• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scaffolding dalam Pemecahan Masalah

3.8. Teknik Analisis Data

4.2.1 Hasil Pembentukan Karakter Mandiri

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima subjek penelitian yang dipilih berdasarkan tes pendahuluan. Berdasarkan observasi sebelum penelitian berlangsung, diketahui bahwa masing-masing subjek penelitian memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Jadi, tugas guru disini adalahmerencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh peserta didik dengan berbagai karakteristiknya sehingga dapat membentuk karakter mandiri. Merancang kegiatan pembelajaran untuk membentuk karakter peserta didik bukan hal yang mudah, dalam hal ini bukan peneliti yang membentuk karakter peserta didik melainkan kegiatan dalam pembelajaranlah yang membentuk karakter tersebut. Selain itu butuh kesadaran dalam diri peserta didik itu sendiri untuk mengubah sikap dan perilakunya sehingga dalam dirinya tertanam karakter mandiri.Untuk mengubah perilaku peserta didik dibiasakan dengan kondisi tertentu sehingga peserta didik terbiasa dalam kondisi tersebut dan tanpa disadari telah menjadi karakter mereka.

Materi pembelajaran barisan dan deret aritmetika dan geometri dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkankarakter mandiri peserta didik. Guru tidak perlu mengubahpokok bahasan yang sudah ada,

tetapi menggunakan materi pokok bahasan ituuntuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa (Hasan, 2010: 13). Secara lebih rinci, karakter dapat dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit) (Kemendiknas, 2010: 19).

Peneliti mengamati sikap dan perilaku yang mewakili masing-masing indikator karakter mandiri. Dengan mengetahui sikap dan perilaku tersebut, seperti diungkapkan Agustian sebagaimana dikutip dalam Lepiyanto (2011: 77) guru dapat melakukan pengulangan-pengulangan sehingga terjadi internalisasi karakter mandiri. Perilaku masing-masing subjek penelitian untuk setiap pertemuan dapat dilihat pada hasil pengamatan di Lampiran 29. Berikut merupakan tindakan dan pengulangan umum yang diberikan guru kepada setiap subjek penelitian untuk menginternalisasi karakter mandiri pada setiap pertemuan: 1. Mengingatkan bahwa tugas terstruktur harus dicoba dikerjakan sendiri terlebih dahulu di rumah dengan lengkapdan teliti sebelum dibahas bersama saat pembelajaran.

2. Memotivasi peserta didik agar berani menanyakan kesulitannya dalam memahami materi dan memecahkan soal pemecahan masalah.

3. Mendorong peserta didik untuk membuat rangkuman dengan memanfaatkan berbagai sumber yang relevan.

4. Meminta peserta didik untuk mengulang apa yang telah dipelajari saat pembelajaran ketika belajar di rumah dan mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Selain tindakan umum di atas, tindakan lainnya juga dilakukan kepada beberapa subjek penelitian yang belum memperlihatkan perilaku yang diharapkan, antara lain.

(1) Sebagian besar subjek penelitian terlihat masih pasif saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu diberikan dukungan kepada A, C, D, dan E agar aktif dalam menanggapi penjelasan guru dan berani menyampaikan pendapatnya sendiri serta menanyakan kesulitannya kepada teman maupun guru. Selain itu subjek penelitian juga diminta untuk menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas untuk melatih keberanian tampil didepan umum. (2) Sejak pertemuan I telah dilakukan dorongan agar peserta didik mengerjakan

tugas terstruktur di setiap pertemuan dengan lengkap dan rapi, namun beberapa peserta didik termasuk diantaranya D dan E belum mengerjakan sama sekali. Oleh karena itu, guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan terlebih dahulu tugas pada pertemuan II sebelum dibahas. Dengan demikian peserta didik terdorong mau mengerjakan tugas dan mengulang materi yang telah diajarkan.

(3) Selama pembelajaran pada pertemuan pertama, B telah membuat catatan materi sedangkan subjek penelitian yang lain belum. Oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya dilakukan dorongan kepada subjek penelitian yang lain untuk mencatat.

Selain melalui tindakan untuk membentuk karakter mandiri, kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran probing-prompting berbantuan scaffolding juga memiliki proses-proses yang memungkinkan peserta didik merubah perilaku dan sikapnya sehingga dapat terus menerus memperlihatkan perilaku yang mencerminkan karakter mandiri. Berikut ini merupakan matriks keterkatian antara penerapan model pembelajaran

probing-prompting berbantuanscaffolding dengan perubahan perilaku peserta didik untuk indikator yang mewakili karakter mandiri.

Tabel 4.12 Keterkaitan Penerapan Model PembelajaranProbing-Prompting BerbantuanScaffoldingdengan Karakter Mandiri

No Indikator Karakter Mandiri

Keterkaitan Penerapan Model Pembelajaran Probing-PromptingBerbantuanScaffolding 1. Berusaha mencari

informasi dari segala sumber bila dihadapkan dengan masalah

Peserta didik diberikan tugas untuk membuat rangkuman dari sumber apapun mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya 2. Ketidaktergantungan

terhadap orang lain

Peserta didik diberikan tugas untuk terstruktur yang dikerjakan sendiri ataupun diskusi dengan teman tentang materi yang telah dipelajari dan diharapkan untuk mencoba mengerjakan soal pada materi yang akan dibahas selanjutnya.

3. Berperilaku disiplin Peserta didik diminta untuk mengumpulkan tugas sebelum pelajaran dimulai, sehingga terbiasa mengerjakan tugas dirumah sebelumnya.

4. Berperilaku

berdasarkan inisiatif sendiri

Pada model pembelajaran probing prompting peserta didik diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal pemecahan masalah dengan cara mereka sendiri, serta diberikan buku siswa yang memuat soal-soal latihan yang tidak semuanya dibahas di kelas.

3. Memiliki

kepercayaan diri

Pada model pembelajaran probing prompting berbantuan scaffolding peserta didik dilatih untuk dapat berkomunikasi mengutarakan pikiran dan ide mereka sendiri dengan teman dan guru sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik.

4. Melakukan kontrol diri

Fase terakhir pada model pembelajaran probing prompting berbantuan scaffolding memuat pertanyaan akhir dalam bentuk kuis individual yang digunakan untuk menguji indikator, di sini dibiasakan untuk percaya terhadap kemampuan sendiri.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara selama empat pertemuan diketahui bahwa masing-masing subjek penelitian menunjukkan perkembangan pembentukan karakter mandiri yang berbeda. Subjek A dan B sejak pertemuan

pertama sudah menunjukkan bahwa mereka mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun mandiri bukan berarti egois, A yang awalnya pasif, tidak mau menunjukkan bahwa ia mampu, setelah pembelajaran selama empat pertemuan A menunjukan perubahan bahwa ia mau menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Selama penelitian berlangsung beberapa perilakuC dan D yang awalnya belum terlihat menjadi mulai berkembang. Guru memberikan tindakan dan dorongan yang intensif untuk E sehingga sebagian besar perilakunya dapat mencapai tahap mulai berkembang. Secara umum kelima subjek penelitian mengalami perubahan perilaku walaupun dengan peningkatan yang berbeda-beda. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.21berikut.

Gambar 4.21 Indeks Gain Karakter Mandiri

Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kemandirian siswa dari pertemuan pertama hingga keempat mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada pertemuan keempat, dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan model

0 20 40 60 80 100 120 Pertemuan ke 1 Pertemuan ke 2 Pertemuan ke 3 Pertemuan ke 4 A B C D E

pembelajaran yang diterapkan serta mulai termotivasi untuk bekerja secara mandiri dalam mengerjakan sesuatu.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan modelProbing-prompting memungkinkan peserta didik terlibat aktif dalam memecahkan masalah, mengungkapkan pendapat, menanggapi dan mengajukan pertanyaan, serta menyampaikan hasil pekerjaan pada peserta didik lain. Pembiasaan peserta didik untuk aktif dalam menyampaikan pendapatnya sendiri tersebut memungkinkan peserta didik membentuk karakter mandiri karena karakter mandiri pada intinya adalah sifat yang tidak mudah tergantung dengan orang lain dalam mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan belajar. Karakter tersebut memungkingkan peserta didik memiliki penguasaan terhadap materi yang lebih baik, demikian pula kemampuan pemecahan masalahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wood, Bruner dan Ross (dalam Anghileri, 2006) tentang scaffolding bahwa pemberian dukungan pada akhirnya dihapus ketika anak dapat belajar secara mandiri. Selain itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya di Harvard University Amerika Serikat yang menghasilkan suatu teori bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri sendiri (soft skill) (Muslich, 2011:84).

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Probing-prompting berbantuan scaffoldingpada materi barisan dan deret dapat mengembangkan karakter mandiri peserta didik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari perubahan sikap dan

perilaku peserta didik pada indikator-indikator yang menunjukkan karakter mandiri.

Dokumen terkait