• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEMARAN NAMA BAIK DI TINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENCEMARAN NAMA BAIK DI TINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENCEMARAN NAMA BAIK DI TINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mendapat Gelar Sarjana Hukum (SH) Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah)

Disusun oleh:

RENDY SAPUTRA NIM : 1417.030

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH) FAKULTAS SYARI‟AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

1442 H /2021M

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan di abawah ini:

Nama : Rendy Saputra.

Nim : 1417.030

Tempat/tanggal Lahir : Koto Salak,20 Juni 1998 Program Studi : Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas : Syari‟ah

Judul skripsi : Pencemaran Nama Baik di Tinjau dari Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam.

Menyatakan dengan ini sesunggunya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul diatas adalah benar asli karya penulis.Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri,maka penulis bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar keserjanaan penulis dicopot hingga batas waktu yang ditentukan.

Menyatakan ini saya buat dengan sesunggunya agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi,Minggu 11 Juli 2020

Rendy Saputra NIM: 1417.030

(3)

iii

(4)

iv

(5)

i

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi yang berjudul “Pencemaran Nama Baik di Tinjau dari Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam” yang disusun oleh Rendy Saputra,NIM 1417.030, telah di uji dalam sidang munaqasah Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) pada hari 2021 telah berhasil di pertahankan di hadapan tim penguji dan dapat di terima sebgai bagian persyaratan yang di perlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi.

Bukittinggi, 2021 TIM PENGUJI

KETUA Sekretaris

Anggota

Penguji Utama Penguji Utama

Penguji Pendamping

Dr.H.Edi Rosman,S.Ag.M.Hum NIP. 19730501 200003 1 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Dr.H.Ismail,M.Ag NIP.196804091994031008

(6)

ii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul:“PENCEMARAN NAMA BAIK DI TINJAU DARI HUKUM INDONESIA DAN HUKUM ISLAM”. Oleh RENDY SAPUTRA NIM 1417030, Program Studi Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Maksud dari judul skripsi ini adalah bagaimana pandangan hukum pidana indonesia dan hukum islam terkait tindak pidana pencemaran nama baik.

Setiap manusia memiliki harga diri dan kehormatan terkait dengan nama baik yang mesti di lindungi, oleh karena itu dibuatlah suatu peraturan perundang- undangan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan kepentingan terkait dengan nama baik atau kehormatan seseorang.Di indonesia peraturan tindak pidana penghinaan atau pencemaran nama baik di atur dalam KUHP Pasal 310 sampai 21 maupun diluar KUHP yanki diatur dalam peraturan yang lain yaitu dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Penelitian ini merupakan suatu penelitian berupa pustaka (library research) yaitu dengan menilai data-data terkait dengan pencemaran nama baik dari beberapa sumber,seperti Al-qur‟an,Hadist,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),dan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elekronik.

Hasil penelitian menunjukkan tentang bagaimana pandangan pencemaran nama baik menurut hukum pidana indonesia serta bagaimana pandangan pencemaran nama baik dalam hukum islam.

Dari hasil penelitian dapat di tarik kesimpualan bahwa peraturan tentang tindak pencemaran nama baik (penghinaan) di atur dalam KUHP yaitu pada Bab XVI dalam pasal 310 sampai 321 KUHP maupun peraturan lainya seperti dalam UU ITE No11 tahun 2008,dalam KUHP pencemaran nama baik di sebut dengan penghinaan.

Dalam hukum islam menfitnah, menuduh zina, mencela,mencaci serta perbuatan yang lain terkait dengan harga diri dan kehormatan seseorang termasuk kedalam tindak pidana pencemaran nama baik.Selanjutnya sanksi yang akan di dapatkan berupa dera sebanyak 80 kali bagi pelaku qadzaf (menuduh zina) dan ta‟zir bagi delik yang lainya karena pencemaran nama baik dalam hukum islam di golongkan kepada jarimah ta‟zir yakni ketentuan akan diserahkan kepada penguasa.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini tepat padaa waktunya, Shalawat dan salam penulis doakan pada Allah SWT agar tetap tercurahkan buat Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing kita para umatnya dari alam yang penuh dengan kebodohan menuju alam yang penuh dengan pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini, sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi ini. Dengan judul: “PENCEMARAN NAMA BAIK DI TINJAU DARI HUKUM INDONESIA DAN HUKUM ISLAM

Dengan selesainya penelitian ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Iskamar) dan Ibunda tercinta (Jis Marni Wati ) yang telah bersusah payah membesarkan, mendidik, dan memotivasi penulis untuk terus berjuang menuntut ilmu dan tidak boleh berputus asa dalam mencapai cita-cita serta keluarga besar penulis baik dari pihak ayah maupun dari pihak Ibu penulis sendiri.

Penulisan skripsi ini tidak akan selasai dengan baik dan tepat waktu tanpa adanya dukungan dan bimbingan serta bantuan dari pihak lain. Oleh

(8)

iv

sebab itu izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini diantaranya:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, selaku Rektor IAIN Bukittinggi beserta bapak/ibuk wakil rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi 2. Bapak Dr. Ismail Novel, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah beserta wakil

Dekan I, wakil Dekan II dan wakil Dekan III.

3. Bapak Muhammad Ridha Lc.Ma, selaku Ketua program studi Hukum Pidana Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Bukitinggi.

4. Bapak, Bapak Dr. H.Edi Rosman.S.Ag.M.Hum selaku pembimbing skripsi, terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini pada program studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi.

5. Bapak Dr.Aidil Alfin.M.Ag selaku penasehat akademik (PA) yang telah memberikan motivasi dan nasehatnya demi kelancaran proses belajar penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh Dosen, karyawan/karyawati Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Perpustakaan Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi yang telah memberikan kemudahan penulis berupa literatur dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan, yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

v

Kemudian penulis juga terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan mereka dibalas dengan pahala oleh Allah SWT.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran kearah yang lebih baik guna memperkuat dan memperkaya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis.

Bukittinggi, Juli 2019

Penulis

Rendy Saputra 1417030

(10)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Penjelasan Judul ... 10

F. Tinjuan Kepustakaan ... 13

G. Metode Penelitian ... 15

H. Sistematikan Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Pencemaran Nama Baik ... 18

1. Pengertian Pencemaran Nama Baik... ... 18

2. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik... 21

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik... ... 24

4. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik... 24

B. Hukum Pidana Indonesia.... ... 27

1. Pengertian Hukum Pidana... ... 27

2. Ruang Lingkup Hukum Pidana... ... 31

(11)

vii

3. Sumber Hukum Pidana Indonesia... ... 32

C. Hukum Islam... ... 36

1. Pengertian Hukum Islam... ... 36

2. Ruang Lingkup Hukum Islam... ... 39

3. Karakteristik Hukum Islam... ... 41

BAB III HASIL PENELITIAN A. Bagimana aturan tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum pidana Indonesiaf? ... 49

B. Bagaimana aturan tentang tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum Islam? ... 60

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 78 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang diciptakan sempurna oleh Allah SWT.

disertai dengan akal, pikiran, yang membedakannya dengan makhluk ciptaan lain. Manusia dianugerahi kelebihan-kelebihan tersebut yang menandakan bahwa ia memiliki harkat dan martabat yang jauh lebih tinggi dari makhluk lain. Dari satu pihak, jati diri mengandalkan adanya kesatuan yang utuh di dalam diri manusia, dikatakan kesatuan yang mutlak karena manusia sebagai dirinya yaitu manusia yang individual yang unik yang tidak dapat ditambah atau dikurangi antara yang dahulu dan juga sekarang.

Selain manusia sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang harus diperlakukan dengan hormat dan santun. Manusia ingin dihargai dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Manusia juga ingin diakui dan diapresiasi akan suatu prestasi yang telah ia lakukan. Secara psikologis manusia tidaklah mungkin menghendaki penderitaan melainkan manusia menginginkan sebuah kebahagiaan. Salah satu kebahagiaan yang manusia capai apabila harkat dan martabatnya terlindungi dan dihargai oleh orang lain.

Namun sebaliknya apabila harkat dan martabat itu dilecehkan maka akan timbul reaksi keras dan perlawanan, sehingga akan terjadi salah satu tindakan pidana yaitu pencemaran nama baik.1

1 Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Yogyakarta:Kanisius,1996), Hal. 25.

(13)

2

Syariat Islam diturunkan untuk melindungi harkat dan martabat manusia. Karna setiap perilaku yang merendahkan harkat dan martabat manusia, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat tentu dilarang oleh Allah SWT. Dalam hukum Islam dijumpai istilah jinayah, yaitu suatu perbuatan yang dilarang oleh Syara' karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal (intelegent).

Dan hukum pidana Islam juga memberikan dasar hukum pada pihak terpidana mengacu pada al-Qur‟an yang menetapkan bahwa balasan untuk suatu perbuatan jahat harus sebanding dengan perbuatan itu.2

Penghinaan disebutkan dalam firman Allah Swt. Al-An‟am/6:108

 



















































Artinya:“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui baths tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”.3

2Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Wacana Pergerakan Islam diIndonesia) (Bandung: Mizan, 1995), Hal. 63.

3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahan nya(Bandung: Syaamil Cipta Media, 1426/H 2005 M), Hal. 205

(14)

3

Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT memerintahkan agar tidak mempedulikan ejekan orang-orang musyrik dan mereka yang menentangnya.

Allah SWT menyampaikan kepada seluruh umat muslim bahwa dalam melakukan dakwah, tidaklah harus merasa sedih dalam menerima hinaan- hinaan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik.4

Selanjutnya juga dalam ayat yang lain yaitu dalam Q.S Al-Hujurat:12 Allah SWT juga berfirman:

































































Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujurat:12)5

Dalam ayat diatas kita dilarang mencari keburukan atau kesalahan orang lain serta jangan menggunjingkan orang lain.Dalam ayat tersebut sudah sangat tegas bahwa mencari-cari keburukan serta kesalahan orang lain saja

4 Qardhawi Yusuf, Halal Haram Dalam Islam (Terj.Abu Sa‟id al-Falahi, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid) (Jakarta.Rabbani pres, 2000 ), hlm. 441.

5 DepartemenAgama RI, Al-Qur’an danTerjemahnya, Jakarta: CV Atlas, 1998, hlm. 1091

(15)

4

kita sudah dilarang apalagi kita menyebarkan fitnah atau mencemarkan nama baik (kehormatan) kepada orang lain.6

Selain itu dalam peraturan negara Indonesia juga turut mengatur perlindungan terhadap harga diri, martabat atau kehormatan manusia sebagaimana tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XVI, Buku II di antaranya dalam Pasal 310 ayat (1) menyebutkan:

"Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduh sesuatu hal, yang dimaksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.”

Tindak pidana penghinaan atau pencemaran nama baik merupakan delik aduan yang diatur dalam Bab XVI KUHP yakni Pasal 310 KUHP sampai dengan Pasal 321 KUHP. Dan juga dapat dijumpai di luar KUHP yaitu di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pemberlakuan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik yang diatur baik pada KUHP maupun pada peraturan perundang-undangan lainnya sering disorot tajam tidak hanya oleh praktisi hukum tetapi juga oleh masyarakat.Aturan itu dinilai banyak menghambat kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat di masyarakat.

Tindak pidana pencemaran nama baik merupakan kejahatan hukum yang perlu untuk diperhatikan.Karena salah satu tindak pidana yang sering di bicarakan dan diperdebatkan di tengah-tengah masyarakat maupun di

6 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana ( Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2005), h. 129.

(16)

5

kalangan orang pejabat adalah tindak pidana pencemaran nama baik. Banyak kasus-kasus pencemaran nama baik yang saat ini berkembang luas seiring terdapatnya media, baik media cetak maupun media elektronik. Pencemaran nama baik adalah ketentuan hukum yang paling sering digunakan untuk melawan media massa.Pencemaran nama baik yang disebarkan secara tertulis dikenal sebagai libel, sedangkan yang diucapkan disebut slander.

Pencemaran nama baik Pertama delik itu bersifat amat subyektif.

Kedua,pencemaran nama baik merupakan delik penyebaran.Ketiga orang yang melakukan pencemaran nama baik dengan menuduh suatu hal yang dianggap menyerang nama baik seseorang atau pihak lain harus diberi kesempatan untuk membuktikan tuduhan itu.Ketentuan hukum penghinaan bersifat delik aduan,yakni perkara penghinaan dapat diproses jika adanya pengaduan dari pihak yang menjadi korban pencemaran nama baik.Artinya,sertiap yang merasa dirugikan yang dianggap dicemarkan nama baiknya atau merasa terhina dapat mengadu ke aparat hukum agar perkara bisa diusut atau diproses, karena aparat hukum tidak bisa berinisiatif melakukan penyidikan dan pengusutan apabila tidak ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.

Namun demikian,penerapan hukum diatas ternyata belum bisa dijadikan sebagai langkah dan upaya pencegahan terhadap perbuatan tindak pencemaran nama baik atau perbuatan seseorang yang menyerang ataupun merusak nama baik orang lain yang dikenal dengan istilah pencemaran nama baik.

(17)

6

Berbagai bentuk tindakan ini masih marak dilakukan oleh oknum- oknum dengan cara menyebarkan berita palsu, menuduh melakukan suatu tindakan tertentu yang buruk bahkan sampai memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam dunia maya untuk melakukan tindak kejahatan terkait pencemaran nama baik ini.

Seperti diketahui melalui media sosial, bahwa artis Baim Wong melaporkan dua tersangka berinisial MZ dan LH yang kedapatan melakukan penipuan online dengan mencatut namanya dalam program televisi Indonesia Giveaway. Baim melaporkan kedua tersangka ke Polres Metro Jakarta Utara dengan tuduhan pencemaran nama baik. Kedua pelaku disangkakan pasal 378 dan 310 KUHP serta pasal 27 ayat 3 juncto pasal 45 undang-undang ITE dengan ancaman maksimal empat tahun penjara.

Kasus serupa yang saat ini banyak disorot kalangan media adalah gugatan dari rumah sakit Omni Tanggerang terhadap Prita yang telah melakukan pencemaran nama baik melalui tulisannya di media internet. Pihak rumah sakit merasa sangat dirugikan akibat dari perbuatannya, yakni memberitakan buruknya pelayanan rumah sakit Omni. Kemudian melalui Dr Hengki, Renold Parentino, Prita dijerat Pasal 310 dan 311 KUHP tentang pencemaran nama baik dan fitnah dengan ancaman penjara maksimal 5 tahun penjara. Diberitakan juga kasus ini mengundang berbagai tanggapan dari masyarakat Indonesia. Sebagian ada yang menilai gugatan pihak rumah sakit terlalu berlebihan, karena Prita hanya menumpahkan kekecewaannya atas pelayanan yang diterima.

(18)

7

Sebagaimana diketahui juga bahwa pengadilan umum menggelar sidang kasus pencemaran nama baik dimana calon wali kota Makassar Mohammad Ramadhan Pomanto dilaporkan oleh keluarga mantan wakil presiden Jusuf Kalla ke polda Sulsel terkait dugaan pencemaran nama baik sabtu 5 desember 2 020. Pelaporan ini diduga usai rekaman suara berdurasi 1 menit 58 detik yang diduga pria yang akrab disapa Danny Pomanto itu terbesar dimedia sosial. Rekaman itu menuding Jusuf Kalla di balik penangkapan menteri kelautan dan perikanan Edhy Prabowo.

Banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kejahatan tindak pidana pencemaran nama baik ini diantaranya karena adanya unsur ketidaksenangan ataupun rasa iri hati melihat orang lain mendapat keberuntungan, kesuksesan, kemenangan dan sebagainya.Atau karena takut adanya persaingan yang dapat menghambat perjalanan karirnya sehingga ia berusaha membuat citra buruk terhadap orang lain dengan cara mencemarkan nama baik nya.

Tentunya tindakan seperti ini sangat merugikan bagi para korban pelaku tindakan pencemaran nama baik apa yang telah dituduhkan kepadanya mengakibatkan citra, nama baik, tercemar dimata masyarakat. Padahal tidak terbukti kebenarannya. Terkadang tindak kejahatan semacam ini dilakukan karena dilatarbelakangi perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh orang lain sehingga sebagai bentuk pembelaan diri, pembalasan, protes atas ketidak- adilan yang diterima atau sebagainya terjadilah tindak pidana pencemaran nama baik tersebut.

(19)

8

Misalnya, para mahasiswa melakukan aksi demonstrasi di jalan dengan menggunakan berbagai poster, spanduk, tulisan yang berisi ungkapan- ungkapan yang keji dan kotor. Bukan berarti di sini menghalangi seseorang untuk mendapatkan hak-haknya, hanya saja segala perbuatan hukum semestinya dilakukan mengikuti mekanisme hukum yang berlaku. Hal ini juga sebagai pelajaran bagi masyarakat untuk senantiasa berlaku santun dan menjaga etika berperilaku baik dalam masyarakat dan berbangsa.

Menyelesaikan perkara secara bijak tanpa rasa emosi yang berlebihan.

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tindakan pencemaran nama baik masih banyak mewarnai dalam kehidupan ini. Padahal sudah semestinya kehormatan, harkat martabat, nama baik setiap orang dijunjung dan dilindungi serta bebas dari gangguan dan percobaan perusakan terhadapnya.Sebagaimana diatur dalam hukum pidana Indonesia dan hukum Islam.Dari sini pula sangat penting untuk diketahui lebih lanjut bagaimana kriteria serta ketentuan tindakan pencemaran nama baik menurut hukum pidana Indonesia dan hukum Islam.

Jadi berdasarkan penjelasan dan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dan nantik akan dituangkan kedalam sebuah skripsi yang berjudul “ PENCEMARAN NAMA BAIK DI TINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM ISLAM”

(20)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana aturan tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum pidana indonesia?

2. Bagaimana aturan hukum islam tentang tindak pidana pencemaran nama baik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menjelaskan bagaimana aturan tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum pidana Indonesia.

b. Untuk menjelaskan bagaimana pandangan tentang tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini menambahkan kontribusi pengetahuan penulis tentang pencemaran nama baik di tinjau dari hukum pidana Indonesia dan hukum Islam.

(21)

10 b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah khazanah keilmuan dilingkungan akademisi dan masyarakat terkait pencemaran nama baik.

2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya IAIN Bukittinggi.

3) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Satu (S1) pada Jurusan Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syari‟ah IAIN Bukittinggi.

D. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa kata yang terkandung dalam judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Pencemaran Nama Baik: Pencemaran nama baik terdiri dari dua kata

“pencemaran” dan “nama baik”. Menurut kamus bahasa Indonesia pencemaran diartikan sebagai pengkotoran.7 Sedangkan nama baik adalah nama seseorang yang menyangkut harga diri aau kehormatan.Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan pencemaran nama baik adalah suatu perbuatan yang didalam argumentasinya sengaja menyerang martabat dan nama baik seseorang.Penyerangan nama baik disini dilakukan dengan menyampaikan argumen tersebut secara lisan maupun tertulis agar diketahui oleh orang banyak dengan cara menuduhkan serta

7 A.A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: WahyuMedia), hlm. 423.

(22)

11

mempermalukan seseorang melakukan perbuatan tertentu dan yang ditujukan itu adalah kehormatan dan nama baik seseorang.Dimana penyerangan tersebut dapat mengakibatkan rasa harga diri atau martabat orang itu dicemarkan, dipermalukan atau direndahkan.8

2. Hukum Pidana: Hukum pidana terdiri dari suku kata,yaitu hukum dan pidana.Hukum menurut Utrecht adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat itu.9Dapat saya simpulkan bahwa hukum adalah sekumpulan aturan yang mengatur tingkah laku manusia (perbuatan) yang di buat oleh pihak yang berwenang berisikan perintah dan larangan bagi melanggar akan mendaptkan sanksi yang tegas.

Sedangkan pidana berasal dari kata straf yang sering disebut dengan istilah hukuman.

Hukum pidana adalah hukum pidana itu ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum perbuatan mana yang diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.

Hukum pidana adalah keseluruhan peraturan atau kaidah-kaidah yang berlaku di negara Indonesia yang menentukan perbuatan yang dilarang

8 S.R.Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, (Jakarta: 2016), hlm. 560.

9 C.S.T. Kansil.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. 1986, hal.38

(23)

12

yang termasuk kedalam tindak pidana serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melanggarnya.10

Berdasar pada definisi-definisi tersebut dapat penulis tarik kesimpulan bahwa hukum pidana merupakan keseluruhan peraturan,ketentuan atau kaidah yang mengatur tindakan apa yang tidak boleh dilakukan (dilarang) serta menentukan perbuatan mana yang termasuk kedalam tindak pidana dan menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melanggarnya.

Pandangan hukum pidana dalam skripsi ini adalah bagaimana hukum pidana di Indonesia mengenai kasus pencemaran nama baik ini baik.

Hukum tentang tindak pidana pencemaran nama baik dalam skripsi ini penulis lebih menekankan kepada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),maka dari dalam skripsi ini lebih banyak menjelaskan tentang tindak pidana pencemaran nama baik dalam KUHP.

3. Hukum Islam: Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah(perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya.11Hukum Islam ialah peraturan-peraturan doktrin syari‟ah yang berkenaan dengan perbuatan orang-orang mukallaf dalam menjalani kehidupannya menyangkut

10 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: Asy Syaamil Press & Grafika, 2000), hlm. 22.

11 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batang hari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. Halaman 24

(24)

13

perintah dan kehidupannya menyangkut perintah dan larangan (wajib, haram, dan mubah) yang didasarkan pada Qur‟an dan Hadist.12Hukum Islam merupakan produk dari berbagai sumber dan metode ijtihad para mujtahid.13Pandangan hukum Islam yang dimaksud disini adalah terkait dengan kasus pencemaran nama baik dan bagaimana ketentuan hukumnya dalam hukum islam khusus dalam ruang lingkup fiqh jinayah. Fiqh jinayah yaitu ilmu tentang hukum syara‟ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jarimah) dan hukumannya (uqubah),yang diambil dari dalil-dalil terperinci.14Dalam kajian fiqh jinayah.Pencemaran nama baik termasuk dalam bab jarimah ta‟zir yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kemulian dan kerusakan akhlak.

Jadi dapat saya simpulkan bahwa hukum islam adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia.

Jadi, secara keseluruhan judul penelitian ini berarti menjelaskan bentuk pengetahuan terhadap Hukum Pidana di Indonesia dan Hukum Islam terkait tindak pidana pencemaran nama baik.

E. Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan Pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian/

atau penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti

12 Ernawati, “Wawasan Al-Qur‟an Tentang Hukum”, Lex Jurnalica, Vol. 13, No. 2 Th. 2016, hlm.

140.

13 Mashood A. Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia & Hukum Islam, (Jakarta:

Mitragrafindo, 2007), hlm. 31.

14 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 1

(25)

14

sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian atau penelitian yang teah ada. Pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.

Setelah mengadaan penelaan berbagai skripsi dikalangan mahasiswa yang membahas tentang Pencemaran Nama Baik namun dalam penelusuran awal sampai saat ini belum menemukan penelitian atau tulisan secara spesifik mengkaji tentang Pencemaran Nama Baik di Tinjau dari Hukum Pidana di Indonesia dan Hukum islam yang didalamnya berusaha untuk meneliti konstribusi hukum pidana di indonesia dan hukum islam.

Menurut hemat penulis penelitian “Pencemaran Nama Baik di Tinjau dari Hukum Pidana di Indonesia dan Hukum Islam” ini belum ada yang mengkaji secara mendetail sebelumnya.

Abdul Rahim15 dalam buku nya berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pencemaran nama Biak Melalui Media Sosial (Studi Kasus Pengadilan Negeri Gowa)”membahas tentang bagaimana tinjauan yuridis terhadap Pencemaran Nama Baik.

Hari Nur Sholeh16 dalam skripsinya yang berjudul “ Penyidikan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial (Studi Kasus

15 Abdul Rahim,” Tinjuan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik” (Study Kasus Pengadilan Negeri Gowa),Fakultas Syari‟ah dan Hukum,Universitas

Alauddin,Makassar,2015

16 Hari Nur Sholeh, “Penyidikan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial (Studi Kasus Ervani Emy Handayani )”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015.

(26)

15

Ervani Emy Handayani)” membahas proses penyidikan atas tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial oleh Polda Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap kasus Ervani Emy Handayani.

Kemudian skripsi karya Ali Ridlo17 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pencemaran Nama Baik Pada Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 8 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”.Persamaan skripsi dengan penelitian yang penyusun lakukan adalah terkait pencemaran nama baik. Namun terdapat perbedaan yakni dalam skripsi karya Ali Ridlo fokus terhadap pencemaran nama baik melalui informasi dan transaksi elektroik pada Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 sedangkan penelitian yang dilakukan penyusun tidak hanya mengenai pencemaran nama baik namun juga membahas proses pembuktian terhadap tindak pidana pencemaran nama baik.

Dari beberapa penelitian yang disampaikan diatas belum ada yang meneliti tentang “Pencemaran Nama Baik di Tinjau dari Hukum Pidana di Indonesia dan Hukum Islam”. Dengan ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam.

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau acara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, menganalisis, merumuskan, sampai kepada menyusun laporan nya. Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang di gunakan dalam suatu penelitian

17 Ali Ridlo, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pencemaran Nama Baik Pada Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kaliaga, Yogyakarta, 2010.

(27)

16

Untuk mendapatkan data yang akurat penulis menggunkan Metode Penelitian,diantaranya adalah:

1. Jenis Penelitian

Metode peneitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah library Research, yaitu dengan membaca buku buku ilmiah,Jurnal serta Undang-Undang yang tekait dengan tindak pidana pencemaran nama baik.

2. Teknik Pengumpulan Data.

a. Data Primer.

Pembahasan skripsi ini menggunakan metode pengkajian kepustakaan atau library research. Library research yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada studi literatur atau pustaka. Oleh sebab itu, penulisan karya ilmiah ini akan dilakukan berdasarkan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka. Adapun yang digunakan pada tahap yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

b. Data Sekunder.

Data sekunder dalam skripsi ini menggunakan metode pangajian di antaranya peraturan perundang-undangan yakni KUHP, serta bahan kepustakaan berupa buku-buku, kitab-kitab fiqh dan kitab- kitab lainnya yang di dalamnya berkaitan dengan masalahtersebut diatas.

(28)

17 3. Teknik Analisis Data

Teknis analisa data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya,adapun teknis analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah18 deskriptif analisis dengan mengunakan pola pikir deduktif yakni dengan mengungkapkan ketentuan tentang Pencemaran Nama Baik dalam Hukum Pidana di Indonesia, kemudian menjelaskan ketentuan hukum Pencemran Nama Baik serta analisis hukum Islam.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami isi pembahasan karya tulis ini, penulis akan membagi pembahasan kedalam lima bab. Masing-masing bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan penulis akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II penulis akan menjelasan mengenai:A.Pengertian Pencemaran Nama Baik,1.Pengertian. 2.Dasar hukum pencemaran nama baik. 3.Unsur- Unsur tindak pidana pencemaran nama baik 4.Jenis-jenis pencemaran nama baik B.Hukum Pidana Indonesia 1.Pengertian hukum pidana 2.Ruang lingkup hukum pidana 3.Sumber hukum pidana indonesia.

18 Lexy J Meleong,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:PT Remeja:1989),Hal.12

(29)

18

C.Hukum Islam. 1.Pengertian dan Istilah. 2.Ruang lingkup hukum islam 3.Karakter hukum islam.

3. BAB III Hasil Penelitian terhadap tinjauan Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam Mengenai Pencemaran Nama Baik.Bagaimana Ketentuan sanksi pidana bagi pelaku Pencemaran Nama Baik dalam Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Islam.

4. BAB IV Penutup berisikan tentang Kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya disertai saran dari penulis.

(30)

19

BAB II LANDASAN TEORI A. Pencemaran Nama Baik.

1. Pengertian

Pencemaran nama baik terdiri dari dua kata yaitu “ pencemaran”

dan “nama baik”.Pencemaran berarti mengotori,merusak sedangkan nama baik berarti kehormatan.Menurut, bahasa Indonesia, pencemaran nama baik dapat diartikan sebagai perbuatan yang menodai atau mengotori nama baik (seseorang). Sedangkan, menurut frase bahasa inggris, pencemaran nama baik diartikan sebagai defamation (fitnah), slander, libel. Slander adalah oral defamation (fitnah secara lisan), sedangkan libel adalah written defamation (fitnah secara tertulis).19

Menurut, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah “penghinaan” (Pasal 310 KUHP) yang pada umumnya didefinisikan:suatu perbuatan menyerang kehormatan seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal maupun dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempel agar diketahui orang banyak.20

Sedangkan menurut UU ITE, pencemaran nama baik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) yaitu setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik.

19 Wawan Tunggal Alam, Pencemaran Nama Baik di KehidupanNyata dan Dunia Internet,wartapena, (Jakarta, 2012), Hlm.7

20 Ibid.Hlm.7

(31)

20

R. Soesilo menerangkan apa yang dimaksud dengan “menghina”, yaitu “menyerang kehormatan dan nama baik seseorang”. Yang diserang biasanya merasa “malu”. Kehormatan yang diserang disini hanya mengenai kehormatan tentang nama baik, bukan “kehormatan”.

Adapun Pasal-pasal yang merupakan Penghinaan di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana,yaitu :

a. Penistaan secara lisan (Pasal 310 ayat 1 KUHP) b. Penistaan dengan surat (Pasal 310 ayat 2 KUHP) c. Fitnah (Pasal 311 KUHP)

d. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP)

e. Pengaduan palsu atau pengaduan fitnah (Pasal 317 KUHP) f. Perbuatan fitnah (Pasal 218 KUHP)

Pengertian dalam Islam tentang penghinaan itu memiliki pengertian yang berbeda-beda. Untuk itu harus mengidentifikasi dahulu kata penghinaan dengan lafadz arabnya, sedangkan hal-hal yang tercakup dalam arti penghinaan itu lafadznya berbeda-beda. Penghinaan itu berasal dari kata “hina” yang artinya:

a. Merendahkan, memandang rendah atau hina dan tidak penting terhadap orang lain.

b. Menjelekan atau memburukan nama baik orang lain,menyinggung perasaannya dengan cara memaki-maki atau menistakan seperti dalam tulisan surat kabar yang dipandang mengandung unsur menghina terhadap orang lain.

(32)

21

Dari pengertian pencemaran nama baik di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tindak pencemaran nama baik adalah suatu tindakan mengotori,menodai,merusak nama baik atau kehormatan seseorang dengan sengaja dengan tuujuan atau maksud di ketahui oleh orang banyak baik di lakukan secara lisan maupun secara tulisan dan gambar.

Delik pencemaran nama baik bersifat subjektif, yaitu penilaian terhadap pencemaran nama baik tergantung pada pihak yang diserang nama baiknya. Pencemaran nama baik hanya dapat diproses oleh polisi apabila ada pengaduan dari pihak yang merasa dicemarkan nama baiknya.

2. Dasar Hukum tentang Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik.

Dasar hukum Pencemaran nama baik dapat di lihat dari 2 aspek dasar hukum,yaitu:

a) Di lihat dari Hukum Islam

Pencemaran nama baik telah di atur dalam Alquran maupun dalam kitab KUHP,dalam hukum islam pencemaran nama baik atau menfitnah seseorang di haramkan dalam agama islam. Islam benar- benar mengharamkan perbuatan menggunjing, mengadu domba, memata-matai, mengumpat, mencaci, memanggil dengan julukan tidak baik, dan perbuatan-perbuatan sejenis yang menyentuh kehormatan atau kemuliaan manusia.

Islampun menghinakan orang-orang yang melakukan dosa-dosa ini, juga mengancam mereka dengan janji yang pedih pada hari kiamat,

(33)

22

dan memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang fasik.21Allah SWT berfrman dalam Al-Qur‟an, Al-Hujurat:11

ْاىَُىُكَي ٌَأ َٰٓ ىَسَع ٍو ۡىَق ٍِّي ٞو ۡىَق ۡسَخ ۡسَي َلَ ْاىَُُياَء ٍَيِرَّنٱ اَهُّيَأَٰٓ َي ۡىُهُِّۡي ا ٗسۡيَخ

١١ ....

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).

Dari ayat tersebut dapat menarik kesimpulan bahwasannya individu yang melakukan pencelaan/penghinaan adalah termasuk orang-orang yang dzalim dan apabila tidak segera bertaubat akan menerima ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya.

Dan juga dalam Q.S Al-Baqarah : 191

...

ِمۡتَقۡنٱ ٍَِي ُّدَشَأ ُتَُۡتِفۡنٱَو ١٩١ ....

Artinya: ...dan fitnah lebih kejam dari pembunuhan

Ini menjelaskan bahwa Allah sangat membenci penghinaan begitu juga Rasullah menjelaskan dalam hadisnya agar kita memohon perlindungan kepadala Allah daro fitnah:

ٍََطَب اَيَو اَهُِْي َسَهَظ اَي ٍَِتِفْنا ٍِْي ِللاِب اوُذَّىَعَت

Artinta :“Berlindunglah kalian kepada Allah dari segala fitnah, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi” (HR Muslim : 2867).

b) Di lihat dari Hukum Indonesia

Pencemaran nama baik di atur dalam Bab XVI KUHP yakni Pasal 310 KUHP sampai dengan Pasal 321 KUHP seseorang dianggap telah mencemarkan nama baik orang lain ketika seseorang tersebut dengan

21 Ahmad Mursi Husain Jauhar. Maqāşid al-Syarī’ah.Hlm.141

(34)

23

sengaja dan dengan bertujuan agar sesuatu hal yang berkaitan dengan kehormatan, kedudukan, martabat atas nama baik seseorang yang diketahuinya itu menjadi diketahui oleh orang lain.KUHP menguraikan tentang pencemaran nama baik yang merupakan delik aduan.22

Keberadaan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana khusunya Pasal 310 ayat (1) dan(2):

(1)Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500.

(2)Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda sebanyak-banyak Rp 4.500.23

Ketentuan pidana lain diluar KUHP, yaitu terdapat pada peraturan perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 11Tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang pada dasarnya Undang-Undang ini menjadi rambu-rambu dalam interaksi sosial melalui internet.

22 Pustaka Mahardika, KUHP & KUHAP.

23 Ibid.Hlm.104

(35)

24

UU ITE mengatur pencemaran nama baik dalam pasal 27ayat (3).

Pasal 45 ayat (3) yakni :

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).24 3. Unsur-Unsur Pencemaran Nama Baik.

Dalam pencemaran nama baik ada bebrapa unsur-unsur yang perlu diketahui sehingga pelaku pencemaran nama baik tersebut dapat di pidana.Semua bentuk penghinaan atau pencemaran nama baik itu merupakan delik aduan sehingga hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan (dihina atau dicemarkan nama baiknya) yang mempunyai unsur sebagai berikut:

a. Dengan sengaja

b. Menyerang kehormatan atau nama baik orang lain c. Menuduh melakukan suatu perbuatan tertentu

d. Dengan maksud atau tujuan supaya diketahui oleh umum.25

24 Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Pasal 27 ayat (3) jo. Pasal 45 ayat (3).

25 Leden Marpaung, Tindak Pidana terhadap Kehormatan, hlm 13

(36)

25

Adapun jika dilakukan dengan tulisan atau gambar, maka dinamakan menista dengan surat (smaadschrift) yang tercantum dalam pasal 310 ayat (2) KUHP:26

Ayat (2:)Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda sebanyak-banyak Rp 4.500.

4. Jenis-Jenis Pencemaran Nama Baik.

Pada prinsipnya, mengenai pencemaran nama baik diatur dalam KUHP, Bab XVI tentang Penghinaan yang termuat dalam Pasal 310 s.d 321 KUHP. Melihat pada penjelasan R. Soesilo dalam Pasal 310 KUHP, dapat dilihat bahwa KUHP membagi enam macam penghinaan atau pencemaran nama baik di antaranya,yaitu:

a. Penistiaan (Pasal 310 ayat 1 KUHP)

Menurut R. Soesilo, supaya dapat dihukum menurut pasal ini, maka penghinaan itu harus dilakukan dengan cara “menuduh seseorang telah melakukan perbuatan tertentu” dengan maksud agar tuduhan itu tersiar (diketahui oleh orang banyak).

Perbuatan yang dituduhkan itu tidak perlu suatu perbuatan yang boleh dihukum seperti mencuri,menggelapkan,berzina dan sebagainya, cukup dengan perbuatan biasa sudah tentu suatu perbuatan yang memalukan

26 R Soesilo, Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum & Delik Khusus, hlm 158

(37)

26

b. Penistaan dengan surat ( Pasal 310 ayat 2 KUHP)

Menurut R. Soesilo sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 310 KUHP, apabila tuduhan tersebut dilakukan dengan tulisan (surat) atau gambar, maka kejahatan itu dinamakan “menista dengan surat”.

Jadi seseorang dapat dituntut menurut pasal ini jika tuduhan atau kata- kata hinaan dilakukan dengan surat atau gambar.

c. Fitnah (Pasal 311 KUHP)

Merujuk pada penjelasan R. Soesilo dalam Pasal 310 KUHP, perbuatan dalam Pasal 310 ayat (1) dan ayat (2) KUHP tidak masuk menista atau menista dengan tulisan (tidak dapat dihukum), apabila tuduhan itu dilakukan untuk membela kepentingan umum atau terpaksa untuk membela diri.

Dalam hal ini hakim barulah akan mengadakan pemeriksaan apakah betul-betul penghinaan itu telah dilakukan oleh terdakwa karena terdorong membela kepentingan umum atau membela diri, jikalau terdakwa meminta untuk diperiksa (Pasal 312 KUHP).

d. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP)

Penghinaan seperti ini dilakukan di tempat umum yang berupa kata-kata makian yang sifatnya menghina. R Soesilo, dalam penjelasan Pasal 315 KUHP sebagaimana disarikan,mengatakan bahwa jika penghinaan itu dilakukan dengan jalan lain selain “menuduh suatu perbuatan”,misalnya dengan mengatakan anjing,asu,sundel, bajingan

(38)

27

dan sebagainya, masuk Pasal 315 KUHP dan dinamakan penghinaan ringan.

Penghinaan ringan ini juga dapat dilakukan dengan perbuatan.

Menurut R. Soesilo, penghinaan yang dilakukan dengan perbuatan seperti meludahi di mukanya, memegang kepala orang Indonesia, mendorong melepas peci atau ikat kepala orang Indonesia.

Demikian pula suatu sodokan, dorongan, tempelengan, dorongan yang sebenarnya merupakan penganiayaan, tetapi bila dilakukan tidak seberapa keras, dapat menimbulkan pula penghinaan

e. Pengaduan palsu atau pengaduan fitnah ( Pasal 317 KUHP)

R.Sugandhi,S.H. dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Berikut Penjelasannya (hal. 337) memberikan uraian

pasal tersebut, yakni diancam hukuman dalam pasal ini ialah orang yang dengan sengaja:

1) memasukkan surat pengaduan yang palsu tentang seseorang kepada pembesar negeri

2) menyuruh menuliskan surat pengaduan yang palsu tentang seseorang kepada pembesar negeri sehingga kehormatan atau nama baik orang itu terserang.

f. Perbuatan fitnah (Pasal 318 KUHP)

Menurut R. Sugandhi, S.H., terkait Pasal 318 KUHP, sebagaimana kami sarikan, yang diancam hukuman dalam pasal ini ialah orang yang

(39)

28

dengan sengaja melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan orang lain secara tidak benar terlibat dalam suatu tindak pidana.

misalnya: dengan diam-diam menaruhkan sesuatu barang asal dari kejahatan di dalam rumah orang lain, dengan maksud agar orang itu dituduh melakukan kejahatan.

B. Hukum Pidana Indonesia.

1. Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana terdiri dari suku kata yaitu “Hukum” dan “Pidana”.

Hukum adalah keseluruhan aturan maupun kaidah yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang mengatur mengenai tingkah laku manusis yang berisikan perintah dan larangan dimana dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan hadirnya suatu sanksi.27

Sedangkan yang dimaksud dengan pidana Menurut Tri Andrisman pidana diartikan sebagai penderitaan atau hukuman yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.28 Sedankan Perbuatan hukum pidana itu dibedakan menajdi dua macam,yaitu:

a. Kejahatan

meskipun perbuatan tersebut tidak dirumuskan dalam undang- undang menjadi tindak pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan tersebut adalah kejahatan dan patut dipidana, istilahnya disebut

27 C.S.T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), hlm. 38.

28Tri Andrisman, Asas-asas dan Aturan umum Hukum Pidana Indonesia, (Bandar Lampung : Universitas Bandar Lampung, 2009), hlm 8.

(40)

29

rechtsdelict (delik hukum). Dimuat di dalam buku II KUHP pasal 104 sampai dengan pasal 488.

Contoh pencurian (pasal 362 KUHP), pembunuhan (pasal 338 KUHP), perkosaan (pasal 285 KUHP).

b. Pelanggaran

Orang baru menyadari hal tersebut merupakan tindak pidana karena perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict (delik undang-undang ). Dimuat dalam buku III KUHP pasal 489 sampai dengan pasal 569.

Contoh mabuk di tempat umum (pasal 492 KUHP/536 KUHP), berjalan di atas tanah yang oleh pemiliknya dengan cara jelas dilarang memasukinya (pasal 551 KUHP).

Menurut Moeljatno mengatakan bahwa, Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhanhukum yang berlaku disuatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atausanksi yang berupapidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

(41)

30

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telahmelanggar larangan tersebut.29

Selanjutnya pengertian istilah pidana menurut pendapat dari Satochid Kartanegara bahwa Hukum Pidana dapat dipandang dari beberapa sudut, yaitu:

a. Hukum Pidana dalam arti Objektif, yaitu sejumlah peraturan yang mengandung larangan-larangan terhadap pelanggarannya diancam dengan hukuman.

b. Hukum Pidana dalam arti Subjektif, yaitu sejumlah peraturan yang mengatur hak Negara untuk menghukum seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang.30

Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum. Pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan.31

Hukum Pidana menurut Pompe adalah semua peraturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah macam-macam pidana itu. Sedangkan menurut simon hukum pidana adalah semua perintah-perintah dan larangan yang diadakan oleh negara dan yang di ancam dengan

29 Moeljatno, S.H., M.H. ,Asas-asas Hukum Pidana, (Rineka Cipta, Jakarta), 2008, hlm. 1

30 Teguh Prasetya, Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, (Yogyakarta, 2011), hlm. 7

31 Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), Cet II, hlm.60.

(42)

31

hukuman pidana, barangsiapa yang tidak menaatinya, kesemua aturan itu menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk menjatuhkan dan menjalankan pidana tersebut.32

Berdasarkan pendapat tersebut di atas,maka yang di maksud dengan hukum pidana adalah sekumpulan peraturan atau kaidah hukum yang dibuat oleh Negara yang berwenang yang isinya berupa larangan maupun keharusan sedang bagi pelanggar terhadap larangan dan keharusan tersebut dikenakan sanksi.

Seseorang dikatakan melanggar hukum pidana apabila perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dan bertentangan dengan norma masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).33

Pasal 1 ayat (1) KUHP, “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.” Pasal ini disebut sebagai Asas Legalitas.

Dimana dalam asas legalitas ini seseorang tidak bisa di pidana atau di berikan hukuman apabalia dia tidak melakukan perbuatan pidana atau pelanggran.

2. Ruang Lingkup Hukum Pidana Indonesia

32 Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika) 2015, hlm.235

33 Pasal 1 ayat (1) KUHP, “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.” Pasal ini disebut sebagai Asas Legalitas.

(43)

32

Berdasarkan pengertian hukum pidana diatas,maka ruang lingkup Hukum pidana memiliki 2 ruang lingkup yaitu:

a. Ius Poenale (hukum pidana materil)

Hukum Pidana (lus poenale) merupakan sejumlah peraturan yang mengandung perumusan peristiwa pidana serta ancaman hukuman nya, yang dikenal dengan Hukuman pidana substantif (hukum pidana materil), yaitu aturan hukum mengenal delik yang diancam dengan hukuman pidana, mengenai hal-hal: apa, siapa dan bagaimana sesuatu hukuman dapat dijatuhkan, yang dimuat dalam KUHP dan peraturan- peraturan pidana lainnya di luar KUHP,Contoh:

1) Delik umum

Delik umum merupakan delik yang terdapat dalam KUHP.

2) Delik khusu

Delik yang mana diatur diluar KUHP,misalnya:

a) UU korupsi b) UU narkotika

c) UU tindak pisana ekonomi,dan lain-lain.

b. Ius Poeniendi (hukum pidana formil/hak memidana)

Hukum pidana formil atau ius poenendi yaitu aturan hukum mengenai hak negara untuk menghukum seorang yang melakukan sesuatu peristiwa pidana, ketentuan hukum yang menyangkut cara

(44)

33

proses pelaksanaan penguasa menindak warga yang didakwa dan pertanggung jawaban atas sesuatu delik yang dilakukannya.34

3. Sumber Hukum Pidana Indonesia

Sumber hukum pidana di Indonesia dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis.

Menurut Sudarto sumber hukum pidana Indonesia ada dua macam,yaitu:35

a. Sumber hukum tertulis 1) KUHP

Sumber hukum tertulis adalah KUHP, Sumber utama hukum pidana Indonesia adalah hukum yang tertulis Induk peraturan hukum pidana positif adalah KUHP, yang nama aslinya adalah Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch indie (W.v.S), sebuah Titah Raja (Koninklijk Besluit) tanggal 15 Oktober 1915 No. 33 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1918. KUHP atau W.v.S.v.N.I. ini merupakan copie (turunan) dari Wetboek van Strafrecht Negeri Belanda, yang selesai dibuat tahun 1881 dan mulai berlaku pada tahun 1886 tidak seratus persen sama, melainkan diadakan penyimpangan-penyimpangan menurut kebutuhan dan keadaan tanah jajahan Hindia Belanda dulu, akan tetapi asas-asas dan dasar filsafatnya tetap sama. KUHP yang sekarang berlaku di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan

34 http://www.sangkoeno.com/2016/05/pengertian-ruang-lingkup-dan-sifat.html.Di akses pada tanggal 22 Maret 2021.Pukul 12:45

35 Sudarto, 1990,Hukum Pidana I,(Semarang: Yayasan Sudarto), Hlm 15

(45)

34

tanggal 17-8-1945 mendapat perubahan-perubahan yang penting berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1942 (Undang-undang Pemerintah RI, Yogyakarta), Pasal 1 berbunyi:

“Dengan menyimpang seperlunya dari Peraturan Presiden RI tertanggal 10 Oktober 1945 No. 2 menetapkan bahwa peraturan hukum pidana yang sekarang berlaku ialah peraturan-peraturan hukum pidana yang ada pada tanggal 8 Maret 1942”.

Ini berarti bahwa teks resmi (yang sah) untuk KUHP kita adalah Bahasa Belanda.

2) UU Pidana di luar KUHP

Undang-undang pidana di luar KUHP merupakan peraturan undang-undang pidana yang tidak terdapat dalam KUHP umum,seperti undang-undang tindak pidana korupsi.Dimana tindak pidana korupsi termasuk kedalam tindak pidana khusus yang peraturan nya di luar KUHP.

b. Sumber hukum tidak tertulis

Kalau kita lihat dari sumber hukum pidana tidak tertulis,maka kita akan menemukan bebrapa sumber hukum pidanadi antaranya, yaitu:

1) Hukum adat

Di daerah-daerah tertentu dan untuk orang-orang tertentu hukum pidana yang tidak tertulis juga dapat menjadi sumber hukum pidana.

(46)

35

Hukum adat yang masih hidup sebagai delik adat masih dimungkinkan menjadi salah satu sumber hukum pidana, hal ini didasarkan kepada Undang-undang Darurat No. 1 Tahun 1951 (L.N. 1951-9) Pasal 5 ayat 3 sub b. Dengan masih berlakunya hukum pidana adat (meskipun untuk orang dan daerah tertentu saja) maka sebenarnya dalam hukum pidana pun masih ada dualisme.

Namun harus disadari bahwa hukum pidana tertulis tetap mempunyai perananyang utama sebagai sumber hukum. Hal ini sesuai dengan asas legalitas yang tercantum dalam Pasal 1 KUHP.

2) Yurispudensi

Yurispudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama.Kata yurisprudensi dalam bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti sempit. Kemudian dari segi praktik peradilan yurisprudensi adalah keputusan hakim yang selalu dijadikam pedoman hakim lain dalam menuntaskan kasus-kasus yang sama.36

Adapun bebrapa sebab dimana seorang hakim menggunakan putusan lain, diantara nya yaitu:

36 R. Soeroso S. H.,Pengantar Ilmu Hukum. ,hal.159-160

(47)

36 a) Pertimbangan Psikologis

Karena keputusan hakim mempunyai kekuatan/kekuasaan hukum terutama keputusan pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung,maka biasanya hakim bawahan segan untuk tiddak mengikuti putusan tersebut.

b) Pertimbangan Praktis

Karena dalam kasus yang sama sudah pernah di jatuhkan putusan oleh hakim terdahulu,lebih-lebih apabila putusan itu sudah di benarkan atai di kuatkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung (MA) maka lebih praktis apabila hakim berikutnya memberikan putusan yang sama.

c) Pendapat yang sama

Karena hakim yang bersangkutan sependapat dengan keputusan hakim yang lebih dulu,terutama apabila isi dan tujuan undang-undang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sosial yang nyata pada waktu kemudian,maka wajarapabila keputusan hakim lain tersebut dipergunakan.

Dasar hukum yurisprudensi yaitu UU No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan Hakim yang berbunyi “Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara, mengadili perkara dan memutuskan perkara yang diajukan dengan alasan hukum tidak ada atau kurang jelas (kabur) melainkan wajib memeriksa serta mengadilinya. Hakim diwajibkan untuk menggali, mengikuti dan

(48)

37

memahami keadilan dan nilai-nilai hukum yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat”.37

C. Hukum Islam.

1. Pengertian dan Istilah Hukum Isalm

Hukum islam terdiri dari dua suku kata yaitu “hukum” dan

“islam”, Kata hukum secara etimologi berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu ُُhakama-yahkumu yang kemudian bentuk mashdar-nya menjadi hukman.Lafadz al-hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk jamak al- ahkâm.Berdasarkan akar kata َُhakama tersebut kemudian muncul kata al- hikmah yang memiliki arti kebijaksanaan.38

Al-Fayumi dalam buku Zainudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam di Indonesia ia menyebutkan bahwa Hukum bermakna memutuskan, menetapkan dan menyelesaikan setiap permasalahan.39

Muhammad Daud Ali menyebutkan bahwa kata hukum yang berasal dari lafadz Arab tersebut bermakna norma, kaidah, ukuran, tolok ukur, pedoman yang digunakan untuk menilai dan melihat tingkah laku manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam kamus Oxford sebagaimana dikutip oleh Muhammad Muslehuddin hukum diartikan sebagai “Sekumpulan aturan, baik yang

37https://www.pa-bekasi.go.id/index.php/tentang-pengadian/sistem-pengelolaan- pengadilan/yurisprudensi. Akses 20 Maret 2021.Jam.9:51.

38 Drs.Rohidin S.h.M.Ag. Pengantar Hukum Islam.(Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books),Hlm.1

39 Zainudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 1

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : Hamermesh dan Rees, (1987) Mereka menyimpulkan bahwa individu dengan pendidikan yang lebih tinggi awalnya mempunyai pendapatan yang lebih rendah dari pada

Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam pembuatan laporan yang berkaitan dengan lambatnya informasi sehingga akan banyak menyita waktu dan pengolahan data

30 Inhibitor senyawa organik umumnya adalah jenis inhibitor teradsorbsi yaitu inhibitor yang menurunkan laju korosi dengan mengisolasi permukaan logam dari lingkungan yang

(3) Apabila bendahara/pengurus barang/ahli waris tidak dapat menyelesaikan kewajiban pembayaran angsuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3), maka pejabat yang

Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna walaupun cakupan pelayanan

Berdasarkan kriteria pencapaian tujuan pembelajaran siswa pada hasil test uji coba lapangan pencapaian tujuan pembelajaran siswa pada soal no 1 hasil tes adalah sebesar 80%,

Namun, kebijakan ini merupakan pukul rata yang tidak bisa dibuktikan untuk kasus Belanda, meski orang juga tahu bahwa mayoritas populasi Muslim di Belanda khususnya atau Eropa

STOCKS ARE ESTIMATED FROM THE NUMBER OF PACKAGES, "THE IMPORTS FOR CONSUMPTION" FIGURES ARE TO THAT EXTENT APPROXIMATE.. 3) ALL QUANTITIES REPRESENT ACTUAL REPORTED WEIGHT,