• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scaffolding dalam Pemecahan Masalah

3.7. Metode Analisis Data Uji Coba Soal Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah

Soal uji coba tes kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal uraian. Oleh karena itu metode analisis instrumen yang digunakan adalah untuk menganalisis soal uraian. Sebuah instrumen tes dikatakan sebagai alat ukur yang baik jika memenuhi persyaratan tes sebagai berikut:

3.7.1. Validitas Butir Soal

Anderson, sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2009: 65), mengungkapkan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus korelasiproduct moment, sebagai berikut.

ݎ௫௬ = ܰ ∑ ܻܺ−(∑ ܺ)(∑ ܻ)

ඥ{ܰ ∑ ܺଶ−(∑ ܺ)ଶ}{ܰ ∑ ܻଶ−(∑ ܻ)ଶ}

Keterangan: ݎ௫௬ : Koefisien korelasi antara X dan Y

N : Banyaknya subjek atau peserta didik yang diteliti ∑ ܺ : Jumlah skor tiap butir soal

∑Y : Jumlah skor total

∑ ܻ : Jumlah kuadrat skor total

(Arikunto, 2009: 72).

Hasil perhitungan r୶୷ dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment, dengan taraf signifikansi ߙ= 5%. Jikar୶୷ > r୲ୟୠୣ୪ maka butir soal tersebut valid dan sebaliknya. Soal yang diujicobakan berupa soal uraian yang yang terdiri atas 7 soal. Soal ini diujicobakan di kelas XI Ad yang banyaknya 33 peserta didik. Berikut ini peneliti akan menyajikan hasil uji coba soal yang telah dilakukan.

Tabel 3.1. Perolehan validitas butir soal Butir Soal Skor Validitas Kriteria

1 0,701 Valid 2 0,719 Valid 3 0,826 Valid 4 0,267 Tidak valid 5 0,828 Valid 6 0,695 Valid 7 0,478 Valid rtabel= 0,344

Berdasarkan hasil ujicoba soal diperoleh hasil bahwa dari tujuh soal yang diujicobakan terdapat enam butir soal yang valid (butir 1,2,3,5,6 dan 7) karena koefisien korelasi (rxy) yang diperoleh lebih tinggi dari rtabel. Sedangkan soal butir 4 belum bisa dikatakan valid karena koefisien korelasi yang diperoleh kurang dari rtabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.7.2. Reliabilitas Soal

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010a: 384).

Karena tes yang dilakukan merupakan tes bentuk uraian maka rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal adalah rumusalpha, yaitu:

ݎଵଵ = ቀ௡ିଵ ቁ ൬1−∑ ఙ

൰, (Arikunto, 2009: 109) Keterangan:

ݎଵଵ : reliabilitas yang dicari

݊ : banyaknya item

∑ ߪ : jumlah varians skor tiap-tiap item

ߪ : varians soal Dengan rumus varians2 :

 

N N X X

2 2 2  Keterangan:

X: skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir; N: jumlah peserta tes.

(Arikunto, 2009: 110)

Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu nilai r11 dikonsultasikan dengan hargartabel dengan taraf signifikanα=5% dengan N banyaknya peserta didik yang diteliti, jikar11> rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel.

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,734. Koefisien reliabilitas 0,734 lebih besar dibandingkan dengan rtabel = 0,344. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tersebut reliabel. Akibatnya, soal tersebut

dapat digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.7.3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index) (Arikunto, 2009: 207). Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak semangat untuk memecahkan soal. Indeks kesukaran butir soal uraian dapat dihitung dengan rumus berikut:

TK = Rata−rata

Skor maksimum tiap soal dengan

Rata−rata = Jumlah skor peserta didik peserta didik tiap soal Jumlah peserta didik

Klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran menurut Arikunto (2009: 210) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kriteria tingkat kesukaran butir soal

Taraf kesukaran (TK) Kriteria

0,00≤ܶܭ < 0,30 Soal Sukar

0,30≤ܶܭ < 0,70 Soal Sedang

0,70≤ܶܭ ≤1,00 Soal Mudah

Setelah dilakukan uji coba soal dan perhitungan tingkat kesukaran diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.3. Perolehan tingkat kesukaran butir soal

Soal 1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa butir soal 1,2,3,4 dan 6 tergolong dalam kriteria soal mudah. Untuk butir soal 5 dan 7 tergolong dalam kriteria soal sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.7.4. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan peserta didik dengan kemampuan rendah (Arikunto, 2009: 211). Daya pembeda tiap butir soal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

 

SMI

X

X

D

A

B Keterangan: D : Daya pembeda A

X : Rata-rata jawaban benar dari kelompok atas B

X : Rata-rata jawaban benar dari kelompok bawah SMI : Skor Maksimum Ideal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda menurut Arikunto (2009: 218) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Interpretasi

0,00≤D<0,20 Jelek(poor) 0,20≤D<0,40 Cukup(satisfactory) 0,40≤D<0,70 Baik(good)

Jika butir soal memiliki D negatif maka butir soal tersebut tidak baik. Jadi, semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang saja. Dalam tabel berikut ini, peneliti akan menyajikan hasil perolehan daya pembeda butir soal uji coba.

Tabel 3.5. Perolehan daya pembeda butir soal uji coba

Soal 1 2 3 4 5 6 7

DP 0,152 0,322 0,304 0,008 0,303 0,304 0,312

Berdasarkan hasil perolehan daya pembeda yang diperoleh maka butir soal 2,3,5,6 dan 7 memiliki daya pembeda yang cukup. Sedangkan untuk butir soal 1 dan 4 memiliki daya pembeda yang jelek. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Setelah peneliti mendapatkan hasil validitas, koefisien reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal, maka peneliti mengambil keputusan untuk memilih butir soal manakah yang layak digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi barisan dan deret aritmetika dan geometri. Selanjutnya, keputusan tersebut peneliti dalam sajikan tabel berikut ini.

Tabel 3.6. Rekap analisis butir soal

Butir Soal Validitas Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

1 0,701 Valid 0,809 Mudah 0,152 Jelek Tidak dipakai 2 0,719 Valid 0,812 Mudah 0,322 Cukup Dipakai 3 0,826 Valid 0,759 Mudah 0,304 Cukup Dipakai 4 0,267 Tidak valid 0,745 Mudah 0,009 Jelek Tidak dipakai 5 0,828 Valid 0,653 Sedang 0,303 Cukup Dipakai 6 0,695 Valid 0,715 Mudah 0,304 Cukup Dipakai

7 0,478 Valid 0,645 Mudah 0,312 Cukup Dipakai

Jadi, butir soal yang selanjutnya digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah butir soal 2,3,5,6 dan 7. Soal tersebut memuat tahap-tahap dan indikator dalam pemecahan masalah yaitu: (a) kemampuan menerjemahkan masalah ke dalam bahasa sains (linguistic knowledge); (b) kemampuan mengidentifikasi skema penyelesaian masalah (schematic knowledge); (c) kemampuan mengidentifikasi tahapan-tahapan penye-lesaian masalah (strategy knowledge); dan (d) kemampuan melakukan tahapan-tahapan penyelesaian masalah (algorithmic knowledge)

Dokumen terkait