadar RNA sel uterus, juga menurun dengan bertambahnya umur.

Lebih lanjut, penurunan kadar kolagen uterus sebesar 17,47% pada umur 18 bulan, 46,44% pada umur 24 bulan, 47,67% pada umur 30 bulan, dan 52,15% pada umur 36 bulan bila dibandingkan dengan tikus umur 12 bulan. Penurunan kadar kolagen uterus secara drastis terjadi pada tikus normal umur 24 bulan, 30 bulan, dan 36 bulan.

Tabel 5 Rataan bobot, kadar kolagen, DNA, dan RNA uterus pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi

Parameter Kondisi hewan Umur (bulan) 12 18 24 30 36 Bobot uterus (g) Normal 0.85±0.25 0.61±0.16 0.59±0.05 0.60±0.19 0.37±0.02 OV-1 0.43±0.01 0.50±0.03 0.43±0.04 - - OV-3 0.22±0.03 - - - - Kadar kolagen uterus (mg/g sampel) Normal 45.73±2.16a 37.74±3.65b 24.49±2.70c 23.93±3.62c 21.88±4.38c OV-1 24.51±4.66a 23.44±1.71a 10.86±1.57b - - OV-3 16.64±4.05 - - - - Kadar DNA uterus (mg/g sampel) Normal 2.72±0.22a 2.36±0.08b 2.36±0.06b 2.24±0.04b 2.17±0.06b OV-1 2.38±0.42 2.27±0.10 2.12±0.09 - - OV-3 2.15±0.73 - - - - Kadar RNA uterus (mg/g sampel) Normal 36.96±4.12a 22.90±4.66b 22.86±3.33b 16.39±3.86b 15.70±3.21b OV-1 17.56±1.11 19.51±1.28 20.70±2.16 - - OV-3 17.56±1.11 - - - -

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). OV-1 = 1 bulan pascaovariektomi, OV-3 = 3 bulan pascaovariektomi.

Hal yang berbeda dengan kelompok normal, pada kelompok hewan yang diovariektomi terlihat bahwa umur pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi berpengaruh nyata (P < 0.05) pada kadar kolagen uterus, namun tidak berpengaruh nyata pada bobot uterus, kadar DNA uterus, dan kadar RNA uterus.

Tindakan ovariektomi mempengaruhi penurunan kualitas uterus. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan tikus umur 12, 18, 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dengan tikus normal pada umur yang sama. Pada tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi terlihat bahwa bobot uterus, kadar kolagen uterus, dan kadar RNA uterus menurun bila dibandingkan dengan tikus normal umur 12 bulan. Pada tikus umur 18 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi terlihat bahwa kadar kolagen uterus menurun bila dibandingkan dengan tikus normal umur 18 bulan. Kemudian pada tikus umur 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi menunjukkan bahwa bobot uterus, kadar kolagen uterus, dan kadar DNA uterus menurun bila dibandingkan dengan tikus normal umur 24 bulan.

Lebih lanjut, lamanya waktu pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.05) pada bobot uterus, kadar kolagen uterus, dan RNA uterus. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan tikus umur 12 bulan dalam kondisi normal dengan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dan kondisi 3 bulan pascaovariektomi. Bobot uterus dan kadar RNA uterus pada tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi menurun bila dibandingkan

dengan tikus normal umur 12 bulan, namun sama dengan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi. Kadar kolagen uterus pada tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi menurun bila dibandingkan dengan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dan tikus normal umur 12 bulan. Artinya, dengan bertambahnya waktu pascaovariektomi maka kadar kolagen uterus semakin menurun. Apabila tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi dibandingkan dengan usia tua (36 bulan) menunjukkan bahwa kadar kolagen uterus, kadar DNA, dan RNA uterus tidak berbeda nyata.

Penurunan kolagen uterus mempunyai risiko terjadinya prolapse uterus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Price et al. (2010) bahwa prolapse uterus terjadi ketika organ-organ panggul wanita jatuh dari posisi normal, ke dalam atau melalui vagina. Salah satu hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya prolapse adalah gangguan jaringan ikat. Menurut Iwahashi dan Muragaki (2011) bahwa kelainan kolagen, komponen utama matriks ekstraseluler, dapat meningkatkan kerentanan wanita untuk mengalami prolapse uterus.

Proses penuaan berkaitan dengan radikal bebas. Dengan bertambahnya umur, maka semakin banyak radikal bebas. Radikal bebas bisa dihasilkan secara endogen atau diperoleh secara eksogen (Kevin et al. 2006). DNA dan RNA dirusak oleh radikal bebas, sehingga terjadi penurunan kadar DNA dan RNA seiring dengan bertambahnya umur.

Kualitas Kulit

Rataan kadar kolagen kulit pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur tikus berpengaruh nyata (P<0.01) pada kadar kolagen kulit dan kadar RNA kulit, namun tidak berpengaruh pada kadar DNA kulit. Rataan kadar kolagen kulit pada tikus menurun seiring dengan bertambahnya umur. Demikian juga dengan aktivitas sintesis sel kulit, yang digambarkan oleh kadar RNA sel kulit, menurun dengan bertambahnya usia.

Penurunan kadar kolagen kulit sebesar 14,86% pada umur 18 bulan, 35,58% pada umur 24 bulan, 41,82% pada umur 30 bulan, dan 51,06% pada

umur 36 bulan bila dibandingkan dengan tikus umur 12 bulan. Penurunan kadar kolagen kulit secara drastis terjadi pada tikus normal umur 24 bulan, 30 bulan, dan 36 bulan.

Tabel 6 Rataan kadar kolagen, DNA, dan RNA kulit pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi

Parameter Kondisi hewan Umur (bulan) 12 18 24 30 36 Kadar kolagen kulit (mg/g sampel) Normal 35.58±2.41a 30.29±2.30b 22.92±2.94c 20.70±0.96cd 17.41±2.73d OV-1 27.18±0.71 20.85±1.41 20.85±1.41 - - OV-3 20.51±0.76 - - - - Kadar DNA kulit (mg/g sampel) Normal 2.36±0.14 2.28±0.06 2.22±0.09 2.13±0.11 2.11±0.10 OV-1 2.24±0.14 2.23±0.08 2.20±0.07 - - OV-3 2.13±0.11 - - - - Kadar RNA kulit (mg/g sampel) Normal 42.94±5.60a 23.32±1.14b 21.16±5.70b 13.32±2.83c 10.19±2.61c OV-1 30.77±1.29a 21.63±3.14b 12.19±3.45c - - OV-3 13.53±1.57 - - - -

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). OV-1 = 1 bulan pascaovariektomi, OV-3 = 3 bulan pascaovariektomi.

Kadar kolagen dan kadar RNA kulit tikus mempunyai nilai korelasi (0.94054) dan menunjukkan korelasi yang berbeda nyata (P<0.05), yang berarti semakin rendah kadar kolagen maka semakin menurun kadar RNA kulit tikus normal pada berbagai tingkatan umur. Kadar kolagen kulit dan kadar progesteron tikus mempunyai nilai korelasi (0.8827) dan menunjukkan korelasi yang berbeda nyata (P<0.05), yang berarti semakin rendah kadar kolagen maka semakin menurun kadar progesteron tikus normal pada berbagai tingkatan umur.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.05) pada kadar RNA kulit, namun tidak berpengaruh nyata pada kadar kolagen kulit dan kadar DNA kulit. Apabila tikus umur 12, 18, dan 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dibandingkan dengan tikus normal pada umur yang sama maka terlihat bahwa kadar RNA kulit tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi menurun bila dibandingkan dengan tikus normal umur 12 bulan.

Lebih lanjut, lamanya waktu pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.05) pada kadar kolagen kulit dan kadar RNA kulit. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan tikus umur 12 bulan dalam kondisi normal dengan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dan kondisi 3 bulan pascaovariektomi. Dengan bertambahnya waktu pascaovariektomi maka kadar kolagen kulit dan kadar RNA kulit semakin menurun. Apabila tikus umur 12

bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi dibandingkan dengan usia tua (36 bulan) menunjukkan bahwa kadar kolagen kulit, kadar DNA, dan RNA kulit tidak berbeda nyata.

Berkurangnya kadar kolagen menyebabkan penurunan elastisitas atau kekencangan kulit. Datau dan Wibowo (2005) menyatakan selama proses menua, terdapat penurunan jumlah fibroblas yang mensintesis kolagen dan pembuluh darah yang mensuplai kulit. Penurunan sintesis fibroblas ini menimbulkan keriput. Kolagen disintesis oleh fibroblas dari molekul prokolagen oleh aksi endoprotease. Benang-benang kolagen mengalami beberapa modifikasi pascatranslasi untuk meningkatkan stabilitasnya dan kekuatan.Atropi kolagen adalah faktor besar pada penuaan kulit. Mays et al. (1995) menyatakan tikus tua mengalami penurunan produksi kolagen dan penurunan sintesis protein pada sel fibroblas kulit secara in vitro. Menurut Zague et al. (2011), pemberian kolagen hidrolisat dapat meningkatkan kadar kolagen tipe I dan IV, serta peningkatan ekspresi kolagen kulit pada tikus. Bertambahnya massa matriks ekstraseluler atau kolagen dirangsang oleh proses anabolik jaringan kulit. Thomas (2005) melaporkan bahwa pada tikus tua terjadi penurunan persentase fraksi kolagen dan perubahan ketebalan pada epidermis dan dermal kulit bagian dorsal. Selanjutnya Nomura et al. (2003) menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, terjadi penurunan panjang glikosaminoglikan (GAG) pada kulit tikus.

Penelitian Schulze et al. (2012) menunjukkan hasil bahwa fibroblas yang berasal dari manusia umur 80 tahun memperlihatkan peningkatan kekakuan (stiffening) sebesar 60% bila dibandingkan dengan manusia umur 28 tahun. Penurunan jumlah fibroblas menimbulkan keriput/kaku yang secara langsung mengakibatkan perubahan pada elastisitas matriks kolagen. Perubahan mekanisme ini mempengaruhi fungsi sel, termasuk sitoskeleton, seperti kontraktilitas, motilitas, dan proliferasi, yang penting untuk reorganisasi matriks ekstraseluler. Menurut Biben (2001) bahwa kekurangan estrogen dapat menurunkan mitosis kulit sampai atropi, menjadikan ketebalan kulit berkurang, menyebabkan berkurangnya sintesis kolagen, dan meningkatkan penghancuran kolagen. Estrogen mempengaruhi aktivitas metabolik sel-sel epidermis dan fibroblas, serta aliran darah.

Untuk mengevaluasi adanya suatu pertumbuhan atau perkembangan dari suatu jaringan dapat dihitung dari kandungan DNA-nya dengan asumsi bahwa kandungan DNA per sel adalah konstan atau tetap. Menurut Rastogi (2007), salah satu penuaan pada tingkat molekuler dapat dilihat dari perubahan kuantitatif asam nukleat. Jumlah DNA per sel pada setiap spesies adalah konstan. Kehilangan DNA atau RNA per organ menggambarkan pada penurunan efisiensi fungsional. Penelitian Valle et al. (2008) menyatakan atropi jaringan adiposa terjadi pada tikus umur 24 bulan yang ditandai dengan penurunan total DNA dan protein mitokondria.

Kualitas Tulang

Tulang terbentuk dari unsur mineral, matriks organik ekstraseluler, sel-sel osteoblas, osteoklas, osteosit, serta air. Rataan kadar kolagen, kadar DNA, dan kadar RNA tulang pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus normal berpengaruh nyata (P<0.05) pada kadar kolagen dan kadar RNA tulang, namun tidak berpengaruh pada kadar DNA. Penurunan kadar kolagen tulang nyata terlihat pada tikus umur 36 bulan, yakni menurun sebesar 25,01% bila dibandingkan dengan tikus umur 12 bulan, sedangkan aktivitas sintesis sel tulang, yang digambarkan oleh kadar RNA sel tulang, menurun dengan bertambahnya umur.

Tabel 7 Rataan kadar kolagen, DNA, dan RNA tulang pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi

Parameter Kondisi hewan Umur (bulan) 12 18 24 30 36 Kadar kolagen tulang (mg/g sampel) Normal 20.67±1.42a 20.87±1.93a 20.93±3.81a 19.37±0.93a 15.50±0.49b OV-1 20.73±0.35a 19.39±0.96a 16.72±1.62b - - OV-3 16.89±1.28 - - - - Kadar DNA tulang (mg/g sampel) Normal 2.54±0.36 2.26±0.31 2.01±0.03 2.06±0.05 2.05±0.04 OV-1 2.32±0.13 2.16±0.13 2.04±0.007 - - OV-3 2.04±0.13 - - - - Kadar RNA tulang (mg/g sampel) Normal 19.90±2.25a 11.46±1.38b 9.39±1.54bc 9.09±1.56bc 7.82±2.26c OV-1 14.86±2.48a 9.86±0.77b 7.52±2.23b - - OV-3 7.99±1.05 - - - -

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). OV-1 = 1 bulan pascaovariektomi, OV-3 = 3 bulan pascaovariektomi.

Pada kondisi hewan ovariektomi terlihat bahwa umur pada tikus dengan kondisi 1 bulan pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.01) pada kadar kolagen

dan kadar RNA tulang, namun tidak berpengaruh pada kadar DNA tulang. Apabila tikus umur 12, 18, dan 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dibandingkan dengan tikus normal pada umur yang sama maka terlihat bahwa kadar kolagen, kadar DNA, dan kadar RNA tulang tidak berbeda nyata. Artinya bahwa kondisi 1 bulan pascaovariektomi tidak berpengaruh pada penurunan kadar kolagen, DNA, dan RNA tulang.

Lamanya waktu pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.01) pada kadar kolagen dan kadar RNA tulang. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan tikus umur 12 bulan dalam kondisi normal dengan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dan kondisi 3 bulan pascaovariektomi. Kadar kolagen dan kadar RNA tulang pada tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi menurun bila dibandingkan dengan tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi. Selanjutnya, tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi bila dibandingkan dengan usia tua (36 bulan) menunjukkan bahwa kadar kolagen, DNA, dan RNA tulang tidak berbeda nyata.

Penurunan kadar kolagen membuat tulang menjadi tidak elastis dan mudah patah. Menurunnya kadar kolagen mengindikasikan adanya gangguan fisiologi tulang yang bisa mengakibatkan osteopenia atau mengarah pada osteoporosis. Menurut Guyton (1996), matriks organik tulang kira-kira 95 persen merupakan serabut-serabut kolagen. Serabut-serabut ini membuat tulang menjadi kuat. Estrogen dapat berpengaruh langsung pada kesehatan tulang melalui reseptor estrogen beta. Estrogen dapat menekan produksi IL-6 oleh osteoblas sehingga menekan produksi osteoklas (Girasole et al. 1992). Estradiol juga mempunyai efek anabolik pada tulang sehingga menambah pertumbuhan tulang (Granner 1990). Estrogen dapat menstimulasi sel tulang untuk menghasilkan IGF-1. Selanjutnya IGF-1 akan menstimulasi proliferasi dan produksi kolagen tipe 1 oleh osteoblas (Gowen 1991).

Mineral tulang merupakan bentuk anorganik dari tulang, dengan campuran utamanya kristal kalsium fosfat atau kristal kalsium hidroksiapatit [3Ca

3(P04)2Ca(OH)2]. Rataan kadar kalsium tulang, fosfor tulang, rasio Ca/P tulang, dan kadar abu tulang pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi disajikan pada Tabel 8. Rataan kadar kalsium tulang, dan rasio Ca/P

tulang tibia pada tikus normal menurun (P<0.01) seiring dengan bertambahnya umur, sebaliknya rataan kadar fosfor tulang meningkat (P<0.01) dengan bertambahnya umur, sedangkan dengan bertambahnya umur tidak mempengaruhi kadar abu tulang.

Tabel 8 Rataan kadar kalsium tulang, fosfor tulang, rasio Ca/P tulang tibia, dan kadar abu tulang pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi Parameter Kondisi hewan Umur (bulan) 12 18 24 30 36 Kadar kalsium tulang (%) Normal 40.07±4.06a 40.03±1.30a 41.12±1.06a 15.23±4.99b 13.13±4.16b OV-1 22.76±1.36a 15.54±0.39b 8.57±1.25c - - OV-3 10.08±1.82 - - - - Kadar fosfor tulang (%) Normal 23.12±3.05b 28.23±3.70b 27.46±1.64b 36.00±2.78a 36.1±4.70a OV-1 11.57±2.14c 25.29±6.12b 33.46±2.73a - - OV-3 36.53±1.15 - - - - Rasio Ca/P tulang (%) Normal 1.76±0.35a 1.43±0.15a 1.50±0.09a 0.41±0.11b 0.36±0.08b OV-1 2.03±0.54a 0.64±0.17b 0.25±0.04b - - OV-3 0.27±0.04 - - - - Kadar abu tulang (%) Normal 38.57±0.08a 36.33±1.74ab 36.33±1.74ab 35.23±6.95ab 31.79±5.03ab OV-1 38.02±0.43 33.29±7.57 34.33±3.58 - - OV-3 30.55±0.37 - - - -

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). OV-1 = 1 bulan pascaovariektomi, OV-3= 3 bulan pascaovariektomi.

Demikian juga pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi terlihat pola yang sama dengan tikus normal. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.01) pada kadar kalsium tulang, fosfor tulang, rasio Ca/P tulang, namun tidak berpengaruh pada kadar abu tulang. Rataan kadar kalsium tulang, rasio kadar Ca/P tulang pada tikus dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi menurun seiring dengan bertambahnya umur, sebaliknya rataan kadar fosfor tulang meningkat dengan bertambahnya umur.

Tindakan ovariektomi mempengaruhi penurunan kualitas tulang. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan tikus umur 12, 18, dan 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi dengan tikus normal pada umur yang sama. Pada tikus umur 12 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi terlihat bahwa kadar kalsium tulang menurun bila dibandingkan dengan tikus normal umur 12 bulan. Pada tikus umur 18 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi, kadar kalsium dan rasio Ca/P tulang menurun bila dibandingkan dengan tikus normal

umur 18 bulan. Demikian juga pada tikus umur 24 bulan dalam kondisi 1 bulan pascaovariektomi menunjukkan bahwa kadar kalsium dan rasio Ca/P tulang menurun bila dibandingkan dengan tikus normal umur 24 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi 1 bulan pascaovariektomi tidak berpengaruh pada penurunan kadar abu tulang.

Lamanya waktu pascaovariektomi berpengaruh nyata (P<0.05) pada kadar kalsium tulang, fosfor tulang, rasio Ca/P tulang, dan kadar abu tulang, yang diketahui dengan membandingkan tikus umur 12 bulan dalam kondisi normal dengan tikus umur 12 bulan kondisi 1 bulan pascaovariektomi dan kondisi 3 bulan pascaovariektomi. Hasil penelitian ini terbukti bahwa kondisi 3 bulan pascaovariektomi berpengaruh pada penurunan kadar kalsium tulang, rasio Ca/P tulang, dan kadar abu tulang. Selanjutnya, tikus umur 12 bulan dalam kondisi 3 bulan pascaovariektomi bila dibandingkan dengan usia tua (36 bulan) menunjukkan bahwa kadar kalsium tulang, rasio Ca/P tulang, dan kadar abu tulang tidak berbeda nyata.

Proses remodelling tulang tidak seimbang akibat penurunan hormon estrogen dan progesteron. Seperti yang dikemukakan oleh Setyohadi (2000), penurunan kadar hormon estrogen memiliki hubungan erat dengan ketidakseimbangan remodelling tulang, karena estrogen mempunyai reseptor pada sel-sel osteoblas. Seifert-Klauss dan Prior (2010) melaporkan estradiol dan progesteron bekerja sama dalam proses remodelling tulang, estradiol berperan pada resorbsi atau penyerapan dan progesteron berperan pada proses pembentukan (formasi) tulang. Selain itu, seiring dengan proses penuaan, tingkat penyerapan kalsium pada tubuh akan menurun (Hollick 1996).

Rataan kadar kalsium dan fosfor serum pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi disajikan pada Tabel 9. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur pada tikus normal tidak berpengaruh nyata pada kadar kalsium dan fosfor serum. Rataan kadar kalsium dan fosfor serum pada berbagai tingkatan umur tikus normal tidak mengalami perubahan, yakni berada dalam kisaran normal. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kalsium dan fosfor serum selalu diupayakan dalam keadaan tetap. Penelitian Campos et al. (1998) menunjukkan bahwa pemberian pakan defisiensi besi tidak berpengaruh pada

kadar kalsium dan fosfor serum pada tikus. Kadar kalsium selalu diupayakan dalam keadaan tetap atau berada dalam kisaran normal melalui mekanisme kelenjar tiroid dan paratiroid (Murray et al. 2003).

Tabel 9 Rataan kadar kalsium dan fosfor serum pada berbagai tingkatan umur tikus normal dan ovariektomi

Parameter Kondisi hewan Umur (bulan) 12 18 24 30 36 Kadar kalsium serum (mg/dL) Normal 15.64±0.18 15.76±0.36 15.96±0.21 15.17±0.06 15.44±0.20 OV-1 15.46±0.40a 10.70±2.11b 11.93±0.68b - -

Dokumen terkait