• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan setelah melakukan penelitian, diperoleh hasil yang disusun untuk menggambarkan seluruh proses penelitian yang telah dilakukan termasuk proses memperoleh data yang mendukung penelitian ini. Adapun jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, berupa penggambaran data yang berguna untuk memperoleh gambaran nyata sehingga diharapkan dapat mudah dimengerti oleh orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang nyata, dimana dapat merepresentasikan secara singkat dan sederhana tentang situasi dan kondisi di lapangan.

Selama melakukan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kendala yang memperlambat proses penyelesaian. Penelitian ini menghabiskan waktu sekitar lima bulan. Proses pengumpulan datanya pun juga mengalami sedikit kesulitan karena proses kampanye sudah dilakukan sekitar 3 tahun yang lalu yaitu pada tahun 2010 di kota Pematangsiantar. Kesulitan lainnya adalah pengumpulan alat peraga kampanye seperti spanduk, stiker, baliho, baju (kaos bergambar pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar), dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan ketidakpedulian tim pemenangan terhadap inventaris kampanye karena sudah dinyatakan sebagai pemenang pemilu. Namun untuk meminimalisir kendala tersebut, peneliti mencoba mencari data-data pendukung yang bersifat data luar (data sekunder) untuk memperkuat dan memperdalam hasil penelitian sehingga penelitian ini dapat relevan.

Selama proses pengumpulan data dan kategorisasi data, peneliti berusaha mencari data dari alat peraga yang digunakan kandidat sebagai media dalam penyampaian pesan pada saat kampanye mereka berlangsung. Salah satu cara yang peneliti lakukan yaitu dengan menemui langsung ketua tim pemenangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar yaitu bapak T.J.Sihombing di Pematang Siantar dan melakukan wawancara dengan beliau. Setelah melakukan wawancara, bapak T.J Sihombing memberikan jalan keluar berupa cara untuk mendapatkan semua alat-alat peraga kampanye, antara lain dengan mempertemukan dengan anggota tim sukses yang bekerja di bidang dokumentasi pada saat proses kampanye dilakukan yang memiliki tugas mengabadikan dan menyimpan semua file atau berkas yang berkaitan dengan keperluan kampanye pasangan calon Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar pada saat itu.

IV.2 Pembahasan Penelitian

Setelah hasil penelitian disajikan, langkah selanjutnya yang akan peneliti lakukan adalah melakukan pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh dengan pembahasan teori dan metodologi. Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa intisari penelitian ini menggambarkan strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh calon walikota dan wakil walikota Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar.

Seiring dengan bergulirnya era Reformasi, bangsa Indonesia telah menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang berdemokrasi dan telah memberikan harapan dan perubahan di dalam pola pemilihan umum di tingkat daerah yang sering disebut Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA). Pesta demokrasi di Indonesia telah berlagsung, yang juga diikuti dengan pemilukada yang juga telah terlaksana di berbagai daerah. Pemilu yang baru saja berlangsung, seperti yang kita ketahui memiliki landasan hukum yaitu UU No.10 tahun 2008,

yang sebelumnya memakai UU No.12 tahun 2003. Pemilihan kepala daerah juga termasuk sebuah praktek demokrasi seperti yang termaktub dalam Undang Undang No.32 tahun 2004.

Perjalanan pembelajaran demokrasi di Indonesia sebelum masa kemerdekaan sampai dengan saat ini melahirkan sebuah sistem yang baru, ketidakpuasan (kekurangan) undang Undang No.32 tahun 2004, akhirnya keluarlah keputusan Mahkamah Konstitusi No.5/ PUU- V/ 2007 yang menganulir UU No.32 tahun 2004 pasal 56, 59, dan 60 tentang persyaratan pencalonan kepala daerah memberikan peluang kepada calon independen untuk maju dalam pemilukada. Revisi Undang Undang No.32 tahun 2004 melahirkan undang-undang No.12 tahun 2008. Undang-undang No.12 tahun 2008 ini berisi tentang perubahan terhadap undang- undang No.32 tahun 2004 mengenai pelaksanaan otonomi daerah. Dimana didalam undang- undang sebelumnya, kepala daerah dipilih langsung dari usulan partai politik, sedangkan dalam undang-undang ini, pemilihan kepala daerah secara langsung dapat mencalonkan pasangan calon tanpa harus didukung oleh partai politik, melainkan calon perseorangan yang dicalonkan melalui dukungan dari masyarakat yang dibuktikan dengan dukungan tertulis dan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pada tanggal 19 April 2007 terbitlah undang-undang No.32 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilihan umum. Di undang-undang ini pemilihan kepala daerah dimasukkan pada rezim pemilu. Maka kemudian masyarakat mulai mengenal pemilihan umum kepala daerah (pemilukada).

Perubahan yang sigifikan telah terlihat dari dampak sistem pemilihan kepala daerah secara langsung terutama di pentas perpolitikan tingkat daerah, dimana semua kandidat berlomba memberikan yang terbaik kepada masyarakat guna memenangkan kompetisi politik yang disertai dengan dukungan yang mereka dapatkan dari masyarakat pemilih. Dalam iklim politik yang penug dengan persaingan, terbuka dan transparan, setiap kontestan membutuhkan suatu metode yang dapat memfasilitasi mereka dalam memasarkan inisiatif

politik, gagasan politik, isu politik, ideology partai, karakteristik pemimpin, dan program kerja pada masyarakat.33

Demikian juga di Kota Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu kota di Indonesia yang ikut melaksanakan pemilukada pada tanggal 9 juni 2010 dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 177.971 di 53 Kelurahan.

Dalam pemilukada tersebut terdapat sepuluh pasangan yang mencalonkan diri untuk pemilihan Walikota Pematangsiantar34, yaitu:

1. Ir. Mahrum Sipayung, MS dan H. Evra Sassky Damanik, S.sos 2. Ir. R.E Siahaan dan H. Burhan Saragih, SH

3. Prof. Dr. Poltak Sinaga, M.si dan Drs. Jalel Saragih 4. Herowhin T.F Sinaga, M.si dan Hj. Frida Riani Damanik 5. dr. Ria Nofida Telaumbanua, M.kes dan Drs. Suriyatno 6. Moh. Heriza Syahputra, SH dan Horas Silitonga

7. Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar

8. dr. Margan R. P. Sibarani, M.kes dan Rupina Aruan, S.Pd

9. Frans Immanuel T. Saragih, S.sos dan Dra. Rokiba Hasibuan, M.A 10.Barkat Shah dan Ir. Boundeth Damanik

Dengan berakhirnya pemilukada kota Pematangsiantar dan telah melewati fase penghitungan suara, maka pasangan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar memenangkan pertarungan dengan perolehan suara terbanyak mencapai 39.585 dari 119.258 suara sah pemilih.

33

Firmanzah, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, hal, 21. 34 KPU Kota Pematangsiantar

Dibawah ini tabel perolehan suara yang diperoleh masing-masing pasangan calon pada pemilihan umum daerah Kota Pematangsiantar yang diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 2010.

Dokumen terkait