• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Berikut ini akan diuraikan hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta berdasarkan tujuan penelitian. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:

1. Kebijakan Pengembangan Koleksi

Kebijakan pengembangan koleksi merupakan pernyataan tertulis yang dibuat oleh perpustakaan yang berisi prinsip-prinsip pengembangan koleksi yang menjelaskan tujuan dan isi pengembangan koleksi yang berfungsi memberikan arahan agar pelaksanaan pengembangan koleksi menjadi terarah dan tepat sasaran.

Dalam melakukan pengembangan koleksi pihak Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta memiliki kebijakan tertulis sebagai pedoman. Kebijakan tersebut adalah renstra (rencana strategis) dan renja (rencana jangka panjang). Perpustakaan menyusun RAB (Rencana Anggaran Belanja), kemudian keluarlah dokumen bernama DAP (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi acuan. Semuanya sudah diatur dalam DAP perkiraan anggaran, volume, harga dan jumlah sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Yang terlibat dalam penentuan kebijakan pengembangan koleksi tersebut adalah kepala Badan Perpustakaan dan Arsip daerah, dan kepala sub bidang- sub bidang di bawah kepala badan dan dalam bidang perpustakaan. Kebijakan yang disusun terkait dengan visi dan misi perpustakaan, didalamnya juga ditentukan jenis atau format koleksinya, dilihat dari

konten atau isi koleksi yang akan diadakan, dan ada pula koleksi yang diprioritaskan setiap tahunnya dilihat dari kebutuhan masyarakat sekitar perpustakaan. Seperti tahun ini perpustakaan memprioritaskan pada koleksi untuk anak.

Seperti yang dikatakan oleh informan Saryati berikut:

“Kan kita ada programnya ya mba yang namanya renstra (rencana strategis) itu biasanya 5 tahun, terus kalau renja (rencana jangka panjang) itu satu tahun, ya jadi kita menyusun anggarannya tuh sesuai yang sudah di diterapkan disitu. Setelah itu kita menysun RAB (Rencana Anggaran Belanja), ketika itu keluarlah ini nih dokumen ini namanya DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), ini panduan kita ini de, jadi kita mengacu sini semua, semua anggaran disini sudah diatur berapa volumenya, berapa harganya,berapa jumlahnya, semuanya sudah diatur disini sesuai kebutuhan kita.Kebijakan yang ada itu terkait dengan visi dan misi perpustakaan dek. Jadi setiap tahun itu penambahan buku per nomer kelas dan ada kelas harganya sendiri dek, misalnya kelas 300 ada yang harga murah, sedang, mahal nah itu mau yang mana terserah termasuk formatnya cd atau yang lain, pokoknya terseleksi dari permohonan pengunjung ada juga penawaran dari penerbit-penerbit yang kita seleksi. Konten atau isinya juga diperhatikan, Cuma kita ga ada buku-buku pelajaran misalnya pelajaran kelas 1 atau kelas berapa, paling buku pengetahuan umum aja dek. Untuk prioritas koleksi ya kita lihat dari kebutuhan masyarakatnya juga dek, untuk tahun ini sih koleksi untuk anak lebih di prioritaskan dek, ditambah dek koleksi perkelas nya mudah-mudahan bisa bertambah tahun ini ya de”.(Saryati)

Kebijakan pengembangan koleksi tertulis merupakan suatu hal yang penting agar kegiatan pengembangan koleksi terarah dan tepat sasaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan dua informan, keduanya sepakat memandang bahwa kebijakan pengembangan koleksi tertulis merupakan suatu hal yang penting. Menurut mereka kebijakan pengembangan koleksi tertulis penting sekali karena mereka tidak bisa bertindak semaunya dan untuk pedoman dalam melaksanakan tugas

dan kewajiban sesuai dengan tupoksi perpustakaan. Seperti yang dikatakan kedua informan, sebagai berikut:

“Ya tentu sangat penting ya karena kita tidak bisa bertindak semaunya ya harus ada rules”.(Rieke)

“Oh penting sekali, itu karena kan untuk pedoman kita untuk melaksanakan tugas, tugas dan kewajiban kita sesuai tupoksi kita masing-masing ya tentunya”.(Saryati)

Dalam kebijakan pengembangan koleksi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, termasuk didalamnya kebijakan mengenai koleksi anak. Kebijakan tersebut diperuntukkan untuk semua koleksi perpustakaan tidak terkecuali koleksi anak, bahkan termasuk didalamnya koleksi untuk berkebutuhan khusus.

Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah mempunyai kebijakan tertulis sebagai pedoman dalam melakukan pengembangan koleksi yang termasuk didalamnya kebijakan mengenai koleksi anak dan dianggap sangat penting. Kebijakan tersebut disusun oleh pihak-pihak terkait seperti kepala badan, kepala sub bidang yang berada dibawah bidang perpustakaan. Perpustakaan membuat renstra (rencana strategis) dan renja (rencana jangka panjang). Perpustakaan menyusun RAB (Rencana Anggaran Belanja), kemudian keluarlah dokumen bernama DAP (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi acuan. Semuanya sudah diatur dalam DAP berapa anggarannya, volumenya, harganya dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Kebijakan yang disusun terkait dengan visi dan misi perpustakaan, didalamnya juga ditentukan jenis atau format koleksinya, dilihat dari konten atau isi koleksi yang akan

diadakan, dan ada pula koleksi yang diprioritaskan setiap tahunnya dilihat dari kebutuhan masyarakat sekitar perpustakaan. Seperti tahun ini perpustakaan memprioritaskan pada koleksi untuk anak.

2. Seleksi Bahan Pustaka

Sebelum melakukan pengadaan, terlebih dahulu perpustakaan melakukan seleksi terhadap bahan pustaka yang akan diadakan. Seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan memilih bahan pustaka yang akan diadakan untuk menambah koleksi suatu perpustakaan dengan berbagai pertimbangan.

Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta pun melakukan penyeleksian terlebih dahulu terhadap koleksi anak yang akan diadakan. Pihak perpustakaan melakukan seleksi tersebut dengan menggunakan katalog penerbit dan dengan melihat masukan atau saran dari pemustaka. Dalam menyeleksi koleksi anak pepustakaan menggunakan alat bantu seleksi berupa katalog-katalog dari penerbit dan dibantu oleh pihak luar seperti IKAPI. Sedangkan yang berperan dalam menyeleksi koleksi anak adalah pustakawan yang mengerti tentang koleksi anakyang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk sesuai dengan SK Tim seleksi. Tim dalam penyeleksian koleksi anak diantaranya pejabat terkait, dan bidang-bidang terkait dengan pengadaan. Setelah tim seleksi terbentuk, kemudian tim seleksi mengumpulkan data koleksi yang akan diadakan misalnya melalui katalog atau saran dari pemustaka. Kemudian data koleksi tersebut diseleksi oleh tim sesuai dengan kebutuhan perpustakaan dan

menghasilkan jumlah koleksi yang terseleksi. Selanjutnya dibuat berita acara dari hasil seleksi dan hasil seleksi tersebut siap diusulkan untuk pengadaan. Seperti penjelasan dari informan berikut:

“Oh koleksi anak ya, ini awalnya juga masukan dari pemustaka ya kita kan ngasih kotak saran di pelayanan ya, apa-apa saja kebutuhan dari masyarakat itu. nah setelah itu juga dari katalog-katalog yang dikirimkan oleh penerbit itu. yang mainan ya ada mainannya kan ya, karena ga buku aja kalau untuk anak-anak. itu kita membelinya sesuai katalog itu dek, sesuai katalog terus permintaan dari masyarakat gitu. Sebelumnya kita membuat SK Tim seleksi terlebih dahulu, kemudian tim seleksi menyeleksi dari katalog-katalog penerbit dan saran dari pemustaka itu dek. Setelah diseleksi kemudian menghasilkan jumlah koleksi yang terseleksi dek. Setelah itu dibuat berita acaranya, kemudian diusulkan pengadaan bahan pustakanya. Seperti tahun ini dari 113 penerbit yang terseleksi hanya 70 penerbit. Ini kemarin gitu dek, nah kemudian diusulkan untuk pengadaan”.(Saryati)

Dalam memilih koleksi anak, kriteria yang dipertimbangkan oleh perpustakaan adalah yang sesuai dengan usia, melihat perkembangan anak melalui motorik kasar dan motorik halusnya dengan memberikan mainan-mainan yang sesuai, disesuaikan dengan kebutuhan dan keamanannya juga harus diperhatikan, terutama disesuaikan dengan anggarannya. Seperti yang diungkapkan oleh kedua informan berikut:

“Tentu harus mendidik ya, kemudian sesuai dengan usia, kemudian kriteria dari segi keamanannya harus diperhatikan, dan tingkat kebutuhan, kebutuhan koleksinya seperti apa”. (Rieke)

“Kriterianya yang sesuai ya, sesuai kebutuhan anak-anak itu, umpamanya mungkih umur ya, untuk umur ini kita berikan yang sesuai umurnya dia, teruskan ada agak gede lagi, ada yang mungkin motorik kasarnya ya dek kaya gitu yang disana tuh yang ada mobil-mobilan, terus yang halusnya mungkin perlu pemikiran, main game. Disesuaikan dengan usia dan kebutuhan juga dan anggarannya juga dek yang penting, iya

jadi kita juga kan aturannya udah program dulu ya pastinya kita oh kebutuhannya ini, ga bisa umpamanya kita sekarang pengen beli ini sedangkan kita memprogramkan mainan ini, jadi ya tetep sesuai aturan yg berlaku”.(Saryati)

Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta terlebih dahulu memilih koleksi anak yang akan diadakan. Penyeleksian dilakukan berdasarkan saran dan kebutuhan dari pemustaka, dan juga melalui katalog penerbit yang selanjutnya melibatkan pustakawan dan pejabat-pejabat terkait. Alat bantu seleksi yang digunakan sebagai pedoman adalah katalog dari penerbit dan bantuan dari pihak luar seperti IKAPI. Yang berperan dalam melakukan penyeleksian koleksi anak adalah pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak yang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim seleksi. Kriteria dalam pemilihan koleksi anak yang dilakukan oleh perpustakaan umumnya disesuaikan oleh usia, kebutuhan, perkembangan motorik, keamanannya dan yang paling utama adalah sesuai dengan anggarannya.

3. Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah kegiatan untuk menambah koleksi perpustakaan yang sudah ada atau mengadakan koleksi yang belum ada di perpustakaan, dengan berbagai pertimbangan dari proses seleksi.

Pada ruang baca anak Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, sasaran pemustakanya adalah dari usia 0-12 tahun yaitu usia anak-anak. Koleksi yang disediakan antara lain buku referensi, buku-buku cerita, buku pop up, majalah, komik, dan

permainan-permainan, bahkan disediakan ruang bermain untuk anak usia 5 tahun kebawah. Perpustakaan belum menyediakan koleksi khusus yang memperkenalkan budaya setempat (dalam hal ini budaya betawi) untuk anak-anak, koleksi tersebut ada hanya saja disediakan untuk umum bukan dikhususkan untuk anak. Selain itu pada ruang baca anak juga tidak ada koleksi untuk orang tua seperti panduan dalam merawat anak. Koleksi tersebut ditempatkan dikoleksi umum kategori dewasa, padahal koleksi tersebut seharusnya berada pada koleksi anak, apalagi banyak orang tua yang mendampingi anaknya saat berkunjung ke perpustakaan.

Sesuai dengan perkembangan teknologi perpustakaan seharusnya sudah menyediakan layan internet untuk anak dan koleksi audiovisual. Pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berada di Cikini belum terdapat koleksi tersebut, akan tetapi pihak perpustakaan sudah memikirkan hal tersebut dan akan melakukannya dalam waktu dekat. Selain itu, karena berkedudukan sebagai perpustakaan umum maka perpustakaan harus menyediakan koleksi tidak terkecuali untuk anak berkebutuhan khusus. Pihak perpustakaan sudah menyediakan koleksi untuk anak berkebutuhan khusus seperti koleksi braille akan tetapi tidak hanya untuk anak melainkan untuk semua usia. Ruangannya pun dibuat di lantai dasar perpustakaan untuk memudahkan dalam mengakses koleksi, tetapi hanya sebagian koleksi yang berada di lantai dasar. Jika pemustaka

membutuhkan koleksi lain maka pustakawan akan membantu mencarikan koleksi tersebut di lantai 1.

Disini peneliti juga meneliti pendapat dari pemustaka mengenai koleksi yang ada di perpustakaan dan koleksi apa yang dibaca oleh para informan. Berdasarkan wawancara terhadap 7 orang informan, sebagian besar tujuan mereka datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku. Seperti yang diungkapkan informan berikut:

“mmm.. mau baca buku”. (Nadia) “Mau membaca buku”. (Kelvin) “Mau baca-baca”. (Arzeta)

Selain itu sebagian besar informan memilih membaca buku-buku fiksi dan buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan. Seperti yang diungkapkan informan berikut:

“Komik, dan buku pelajaran tentang bumi”. (Syauqi) “Buku tentang angkasa”. (Farintino)

“Komik, buku pelajaran juga”.(Nadia)

“Buku tentang science sama buku tentang gua lubang dipegunungan”.(Ferdiansyah)

Menurut informan Nadia, Kelvin dan Arzeta menunjukan bahwa tujuan mereka adalah untuk membaca buku dan dari ke 7

informan semuanya menyatakan perpustakaan tersebut

menyenangkan. Memang perpustakaan tersebut sangat menyenangkan dan nyaman untuk anak-anak sehingga anak-anak merasa senang berada di perpustakaan dan tentunya akan mempengaruhi minat baca anak-anak.

Sedangkan menurut informan Syauqi, Farintino, Nadia dan Ferdiansyah buku yang sudah atau sering mereka baca adalah buku-buku tentang pengetahuan dan fiksi seperti komik. Perpustakaan memang menyediakan buku-buku pengetahuan yang menarik seperti

salah satu komik tentang pengetahuan yang berjudul “Salju dan Tanah Longsor”.

Pengadaan koleksi pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dilakukan secara rutin setahun sekali. Pengadaan koleksi untuk anak dijadikan satu dengan pengadaan keseluruhan. Perkiraan persentase untuk koleksi anak kurang lebih 10% dari pengadaan koleksi keseluruhan.

Pengadaan koleksi pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dilakukan dengan dua metode yaitu, pengadaan melalui pembelian dan pengadaan melalui deposit dari penerbit yang ada di Jakarta.

Secara garis besar pengadaan pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dilakukan melalui pembelian. Proses pengadaan melalui pembelian dilakukan setelah hasil seleksi buku apa yang akan dibeli dan penerbit mana yang akan dipakai. Selanjutnya perpustakaan menghubungi penerbit dan memberikan daftar buku yang sudah dipilih oleh tim seleksi. Pengadaan pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, seperti belanja dengan anggaran 200juta ke atas harus dengan proses lelang, tetapi jika

200juta ke bawah bisa dengan pembelian langsung akan tetapi tetap melalui panitia pengadaan terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan informan berikut:

“Yaa prosedurnya itu ya itu de rencananya renja terus ada program bpad terus disesuaikan, Cuma ga bisa rinci keadaan buku anak-anak krn kan kita global. Jadi setelah mendapat masukan dari pemustaka dan katalog-katalog yang dikirimkan penerbit, kemudian semua itu diseleksi oleh tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK tim seleksi de. Setelah itu muncullah daftar buku dan penerbitnya. Selanjutnya panitia pengadaan melakukan pembelian, kalau kurang dari 200jt kita lelang disini saja melalui panitia pengadaan, krn kita sekarang boleh per penerbit, misalnya penerbit ini berapa-berapa. Sesuai dengan aturan pengadaan barang dan jasa de. Jadi setelah dilakukan pembelian dan buku yang dibeli datang kita periksa lagi apakah sesuai dengan pesanan kita, kalaau sesuai maka buku bisa langsung di olah oleh bagian pengolahan de”. (Saryati)

Selain itu pengadaan dilakukan melalui deposit yaitu koleksi wajib serah simpan dari penerbit jakarta yang rutin diberikan kepada perpustakaan yang diatur dalam Undang-undang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Proses pengadaan melalui deposit yaitu, penerbit mengirimkan koleksi kepada perpustakaan beserta surat pengantarnya. Kemudian perpustakaan menerima koleksi tersebut dan mengirimkan ucapan terima kasih kepada penerbit. Sebelumnya tidak hanya ucapan terima kasih melainkan diberikan juga cenderamata kepada penerbit, namun anggaran tersebut sudah tidak diizinkan oleh pemerintah. Seperti yang dikatakan informan berikut:

Itukan ada undang-undangnya ya de tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam, biasanya penerbit datang ke perpustakaan memberikan koleksinya beserta surat pengantarnya. Kita menerima lalu kita mengirimkan ucapan terima kasih, kalau dulu kita ada kasih kaya cenderamata gitu de tapi sekarangkan anggaran itu sudah ga boleh ya. Setelah

koleksi kita terima kemudian kita seleksi terlebih dahulu mana yang layak untuk dilayankan. Jadi ada koleksi yang tidak layak dipisahkan disatu lemari oleh teman-teman pustakawan”.(Saryati)

Kebanyakan koleksi tersebut adalah komik dan novel, akan tetapi ada juga beberapa penerbit yang memberikan karya rekam seperti CD film. Sebelum dilayankan koleksi tersebut diseleksi terlebih dahulu apakah layak atau tidak untuk dilayankan. Seperti koleksi film, perpustakaan terlebih dahulu melakukan sensor sebelum ditayangkan kepada pemustaka. Seperti yang dikatakan informan berikut:

“Oh lebih banyak sih buku ya kaya komik-komik dan novel de, tapi ada juga yang ngasih karya rekam kaya CD film gitu de. Biasanya sebelum film ditayangkan kita sensor dulu de karena kan itu untuk pendidikan ya de”.(Saryati)

Dalam pelaksanaan deposit, sayangnya tidak semua penerbit di Jakarta melakukannya. Hanya beberapa saja yang ruitn melakukan deposit ke perpustakaan padahal pihak perpustakaan sudah melakukan sosialisasi kepada penerbit, tetapi tetap saja hanya sedikit yang melakukan deposit ke perpustakaan. Jumlah penerbit yang rutin melakukan deposit kurang lebih 20 sampai 30 penerbit setiap bulannya.Seperti yang dikatakan oleh informan berikut:

“Kalau sosialisasi sih kita sudah ke penerbit ya de Cuma ya dari penerbit itu sendiri ada yang kirim dan ada yang tidak Cuma sebagian besar tidak de. Meskipun koleksi yang dikirim rata-rata 300 eksemplar perbulan tapi penerbitnya itu-itu saja de”.(Saryati)

“Kalau yang rutin itu de kurang lebih 20 sampai 30 penerbit de setiap bulannya. Itu yang 30 sudah maksimal banget de”.(Saryati)

Selanjutnya, hal yang penting dalam pengadaan adalah anggaran. Dalam mengadakan koleksi anak, perpustakaan tidak memilah-milah anggarannya, semua menjadi satu kesatuan. Kisaran anggaran koleksi anak pertahun adalah 10% persen dari anggaran keseluruhan. Seperti diungkapkan oleh informan Saryati.

“10% tadi, kalo kita umpamanya mengadakan tahun ini 1m berarti kan dia 10%nya, ya sekitar seratus juta”. (Saryati) Sedangkan untuk sumber dana, perpustakaan tidak ada sumber dana lain, melainkan hanya dari APBD pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian, sasaran pemustaka layanan anak mulai dari 0-12 tahun. Koleksinya beragam mulai dari buku, majalah, komik, koleksi braille dan berbagai macam permainan edukatif sudah disediakan. Namun, untuk koleksi khusus mengenai budaya setempat untuk anak-anak belum disediakan, begitu pula layanan internet dan koleksi audiovisual, namun semua itu sudah dalam perencanaan pihak perpustakaan. Sebagian besar pengadaan dilakukan melalui pembelian dengan cara lelang dan juga dengan cara deposit dari penerbit yang ada di Jakarta. Namun sangat disayangkan tidak semua penerbit yang ada di Jakarta yang melakukan deposit ke perpustakaan, hanya ada 20 sampai 30 penerbit saja yang rutin melakukan deposit. Anggaran pengadaan koleksi anak menjadi satu dengan keseluruhan anggaran koleksi, persentasenya adalah 10% dari anggaran keseluruhan. Sumber dananya pun hanya dari APBD pemerintah tidak ada sumber dana lain.

4. Masalah dalam Pengadaan

Dalam melakukan pengadaan tentunya tidak luput dari masalah dan kendala yang dihadapi oleh perpustakaan. Begitu pula pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Masalah yang dihadapi perpustakaan menurut informan Saryati adalah anggaran, anggaran untuk pengadaan tahun ini belum turun padahal sudah pertengahan tahun. Hal ini menyebabkan kurang uptodate nya buku yang sudah direncanakan untuk dibeli, sehingga masih banyaknya orang yang tertarik beli langsung ke toko buku dengan alasan yang lebih uptodate. Selain anggaran, informan Rieke menuturkan masalah yang dihadapi perpustakaan adalah waktu. Proses pengadaan yang lama memakan waktu.

“Ooh kendalanya kaya ini ya anggaran sampe pertengahan tahun belum turun, sedangkan waktu berjalan terus. jadi ya bagaimanapun kita tetap melayani masyarakat, jadi apa yang bisa kita perbuat ya kita laksanakan dulu gitu jadi engga semua harus dana, nunggu dana turun haduh kasian masyarakat nanti”.(Saryati)

“Kendalanya adalah, kalo pengadaan itu kan harus ada laporannya, harus ada pembuktiannya, itu aja sih kendalanya soal waktu yaa”.(Rieke)

Namun pustakawan tidak larut dalam masalah-masalah tersebut, mereka berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan, jika ada program yang direncanakan menggunakan mainan baru tetapi pengadaan mainan yang akan digunakan belum berjalan, maka perpustakaan mensiasati dengan menggunakan atau memanfaatkan mainan yang

sudah ada di perpustakaan. Selain itu kerjasama antara tim dan saling mendukung merupakan salah satu cara menghadapi masalah tersebut. Menurut mereka, jika dihadapi bersama dan saling mendukung maka semuanya berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hasil penelitian, masalah yang dihadapi perpustakaan dalam pengadaan adalah anggaran dan waktu. Cara mereka dalam menghadapi masalah tersebut adalah dengan memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan dan saling mendukung satu sama lain karena mereka merukan satu tim kerja. Banyak hal yang bisa dilakukan yang tidak hanya berpaku pada anggaran

Dokumen terkait