• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data yang dilakukan sejak 1 Oktober sampai dengan 7 November 2009 di Puskesmas Aek Kanopan Kabupaten Labuhanbatu Utara. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden dan pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan Labuhanbatu Utara.

1.1. Karakteristik Responden

Deskripsi data demografi responden mencakup umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan, penghasilan per bulan, status pengobatan (tabel 5.1).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari responden berumur 18 – 40 tahun (50%), lebih dari setengah responden berjenis kelamin laki-laki (66,7%), beragama Islam (56,7%) dan Kristen (40%), suku batak (53,3%). Hampir setengah dari responden berpendidikan SMU (43,3%) dan SLTP (33,3%), bekerja sebagai buruh/tani (43,3%) dan mayoritas responden sudah menikah (93,3%). Lebih dari setengah responden berpenghasilan kurang dari Rp.850.000,- per bulan (56,7%) dan mayoritas sudah mengikuti pengobatan selama 1 – 2 bulan (83,3%).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

(N=30)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur - 18 thn s/d 40 thn 15 50,0 - 41 thn s/d 55 thn 9 30,0 - > 55 thn 6 20,0 Jenis Kelamin - Laki-laki 20 66,7 - Perempuan 10 33,3 Agama - Islam 17 56,7 - Kristen 12 40,0 - Katolik 1 3,3 - Hindu 0 0 - Budha 0 0 Suku - Batak 16 53,3 - Melayu 5 16,7 - Jawa 9 30,0 - Minang 0 0 - Lain-lain 0 0 Pendidikan - SD 7 23,3 - SLTP 10 33,3 - SMU 13 43,3

Lanjutan tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristi

Responden

(N=30)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Pekerjaan - Wiraswasta 9 30,0 - Pegawai 1 3,3 - Buruh/Tani 13 43,3 - Tidak bekerja 7 23,3 Status Perkawinan - Belum Menikah 2 6,7 - Menikah 28 93,3

Penghasilan Per bulan

- < Rp.850.000,- 17 56,7 - Rp.850.000.-- Rp.1.500.000,- 12 40,0 - > Rp.1.500.000,- 1 3,3 Status Pengobatan - Triwulan I (1 – 3 bulan) 25 83,3 - Triwulan II (4 – 6 bulan) 3 10,0 - > 6 bulan 2 6,7

1.2. Pelaksanaan Program Penanggulangan TB Paru dengan Strategi DOTS dan Penyuluhan Tentang TB Paru

Dari keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini (30 responden), menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan program penanggulangan TB Paru dengan strategi DOTS dan penyuluhan kesehatan tentang TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan Labuhanbatu Utara telah optimal (skor 78,57%), yang diperoleh melalui penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis (81,65%), pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) (74,64%), jaminan tersedianya OAT secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin (82,2%), sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB Paru (75,8%) (Tabel 5.2).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Program Penanggulangan TB Paru Dengan Strategi DOTS dan Penyuluhan Kesehatan Tentang TB Paru (N=30)

Pelaksanaan Program Penanggulangan TB Paru Dengan Strategi DOTS dan Penyuluhan Kesehatan

Tentang TB Paru

Persentase (%)

1. Optimal 78,57

2. Kurang Optimal 21,43

Kemudian pada pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan Labuhanbatu Utara dilihat dari setiap komponen strategi DOTS dan penyuluhan tentang TB Paru didapatkan bahwa strategi yang dikategorikan optimal adalah penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), jaminan tersedianya OAT secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin, sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB Paru. Sedangkan kategori yang kurang optimal adalah komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana, dan penyuluhan tentang TB Paru (Tabel 5.3).

Tabel 5.3. Kategori Pelaksanaan Program Penanggulangan TB Paru Dengan Strategi DOTS dan Penyuluhan Kesehatan Tentang TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan

Strategi DOTS dan Penyuluhan TB Paru

Pelaksanaan di Puskesmas Aek Kanopan

Persentase Total (%)

Kategori 1.Komitmen politik dari para

pengambil keputusan termasuk dukungan dana

59,96 Kurang Optimal

2.Penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

81,65% Optimal

3.Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

74,64% Optimal

Paru Dengan Strategi DOTS dan Penyuluhan Kesehatan Tentang TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan

Strategi DOTS dan Penyuluhan TB Paru

Pelaksanaan di Puskesmas Aek Kanopan

Persentase Total (%) Kategori 4.Jaminan tersedianya OAT secara

teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin

82,2 Optimal

5.Sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB Paru

75,8 Optimal

6.Penyuluhan tentang TB Paru 65,52 Kurang Optimal

Pada pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan dengan strategi DOTS khususnya tentang komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,3% responden sangat setuju bahwa petugas puskesmas memberitahu mereka tentang adanya program penanggulangan TB Paru, 60% responden sangat setuju bahwa mereka memeriksakan dahaknya secara gratis di Puskesmas ini, 66,6% responden setuju mendapatkan obat TB Paru secara gratis di Puskesmas (Tabel 5.4).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Komitmen Politik dari Para Pengambil Keputusan Termasuk Dukungan Dana (N=30)

Pernyataan STS TS S SS N (% ) N (% ) N (%) N (%)

1.Saya diberitahu petugas puskesmas bahwa di puskesmas ini ada program

penanggulangan TB Paru

0 (0) 0 (0) 14 (46,6) 16 (53,3)

2.Dahak saya diperiksa secara gratis di puskesmas ini.

0 (0) 0 (0) 12 (40) 18 (60)

3.Saya mendapatkan obat TB Paru secara gratis di Puskesmas.

0 (0) 0 (0) 20 (66,6) 10 (33,3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% responden setuju memeriksakan dahak ke puskesmas, 90% responden setuju bahwa mereka mengambil dahaknya sebanyak tiga kali untuk diperiksa, 73,3% responden setuju bahwa petugas kesehatan di Puskesmas yang memeriksa dahak mereka, 83% responden setuju bahwa mereka memeriksakan dahaknya untuk mengetahui apakah mereka menderita TB Paru (Tabel 5.5).

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Penemuan Penderita Dengan Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis (N=30)

Pernyataan STS TS S SS

N (%) N (%) N (%) N (%) 1. Saya memeriksakan

dahak ke puskesmas.

0 (0) 0 (0) 24 (80) 6 (20) 2. Dahak saya diambil

sebanyak tiga kali untuk diperiksa.

Lanjutan Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Penemuan Penderita Dengan Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis (N=30)

Pernyataan STS TS S SS

N (%) N (%) N (%) N (%) 3. Dahak saya diperiksa oleh

petugas kesehatan di Puskesmas. Dahak saya diambil sebanyak tiga kali untuk diperiksa.

0 (0) 0 (0) 22 (73,3) 8 (26,6)

4. Dahak saya diperiksa untuk mengetahui apakah saya menderita TB Paru

0 (0) 0 (0) 25 (83,3) 5 (16,6)

Dari hasil penelitian terlihat bahwa 63,3% responden setuju bahwa Pengawas Menelan Obat (PMO) langsung mengawasi responden ketika menelan obat, 80% responden setuju bahwa orang yang menjadi PMO bisa saja adalah keluarga, tetangga, petugas puskesmas, dan pemuka masyarakat yang sudah ditunjuk, 73,3% responden setuju bahwa harus makan obat TB Paru selama enam bulan dengan pengawasan PMO, 73,3% responden setuju bahwa PMO selalu mengingatkan mereka agar teratur makan obat setiap hari, 83,3% responden setuju bahwa jika tidak dapat mengambil sendiri obatnya ke Puskesmas maka PMO akan membantu mengambilkan obatnya ke Puskesmas (Tabel 5.6).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Jangka Pendek Dengan Pengawasan Langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) (N=30)

Pernyataan STS TS S SS

n (%) N (%) N (%) n (%) 1.PMO (Pengawas Menelan

Obat) langsung mengawasi saya ketika menelan obat.

0 (0) 2 (6,6) 19 (63,3) 9 (30)

2.Orang yang menjadi PMO bisa saja adalah keluarga, tetangga, petugas

puskesmas, dan pemuka masyarakat yang sudah ditunjuk

0 (0) 0 (0) 24 (80) 6 (20)

3.Saya harus makan obat TB Paru selama enam bulan dengan pengawasan PMO.

0 (0) 0 (0) 22 (73,3) 8 (26,6)

4.Saya selalu diingatkan oleh PMO agar teratur makan obat setiap hari.

0 (0) 0 (0) 22 (73,3) 8 (26,6)

5.Jika saya tidak dapat

mengambil sendiri obat saya ke puskesmas, maka PMO akan membantu mengambil- kan obat saya ke Puskesmas.

0 (0) 0 (0) 25 (83,3) 5 (16,6)

Dari hasil penelitian terlihat bahwa 93,3% responden setuju bahwa petugas puskesmas mewajibkan mereka untuk mengambil obat secara teratur di puskesmas setiap 10 hari sekali, 70% responden setuju bahwa di puskesmas ini selalu tersedia obat TB Paru jika responden datang untuk mengambil obat lanjutan, 83,3% responden sangat setuju bahwa petugas kesehatan memberikan obat TB Paru dengan lengkap dan tidak rusak (Tabel 5.7).

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jaminan Tersedianya OAT Secara Teratur, Menyeluruh dan Tepat Waktu Dengan Mutu Terjamin (N=30)

Pernyataan STS TS S SS

N (%) N 28 N (%) N (%) 1.Saya diwajibkan oleh

petugas puskesmas untuk mengambil obat secara teratur setiap 10 hari sekali

0 (0) 0 (0) 28 (93,3) 2 (6,6)

2.Di puskesmas ini selalu tersedia obat TB Paru jika saya datang untuk mengambil obat lanjutan.

0 (0) 0 (0) 21 (70) 9 (30)

3.Petugas kesehatan memberikan obat TB Paru dengan lengkap dan tidak rusak

0 (0) 0 (0) 5 (16,6) 25 (83,3)

Dari hasil penelitian terlihat bahwa 90% responden setuju bahwa petugas kesehatan memberikan kartu tanda berobat TB Paru yang berwarna kuning kepada responden untuk mencatat pengobatan, 86,6% responden setuju bahwa petugas kesehatan selalu mengingatkan responden agar selalu membawa kartu berobat ketika datang untuk mengambil obat lanjutan agar pencatatan sesuai dengan jadwal, 53,3% responden tidak setuju bahwa harus selalu membawa kartu berobat jika responden pergi agar dapat mengambil obat di puskesmas lain jika obatnya habis, 73,3% responden setuju bahwa petugas puskesmas selalu memantau kondisinya dan selalu membuat catatan tentang perkembangan kondisinya (Tabel 5.8).

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sistem Pencatatan dan Pelaporan Secara Baku untuk Memudahkan Pemantauan dan Evaluasi Program Penanggulangan TB Paru (N=30)

Pertanyaan STS TS S SS

N (%) N (%) N (%) N (%) 1.Petugas kesehatan memberikan

kartu tanda berobat TB Paru yang berwarna kuning kepada saya untuk mencatat pengobatan

0 (0) 0 (0) 27 (90) 3 (10)

2.Petugas kesehatan selalu mengingatkan saya agar selalu membawa kartu berobat ketika datang untuk mengambil obat lanjutan agar pencatatan sesuai dengan jadwal

0 (0) 0 (0) 26 (86,6) 4 (13,3)

3.Saya harus selalu membawa kartu berobat jika saya pergi agar dapat mengambil obat di puskesmas lain jika obat saya habis

0 (0) 16 (53,3) 10 (33,3) 4 (13,3)

4.Petugas puskesmas selalu memantau kondisi saya dan selalu membuat catatan tentang perkembangan kondisi saya

0 (0) 1 (3,33) 22 (73,3) 7 (23,3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,3% responden setuju bahwa puskesmas ini melaksanakan penyuluhan TB Paru, 66,6% responden setuju bahwa petugas kesehatan di puskesmas biasanya memberikan penyuluhan secara

langsung pada penderita TB Paru, 60% responden setuju bahwa penyuluhan juga dilaksanakan secara tidak langsung dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk, 66,6% responden setuju bahwa petugas kesehatan di puskesmas memberi responden penyuluhan yang lengkap tentang TB Paru, 70% responden setuju bahwa setelah mendapatkan penyuluhan tentang TB Paru responden menjadi lebih mengerti dan paham tentang penyakit TB Paru, 66,6% responden setuju bahwa adanya penyuluhan tentang TB Paru dari petugas

kesehatan membuatnya ingin cepat sembuh dengan makan Obat Anti

Tuberkulosis secara teratur dan selalu memeriksakan kondisi saya sesuai jadwal berobat ke puskesmas (Tabel 5.9).

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Penyuluhan TB Paru (N=30)

Pernyataan STS TS S SS N (%) N (%) N (%) N (%) 1. Di puskesmas ini dilaksanakan penyuluhan TB Paru. 0 (0) 5 (16,6) 19 (63,3) 6 (20) 2.Petugas kesehatan di puskesmas biasanya memberikan penyuluhan secara langsung pada penderita TB Paru

0 (0) 3 (10) 20 (66,6) 5 (16,6)

3.Penyuluhan juga

dilaksanakan secara tidak langsung, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk

0 (0) 2 (6,6) 18 (60) 10 (33,3)

4. Petugas kesehatan di puskesmas memberi saya penyuluhan yang lengkap tentang TB Paru

0 (0) 0 (0) 20 (66,6) 10 (33,3)

5. Setelah mendapatkan penyuluhan tentang TB Paru, saya menjadi lebih mengerti dan paham tentang penyakit TB Paru

6. Adanya penyuluhan tentang TB Paru dari petugas kesehatan, membuat saya ingin cepat sembuh dengan makan Obat Anti

Tuberkulosis secara teratur dan selalu memeriksakan kondisi saya sesuai jadwal berobat ke Puskesmas 0 0 (0) (0) 0 0 (0) (0) 21 20 (70) (66,6) 9 10 (30) (33,3)

Dokumen terkait