• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL PENELITIAN

A. Peraturan tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum pidana Indonesia.

Hukum pidana terdiri dari dua suku kata yaitu “hukum” dan Pidana”,Hukum adalah sekumpulan aturan maupun kaidah yang berlaku dalam suatu kehidupan masyarakat yang dibuat oleh pihak yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia dimana dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan hadirnya suatu sanksi bagi yang melanggarnya.56Hukum menurut Utrecht adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat itu.

Sedangkan pidana berasal dari kata straf (belanda),sering disebut dengan hukuman,pidana juga didefinisikan suatu penderitaan yang sengaja di berikan ataupun dijatuhkan oleh pihak yang berwenang (negara) pada seseorang atau beberapa orang (kelompok) sebagai akibat hukum

55 Ibid.12,13

56C.S.T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 38.

50

(hukuman) baginya atas perbuatan yang telah melanggar hukum pidana.Secara khusus larangan dalam hukum pidana bisa disebut sebagai tindak pidana (strafbaar feit).

Pidana itu dapat berbentuk punishment atau treatment,pidana juga merupakan pembelasan terhadap seseorang atau kelompok yang meakukan larangan dalam hukum pidana.

Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana,serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.

Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum Pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.[2]

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

51

Sedangkan menurut Sudarsono, pada prinsipnya hukum pidana adalah yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan. Sedangkan pengertian hukum pidana menurut para ahli ialah,sebagai berikut:

1. Pompe

Hukum Pidana adalah sekumpulan aturan-aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana dan apakah macamnya pidana itu.

2. Simons

Hukum Pidana adalah semua perintah dan larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu pidana atau nestapa bagi barang siapa yang tidak menaatinya dan juga merupakan semua aturan yang ditentukan oleh negara yang berisi syarat-syarat untuk menjalankan pidana tersebut.

3. Van Hattum

Hukum Pidana adalah suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang diikuti dan ditetapkan oleh suatu negara atau oleh suatu masyarakat hukum umum lainnya, dimana mereka itu sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar hukum dan telah mengkaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa pidana.

52 4. Hazewinkel Siringa

Hukum pidana adalah sejumlah peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana (sanksi hukum) bagi barang siapa yang membuatnya.

Jadi kesimpalan dari bebrapa pengertian hukum pidana yang di kemukakan para ahli di atas dapat saya simpulkan bahwa yang di maksud dengan hukum pidana adalah sekumpulan aturan atau kaidah yang di buat oleh suatu negara atau pihak yang berwenang yang berisikan perintah dan larangan yang mana akan di ancam dengan pembalasan (sanksi) yang tegas bagi siapa yang melanggar nya.

Hukum Pidana merupakan bagian dari ranah hukum publik.

Hukum Pidana di Indonesia diatur secara umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. KUHP merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia, dimana asas-asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP.

Hukum pidana sebagai hukum publik dilihat dari cara mempertahankan nya yaitu hukum pidana materiil /substantif yang lazim disebut dengan hukum pidana. Objek kajian dari hukum pidana diantaranya adalah tindak pidana dan pidana, dilihat dari perspektif KUHP ada beberapa jenis tindak pidana salah satunya adalah tindak pidana pencemaran nama baik.

53

Sanksi harus diadakan bagi sebuah hukum agar kaedah hukum dapat ditaati. Karena tidak setiap orang hendak mentaati kaedah-kaedah hukum tersebut.57Oleh karena itu,hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan yang lainnya, yakni peraturan-peraturan hidup bermasyarakat yang dinamakan dengan “kaedah hukum”58.

Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar suatu kaedah hukum akan dikenakan sanksi (sebagai akibat pelanggaran kaedah hukum) yang berupa hukuman.59

Sanksi hukum atau pidana memiliki beragam jenis bentuk. Namun, sesuai dengan Bab II (PIDANA), Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah:

1. Pidana pokok

Pidana pokok adalah pidana yang dapat dijatuhkan tersendiri oleh hakim,adapaun pembagian pidana pokok di antara,yaitu:

a. Pidana mati

Pidana mati atau disebut dengan doodstraf atau death penalty adalah pidana yang dijatuhkan terhadap orang yang berupa pencabutan nyawa berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (Pasal 10 KUHP). Pidana mati adalah pidana terberat berdasarkan Pasal 69 KUHP maupun berdasarkan hak yang tertinggi bagi manusia.

57Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1989).hal. 40

58Ibid Hal. 39

59Ibid.Hal.41

54 b. Pidana penjara

Pidana penjara menurut Adami chazawi, adalah pidana yang berupa hilangnya kemerdekaan seumur hidup atau untuk sementara waktu yang harus dijalani nara pidana didalam lembaga pemasyarakatan.

Sifatnya menghilangkan dan atau membatasi kemerdekaan bergerak dalam arti menempatkan terpidana dalam suatu tempat (lembaga pemasyarakatan).

c. Pidana Kurungan

Pidana kurungan atau disebuth echtenis menurut Pasal 10 KUHP dan Pasal 18 KUHP adalah pidana hilangnya kemerdekaan yang bersifat sementara yang lebih ringan dari pada pidana penjara.

d. Pidana denda

Pidana denda adalah pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang oleh terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

e. Pidana tutupan

Pidana tutupan sebagaimana disampaikan oleh Adam ichazawi adalah pidana yang dijatuhkan terhadap orang tertentu yang berupa pencabutan kemerdekaan berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Biasanya pidanatutupan dijatuhkan hanya bagi orang yang melakukan tindak pidana karena didorong oleh maksud yang patut

55

dihormati, sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 1946 jo. PeraturanPemerintah Nomor 8 Tahun 1948 tentang Rumah Tutupan.

2. Pidana tambahan

Pidana tambahan menurut Andi Hamzah, adalah pidana yang hanya dapat dijatuhkan di samping pidana pokok.Penjatuhan pidana tambahan sifatnya fakultatif namun menjatuhkan pidana tambahan tidak boleh tanpa dengan menjatuhkan pidana pokok, sehingga harus bersama-sama.

Pidana tambahan menurut Marjane Termor shuizen dalam Kamus Hukum Belanda Indonesia dalam Bahasa Belanda disebut dengan bijkomende straf adalah pidana yang hanya dapat dijatuhkan di samping pidana pokok,Jenis pidana tambahan yaitu terdiri:

a. Pencabutan hak-hak tertentu

Pidana pencabutan hak-hak tertentu menurut Pasal 35 ayat (1) KUHP, adalah pencabutan seluruh hak yang dimiliki seseoran gyang dapat mengakibatkan kematian perdata tidak diperkenankan.

Hak-hak yang di cabut itu,seperti:

1) Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu.

2) Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata/TNI.

3) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum.

56

4) Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu, atau pengampu pengawas atas anak yang bukan anak sendiri.

5) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri

6) Hak menjalankan mata pencaharian.

b. Perampasan barang-barang tertentu

Perampasan barang-barang tertentu adalah hukuman perampasan barang sebagai suatu pidana hanya diperkenankan atas barang-barang tertentu saja,tidak untuk semua barang.

Ada dua jenis barang tertentu yang dapat dirampas melalui putusan hakim pidana, yaitu:

1) Barang-barang yang berasal/diperoleh dari suatu kejahatan (bukan dari pelanggaran).

Contoh : uang palsu dari kejahatan pemalsuan uang, suratcek palsu darikejahatan pemalsuan surat.

2) Barang-barang yang digunakan dalam melakukan kejahatan.

Contoh: pisau atau alat-alat yang lain yang di gunakan dalam kejahatan membunuh atau obeng atau kunci palsu yang akan di gunakan dalam kejahatan mencuri.

c. Pengumuman putusan Hakim

Pengumuman putusan hakim adalah pidana pengumuman putusan hakim yang hanya dapat dijatuhkan dalam hal-hal yang

57

telah ditentukan dalam undang-undang, misalnya terdapat dalam Pasal 128 ayat (3) KUHP,Pasal 206ayat (2) KUHP,Pasal 361 KUHP,Pasal 377ayat (1) KUHP,Pasal 395 ayat (1) KUHP,Pasal 405 ayat (2) KUHP.

Maksud dari pengumuman putusan hakim yang demikian adalah sebagai usaha mencegah bagi orang-orang tertentu agar tidak melakukan tindakan pidana yang sering dilakukan orang.Tujuan lain adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat umum agar lebih waspada dan berhati-hati dalam bergaul dengan orang-orang yang dapat disangka tidak jujur sehingga tidak menajdi korban dari kejahatan.

Tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum pidana di indonesia di atur dalam dua undang-undang,pertama di atur dalam KUHP yaitu pada Bab XVI Tentang Penghinaan yang termuat dalam pasal 310 sampai 321 KUHP.

Dalam tindak pidana pencemaran nama baik ini seorang pelaku pencemaran nama baik atau penghinaan dalam di proses hukum apabila adanya aduan dari korban pencemaran nama baik,baik dilakukan secara lansung maupun melalui media sosial atau internet, karna tindak pidana pencemaran nama baik ini termasuk kedalam delik aduan,tanpa adanya pengaduan dari korban pencemaran nama baik atau penghinaan maka pihak kepolisian tidak bisa melakukan penyidikan terhadap kasus tersebut.

Untuk delik aduan sendiri diatur berdasarkan ketentuan Pasal 74 KUHP yaitu hanya bisa diadukan kepada penyidik dalam jangka waktu 6

58

(enam) bulan semenjak peristiwa tersebut terjadi.Artinya setalah lewat dari jangka waktu 6 (enam) bulan,maka kasus pencemaran nama baik secara lansung maupun di lakukan melalui media sosial atu internettidak lagi bisa di lakukan penyidik.

Tindak pidana pencemaran nama baik di golongkan kedalam pidana penjara atau denda baik di lakukan secara lansung maupun melalui media sosial baik dalam bentuk lisan.Apabila pencemaran nama baik tersebut di lakukan dengan ucapan (lisan) maka perbuatan tersebut tergolong kedalam Pasal 310 ayat (1) KUHP,namun apabila pencemaran nama baik tersebut di lakukan dengan surat atau berupa gambar yang disiarkan,di sebarkan,di pertunjukan (menista dengan tulisan) maka perbuatan itu tergolong kedalam Pasal 310 ayat (2) KUHP.

Apabila pencemaran nama baik itu di lakukan di media sosial baik secara lisan maupun secara tulisan seperti surat-surat,gambar dengan tujuan di ketahui oleh orang banyak maka perbuatan tersebut dapat di kenakan pada UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang termuat dalam pasal 27 Ayat (3) UU ITE,yang berbunyi : ”setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentranmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik yang bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.

Dalam Pasal 45 UU ITE,yang berbunyi :“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),ayat (2),ayat (3),atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun

59

dan/atau dengan denda paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu milliar rupiah).

Pencemaran nama baik merupakan salah satu bentuk perbuatan yang melawan hukum,istilah yang dipakai mengenai bentuk perbuatan melawan hukum ini ada yang mengatakan pencemaran nama baik,namun ada juga mengatakan suatu penghinaan.

Berdasarkan Pasal 310 KUHP,penghinaan memiliki pengertian yaitu “menyerang kehormatan dan nama baik seseorang”.Yang diserang itu biasanya merasa malu.Kehormatan yang diserang disini hanya kehormatan yang dapat dicemarkan,mengenai perbuatan yang menyinggung kehormatan dalam konteks seksual tidak termasuk kedalam tindak kejahatan penghinaan atau pencemaran nama baik, akan tetapi masuk kedalam kejahatan kesopanan atau kejahatan kesusilaan.60

Dalam konsep penghinaan sering sekali dikaitkan dengan kehormatan dari seseorang,jika ditinjau dari segi istilah bahwa pengertian dari kehormatan dapat didasarkan atas beberapa pendapat,yaitu:

1. De Subjectieve Opvatting

Dalam pendapat ini bahwa yang pengertian kehormatan dapat disamakan dengan “rasa kehormatan”.Pendapat ini tidak lagi diterapkan oleh ahli hukum maupun yurispudensi.Adapun alsan-alasan tersebut yaitu:Apabila pendapat ini dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan apakah kehormatan seseorang tersinggung atau tidak,

60R.Soesilo,Op.Cit.Hlm.225

60

maka akan sulit jika yang dihadapi ialah orang-orang yang rasa kehormatanya tebal dalam artian yang kurang atau tidak mempunyai rasa ketersinggunngan.

2. De Objectieve Opvatting

Dalam pendapat ini bahwa pengertian kehormatan dapat didasarkan kepada dua pandangan,yaitu:

a. Pandangan yang membatasi diri pada pengakuan nilai-nilai moral dari manusia

b. Pandangan yang hendak memperluas yaitu tidak membatasi diri pada pengakuan nilai-nilai moral dari manusa, tetapi memperluas nya dengan semua faktor yang dapat digunakan pegangan oleh manusia.

Kehormatan merupakan rasa harga diri (perasaan terhormat) yang muncul dalam batin seseorang,jadi harga diri ini merupakan sebuah kehormatan atau nama baik seseorang.Sedangkan “nama baik” merupakan penghargaan yang datang dari luar.Sebagaimana diketahui umum bahwa hukum merupakan aturan dan perlindungan manusia.Oleh karna itu kehormatan atau nama baik seseorang merupakan kepentingan manusia yang harus dilindungi.

B. Peraturan tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum islam.

Dalam hukum islam,tindak pencemaran nama baik dapat kita temukan dalam berbagai jenis perbuatan yang di larang oleh Allah SWT

61

terkait dengan masalah kehormatan,baik yang bersifat hudud misalnya seperti jarimah qadzaf yaitu menuduh perempuan baik-baik berzina.

Disamping adanya hukuman hudud bagi pelaku qadzaf terdapat juga yang bersifat jarimah ta‟zir misalnya seperti dilarangnya menghina orang lain,membuka aib orang lain,menuduh orang lain,dll.

Hukum islam selain menetapkan sanksi hudud bagi pelaku qadzaf,adapun pengertian hukuman hudud atau hukuman hadd adalahhukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya yangmenjadi hak Allah SWT.Jarimah hudud ada 7 (tujuh) macam, yaitu :zina, qadzaf (menuduh berzina), sukr (minum-minuman keras), sariqah (pencurian), hirabah (perampokan), riddah (keluar dari Islam) dan bughah (pemberontakan).

Selain itu islam juga telah menetapkan hukuman untuk perbuatan yang lain yang terkait dengan kehormatan atau pencemaran nama baik yaitu berupa hukuman ta‟zir yang mana pelaksanaan hukumannya diserakan kepada penguasa atau hakim atau mereka yang memiliki wewenang.61Oleh karena itu penulis disini mengqiyaskan atau menganologikan masalah tersebut kedalam hukuman ta‟zir.

Dalam hukum islam perbuatan yang melanggar hukum di sebut dengan jarimah,menurut Imam Al-Mawardi jarimah (tindak pidana) adalah segala larangan syara‟ (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau

61Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barakatullah.Politik Hukum Pidana.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2005)Hlm.129.

62

meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan hukum had atau ta‟zir.Adapun jarimah terbagi menjadi lima macam,yaitu:

1. Dilihat dari segi berat dan ringanya hukuman.

Jarimah dilihat dari segi berat dan ringanya suatu hukum terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Jarimah Hudud

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had.Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara‟ baik ketentuan nya maupun bentuk sanksi nya dan menjadi hak Allah SWT.

Misal : pencuri,sanksi bagi pencuri adalah di potong tanganya

b. Jarimah Qishash dan Had

Jarimah qishas adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash dan diat.Jarimah qishash dan had keduanya juga merupakan hukuman yang sudah ditentukan oleh syara‟.

c. Jarimah Ta‟zir

Jarimah ta‟zir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara‟,melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya.

63 2. Dilihat dari segi niat.

Jarimah dilihat dari segi niatnya terdiri dari:

a. Jarimah sengaja

Jarimah sengaja yaitu ada nya niat dari pelaku melakukan tindak pidana yang sudah direncanakan.

b. Jarimah tidak sengaja nya suatu perbuatan yang dilakukan

Jarimah tidak sengaja yaitu tidak adanya niat sama sekali dari pelaku untuk melakukan perbutan yang di larang atau tindak pidana.

3. Dilihat dari cara melakukanya

Yang ditonjolkan dari perbuatan jarimah ini adalah bagaimana si pelaku melaksanakan jarimah tersebut.Apakah jarimah itu dilaksanakan dengan melakukan perbuatan yang terlarang ataukah si pelaku tidak melaksanakan perbuatan yang diperintahkan.

Jarimah dilihat dari cara melakukanya dapat dibagi menajdi dua bagian,yaitu:

a. Jarimah positif (ijabiyyah)

Jarimah positif yaitu si pelaku secara aktif mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau dalam bahasa hukum positif dinamai delict commisionis.

b. Jarimah negatif (salbiyyah)

Jarimah negatif yaitu si pelaku pasif, tidak berbuat sesuatu atau dalam hukum positif dinamai delict ommisionis, seperti tidak

64

menolong orang lain yang sangat membutuhkan padahal dia sanggup melaksanakannya.

4. Dilihat dari segi korban

Jarimah dilihat dari segi korban (objek) dapat dibagi menjadi:

a. Jarimah perorangan

Suatu jarimah dimana hukuman terhadap pelakunya dijatuhkan untuk melindungi hak perseorangan (individu).

Misalnya: penghinaan, penipuan, dan sebagainya.

b. Jarimah kelompok

Suatu jarimah di mana hukuman terhadap pelakunya dijatuhkan untuk melindungi kepentingan masyarakat.

5. Dilihat dari tabiatnya (motif)

Jarimah dilihat dari tabiatnya dapatdibagi menjadi dua bagian,yaitu:

a. Jarimah biasa

Jarimah biasa, yaitu jarimah yang dilakukan oleh seseorang tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan politik.

Misalnya: mencuri ayam, membunuh, menganiaya dan sebagainya.

b. Jarimah politik.

Jarimah politik, yaitu jarimah yangmerupakan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah atau pejabat-pejabat pemerintah atau terhadap garis-garis politik yang telah ditentukan oleh pemerintah.

65

Misalnya: pemberontakanbersenjata, mengacaukan perekonomian dengan maksud politik,perang saudara, dan sebagainya.

Adapun pengertian ta‟zir,ta‟zir menurut bahasa adalah masdhar kata “assara” yang berarti menolak,mencegah,menghukum,mencela, memukul.Makna ta‟zir juga dapat di artikan mencela atau mendidik.

Makna ta‟zr juga bisa diartikan mengagungkan dan membantu seperti dalam firman Allah SWT :

الًيِصَأَو ٗةَس ۡكُب ُِىُحِّبَسُتَو ُِوُسِّقَىُتَو ُِوُزِّزَعُتَو ۦِِّنىُسَزَو ِ َّللٱِب ْاىُُِي ۡؤُتِّن ٩

Artinya: Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasunya, menguatkan (agama) nya ,membesarka nya dan bertazbih kepadanya diwaktu pagi dan petang (Q.S Al-Fayh:9)

Yang dimaksud dari kata „Tu’azziruuhu‟ dalam ayat diatas adalah mengagungkannya dan menolongnya. Sedangkan menurut istilah ta‟zir adalah hukuman pendidikan atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pelaku jarimah yang belum ditentukan oleh syara‟ dalam artian hukum jarimah ta‟zir merupakan hukuman yang mana nantik di serahkan kepada penguasa atau hakim atau orang yang memiliki wewenang.Maksud pemberian hak penentuan jarimah ta‟zir kepada penguasa adalah agar nantik mereka dapat mengatur masyarakat serta dapat memelihara kepentingan-kepentingannya.

Menurut syirazi adalah hukuman yang tidak ditentukan oleh Al-qur‟an dan Hadist yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak

66

Allah SWT dan hamba yang tidak mengulangi kejahatan serupa.62Ta‟zir juga bebarti sebagai hukuman terhadap suatu perbuatan maksiat yang tidak diancam dengan hukuman had atau hudud.63

Ta‟zir dimaknai juga dengan hukuman yang tidak ditentukan ( bentuk dan jumlahnya) yang wajib dilaksankan terhadap segala bentuk maksiat atau pelanggaran yang tidak termasuk kedalam hukuman hudud dan kafarat,baik pelanggaran itu menyangkut hak Allah SWT maupun yang menyangkut hak pribadi seseorang.

Dengan demikian jarimah ta‟zir merupakan hukuman yang ditetapkan oleh pemimpin atau penguasa bisa menjadi perbutan yang dilarang manakala perbuatan tersebut menyangkut dengan hak Allah SWT atau berupa perbuatan atau pelanggaran terhadap masyarakat ataupun terhadap hak pribadi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup dalam pidana ta‟zir ini sangat luas baik pelanggaran atau perbuatan maksiat itu berhubungan dengan hak Allah SWT maupun yang berhubungan dengan hak pribadi seseorang yang tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud,qisas.diyat,dimana pelaksanaan hukman ta‟zir akan diserahkan kepada pemimpin atau penguasa maupun orang yang diberi wewenang.

Jadi jarimah ta‟zir ini dapat berkembang sesuai dengan jenis-jenis makisat di sepanjang zaman dan tempat,baik yang menyangkut

62Al-Syirazi,Al-Muhadzab,Jilid II,Hal.289

63Abu Muhammad Mahmud Bin Ahmad ‘Aini,Binayah fi Syarah Hidayah,Juz.V,Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah,Beirut,t.t.Hal. 516

67

pelanggaran hak Allah SWT atau hak pribadi maupun kemaslahatan masyarakat atau negara.

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa jarimah taz‟zir dapat dibagi dalam beberapa kelompok,yaitu:

1. Dilihat dari hak yang dilanggar jarimah ta‟zir dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu:

a. Jarimah ta‟zir yang menyinggung hak Allah SWT.

b. Jarimah ta‟zir yang menyinggung hak individu

2. Dilihat dari segi sifatnya,jarimah ta‟zir dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Ta‟zir karena melakukan perbuatan maksiat.

b. Ta‟zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum.

c. Ta‟zir karena melakukan pelanggaran.

3. Dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta‟zir juga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Jarimah ta‟zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan qishash, tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh keluarga

a. Jarimah ta‟zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan qishash, tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh keluarga

Dokumen terkait