• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Sukabumi termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat, secara

geografis terletak di antara 6o57’ - 7o25’ Lintang Selatan dan 106o49’-107o00’

Bujur Timur dengan topografi umumnya bergelombang. Pegunungan berada di bagian utara, tengah dan selatan, bergelombang sampai daerah pantai dengan ketinggian mulai 0 – 2.969 meter di atas permukaan laut. Sedangkan secara klimatologi, kabupaten ini berada pada daerah yang beriklim sedang, suhu harian

berkisar antara 18-29oC dengan kelembaban rata-rata 85%, curah hujan antara

2.000 sampai dengan 4.000 mm per tahun, dengan rata -rata bulan basah enam bulan dan rata-rata bulan kering dua bulan.

Luas wilayah daratan Kabupaten Sukabumi seluruhnya 4.164,0427 kilometer persegi atau 416.404,27 hektar dan berbatasan dengan Kabupaten Bogor di sebelah utara, Samudra Indonedia di sebelah selatan, Kabupaten Lebak di sebelah barat, di sebelah timur Kabupaten Cianjur dan di tengahnya berbatasan dengan Kota Sukabumi. Gunung Salak dan Gunung Gede menjadi batas alam dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur.

Secara administratif, kabupaten ini dibagi dalam 45 kecamatan dengan 341 desa/ kelurahan. Kawasan agribisnis sapi potong, khususnya untuk penggemukan sapi potong terdapat di sembilan kecamatan, meliputi Kecamatan Kebonpedes, Kadudampit, Gegerbitung, Cikembar, Parungkuda, Cicurug, Nyalindung, Purbaya dan Jampangtengah. Sedangkan kawasan perbibitan, difokuskan di tiga lokasi

pengembangan, yakni (1) Surade, melip uti Kecamatan Jampangkulon,

Kalibunder, Cibitung, Ciracap, Waluran, Surade dan Ciemas; (2) Sagaranten,

meliputi Kecamatan Cidadap, Sagaranten, Curugkembar, Pabuaran, Tegalbuleud

dan Cidolog; (3) Jampangtengah, meliputi Kecamatan Lengkong, Nyalindung

dan Purbaya. Kawasan yang ketiga ini dikategorikan sebagai kawasan perbibitan baru, karena merupakan kawasan yang belum tersentuh program perbibitan. Dipilihnya dua kecamatan penelitian yakni Kecamatan Surade dan Nyalindung

77

adalah agar mampu mewakili kategori daerah perbibitan dan penggemukan sapi potong.

Kecamatan Surade berada di wilayah Sukabumi Selatan, yang bagian selatannya berbatasan dengan Samudra Indonesia, di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Waluran dan Kecamatan Jampangkulon, di sebelah timur dengan Kecamatan Ciracap dan Kecamatan Cibitung di sebelah barat. Kelompok peternak sapi potong yang dijadikan objek penelitian di Kecamatan Surade ialah kelompok peternak Banjaran, yang berlokasi di Desa Jagamukti dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 30 orang yang tersebar di lima dusun, yakni di Banjaran, Cisuren, Cidadap, Sinarjaya dan Dusun Kubang. Hampir seluruh anggota kelompok peternak sapi potong ini memelihara ternaknya secara dilepas di ladang hamparan rumput alam. Pencapaian populasi ternak sapi potong mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, dimana terdapat penurunan jumlah populasi sebesar lima persen. Salah satu penyebab nya adalah tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) yang rendah, dimana banyak sapi peternak yang belum bunting padahal sudah dua tahun dipelihara. Menurut penuturan ketua kelompok peternak Banjaran, pelaksanaan kegiatan IB baru dibangkitkan kembali awal 2003, setelah sebelumnya sempat terhenti selama empat tahun. Penyebab lain adalah faktor SDM, d imana mantri hewan yang kurang memberikan informasi kepada peternak tenta ng keadaan sapi potong peternak dan tidak ada petugas di kantor Kepala Cabang Dinas(KCD) Kecamatan Surade.

Gambaran Desa Jagamukti dimana kelompok sapi potong “Banjaran” berada, memiliki luas wilayah 405 Ha dan berada 250 meter di atas permukaan laut (dpl). Termasuk daerah yang bersuhu panas karena berada diketinggian <750 dpl. Curah hujan Desa Jagamukti rata-rata 216 mm pertahun. Kemiringan lahan 8-15 derajat dan termasuk lahan kering karena berkisar 10-20%. Lokasi Jagamukti ini sangat berpotensi untuk pengembangan ternak ruminansia, baik sapi maupun ternak domba. Secara administratif desa tersebut berbatasan dengan Desa Citangkar di sebelah utara, di sebelah Selatan dengan Desa Gunung Sungging, di sebelah barat Desa Swakarya dan di sebelah timur dengan Desa Cidahu.

78

Usahaternak sapi potong di Desa Jagamukti sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Potensi SDA ( sumberdaya alam) dan SDM (sumberdaya manusia) perlu diolah dan dikembangkan. Umumnya peternak memelihara sapi dengan dilepas di lapangan dan dibiarkan mencari makan sendiri. Jumlah Penduduk yang banyak adalah salah satu faktor tenaga kerja untuk pengembangan sapi potong.

Menurut Tabel 5, jumlah penduduk di Desa Jagamukti adalah sebanyak 5.032 jiwa, yang terdiri atas 2.453 orang laki- laki dan 2.579 orang perempuan. Sedangkan kepala keluarga ada sebanyak 1.444 KK, berarti setiap keluarga memiliki rataan besar keluarga sekitar 3,48. Terlihat, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan ternyata sedikit lebih banyak dari penduduk berjenis kelamin laki-laki. Penduduk yang berjenis kelamin perempuan seharusnya dilibatkan dalam kegiatan peternakan. Perempuan mempunyai sifat yang ulet dalam melaksanakan pekerjaan dan potensi ini perlu dikembangkan. Banyak sekali potensi yang dimiliki oleh wanita yang bernilai positif bagi pembangunan peternakan secara luas. Mulai dari memelihara, mengolah hasil ternak sampai memasarkannya. Di lokasi penelitian semua responden berjenis kelamin laki-laki (100%). Perempuan dengan segala kemampuan dan potensi dirinya perlu dilibatkan lebih serius untuk lebih memajukan dunia peternakan Indonesia terutama peternakan sapi potong di Desa Jagamukti.

Tabel 5. Distribusi penduduk Desa Jagamukti menurut umur

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

0 - 5 647 12,86

6 – 14 860 17,09

15 – 45 2.655 52,76

46 – 60 870 17,29

Total 5.032 100,00

Sumber: Monografi Desa Jagamukti, 2005.

Dari Tabel 5 diperoleh informasi bahwa hampir dua pertiga (sekitar 70 persen) penduduk Desa Jagamukti tergolong peternak usia produktif, yakni 15-60 tahun dan ini adalah potensi yang menjadi pertimbangan dalam pembangunan agribisnis sapi potong, karena di usia produktif umumnya peternak mempunyai

79

semangat tinggi, mau bekerja keras, dinamis, kreatif, inovatif dan aktif dalam melakukan aktivitas usahaternak sapi potong yang mereka geluti.

Sebagian besar (73%) mata pencaharian penduduk Desa Jagamukti adalah bertani, sedangkan macam pekerjaan lainnya sebaga i buruh, pegawai negeri sipil (PNS), pedagang dan tukang kayu atau tukang batu. Sisanya, rata-rata satu persen ke bawah adalah bermatapencaharian sebagai sopir, aparat keamanan, karyawan swasta, guru swasta, penjahit dan montir. Kategori jenis pekerjaan lain-lain sebanyak 70 kepala keluarga adalah bekerja sebagai nelayan, guru SD/madrasah dan pensiunan. Secara rinci macam pekerjaan atau mata penca harian penduduk Desa Jagamukti dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Macam pekerjaan penduduk Desa Jagamukti per kepala keluarga

Jenis pekerjaan Jumlah

(KK)

Persentase

(%)

PNS (Pegawai negeri sipil) 70 4,85

TNI/Polri 13 0,90 Guru swasta 5 0,35 Karyawan Swasta 10 0,69 Berdagang 68 4,71 Buruh 92 6,37 Petani 1.055 73,06

Penjahit dan Montir 6 0,42

Sopir 15 1,04

Tukang Kayu dan Tukang Batu 40 2,76

Lain- lain 70 4,85

Total 1.444 100,00

Sumber: Monografi Desa Jagamukti, 2005

Kecamatan terpilih lainnya ialah Nyalindung berada di wilayah Sukabumi Tengah, yang bagian selatannya berbatasan dengan Kecamatan Purbaya , di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebonpedes dan Kecamatan Gunung Guruh, di sebela h timur dengan Kecamatan Gegerbitung dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cikembar dan Jampangtengah. Kelompok peternak sapi potong yang dijadikan objek penelitian di Kecamatan Nyalindung adalah kelompok peternak Cisitu, yang berlokasi di Desa Cisitu dengan jumla h anggota kelompok sebanyak 32 orang.

80

Desa Cisitu memiliki luas 1.226 Ha dan berada 700 meter dpl serta termasuk pada daerah yang bersuhu panas karena <750 meter dp l, yakni rata -rata

suhu udara 20-24oC pada siang hari dan 17-19oC pada malam hari. Curah hujan

Desa Cisitu rata-rata 2.412 mm pertahun. Secara administratif desa ini berbatasan dengan Desa Kertaangsana di sebelah utara, di sebelah Selatan dengan Desa Margaluyu, di sebelah barat Desa Cintamiang dan di sebelah timur dengan Desa Nyalindung.

Usahaternak sapi potong di Desa Cisitu sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Potensi SDA dan SDM perlu diolah dan dimanfaatkan secara optimal. Jumlah Penduduk yang banyak adalah salah satu faktor tenaga kerja untuk pengembangan usahaternak sapi potong. Gambaran jumlah penduduk di Desa Cisitu adalah sebanyak 1.360 kepala keluarga (KK), dengan jumlah jiwa 4.305 orang yang terdiri atas 2.161 orang laki-laki dan 2.144 orang perempuan.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Cisitu adalah bertani, sedangkan macam pekerjaan lainnya sebagai buruh atau pekerja karyawan, pedagang dan pegawai negeri sipil (PNS). Secara rinci mata pencaharian penduduk Desa Cisitu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Macam pekerjaan penduduk De sa Cisitu per kepala keluarga

Jenis Pekerjaan Jumlah

(KK)

Persentase

(%)

PNS (Pegawai negeri sipil) 9 0,66

Petani/Buruh 813 59,78 Pedagang 124 9,12 Buruh/Pekerja Karyawan 336 24,71 Pensiunan 15 1,10 Lain- lain 63 4,63 Total 1.360 100,00

Sumber: Monografi Desa Cisitu, 2005.

Dari jumlah penduduk di atas, menunjukkan potensi tenaga kerja di Desa Cisitu cukup besar. Kategori jenis pekerjaan lain-lain sebanyak 63 kepala keluarga adalah bekerja sebagai sopir, guru SD /madrasah. Hal ini berarti tingkat kelahiran di Desa Cisitu masih terkendali.

81

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Cisitu adalah satu buah PUSTU (Puskesmas Pembantu), 17 buah masjid , tiga buah SD dan enam buah madrasah, 39 buah mushola, enam buah MCK, 12 buah sumber air bersih, sebuah wartel yang dalam kondisi rusak dan koperasi non KUD satu buah. Desa Cisitu mempunyai enam kelompoktani, lima kelompok lanjut dan satu pemula.

Kabupaten Gunung Kidul dan Sukohardjo

Kabupaten Gunung Kidul termasuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Kabupaten Sukohardjo di Propinsi Jawa Tengah. Dua kabupaten

ini merupakan pilihan lokasi untuk kelompok peternak sapi potong kategori maju, karena kedua kelompok ini pernah menjadi yang terbaik tingkat nasional (Juara I).

Untuk Kabupaten Gunung Kidul dipilih kelompok perbibitan sapi potong “Sedyo Rukun” yang berlokasi di Desa Ngalang Kecamatan Gedangsari. Desa Ngalang ini memiliki luas wilayah 1.481,7910 Ha dan berada 300-375 meter

dpl, dengan suhu udara rata-rata 19-32oC dan curah hujan ± 320 mm pertahun.

Secara administratif desa bertopografi dataran tinggi berbukit ini berbatasan dengan Desa Hargomulyo di sebelah utara, di sebelah Selatan dengan Desa Gading Kecamatan Playen, di sebelah barat Desa Nglegi Kecamatan Patuk dan di sebelah timur dengan Desa Pengkol Kecamatan Nglipar.

Usahaternak sapi potong kelompok Sedyo Rukun di Desa Ngalang adalah usaha perbibitan dengan target produksinya ia lah pedet, sehingga pemilihan bibit dalam proses reproduks i sangat diperhatikan. Kelompok Sedyo rukun dalam proses reproduksi seratus persen dilakukan dengan cara IB, sehingga kelompok tidak memerlukan adanya pejantan. Keuntungan yang diperoleh dengan proses reproduksi seperti ini adalah anggota kelompok yang akan mengawinkan induknya dapat menentukan waktu yang tepat dan dapat memilih bibit unggul yang diinginkan untuk mendapatkan hasil pedet yang bernilai jual tinggi serta dapat menghindari tertularnya penyakit yang dibawa oleh pejantan.

Bibit yang telah dihasilkan oleh anggota kelompok, apabila berkelamin betina dan mutunya baik diutamakan digunakan untuk induk sendiri atau dijual dalam kelompok. Apabila bibit yang dihasilkan ad alah jantan/betina dengan mutu

82

kurang baik, maka anggota kelompok akan menjualnya ke luar kelompok atau ke pasar.

Jumlah penduduk Desa Ngalang berkisar sekitar 1.688 kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 7.180 orang, terdiri atas 3.351 orang laki- laki dan 3.829 orang perempuan. Gambaran jumlah penduduk yang banyak adalah salah satu faktor tenaga kerja untuk pengembangan usahaternak sapi potong. Sama halnya dengan penduduk Desa Cisitu, sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Ngalang adalah bertani, menyusul sebagai buruh atau pertukangan, pedagang, penjual jasa/sopir, pegawai negeri sipil dan pensiunan. Lain- lain di sini adalah kepala keluarga yang masuk kategori tidak memiliki pekerjaan tetap dan umumnya adalah rumahtangga muda yang masih menumpang dengan orangtuanya. Secara rinci mata pencaharian penduduk Desa Ngalang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Macam pekerjaan penduduk Desa Ngalang per kepala keluarga

Jenis Pekerjaan Jumlah

(KK) Persentase (%) PNS 42 2,49 Petani/Buruh 522 30,92 Pedagang 413 24,47 Buruh/Pertukangan 420 24,88 Pensiunan 32 1,90 Penjual jasa/sopir 173 10,25 Lain- lain 86 5,09 Total 1.688 100,00

Sumber: Monografi Desa Ngalang, 2005.

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Ngalang adalah satu buah Puskesmas, 11 buah masjid, 17 buah mushola, dua buah taman kanak-kanak, lima buah SD dan satu SLTP , 39 buah mushola, satu wartel, satu orari, 506 buah pesawat tele visi, 759 radio, 15 buah sepeda, 105 motor, 13 mobil dan tiga buah truk. Selain itu terdapat satu buah industri kecil di desa tersebut berupa selepan beras, enam buah industri rumah tangga, dua buah toko, 36 buah warung dan 200 meter saluran irigasi.

83

Populasi ternak di Desa Ngalang sendiri meliputi 32.140 ekor ayam kampung, 100 ekor itik, 500 ekor kambing dan 600 ekor sapi potong. Sedangkan kegiatan pertambangan bahan galian yang ada di Desa Ngalang, berupa batu

gunung (240 m3), batu kali (330 m3) dan batu bangunan (2600 m3).

Kelompok sendiri telah memiliki koperasi kelompok yang diberi nama “Koperasi Sedyo Rukun,” dengan nomor badan hukum 0341/BH/KDK -12-3, tertanggal 5 Mei 2000. Koperasi tersebut kini telah memiliki tiga unit usaha Simpan Pinjam, 17 buah unit usaha Bahan-bahan Kredit dan sebuah unit usaha Ekonomi Desa.

Kelompok peternak sapi potong yang berdiri pada bulan Februari 1989 ini,

kini berstatus kelas kelompok utama dan telah memiliki 30 anggota kelompok

dengan jumlah ternak sebanyak 150 ekor. Prestasi kelompok yang telah diraih dalam mengimplementasikan pengembangan kawasan terpadu agribisnis sapi potong adalah:

(a) di aspek agribisnis hulu, berupa:

1. Usaha pakan, yang dilakukan oleh kelompok dengan menyediakan pakan sapi bagi anggota kelompok dalam bentuk melakukan gerakan penanaman rumput kolonjono, gliricide, lamtoro dan turi di pematang sawah milik anggota maupun di Daerah Aliran Sungai (DAS), memanfaatkan limbah pertanian (rende ng kedela i, kacang tanah dan jerami padi), memanfaatkan hasil sampingan panen padi yaitu katul dan membuat casapro untuk pakan penguat, melayani penjualan konsentrat jadi bagi anggota kelompok. 2. Usaha perbibitan, dengan memanfaatkan seratus persen IB bagi anggota

kelompok yang akan mengawinkan induk sapi potong.

3. Usaha obat/vaksin , yakni menjual obat-obatan sederhana yang dibutuhkan anggota seperti obat cacing dan membuat obat tradisional dari biji lamtoro.

(b) di aspek on-farm, berupa:

upaya mengembangkan dan memantapkan kelembagaan kelompok. Mulai dari merapihkan struktur kelompok, memantapkan pengurus kelompok, mendeskripsikan tugas pokok pe ngurus, membina anggota kelompok, membantu merapihkan macam administrasi kelompok dan mengefektifkan

84

pelaksanaan kerja kelompok. Memberikan pelatihan di proses produksi, seperti pemilihan bibit, proses reproduksi, pengelolaan pakan, sistem perkandangan, penge ndalian dan pencegahan penyakit, pembinaan aktivitas dan ragam usaha kelompok, serta meningkatkan SDM kelompok dengan mengadakan penyuluhan, studi banding, pelatihan, simposium insap (intensifikasi sapi potong) dan mengikuti pameran (pekan nasional). Pemeliharaan sapi potong di kelompok Sedyo Rukun dipadukan dengan budidaya tanaman pangan, dimana kotoran sapi sebagai hasil sampingan diolah menjadi pupuk kompos sehingga kotoran sapi yang sebenarnya merupakan limbah yang dapat mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman pangan. Sedangkan limbah dari tana man pangan berupa rendeng kedelai dan kacang maupun jerami dapat disimpan sebagai tendon pakan alternatif yang akan dimanfaatkan pada saat musim kemarau. (c) aspek agribisnis hilir, berupa:

1. Usaha penangana n pasca panen, dengan melakukan pengolahan limbah

kotoran sapi menjadi pupuk fine compos yang dilaksanakan oleh

masing-masing anggota.

2. Usaha pemasaran hasil, dengan mengkoordinir pemasaran sapi bakalan maupun induk afkir milik masing- masing anggota, dimana bagi anggota yang melakukan penjualan ternak dikenai iuran penjualan sebesar Rp. 10.000,00.

(d) aspek penunjang, dilakukan kegiatan berupa:

upaya penguatan modal kelompok melalui iuran anggota setiap menjual sapi dan mencarikan sumber bantuan modal pinjaman bergulir (misalnya bantuan dari dinas perekonomian Kabupaten Gunung Kidul, pinjaman lunak dari PT Dana Reksa).

Untuk Kabupaten Sukohardjo dipilih kelompok peternak sapi potong “Subur” yang berlokasi di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto. Desa ini memiliki luas wilayah 441,7840 Ha, terdiri dari 256,7230 Ha lahan sawah, 53,8750 Ha tegalan, 119,5845 Ha lahan pekarangan dan permukiman, 11,6015 Ha berupa jalan, sungai dan kuburan. Suhu udara rata-rata dan curah hujan pertahun

85

mirip dengan Desa Ngalang di Kabupaten Gunung Kidul. Secara administratif desa bertopografi datar ini berbatasan dengan Desa Wonorejo dan Desa Jatiroso di sebelah utara, di sebelah selatan dengan Desa Godog, di sebelah barat Desa Bakalan dan di sebelah timur dengan Desa Po lokarto dan Rejosari.

Usahaternak sapi potong kelo mpok tani ternak Subur di Desa Mranggen adalah usaha perbibitan dan kereman/penggemukan, de ngan usaha pendukung pembuatan hijauan pakan ternak, pengolahan air kencing, pengadaan sapronak dan obat-obatan/ vaksin, pengolahan hasil ternak. Usaha lainnya berupa tani padi, tani melon, empon-empon (bahan baku jamu gendong) dengan memanfaatkan pupuk kompos (kotoran sapi).

Jumlah penduduk Desa Mrangge n saat ini ada sebanyak 2.189 KK dengan jumla h jiwa 8.413 orang yang terdiri atas 4.051 laki- laki dan 4.362 orang perempuan. Gambaran jumlah penduduk berdasarkan umur dan je nis kelamin tersaji pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Distribusi penduduk Desa Mranggen menurut

umur dan jenis kelamin

Ke lompok Umur (Tahun) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) 0 - 6 601 688 1.289 15,32 7 - 12 670 745 1.415 16,82 13 – 15 342 329 671 7,98 16 – 24 631 708 1.339 15,92 25 – 40 669 686 1.355 16,10 > 40 1.138 1.206 2.344 27,86 Total 4.051 4.362 8.413 100,00

Sumber: Monografi Desa Mra nggen, 2005.

Sedangkan distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, seperti yang tersaji pada Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar (hampir 58 persen) mata pencaharian penduduk Desa Mranggen adalah bertani sebagai buruh tani, menyusul petani peternak sekitar 32 persen (624 kepala keluarga petani dan 82 kepala keluarga peternak). Sepulu h persen sisanya bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, jasa pengangkutan/montir, PNS dan pensiunan.

86

Tabel 10. Maca m pekerjaan penduduk Desa Mranggen per kepala keluarga

Jenis Pekerjaan Jumlah

(KK) Persentase (%) Petani Peternak 706 32,25 Buruh tani 1.259 57,51 Pedagang 34 1,55

Jasa Pengangkutan, montir 32 1,47

Pengrajin 20 0,91

PNS 106 4,84

Pensiunan 32 1,47

Total 2.189 100,00

Sumber: Monografi Desa Mranggen, 2005.

Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di Desa Mranggen adalah lima buah taman kanak-kanak, tujuh unit S D dan dua SLTP , ditambah 19 unit lembaga pendidikan keagamaan. Memiliki sarana telepon umum dan layanan wartel serta tv umum. Termasuk satu televisi umum yang ditarok di kelompok, pesawat televisi hadiah dari Ibu Presiden sebagai Juara tingkat Nasional Lomba Kelompok Tani Ternak bidang Agribisnis Peternakan tahun 2003. Jumlah pesawat tele visi di Desa Mranggen ada sebanyak 756 unit, 2.157 buah radio, 62 sepeda, 105 motor, 21 mobil dan empat buah truk.

Populasi ternak di Desa Mra nggen sendiri meliputi 1.029 ekor sapi potong, 15.250 ekor ayam ras, 3.396 ekor ayam kampung, 2.210 ekor bebek/itik, 489 ekor domba dan 310 ekor kambing. Ketersediaan hijauan pakan ternak (HPT) sangat

mendukung, di antaranya kebon pakan ternak (rumput gajah, king grass dan

setaria) yang ditanam di tanah Kas Desa seluas dua hektar dengan produksi HMT sekitar 20 ton per hektar, cukup banyak limbah pertanian yang belum termanfaatkan (jerami padi, pucuk tebu, tebon dan rendeng/daun kacang tanah, daun ketela, daun jagung), lahan sekitar sawah yang subur telah digunakan untuk penanaman rumput, lamtoro, turi dan gamal.

Pada awal dibentuk kelompok dengan nama Kelompok Tani Ternak Subur pada tahun 1998 memiliki 25 orang anggota . Kini, telah berkembangan menjadi 40 orang, tetapi yang aktif dan dapat ditemui saat dilaksanakan penelitian hanya 33 orang. Jumlah pemilikan ternak juga berkembang dari 104 ekor, kini menjadi 308 ekor dengan skala kepemilikan ternak per anggota 5-9 ekor. Pertemuan rutin

87

kelompok setiap 35 hari sekali (selapanan) setiap hari Minggu Kliwon merupakan modal sosial bagi masyarakat di lokasi penelitian, termasuk aktivitas pengajian.

Berkat ketekunan, keingintahuan, keuletan dan mengutamakan gotong royong dari anggota kelompok serta adanya bimbingan dari Dinas /Instansi terkait dalam hal ini Sub Dinas Peternakan Sukoharjo dan KCD Peternakan, PPL dan Mantri Hewan Polokarto, maka kelompok tani ternak Subur mengalami kemajuan dari berbagai segi antara lain kelompok telah mengelola ternaknya dengan sistem agribisnis. Kelas kelompok juga mengalami peningkatan dari kelas Pemula (11 Januari 1999) menjadi Lanjut (12 Januari 2000), lalu meningkat menjadi Madya

(15 Januari 2001) dan dikukuhkan menjadi kelas Utama pada tanggal 7 Januari

2002.

Semua anggota kelompok “Subur” telah menjadi anggota KUD Sukodono yang berada di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto. Prestasi kelompok yang telah diraih dalam mengimplementasikan pengembangan kawasan terpadu agribisnis sapi potong di antaranya adalah:

(a) di aspek agribisnis hulu, berupa:

1. Usaha pakan, baik hijauan maupun konsentrat dihasilkan dari kelompok sendiri. Hijauan pakan ternak dipenuhi dari kebun bibit HPT kelompok, lahan pekarangan, lahan tegalan masing-masing anggota, lahan Kas Desa dan turus jalan. Hijauan pakan ternak yang diberikan berupa hijauan segar, kering maupun pakan olahan seperti: hay, silase, amoniasi jerami dan teknologi pakan UMMB (urea mollases multinutrition Block) atau permen sapi. Formulasi yang dipakai untuk membuat UMMB adalah sebagai berikut: mollases/tetes 5 kg, onggok 1,75 kg, bekatul 2,5 kg, bungkil kedelai 0,75 kg, kapur 1,25 kg, urea 0,6 kg, garam 1 kg dan mineral lakta t 0,125 kg. Konsentrat yang diberikan pada sapi berasal dari

produksi kelompok sendiri yang diolah di pabrik pakan mini kelompok,

dengan bahan baku lokal berupa bekatul, onggok/gemblong, tepung jagung, tetes, bungkil kelapa dengan komposisi sebagai berikut: bekatul 39%, bungkil kelapa 18%, tepung jagung 18%, onggok 22%, urea dan garam masing-masing satu persen, mineral/kapur dan tetes masing- masing

88

0,5%. Sedangkan bahan baku non-lokal (bungkil kelapa sawit) disuplai dari PT Sempulur dengan kerjasama kemitraan. Konsentrat yang diproduksi oleh kelompok Subur sejak November 2001 ini selain untuk mencukupi kebutuhan sendiri juga dijual kepada peternak luar anggota. 2. Usaha perbibitan, di kelompok Subur berasal dari produksi kelompok,

yakni dengan memelihara induk yang dikawinkan dengan pejantan unggul (Simmental, Limousin, Brahman, Brangus) melalui inseminasi buatan/IB. Untuk meningkatkan mutu genetik ternak kelompok melakukan sistem perbibitan dengan pencatatan (recording), seleksi, pengafkiran dan peremajaan. Pemilihan bibit sapi dengan seleksi induk yang sesuai dengan

kriteria bibit. Untuk meningkatkan conception rate (tingkat kebuntinga n)

beberapa hal telah dilakukan seperti pemahaman tanda-tanda berahi,

Dokumen terkait