• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

Dari hasil pos test yang dilaksanakan pada siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode oral selama satu putaran untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial pada siswa kelas persiapan belum mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil pengamatan peneliti, faktor penyebab kurang tercapainya hasil seperti yang diharapkan adalah

a. Pada saat pelaksanaan kegiatan belajar siswa masih kurang aktif terhadap apa yang akan dilakukan oleh guru

b. Masih kurangnya perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode oral

Evaluasi tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode oral disesuaikan dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu pada kelas persiapan. Berdasarkan hasil evaluasi penilaian terhadap kemampuan mengucapkan konsonan bilabial siswa masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Nilai dari pos test pada siklus I belum maksimal karena hasil evaluasi dikatakan berhasil atau tuntas apabila mencapai 85% dari siswa yang memperoleh nilai 6.5. Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Data Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tuna rungu Pre Test dan Test Siklus I

NILAI

NO SUBYEK

Pre Test Test Siklus I

1 An 5,3 6,3 2 Sn 5,5 6,7 3 Ang 4,7 5,8 4 Pt 6,3 7,0 5 Fi 5,0 6,6 6 Fj 4,6 5,3 7 Jn 6,0 7,5

TABEL 11. Analisis Hasil Pre Test

NO NILAI KATEGORI JUMLAH

SISWA PROSENTASE 1 85 – 100 Sangat Baik - - 2 75 – 84 Baik - - 3 65 – 74 Cukup Baik - - 4 <65 Kurang Baik 7 100 % Jumlah 7 100 %

TABEL 12. Analisis Hasil Test Siklus I

NO NILAI KATEGORI JUMLAH PROSENTASE

1 85 – 100 Sangat Baik - -

2 75 – 84 Baik 1 14 %

3 65 – 74 Cukup Baik 3 43 %

4 <65 Kurang Baik 3 43 %

Jumlah 7 100 %

Berdasarkan tabel tersebut diatas terlihat adanya peningkatan skor penilaian kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu kelas persiapan mengalami perkembangan. Secara umum kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu sudah mengalami peningkatan, namun masih perlu adanya perbaikan lebih lanjut. Perkembangan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu antara sebelum dan susudah tindakan pada siklus I dapat dilihat dalam grafik berikut: 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sgt baik Baik Ckp baik Krg Baik

Pre Test Pos Test Perbandingan

Gambar 2. Grafik Perkembangan Hasil Test Antara Sebelum Dan Susudah Tindakan Pada Siklus I

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah sebesar 100 % siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori kurang baik, siswa tergolong kategori cukup baik, baik,dan sangat baik belum ada. Setelah diadakan tindakan, ternyata kemmapuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu mengalami perubahan. Hal ini bisa dilihat dari hasil Post-Test yang menunjukkan bahwa 14 % siswa tergolong baik, berarti ada peningkatan sebesar 14 % dibandingkan dengan

pre-Test, 43 % tergolong kategori cukup baik, berarti ada peningkatan 43 % dibanding dengan hasil pre-Test, dan 43 % siswa tergolong kategori kurang baik, berarti ada penurunan sebesar 57 % dibandingkan dengan pre-Test.

Sementara siswa yang mendapat nilai dalam kategori sagat baik belum ada. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada siklus I ini sebesar 57%

Peningkatan skor penilaian kemampuan mengucapkan konsonan bilabial ini terjadi setelah ke tujuh subyek diberi tindakan dengan menggunakan metode oral dalam kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Penelitian Siklus II

Penggunaan metode oral dengan memodifikasi pemberian reward dalam kegiatan pembelajaran dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan pengucapan konsonan bilabial anak tuna rungu kelas persiapan SLB Negeri Kedungsari Magelang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 13. Hasil Test Siklus Kedua NO SUBYEK NILAI 1 An 7,0 2 Sn 7,5 3 Ang 6,6 4 Pt 8,4 5 Fi 7,8 6 Fj 6,4 7 Jn 9,0

TABEL 14. Analisis Hasil Test Siklus II

NO NILAI KATEGORI JUMLAH PROSENTASE

1 85 – 100 Sangat Baik 1 14 %

2 75 – 84 Baik 3 43 %

3 65 – 74 Cukup Baik 2 29 %

4 <65 Kurang Baik 1 14 %

Jumlah 7 100 %

Berdasarkan perolehan skor tersebut di atas terlihat adanya peningkatan pada semua subyek yaitu nilai ketuntasan secara klasikal mencapai 86% ini berarti sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah

ditetapkan. Adapun hasil belajar siswa secara keseluruhan antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 15. Data Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan mengucapkan konsonan bilabial Anak Tunarungu Pada Siklus I dan Siklus II

NO Subyek Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1 An 5,3 6,3 7,0 2 Sn 5,5 6,7 7,5 3 Ang 4,7 5,8 6,6 4 Pt 6,3 7,0 8,4 5 Fi 5,0 6,6 7,8 6 Fj 4,6 5,3 6,4 7 Jn 6,0 7,5 9,0

Tabel 16. Analisis Hasil Test Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II NO Nilai Kategori Jml Prosentase Jml Prosentase 1 85 – 100 Sangat Baik - - 1 14 % 2 75 – 84 Baik 1 14 % 3 43 % 3 65 – 74 Cukup Baik 3 43 % 2 29 % 4 <65 Kurang Baik 3 43 % 1 14 % Jumlah 7 100 % 7 100 %

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan skor penilaian kemampuan mengucapkan konsonan bilabial pada 7 subyek. Ini berati bahwa kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu kelas persiapan mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 3. Grafik Perkembangan Hasil Test Antara Siklus I dan Siklsu II

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I sebelum diadakan tindakan adalah 43 % siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori kurang baik, 43 % siswa tergolong kategori cukup baik, 14 % siswa tergolong kategori baik,sedangkan yang tergolong sangat baik belum ada. Setelah diadakan tindakan pada siklus II, ternyata kemmapuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari hasil Test siklus II yang menunjukkan bahwa 14 % siswa tergolong sangat baik baik, berarti ada peningkatan

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Sgt baik Baik Ckp baik Krg Baik

Siklus I Siklus II Perbandingan

sebesar 14 % dibandingkan dengan Test siklus I, 43 % tergolong kategori baik, berarti ada peningkatan 29 % dibanding dengan hasil Test siklus I, dan 29 % siswa tergolong kategori cukup baik, berarti ada penurunan sebesar 14 % dibandingkan dengan Test siklus I . Sementara siswa yang mendapat nilai dalam kategori kurang baik ada 14%, berarti ada penurunan 29% dibandingkan test siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada siklus II ini sebesar 86%.

C. Pembahasan .

1. Menurut Van Uden bahwa metode oral belumlah cukup menjadi syarat agar anak bisa bicara dengan baik, sebab yang penting adalah dimilikinya suatu gambaran psikis tentang bicaranya sendiri. Mereka harus menghayati gerak otot organ bicaranya dan juga kesadaran pada gerak mulutnya sewaktu bicara. Untuk keperluan tersebut diperlukan cermin, cermin ini bukan hanya untuk mengamati gerak mulut pelatih (guru) tetapi yang terutama adalah mengamati gerak mulutnya sendiri, hal tersebut tentu saja memerlukan latihan. Pendapat ini sesuai dengan pelaksanaan pada siklus I siswa yang mencapai nilai 6,5 atau ketuntasan belajar secara klasikal baru mencapai 57%. Namun perhatian dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode oral dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Dokumen terkait