• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

49. Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM)

4.2 Hasil Penelitian .1 Analisis Deskriptif

Adapun statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1, sebagai berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

ECKEL ROA NPM DER FIRM SIZE

Mean 0,3061 0,2176 0,1790 0.8858 6,8459

Maximum 1,0000 0,9820 0,9220 7.4410 9.9228 Minimun 0,0000 0,0102 0,0034 0.0657 5.3308 Std. Deviasi 0,4618 0,1812 0,18076 0.9749 0,9334 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

(1) Nilai rata-rata perataan laba (IS) sebesar 0,3061 yang nilainya kurang dari 0,50; menunjukan bahwa perusahaan yang tidak melakukan perataan laba (income smoothing) dengan kode 0 merupakan data yang paling banyak muncul dari 245 sampel yang diteliti. Dari 245 sampel yang diteliti, terdapat 34 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba secara terus-menerus selama periode 5 tahun penelitian, sisanya 15 perusahaan melakukan perataan laba. Standar deviasi perataan laba (IS) adalah 30,350.

(2) Nilai rata-rata Return on Assets (ROA) adalah sebesar 0,2176. Nilai minimun ROA sebesar 0,0102 terdapat pada perusahaan BRAM pada tahun 2012. Dan nilai maksimum sebesar 0,9820 terdapat pada perusahaan JPFA tahun 2012. Standar deviasi ROA adalah sebesar 0.18126.

(3) Nilai rata-rata Net Profit Margin (NPM) adalah sebesar 0,1790. Nilai minimun sebesar 0.0034 terdapat pada perusahaan INKP pata tahun 2015. Nilai maksimum sebesar 0,9220 terdapat pada perusahaan BATA pada tahun 2012. Dan nilai standar deviasi sebesar 0,18076.

(4) Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar ,8858. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata 0,8858 persen aset perusahaan dibiayai oleh utang pada perusahaan sampel. Nilai minimun DER sebesar 0,06 terdapat pada perusahaan TRST tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 7,4410 pada perusahaan JECC tahun 2014. Dan nilai standar deviasi DER sebesar 0.9749. (5) Nilai rata-rata Firm Size yang diproksikan dengan Ln total aset adalah sebesar

6,8459. Nilai minimum firm size adalah sebesar 5,220 terdapat pada perusahaan ALDO pada tahun 2014. Nilai maksimum firm size adalah

sebesar 9.92 terdapat pada perusahaan TRST tahun 2015. Dan nilai standar deviasi sebesar 0,9334.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang berarti antara masing-masing variabel bebas dalam model regresi.

Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e VIF 1 (Constant) -,234 ,216 -1,085 ,279 ROA ,654 ,156 ,257 4,201 ,000 ,959 1,043 NPM ,359 ,155 ,140 2,319 ,021 ,976 1,024 DER -,097 ,029 -,206 -3,376 ,001 ,964 1,037 FIRMSIZE ,061 ,030 ,124 2,056 ,041 ,985 1,016 a. Dependent Variable: eckel

Sumber: Hasil Penelitian SPSS, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen dalam penelitian ini memiliki VIF < 5 dan nilai Tolerance > 0,1. Artinya, tidak terjadi persoalan multikolinearitas dalam model regersi logistik ini .

4.2.3 Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik adalah suatu model yang digunakan untuk mempelajari hubungan satu atau beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomi (binary). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks perataan laba dengan kategori; “1” sebagai perusahaan melakukan perataan laba dan “0” sebagai perusahaan yang tidak

melakukan perataan laba. Maka, pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tabel 4.3 ini menunjukan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikan 0.5.

Tabel 4.3

Pengujian Regresi Logistik Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a ROA 3,267 ,855 14,589 1 ,000 26,242 4,907 140,322 NPM 1,882 ,840 5,013 1 ,025 6,565 1,264 34,091 DER -,853 ,287 8,824 1 ,003 ,426 ,243 ,748 FIRMSIZE ,317 ,161 3,862 1 ,049 1,373 1,001 1,884 Constant -3,449 1,214 8,073 1 ,004 ,032

a. Variable(s) entered on step 1: roa, npm, der, firmsize. Sumber: Hasil Penelitian SPSS, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan pengelolahan data diperoleh model persamaan regresi logistik sebagai berikut:

Ln

= α +β1ROA + β2NPM + β3DER + β4Firm Size + ɛ

Sehingga persamaan regresi logistik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ln

= - 3,449 + 3,267 ROA + 1,882 NPM 0,853 DER + 0,317 Firm Size Berdasarkan persamaan regresi logistik tersebut, berikut ini interpretasi dari model persamaan regresi tersebut:

1. Nilai koefisien konstanta sebesar -3,449 memiliki makna apabila semua variabel independen diasumsikan sama dengan nol (0), maka nilai variabel

dependen sebesar -3,449. Hal ini berarti jika Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio dan Firm Size nilainya nol, maka nilai praktik perusahaan perata laba sebesar -3,449. Dari persamaan logistik diatas dapat dilihat perusahaan melakukan perataan laba secara positif berhubungan dengan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Firm Size dan secara negatif berhubungan Debt to Equity Ratio (DER).

2. Variabel Return on Assets (ROA) mempunyai nilai kofisien positif sebesar 3,267 dengan tingkat signifikan 0,000 yang lebih kecil dari α (5%), artinya ROA berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Nilai Exp(B) juga dapat diinterprestasikan, jika variabel ROA meningkat sebesar 1 satuan, maka log of odds perataan laba akan naik sebesar 26,242 atau dengan kata lain log of odds perataan laba membutuhkan variabel Return on Assets (ROA) sebesar 26,242, dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain tetap (ROA, NPM, DER, FirmSize =0). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara statistik H01 ditolak dan Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

3. Variabel Net Profit Margin (NPM) mempunyai nilai kofisien positif sebesar1,882 dengan tingkat signifikan 0,025 yang lebih kecil dari α (5%), artinya NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba. Nilai Exp(B) juga dpat diinterprestasikan, jika variabel NPM meningkat sebesar 1 satuan, maka log of odds perataan laba akan naik sebesar 6,565 atau dengan kata lain setiap kenaikan log of odds perataan laba membutuhkan variabel Net Profit Margin (NPM) sebesar 6,565, dengan asumsi bahwa

variabel bebas yang lain tetap (ROA, NPM, DER, FirmSize = 0). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara statistik H02 ditolak dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba.

4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai nilai kofisien negatif sebesar 0,853 dengan tingkat signifikan 0,003 yang lebih kecil dari α (5%), DER berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik perataan laba. Nilai Exp(B) juga dpat diinterprestasikan, jika variabel DER meningkat sebesar 1 satuan, maka log of odds perataan laba akan naik sebesar 0,426 atau dengan kata lain setiap kenaikan log of odds perataan laba membutuhkan variabel Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,426, dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain tetap (ROA, NPM, DER, FirmSize = 0). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara statistik H03 diterima dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik perataan laba. 5. Variabel Firm Size mempunyai nilai kofisien sebesar 0,317 dengan tingkat

signifikan 0,049 yang lebih kecil dari α (5%), artinya Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba. Nilai Exp(B) juga dpat diinterprestasikan, jika variabel Firm Size meningkat sebesar 1 satuan, maka log of odds perataan laba akan naik sebesar 1,373, atau dengan kata lain setiap kenaikan log of odds perataan laba membutuhkan variabel Firm Size sebesar 1,373, dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain tetap (ROA, NPM, DER, FirmSize = 0). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

secara statistik H14 diterima dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba.

4.2.4 Uji Serentak (Omnibus Test of Model Coefficient)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen yang terdiri dari Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Indeks Perataan laba. Pengujian secara simultan ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4 Pengujian Omnibus Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1

Step 38,436 4 ,000

Block 38,436 4 ,000

Model 38,436 4 ,000

Sumber: Hasil Penelitian SPSS, 2017 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat probabilitas value dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,000 yang berarti nilainya dibawah 0,05. Kesimpulan yang diambil adalah terdapat pengaruh Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size secara simultan terhadap praktik perataan laba.

a. Menilai Kelayakan Model Regresi

Menilai kelayakan model regersi atau Overall model fit bertujuan untuk menilai apakah model yang digunakan telah sesuai dengan data observasi (Ghozali,2013). Model fit dapat diuji dengan Hosmer and Lemeshow Test yang menguji apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model.

Tabel 4.5

Nilai Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 9,395 8 ,310

Sumber: Hasil Penelitian SPSS, 2017 (Data Diolah)

Pada Tabel 4.5 diatas menujukan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow Test, diperoleh nilai Chi-square sebesar 9,395 dengan nilai Sig. Sebesar 0,310 > 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini menujukan bahwa model layak untuk analisis selanjutnya dan model dikatakan fit.

b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Menilai keseluruhan model dapat dilakukan dengan uji Overall Model Fit dengan melihat Likelihood Value (-2LL). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2Likelihood Value pada awal (block number = 0) dengan nilai -2likelihood value pada akhir (block number = 1). Pengujian Model Fit dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.6 Overall Model Fit

Keterangan Nilai

-2 Likelihood Value pada awal (block number = 0) 301,822 -2 Likelihood Value pada akhir (block number = 1) 263,386 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarakan Overall Model Fit pada Tabel 4.6 menunjukan Block Number = 0 yang hanya memasukan konstanta mempunyai nilai -2Likelihood Value sebesar 301,822 . Sedangkan Block Number = 1 yang menambahkan variabel bebas kedalam model mempunyai nilai -2Likelihood Value sebesar 263,386. Sehingga kita dapat mengitung nilai -2(L0-L1) sebagai berikut:

Maka dengan α = 0,05 dan degree of freedom (df) = k = 4, dimana k adalah jumlah variabel prediktor, didapat nilai x2(p) dari variabel chi-kuadrat sebesar 9,487. Dikarenakan 38,436> 9,487 atau -2(L0-L1) > x2(p), maka dapat disimpulkan secara bersama-sama (serentak) ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap variabel Perataan Laba. Dan penurunan nilai -2Likelihood Value ini juga menunjukan penambahan variabel ROA, NPM, DER, FirmSize kedalam moddel menunjukan model yang dihipotesiskan Fit dengan data.

c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7

Nilai Goodness of Fit (R2) Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 263,386a ,145 ,205

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber: Hasil Penelitian SPSS, 2017 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat pengujian Goodness of Fit (R2) yang menunjukan nilai Cox &Snell’s R Square sebesar 0,145, serta Negelkerke R Square sebesar 0,205. Nilai Cox &Snell’s R Square sebesar 0,145 menunjukan bahwa variasi praktik perataan laba dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yaitu sebesar 14,5%, sedangkan sisanya sebesar 85,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam model regresi logistik pada penelitian ini.

Nilai Negelkerke R Square sebesar 0,205 yang berarti bahwa peengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) adalah sebesar 20,5%, sehingga 79,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model regresi

logistik pada penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa variabel Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan FirmSize mempunyai pengaruh sangat lemah terhadap praktik perataan laba (Y).

4.3 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Ef ek Indonesia selama periode 2011-2015 terdapat perusahaan yang masih melakukan praktik perataan laba. Pengklasifikasi perusahaan yang melakukan praktik perataan laba atau tidak dengan menggunakn perhitungan Indeks Eckel. Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini bahwa dari 49 sampel penelitian dari sektor Manufaktur Terbuka yang diteliti ada 15 perusahaan atau 31% yang melakukan praktik perataan laba,sedangkan sisanya 34 perusahaan atau 69% tidak melakukan praktik perataan laba. Sedangkan pengujian terhadap empat variabel yang diduga mempengaruhi perataan laba menggunakan regresi logistik.

4.3.1 Pengaruh Return on Assets terhadap Praktik Perataan Laba

Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Return on Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari ROA sebesar 3,267. Nilai koefisien yang bernilai positif berarti variabel ROA berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Diketahui nilai Prob. Dari ROA 0,000 < 0,05, sehingga Ha1 diterima dan menolak H01. Maka ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini menandakan bahwa ROA yang tinggi cenderung melakukan praktik perataan laba.

Perusahaan cenderung menurunkan laba saat memperoleh laba yang tinggi. Tingkat ROA yang stabil memiliki keuntungan bagi manajemen karena akan mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Manajemen terlihat memiliki kinerja yang baik yang dinilai dari laba yang dihasilkannya. Tingkat profitabilitas yang stabil juga memberikan keyakinan pada investor atas investasi yang dilakukan karena perusahaan dinilai baik dalam menghasilkan laba.

Hal ini sesuai dengan teori the political cost hypothesis dalam positive accounting theory yang dikutip oleh Ratnasari (2012) menyatakan bahwa manajer perusahaan akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang dapat menunda peloporan laba periode sekarang ke periode yang akan datang. Hal ini bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai aturan yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan menyebabkan semakin besarnya usaha manajer untuk memilih kebijakan akutansi yang dapat menunda peloporan laba dari periode sekarang ke periode yang akan datang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Iskandar (2014), Ratnasari (2012), Andriani (2011), dan Prabayanti dan Yasa (2010) yang mengemukakan ROA berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Namun, tidak sesuai dengan penelitian Styaningrum (2016) yang menyatakan ROA tidak berpengaruh terhadap Indeks Perataan Laba.

4.3.2 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Praktik Perataan Laba

Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari NPM sebesar 1,882 dengan nilai Prob. sebesar 0,025 < 0,05. Nilai koefisien yang bernilai positif berarti variabel NPM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Sehingga Ha2 diterima dan menolak H02.

Perusahaan yang memiliki NPM yang besar menunjukan kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Dan hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Sehingga diduga rata-rata perusahaan dalam sampel penelitian belum memiliki kinerja yang cukup baik, sehingga manajemen melakukan praktik perataan laba untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar terlihat efektif dimata investor. Hasil ini konsisten dengan penelitian Siregar (2016), Iskandar (2014) dan Dewi (2012), namun bertentangan dengan penelitian Styaningrung (2016) yang menyatakan bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

4.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Praktik Perataan Laba

Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari DER sebesar -0,853. Nilai koefisien yang bernilai negatif berarti variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik

perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Diketahui nilai Prob. Dari DER 0,003 < 0,05, Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan arah yang dihipotesiskan sehingga Ha3 ditolak dan menerima H03.

DER berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba disebabkan oleh data rata-rata DER peruasahaan dalam sampel cenderung rendah. Nilai DER minimum sebesar 0,06 dan nilai DER maksimum adalah sebesar 7,44. Dengan nilai rata-rata DER sebesar 0,885 sehingga resiko perusahaan menggunakan proporsi struktur modal yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha tidak terlalu tinggi. Dengan kata lain, perusahaan tidak bergantung pada modal sendiri dalam membiayai utang perusahaannya. Dengan DER yang rendah, maka perusahaan tidak memiliki resiko dan dampak yang besar terhadap utang perusahaan pada pihak luar, dengan kondis tersebut manajemen cenderung untuk tidak melakukan praktik perataan laba untuk menarik investor berinvestasi di perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2016) Chi-Yih Yang, et (2010) dan penelitian Prabayanti dan Yasa (2010). Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Styaningrum (2016) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Dimana perusahaan yang menggunakan DER yang tinggi membuat perusahaan berusaha untuk memberikan informasi laba yang lebih baik, agar para investor masih percaya kepada perusahaan tersebut. Semakin banyaknya perjanjian hutang memungkinkan perusahaan menggunakan perataan laba sebagai metode untuk memenuhi perjanjian hutangnya.

4.3.4 Pengaruh Firm Size terhadap Praktik Perataan Laba

Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari Firm Size sebesar 0,317. Nilai koefisien yang bernilai positif berarti variabel Firm Size berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Diketahui nilai Prob. Dari Firm Size 0,049 < 0,05, Hasil dari penelitian ini sejalan dengan arah yang dihipotesiskan sehingga Ha4 diterima dan menolak H04.

Firm Size atau ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln total aktiva berpengaruh positif terhadap perataan laba karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian lebih dari analis dan investor. Perusahaan besar juga sering menjadi objek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerinttah dan masyarakat umum. Oleh karena itu, perusahaan akan mengindari fluktuasi laba yang terlalu drastis dengan melakukan praktik perataan laba.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2012) dan Ratnasari (2012) Namun bertentangan dengan penelitian Andriani (2011) dan penelitian Prabayanti dan Yasa (2010) yang menyatakan ukuran perusahaan atau Firm Size berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba.

BAB V

Dokumen terkait