• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Kebijakan Pengembangan Koleksi

Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah mempunyai kebijakan tertulis sebagai pedoman dalam melakukan pengembangan koleksi yang termasuk didalamnya kebijakan mengenai koleksi anak dan dianggap sangat penting. Kebijakan tersebut disusun oleh pihak-pihak terkait seperti kepala badan, kepala sub bidang yang berada dibawah bidang perpustakaan. Perpustakaan membuat renstra (rencana strategis) dan renja (rencana jangka panjang). Perpustakaan menyusun RAB (Rencana Anggaran Belanja), kemudian keluarlah dokumen bernama DAP (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi acuan. Semuanya sudah diatur dalam DAP berapa perkiraan anggaran, volume, harga dan jumlah

sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Kebijakan tertulis yang disusun oleh perpustakaan terkait dengan visi dan misi perpustakaan, jenis atau format koleksinya dan konten atau isi koleksinya juga diperhatikan. Selain itu ada juga koleksi yang diprioritaskan setiap tahunnya, untuk tahun ini misalnya perpustakaan memprioritaskan koleksi untuk anak. Semua hal tersebut dicerminkan dalam kebijakan pengembangan koleksi tertulis.

Hal ini sesuai dengan pengertian kebijakan pengembangan koleksi Menurut G. Edward Evans dalam buku Developing Library and Information Center Collection kebijakan pengembangan koleksi yaitu rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara koleksinya. Seperti semua rencana barang, kebijakan pengembangan koleksi harus mencerminkan dan berhubungan dengan rencana lain perpustakaan, terutama yang jangka panjang dan strategis dalam karakter. Itu juga harus up to date dalam hal misi keseluruhan perpustakaan dan tujuan.67

Pihak perpustakaan menganggap kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis merupakan suatu hal yang penting sebagai pedoman perpustakaan dalam melakukan pengembangan koleksi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari salah satu kebijakan pengembangan koleksi tertulis, yaitu Pedoman bagi para pustakawan (penyeleksi). Dengan adanya kebijakan, mereka berkerja lebih terarah karena

67

Evans G. Edward, Developing Library and Information Center Collection, (London: Libraries Unlimited, 2005), h. 49.

sasaran jelas, dana yang terbatas dapat digunakan dengan sebijaksana mungkin.68

2. Seleksi Bahan Pustaka

Menurut ALA Glossary of Library Terms seleksi adalah suatu proses pengambilan keputusan dalam mengidentifikasi sumber informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakai perpustakaan.69

Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta terlebih dahulu memilih koleksi anak yang akan diadakan. Penyeleksian dilakukan berdasarkan saran dan kebutuhan dari pemustaka, dan juga melalui katalog penerbit yang selanjutnya melibatkan pustakawan dan pejabat-pejabat terkait. Alat bantu seleksi yang digunakan sebagai pedoman adalah katalog dari penerbit dan bantuan dari pihak luar seperti IKAPI. Hal ini sejalana dengan teori dalam bab 2 dalam buku Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah yang menyebutkan alat bantu seleksi yang bisa digunakan oleh perpustakaan dalam memilih bahan pustaka adalah Katalog penerbit dari berbagai penerbit baik dalam negeri maupun penerbit luar negeri yang berisi informasi buku-buku terbaru dari penerbit dalam dan luar negeri, dan juga Daftar buku IKAPI. Daftar ini merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan

68

Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 17.

69

Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 4.8.

Penerbit Indonesia (IKAPI).70Akan tetapi, dalam memilih koleksi untuk anak perpustakaan bisa menggunakan alat bantu seleksi lainnya seperti ulasan buku, Contohnya adalah Booklist, ulasan buku yang cocok untuk perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah, dengan masalah yang meliputi sastra anak.71

Yang berperan dalam melakukan penyeleksian koleksi anak adalah pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak yang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim Seleksi.

Kriteria dalam pemilihan koleksi anak yang dilakukan oleh perpustakaan pada umumnya yaitu disesuaikan oleh usia. Batasan usia seseorang dapat dikatakan sebagai anak adalah mulai usia 0-13 tahun atau setara dengan sekolah dasar. Koleksi perpustakaan untuk anak pun berbeda-beda sesuai tingkatan usianya. Misalnya untuk usia 0-5 tahun koleksi yang cocok adalah mainan edukasi, buku bergambar, buku untuk pemula yang lebih menekankan gambar daripada kata, audiobooks dan koleksi audiovisual, sedangkan untuk usia 6-12 tahun koleksi yang cocok adalah buku-buku fiksi dan non-fiksi yang memuat kebutuhan informasi anak. Menurut Jean Piaget, ada 4 tahapan perkembangan intelektual anak berdasarkan usia yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan bacaan anak. Yang pertama tahap sensori-motor (usia 0-2 tahun). Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap ini disebut sebagai tahap

70

Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), h. 55-57.

71

Virginia Kay Williams, “Building and Evaluating Juvenile Collections in Academic Libraries,” College & Undergraduate Libraries, (2011): h.69-74.

sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Dalam usia 1,6─2 tahun anak akan

menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Koleksi yang cocok pada tahapan usia ini adalah koleksi yang berkaitan dengan permainan bunyi, misalnya audiobooks. Yang kedua adalah tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu

yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Koleksi yang cocok untuk tahapan ini adalah buku cerita sederhana yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak, buku-buku bergambar dan buku-buku yang memberi kesempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya. Yang ketiga adalah tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Misalnya anak sudah dapat mengklasifikasi objek berdasarkan sifat umum seperti klasifikasi warna dan karakter tertentu, membuat urutan sesuatu secara semestinya, anak mulai mengembangkan imajinasinya, dan mulai berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana. Koleksi yang cocok adalah buku bacaan narasi yang mengandung urutan logis dari sederhana ke yang lebih kompleks, cuku bacaan yang menampilkan cerita sederhana, buku bacaan yang menampilkan objek gambar bervariasi dan buku cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain. Yang keempat adalah tahap operasi formal (usia 11 atau 12 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara ilmiah dan mampu memecahkan

masalah secara logis. Koleksi yang cocok adalah buku-buku cerita yang menampilkan alur cerita ganda, serta menampilkan persoalan (konflik) dan karakter yang lebih kompleks.72

Koleksi tersebut kurang lebih ada di ruang baca anak perpustakaan umum DKI Jakarta. Untuk koleksi mainan ada ruang khusus bermain untuk anak usia dibawah 5 tahun yang berisi mainan mobil-mobilan, ayunan, perosotan, dan mandi bola. Sedangkan untuk usia diatas 5 tahun ada ruang untuk bermain mainan kayu edukasi yang beragam. Tetapi, penempatan koleksi untuk buku tidak dikelompokkan berdasarkan usia anak, melainkan berdasarkan nomor kelas dari kelas 000-999.

Kriteria selanjutnya adalah kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan koleksi seperti apa yang dibutuhkan oleh perpustakaan dan sesuai program yang dibuat oleh perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga melihat kebutuhan informasi untuk anak. Misalnya untuk anak informasi yang bisa diberikan adalah informasi tentang pendidikan keseharian seperti tata cara makan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Selanjutnya informasi tentang cerita tokoh teladan, cerita kepahlawanan dan cerita kemerdekaan.

Selanjutnya kriteria berdasarkan perkembangan motorik. Perkembangan motorik dibagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar lebih kepada aktifitas fisik yang menggunakan otot besar seperti lompat, lari, menendang, dan lain-lain. Untuk

72

Burhan Nurgiyantoro, “Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak,” Cakrawala Pendidikan, No.2, Juni 2005, h. 200-203.

aktifitas yang melatih motorik kasar tersebut perpustakaan menyediakan ruang bermain anak untuk usia dibawah lima tahun. Pada ruangan tersebut anak bebas untuk berlari, melompat dan bermain dengan permainan yang melatih gerakan anak seperti mandi bola, ayunan dan perosotan. Sedangkan motorik halus, lebih kepada aktifitas keterampilan seperti menggambar, membuat kerajinan tangan, bermain puzzle, dan lain-lain. Untuk aktifitas yang melatih motorik halus, perpustakaan menyediakan bermacam-macam mainan kayu edukatif seperti puzzle. Selain itu perpustakaan juga membuat kegiatan keterampilan seperti membuat bunga dari kertas.

Kriteria selanjutnya dilihat dari keamanannya, koleksi yang aman untuk anak seperti sudut buku tidak tajam untuk koleksi buku. Sedangkan untuk koleksi mainan terbuat dari bahan yang aman, dilihat dari sudut kelancipan mainan, terhindar dari bahan kimia berbahaya dan sesuai standar nasional indonesia.

Kriteria selanjutnya adalah sesuai dengan isu-isu yang berkembang saat ini. Yang dimaksud dengan isu yang berkembang saat ini adalah koleksi apa yang sedang trend saat ini, misalnya saat ini sedang trend buku dengan tema anak muslim, maka hal tersebut akan menjadi pertimbangan perpustakaan untuk menambah koleksi dengan tema tersebut. Dari kriteria yang dijabarkan di atas, kriteria yang paling utama adalah sesuai dengan anggaran perpustakaan.

3. Pengadaan Bahan Pustaka

Koleksi merupakan bagian penting suatu perpustakaan tidak terkecuali pada layanan anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kata koleksi berarti “kumpulan yang berhubungan dengan studi atau penelitian”.73

Sedangkan batasan usia seseorang dapat dikatakan sebagai anak adalah mulai usia 0-13 tahun atau setara dengan sekolah dasar.

Berdasarkan hasil penelitian, sasaran pemustaka layanan anak mulai dari 0-12 tahun Hal ini sesuai dengan pengertian koleksi anak dalam Dictionary for Library and Information Science koleksi anak adalah Sebuah koleksi perpustakaan buku dan bahan-bahan lain yang dimaksudkan khusus untuk anak-anak di bawah 12-13 tahun, disimpan secara terpisah dari orang dewasa dan koleksi remaja, kadang-kadang di ruangan anak-anak dengan bagian terpisah untuk fiksi remaja dan nonfiksi, bacaan untuk pemula dan buku yang mudah, buku gambar, dan buku untuk anak-anak yang masih kecil (buku alfabet, buku menghitung, buku tulis, buku kain, dll).74

Koleksinya beragam mulai dari buku, majalah, komik, koleksi braille dan berbagai macam permainan edukatif sudah disediakan.Akan tetapi, untuk koleksi khusus mengenai budaya setempat untuk anak-anak belum disediakan, begitu pula layanan internet dan koleksi audiovisual, namun semua itu sudah dalam

73

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 580.

74

Joan M. Reitz, Dictionary for Library and Information Science, (London: Libraries Unlimited, 2004), h. 384.

perencanaan pihak perpustakaan. Hal ini seperti disebutkan dalam Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts bahwa Perpustakaan harus mempertimbangkan koleksi sesuai dengan format dan perkembangan teknologi terbaru. Peralatan yang sesuai untuk menggunakan bahan audiovisual dan format elektronik harus tersedia dan dapat diakses oleh seluruh anak-anak di perpustakaan.75 Selain itu koleksi panduan untuk orang tua dalam merawat anak tidak tersedia di ruang baca anak, padahal seharusnya koleksi tersebut termasuk dalam koleksi anak. Terlebih banyak sekali orang tua yang mendampingi anaknya di ruang baca anak. Seperti yang disebutkan dalam buku Fundamentals of Children’s Services ada beberapa macam koleksi anak yang ada di sebuah perpustakaan, antara lain:

a. Buku Bergambar b. Pembaca Pemula c. Fiksi Remaja d. Nonfiksi Remaja e. Referensi f. Koleksi Video g. Audiobooks h. Rekaman Musik i. Koleksi Orang Tua j. Internet

75Massachusetts Library Association, “Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts,” artikel diakses pada Minggu, 17 Mei 2015 dari

http://mlayss.pbworks.com/w/file/fetch/53591709/MLA%20YSS%20Children's%20Standards%20 2012%20revision.pdf

k. Mainan

Meskipun masih ada koleksi anak yang belum ada pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, akan tetapi perpustakaan sudah memiliki beberapa koleksi yang termasuk dalam jenis koleksi anak seperti buku bergambar, buku untuk pembaca pemula, buku fiksi, buku nonfiksi dan mainan.

Tahap kelanjutan dari seleksi bahan pustaka adalah pengadaan bahan pustaka. Pengadaan merupakan proses menghimpun koleksi yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.76 Istilah pengadaan adalah terjemahan dari acquisition yaitu kegiatan yang merupakan implementasi dari keputusan dalam melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan untuk mendapatkan bahan pustaka yang telah dipilih.77

Sebagian besar pengadaan dilakukan melalui pembelian dengan cara lelang melalui penerbit. Hal ini sejalan dengan teori pada bab 2 bahwa dalam melakukan pengadaan bahan pustaka ada beberapa cara atau metode untuk memperoleh bahan pustaka yang dibutuhkan, salah satunya melalui pembelian. Pelaksanaan pembelian bahan pustaka di Perpustakaan Umum dapat dilakukan langsung oleh perpustakaan. Pembelian bahan pustaka di kalangan instansi Pemerintah, terikat dengan ketentuan yang terdapat di dalam Keputusan Pemerintah/Presiden tentang pengadaan barang dan jasa.78 Peraturan peresiden yang digunakan sebagai acuan adalah Peraturan Presiden

76

F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15.

77

Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.2.

78

Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h. 24.

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Selain itu pengadaan juga dilakukan dengan cara deposit dari penerbit yang ada di Jakarta. Proses pengadaan melalui deposit yaitu, penerbit mengirimkan koleksi kepada perpustakaan beserta surat pengantarnya. Kemudian perpustakaan menerima koleksi tersebut dan mengirimkan ucapan terima kasih kepada penerbit. Sebelumnya tidak hanya ucapan terima kasih melainkan diberikan juga cenderamata kepada penerbit, namun anggaran tersebut sudah tidak diizinkan oleh pemerintah. Dalam melakukan deposit sangat disayangkan tidak semua penerbit di Jakarta melakukan deposit ke perpustakaan, hanya 20 sampai 30 penerbit saja yang rutin melakukan deposit setiap bulannya. Padahal deposit perpustakaan diatur dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam Bab II pasal 2 dan pasal 3 ayat 1 yang berbunyi:

“Setiap penerbit yang berada di wilayah negara Republik Indonesia, wajib menyerahkan 2(dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah Ibukota Propinsi yang bersangkutan selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah diterbitkan”79

“Setiap pengusaha rekaman yang berada di wilayah negara Republik Indonesia wajib menyerahkan sebuah rekaman dari setiap judul karya rekam yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan, selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah proses rekaman selesai”80

79

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Bab II, Pasal 2

80

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Bab II, Pasal 3, ayat 1

Anggaran pengadaan koleksi anak menjadi satu dengan keseluruhan anggaran koleksi, persentasenya adalah 10% dari anggaran keseluruhan. Meskipun sejauh ini belum ada aturan pasti mengenai anggaran koleksi anak di Indonesia, tetapi dalam Guidlines for Public Library Service to Children in Vermont anggaran perpustakaan per tahun untuk koleksi anak adalah sekitar 30% dari anggaran koleksi. Akan tetapi mengenai anggaran tersebut tergantung pada kebijakan perpustakaan, tetapi tidak ada salahnya jika anggaran untuk koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ditambahkan lagi persentasenya mengingat banyaknya anak-anak yang mengunjungi perpustakaan.

Sumber dananya pun hanya dari APBD pemerintah tidak ada sumber dana lain, seharusnya perpustakaan bisa mendapatkan sumber dana lain agar persentase anggaran untuk koleksi anak bisa ditingkatkan. Menurut IFLA Guidlines for Children’s Libraries Services, perpustakaan anak-anak membutuhkan anggaran untuk mempertahankan dan meningkatan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan kepada publik. Anggaran tersebut bisa didapatkan dari sumber lain, seperti:

g. Hibah pemerintah (untuk program khusus dan inisiatif baru)

h. Organisasi kebudayaan (musik, tari, drama, seni, sejarah dan pertunjukan etnis)

i. Penerbit (untuk kunjungan dari penulis dan ilustrator buku dan untuk hadiah lain)

j. Sponsorship (bisnis lokal dan organisasi relawan untuk mendukung acara khusus)

k. Lembaga non-pemerintah l. Dana sumbangan.81

4. Masalah dalam Pengadaan

Sebagai sebuah organisasi perpustakaan tidak lepas dari masalah. Karena masalah itulah yang membuat perpustakaan terutama layanan anak tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan rencana sehinggat menghambat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adapun masalah yang dihadapi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam pengadaan, yaitu:

a. Anggaran

Salah satu masalah yang dihadapi perpustakaan adalah masalah anggaran. Menurut informan Saryati untuk anggaran tahun ini saja dananya belum turun padahal sudah pertengahan tahun. Hal ini menyebabkan kurang uptodate nya buku yang sudah direncanakan untuk dibeli, sehingga masih banyaknya orang yang tertarik beli langsung ke toko buku dengan alasan yang lebih uptodate. Karena sumber dana yang berasal dari APBD pemerintah, sambil menunggu anggaran turun dari pemerintah pihak perpustakaan melakukan hal lain yang bisa dilakukan tidak terpaku pada anggaran.

81

b. Waktu

Selain anggaran, waktu juga dianggap menjadi salah satu masalah dalam pengadaan. Proses pengadaan yang memakan waktu lama menyebabkan penambahan koleksi pada rak-rak buku terhambat.

Namun pustakawan tidak larut dalam masalah-masalah tersebut, mereka berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan. Jika ada program yang direncanakan menggunakan mainan baru tetapi pengadaan mainan yang akan digunakan belum berjalan, maka perpustakaan mensiasati dengan menggunakan atau memanfaatkan mainan yang sudah ada di perpustakaanSelain itu kerjasama antara tim dan saling mendukung merupakan salah satu cara menghadapi masalah tersebut. Menurut mereka, jika dihadapi bersama dan saling mendukung maka semuanya berjalan dengan lancar.

87

A. Kesimpulan

Berikut ini kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian skripsi, yaitu:

1. Dalam melakukan pengembangan koleksi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta mempunyai kebijakan pengembangan koleksi tertulis sebagai pedoman yang terkait dengan visi dan misi perpustakaan. Kebijakan pengembangan koleksi tersebut disusun oleh kepala badan dan pihak-pihak terkait dalam pengembangan koleksi seperti kepala sub-bid, dan pustakawan di bawah bidang perpustakaan. Dalam kebijakan pengembangan koleksi di dalamnya meliputi hal yang terkait dengan anggaran, volume, perkiraan harga, jumlah, jenis atau format koleksi, konten atau isi koleksi sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.

2. Sebelum melakukan pengadaan koleksi anak, perpustakaan terlebih dahulu melakukan seleksi. Kegiatan seleksi tersebut melibatkan pejabat-pejabat terkait dan pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak yang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim seleksi. Dalam melakukan seleksi koleksi anak perpustakaan menggunakan katalog penerbit sebagai pedoman dan bantuan dari pihak luar seperti IKAPI. Dalam memilih koleksi anak, kriteria yang dilihat adalah usia anak, kebutuhan koleksi perpustakaan dan

kebutuhan informasi anak, perkembangan motorik, keamanan koleksi, dan sesuai dengan isu-isu yang berkembang.

3. Koleksi anak pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta sudah cukup beragam, seperti buku referensi, majalah, komik, mainan dll. Dalam hal pengadaan, sebagian besar perpustakaan melakukan pengadaan melalui pembelian. Akan tetapi ada juga yang didapat dari deposit karya cetak dan karya rekam (KCKR) dari penerbit yang ada di Jakarta. Namun tidak semua penerbit di Jakarta melakukan deposit, hanya 20 sampai 30 penerbit saja yang rutin melakukan deposit. Anggaran untuk koleksi anak sendiri kurang lebih 10% pertahun dari anggaran pengadaan secara keseluruhan. Sedangkan sumber dananya didapat dari APBD pemerintah DKI Jakarta.

4. Dalam melakukan pengadaan tentunya perpustakaan menghadapi beberapa masalah. Masalah yang dihadapi oleh perpustakaan pertama, anggaran yang turun tidak sesuai dengan jadwal. Kedua, proses pengadaan memakan waktu yang lama. Mereka berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan.

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti, antara lain:

1. Mengenai kebijakan pengembangan koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah bagus dan harus

dipertahankan mengenai isi kebijakannya. Akan tetapi dalam hal anggaran para pembuat kebijakan harus terus mengetahui harga-harga terbaru sehingga dalam kebijakan selalu menggunakan harga terupdate dan koleksi-koleksi terupdate terutama koleksi tentang anak

2. Dalam melakukan seleksi Perpustakaan sudah memiliki kriteria yang bagus dalam menentukan koleksi untuk anak. Akan tetapi lebih baik lagi perpustakaan menambahkan alat bantu seleksinya, tidak hanya terpaku pada katalog penerbit dan saran dari pemustaka. Ada baiknya perpustakaan melihat koleksi terbitan luar negeri dan koleksi yang sedang tren saat ini baik di dalam maupun di luar negeri.

3. Metode pengadaan bahan pustaka pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah dilakukan dengan baik yaitu melalui pembelian dan deposit. Dalam metode pembelian anggaran untuk koleksi anak kurang lebih 10%, ada baiknya ditambah lagi anggaran untuk koleksi anak sekitar 30%-40%. Dalam metode deposit disayangkan masih banyaknya penerbit di Jakarta yang belum melakukan deposit. Akan lebih baik jika perpustakaan lebih mensosialisasikan lagi tentang kewajiban serah simpan karya cetak dan karya rekam dan menjalankan sanksi yang tertera dalam UU nomor 4 tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam bab IV pasal 11 agar para penerbit di Jakarta lebih memperhatikan lagi kewajiban mereka.

4. Dalam menghadapi masalah dalam pengadaan, perpustakaan sudah mengatasinya dengan baik dengan memaksilkan layanan dan lebih baik jika hal tersebut dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.

Agung Sundowo. “Menimbang Bahan Pustaka, Tepat Guna dan Tepat Sasaran.”

Dokumen terkait