• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scaffolding dalam Pemecahan Masalah

3.5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dari penelitian ini diperlukan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 193). Secara garis besar instrumen penelitian dibagi menjadi dua yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik yaitu kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan intrumen nontes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan afektif (mandiri) dan kemampuan psikomotorik (keterampilan memecahkan masalah) peserta didik.

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2009: 53). Instrumen tes yang dimaksud adalah berupa tes kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian. Tes bentuk uraian dipilih karena proses berpikir peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap masalah, langkah-langkah pengerjaan, langkah-langkah pemecahan masalah, serta ketelitian peserta didik dapat terlihat. Sebelum soal tes dibuat telah dibuat kisi-kisi soal tes terlebih dahulu, kemudian soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru matematika di sekolah, hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas teoritik dari instrumen yang akan dibuat. Sebelum tes tersebut diberikan kepada objek penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba pada sampel yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengetahui kelayakan instrumen yang akan digunakan.

Setelah instrumen diuji coba dan direvisi, instrumen berupa soal tersebut diberikan kepada objek penelitian untuk memperoleh data. Sebelum data diperoleh peneliti harus melakukan penskoran terhadap hasil tes tersebut. Kegiatan penskoran tes diperlukan karena sesuatu yang diukur dengan tes merupakan besaran non fisis yang tidak dapat diukur secara langsung sebagaimana mengukur panjang kayu menggunakan mistar. Penilaian kemampuan pemecahan masalah dibuat dengan memperhatikan indikator kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut:

(2) Peserta didik dapat merencanakan penggunaan berbagai macam prosedur dan strategi yang mengarah pada jawaban yang benar;

(3) Peserta didik dapat menggunakan berbagai macam prosedur strategi yang mengarah pada jawaban yang benar;

(4) Peserta didik melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasil pemecahan masalah.

2. Lembar Pengamatan Karakter Mandiri

Dalam meneliti karakter peserta didik yang terbentuk dibutuhkan instrumen untuk penelitian kualitatif. Instrumen dalam penelitian kualitatif utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2010b: 307).

Mandiri adalah salah satu karakter yang menunjukkan kemampuan afektif peserta didik. Oleh karena itu instrumen yang akan digunakan adalah instrumen penilaian afektif. Menurut Andersen (dalam Depdiknas, 2008a: 7) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Dalam penelitian ini akan digunakan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/ atau reaksi psikologi.

Penilaian karakter mandiri peserta didik menggunakan lembar pengamatan berupa rubrik dengan skala penilaian (rating scale). Kulm yang dikutip Walle (2008: 85) menyatakan bahwa rubrik adalah sebuah kerangka kerja yang dapat

didesain oleh guru untuk kelompok peserta didik khusus atau tugas khusus matematika. Dalam menyusun instrumen berupa lembar pengamatan yang dilakukan adalah dengan menetapkan tujuan pengukuran. Selanjutnya dibuat kisi-kisi instrumen yang merupakan matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Dilanjutkan dengan penyusunan instrumen berupa indikator-indikator sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral yang menunjukkan karakter mandiri dengan bimbingan dosen pembimbing serta memberikan skala penilaian. Skala yang digunakan dalam lembar penilaian adalah Skala Likert yang dimodifikasi dengan skor tertinggi tiap butir adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Masing-masing skor menunjukkan kriteria sebagai berikut: 4 (pencapaian penuh), 3 (pencapaian pokok), 2 (pencapaian sebagian), 1 (pencapaian sedikit). Instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk selanjutnya dilakukan telaah instrumen untuk memperbaiki instrumen. Berikut adalah indikator kemandirian belajar menurut Hidayati dan Listyani (2009: 10).

(1) Ketidaktergantungan terhadap orang lain; (2) Memiliikii kepercayaan diri;

(3) Berperilaku disiplin;

(4) Memiliikii rasa tanggung jawab;

(5) Berperilaku berdasarkan inisiatiif sendiri; (6) Melakukan kontrol diri.

Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang

diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah.

3. Lembar Pengamatan Keterampilan Pemecahan Masalah

Keterampilan pemecahan masalah diamati sebagai ranah psikomotorik dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Leighbody (dalam Depdiknas, 2008b: 4-5) menerangkan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Pengamatan yang dilakukan untuk melihat keterampilan pemecahan masalah dalam hal ini lebih ditekankan pada poin ke-(2) yaitu bagaimana peserta didik dapat menganalisis suatu masalah dan mengorganisasikan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk menemukan cara pemecahan masalah. Lembar pengamatan yang digunakan hampir sama dengan lembar pengamatan afektif dalam pengamatan karakter mandiri, yang berbeda adalah indikator-indikatornya. Tahap-tahap penyusunannya juga sama dengan lembar pengamatan karakter mandiri. Penilaiannya menurut Marsigit (2011: 8) dengan memperhatikan indikator sebagai berikut:

(1) memahami pokok persoalan,

(2) mendiskusikan alternatif pemecahannya,

(3) memecah persoalan utama menjadi bagian – bagian kecil, (4) menyederhanakan persoalan,

(5) menggunakan pengalaman masa lampau dan menggunakan intuisi untuk menemukan alternatif pemecahannya,

(6) mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa yang terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkah - langkahnya, dan

(7) mencoba memahami dan menyelesaikan persoalan yang lain. 4. Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara relatif berstruktur untuk mengetahui karakter yang terbentuk pada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Wawancara relatif berstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan disertai alternatif jawabannya, namun sangat terbuka bagi perluasan jawaban (Danim, 2002: 138). Oleh karena itu peneliti harus menyiapkan instrumen berupa pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan. Penggunaan pedoman wawancara memiliki keunggulan yaitu data hasil wawancara mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.

Dokumen terkait