• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Analisis

BELAJAR MATEMATIKA SISWA RSMABI SUKOHARJO 1)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Analisis

Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak samadiperoleh tabel

a 7,5254 3,9200 F

F    , sehingga H0A ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan kemampuan berpikir matematika siswa antara pendekatan pembelajaran open-endedberbasis

problem solving dan pendekatan pembelajaran konvensional pada materi permutasi dan

kombinasi. Diperoleh rataan marginal kelas dengan pendekatan open-ended berbasis

problem solving sama dengan 75,33 dan rataan marginal kelas dengan pendekatan

konvensional sama dengan 66,49. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis problem solving lebih baik daripada pembelajaran dengan pendekatan konvensional terhadap kemampuan berpikir matematika pada materi permutasi dan kombinasi.

2. Hipotesis Kedua

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb = 3,5078 > 3,090 = Ftabel, maka H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaaan kemampuan berpikir matematika siswa ditinjau dari kreativitas belajar matematika siswa pada materi permutasi dan kombinasi.

Berdasarkan uji pasca anava diperoleh F1-2 = 1,0558; F1-3 = 6,2196; F2-3 = 4,6703; DK = {

FF 6.18

}, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

a. Siswa yang mempunyai kreativitas belajar matematika tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas belajar matematika sedang memiliki kemampuan berpikir matematika yang sama. Karakteristik perbedaan tersebut sesuai dengan karakteristik perbedaan rataan marginalnya. Rataan marginal kreativitas belajar matematika siswa kelompok kreativitas belajar matematika tinggi sama dengan 75,63dan rataan kemampuan berpikir matematika siswa kelompok kreativitas belajar matematika sedang sama dengan 71,48. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang sama baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar matematika sedang.

b. Siswa yang mempunyai kreativitas belajar matematika tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas belajar matematika rendah secara signifikan memiliki kemampuan berpikir matematika yang berbeda. Karakteristik perbedaan tersebut sesuai dengan karakteristik perbedaan rataan marginalnya. Rataan marginal kreativitas belajar matematika siswa kelompok kreativitas belajar matematika tinggi sama dengan 77,31 dan rataan kemampuan berpikir matematika siswa kelompok kreativitas belajar matematika rendah sama dengan 62,98.Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar matematika rendah.

c. Siswa yang mempunyai kreativitas belajar matematika sedang dengan siswa yang mempunyai kreativitas belajar matematika rendah memiliki kemampuan berpikir matematika yang sama. Karakteristik perbedaan tersebut sesuai dengan karakteristik perbedaan rataan marginalnya. Rataan marginal kreativitas belajar matematika siswa kelompok kreativitas belajar matematika sedang sama dengan 71,48dan rataan kemampuan berpikir matematika siswa kelompok kreativitas belajar matematika rendah sama dengan 62,98.Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas belajar matematika sedang mempunyai kemampuan berpikir matematika yang sama baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar matematika rendah.

3. Hipotesis Ketiga, Keempat dan Kelima

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab = 0,1233 < 3,090 = Ftab, maka H0AB tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB berarti tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kreativitas belajar matematika siswa terhadap kemampuan berpikir matematika siswa pada materi permutasi dan kombinasi. Dengan tidak adanya interaksi mengakibatkan:

a. Pada siswa dengan kreativitas belajar tinggi, pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasis problem solving akan menghasilkan kemampuan berpikir matematika

yang lebih baik daripada pendekatan konvensional.

b. Pada siswa dengan kreativitas belajar sedang, pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasis problem solving akan menghasilkan kemampuan berpikir matematika

yang lebih baik daripada pendekatan konvensional.

c. Pada siswa dengan kreativitas belajar rendah, pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasis problem solving akan menghasilkan kemampuan berpikir matematika

yang lebih baik daripada pendekatan konvensional.

Hasil kesimpulan tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang kelima yang menyatakan bahwa pada siswa dengan kreativitas belajar rendah, pembelajaran dengan pendekatan

open-ended akan menghasilkan kemampuan berpikir matematika yang sama baiknya

dengan pendekatan konvensional.

Tidak terpenuhinya hipotesis kelima mungkin dikarenakan:

a) Pada siswa dengan kreativitas belajar rendah, pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasisproblem solving akan menuntut siswa untuk dapat berpikir kreatif dalam

menemukan ide-ide dalam menyelesaikan permasalahan terbuka. Sehingga dengan pendekatan ini, siswa akanterus termotivasi dan terlatih untuk mencari penyelesaian dari masalah yang bersifat terbuka. Akibatnya untuk siswa dengan kreativitas belajar rendah, pendekatan pembelajaran open-ended berbasis problem solving akan

menghasilkan kemampuan berpikir matematika yang lebih baik dibanding pembelajaran konvensional.

b) Faktor yang ada dalam diri siswa pada saat pengisian angket kreativitas belajara turut mempengaruhi nilai skor angket, misalnya pengisian jawaban tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya yang dialami siswa.

4. Persentase Tingkatan Kemampuan Berpikir Matematika

a. Persentase Tingkatan Kemampuan Berpikir Matematika Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran

b.

Tabel 1.Tingkat Kemampuan Berpikir Matematika Siswa Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran

Tingkat Berpikir Matematis yang Dicapai Oleh Siswa

Persentase (%) Kelas Eksperimen

(Kelas dengan pendekatan

Open-EndedBerbasis Problem Solving)

Kelas Kontrol (Kelas dengan pendekatan

Konvensional)

No.1 No. 2 No. 3 No. 1 No.2 No.3

Reproduksi 3,33 15 0 1,61 1,61 0

Koneksi 62,9 88,71 48,39 40 43,3 43,33

Analisis 56,67 41,67 55 35,48 9,68 51,61

Berdasarkan Tabel tersebut di atas diperoleh kesimpulan bahwa :

1) Pencapaian tingkat Reproduksi untuk kelas Eksperimen lebih banyak daripada kelas Kontrol.

2) Pencapaian tingkat Koneksi siswa untuk kelas Eksperimen lebih banyak daripada kelas Kontrol.

3) Pencapaian tingkat Analisis siswa untuk kelas Eksperimen lebih banyak daripada kelas Kontrol.

Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis problem

solving dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa daripada

pendekatan konvensional pada materi permutasi dan kombinasi.

c. Persentase Tingkatan Kemampuan Berpikir Matematika Berdasarkan Kreativitas Belajar Siswa

Tabel 2. Persentase Tingkat Kemampuan Berpikir Matematika Berdasarkan Kreativitas Belajar Siswa Tingkat Berpikir Matematika Persentase (%)

Kreativitas Tinggi Kreativitas Sedang Kreativitas Rendah

No.1 No.2 No.3 No.1 No.2 No.3 No.1 No.2 No.3

Reproduksi 0,00 6,25 0,00 1,12 10,11 0,00 5,88 0,00 0,00

Koneksi 43,75 62,5 56,25 51,68 62,92 42,70 64,70 88,23 52,94

Analisis 56,25 31,25 43,75 47,19 26,97 56,18 29,41 11,76 47,06 Berdasarkan Tabel tersebut di atas diperoleh kesimpulan bahwa:

1) Pencapaian Tingkat Reproduksi Pada Masing-masing Butir Soal

Untuk kategori kreativitas belajar sedang lebih banyak daripada kategori kreativitas belajar tinggi dan untuk kategori kreativitas belajar rendah. Hal ini karena meskipun pencapaian masih di bawah 50 %, tetapi persentase pencapaian untuk kategori kreativitas belajar sedang per tipe butir soal lebih banyak daripada kategori kreativitas belajar tinggi dan rendah.

2) Pencapaian Tingkat Koneksi Pada Masing-masing Butir Soal

Untuk kategori kreativitas belajar tinggi lebih banyak daripada kategori kreativitas belajar sedang dan kategori kreativitas belajar rendah. Hal ini karena pencapaian mendekati atau di atas 50%, tetapi persentase pencapaian untuk kategori kreativitas belajar tinggi per tipe butir soal lebih banyak daripada kategori kreativitas belajar sedang dan rendah.

3) Pencapaian tingkat Analisis pada masing-masing butir soal

Pencapaian tingkat analisis untuk kategori kreativitas belajar tinggi lebih banyak daripada kategori kreativitas belajar sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena pencapaian mendekati atau di atas 50%. Akan tetapi persentase pencapaian pada kategori kreativitas belajar tinggi per tipe butir soal lebih banyak daripada persentase untuk kategori kreativitas belajar sedang dan rendah.

Berdasarkan kategori kreativitas belajar siswa pada tingkat reproduksi, koneksi, dan analisis untuk masing-masing soal diperoleh kesimpulan bahwa : siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar sedang, sedangkan siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar sedang

mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah.

Berdasarkan kreativitas belajar siswa pada tingkat reproduksi, dan koneksi diperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan kreativitas belajar sedang mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas tinggi. Sedangkan siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar sedang mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah.

Tingkat analisis adalah faktor penentu pencapaian kemampuan berpikir

matematika, hal ini karena pada tingkat analisis ini kemampuan berpikir matematika

bisa terlihat dengan jelas, meliputi kemampuan matematisasi situasi, analisis, interpretasi, mengembangkan model hingga generalisasi. Pada tingkat analisis diperoleh kesimpulan bahwa : siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang, sedangkan siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar sedang mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah. Oleh karena itu kesimpulan akhir yang dipakai adalah kesimpulan pada tingkat analisis.

Jadi, berdasarkan kreativitas belajar siswa untuk masing-masing soal diperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang. Sedangkan siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar sedang mempunyai kemampuan berpikir matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait