• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Perang Korea adalah perang yang terjadi di Semenanjung Korea antara Korea Utara dengan dukungan Uni Soviet beserta Republik Rakyat China melawan Korea Selatan dengan dukungan Amerika Serikat beserta pasukan koalisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung selama tiga tahun yaitu pada tahun 1950 – 1953. Awal dari perseteruan di Korea dimulai dari masuknya kekuatan asing ke dalam negeri tersebut setelah kolonialisasi Jepang melalui sebuah pertemuan oleh para pemimpin Blok Sekutu pada bulan November hingga Desember 1943. Rapat yang diselenggarakan di Kairo dan diberi sandi Sextant ini dihadiri oleh Franklin Delano Roosevelt, Winston Churchill, dan Chiang Kai Sek guna membahas hal-hal yang perlu dilakukan seandainya Jepang kalah dalam perang.

Hasil dari pertemuan rahasia tersebut kemudian dikenal dengan Deklarasi Kairo menyebutkan bahwa Jepang nantinya tidak diperbolehkan lagi memiliki atau menguasai semua wilayah yang diperoleh dengan kekuatan

militer setelah tahun 1895 yang di dalamnya termasuk Semenanjung Korea. Deklarasi Kairo memuat ketentuan sebagai berikut:96

The several military missions have agreed upon future military operations against Japan. The Three Great Allies expressed their resolve to bring unrelenting pressure against their brutal enemies by sea, land, and air. This pressure is already mounting.The Three Great Allies are fighting this war to restrain and punish the aggression of Japan. They covet no gain for themselves and have no thought of territorial expansion. It is their purpose that Japan shall be stripped of all the islands in the Pacific which she has seized or occupied since the beginning of the first World War in 1914, and that all the territories Japan has stolen form the Chinese, such as Manchuria, Formosa, and the Pescadores, shall be restored to the Republic of China. Japan will also be expelled from all other territories which she has taken by violence and greed. The aforesaid three great powers, mindful of the enslavement of the people of Korea, are determined that in due course Korea shall become free and independent. With these objects in view the three Allies, in harmony with those of the United Nations at war with Japan, will continue to persevere in the serious and prolonged operations necessary to procure the unconditional surrender of Japan.

Oleh karena itu, Korea kelak akan menjadi negara yang bebas dan merdeka (in due course). Deklarasi Kairo memuat ketentuan bahwa Amerika Serikat, Inggris, dan China tidak memiliki rencana apapun terhadap Semenanjung Korea walaupun dalam praktiknya pihak Amerika tidak memberikan pernyataan ketika pemerintahan pengasingan Korea bertanya mengenai pengertian rumusan in due course yang masih belum jelas.97

96

Lilian Goldman Law Library, Cairo Conference 1943, dalam

http://www.ndl.go.jp/constitution/e/shiryo/01/002_46/002_46tx.html, diakses 20 Agustus 2014. 97

Djati Prihantono, Perang Korea: Konflik Dua Saudara, Mata Padi Pressindo,

Selanjutnya dalam Konferensi Yalta di Krimea bulan Februari 1945 dibahas tentang pembentukan perwalian (trusteeship) oleh empat negara di Korea setelah Jepang menyerah yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan China. Namun, nasib Korea tidak dibahas lebih lanjut dalam konferensi tersebut sehingga Konferensi Yalta tidak merumuskan kesepakatan mengenai masa depan Korea. Pada Juli 1945 diadakan Pertemuan kembali di Potsdam yang dikenal dengan Konferensi Potsdam untuk membahas tuntutan terhadap Jepang untuk menyerah tanpa syarat, termasuk pelaksanaan Deklarasi Kairo. Keputusan tersebut didukung penuh oleh Uni Soviet dan memberikan janji kemerdekaan pada Korea.98

Pada Konferensi Potsdam, Sekutu secara sepihak membelah wilayah Korea tanpa mengikutsertakan pihak Korea. Keputusan tersebut dinilai menyalahi Deklarasi Kairo yang menyebutkan bahwa Korea harus menjadi negara yang bebas dan merdeka. Oleh karena itu, sejak berakhirnya kekuasaan Jepang wilayah Korea terpisah menjadi dua bagian melalui garis 38th Parallel

yang dilakukan tanpa pernyataan resmi, dimana pada bagian utara dikuasai oleh Uni Soviet dan bagian selatan dikuasai oleh Amerika Serikat. Konferensi Potsdam memuat ketentuan sebagai berikut:99

98Idem, hlm.10. 99

Wikipedia, Potsdam Declaration, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Potsdam_Declara

For Japan, the terms of the declaration specified:

a. the elimination "for all time of the authority and influence of those who have deceived and misled the people of Japan into embarking on world conquest"

b. the occupation of "points in Japanese territory to be designated by the Allies"

c. that the "Japanese sovereignty shall be limited to the islands of Honshu, Hokkaido, Kyushu, Shikoku, and such minor islands as we determine," as had been announced in the Cairo Declaration in 1943.

d. that "[t]he Japanese military forces, after being completely disarmed, shall be permitted to return to their homes with the opportunity to lead peaceful and productive lives."

e. that we do not intend that the Japanese shall be enslaved as a race or destroyed as a nation, but stern justice shall be meted out to all war criminals, including those who have visited cruelties upon our prisoners.

Amerika Serikat segera merealisasikan isi dari Konferensi Postdam melalui Perintah Umum No. 1 tanggal 11 Agustus 1945 segera setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Perintah tersebut menyatakan agar seluruh pasukan Jepang yang masih berada di utara garis paralel ke 38 (38th Parallel) untuk menyerahkan diri kepada Uni Soviet sedangkan yang berada di selatan takluk pada Amerika Serikat. Kutipan Perintah Umum No. 1 tanggal 11 Agustus 1945 tentang pemisahan Korea memuat ketentuan sebagai berikut:100

Excerpt of the General Order No. 1 for the Surrender of Japan:

a. The senior Japanese commanders and all ground, sea, air and auxiliary forces within China (excluding Manchuria), Formosa and French Indo-China north of 16° north latitude shall surrender to Generalissimo Chiang Kai-shek.

100

Wikipedia, General Order No. 1, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/General_Order_

b. The senior Japanese commanders and all ground, sea, air and auxiliary forces within Manchuria, Korea north of 38° north latitude and Karafuto shall surrender to the Commander in Chief of Soviet Forces in the Far East.

c. The senior Japanese commanders and all ground, sea, air and auxiliary forces within the Andamans, Nicobars, Burma, Thailand, French Indo-China south of 16 degrees north latitude, Malaya, Borneo, Netherlands Indies, New Guinea, Bismarcks and the Solomons, shall surrender to the Supreme Allied Commander, Southeast Asia Command.

d. The senior Japanese commanders and all ground, sea, air and auxiliary forces in the Japanese Mandated Islands, Ryukyus, Bonins, and other Pacific Islands shall surrender to the Commander in Chief, U.S. Pacific Fleet.

e. The Imperial General Headquarters, its senior commanders, and all ground, sea, air and auxiliary forces in the main islands of Japan, minor islands adjacent thereto, Korea south of 38° north latitude, and the Philippines shall surrender to the Commander in Chief, U. S. Army Forces in the Pacific.

Alasan pemisahan wilayah tersebut disebutkan bahwa Uni Soviet sudah terlebih dahulu memasuki wilayah Korea Utara, sebagai upaya pencegahan agar Korea tidak dikuasai seluruhnya oleh Uni Soviet maka dilakukan pemisahan dengan tanda garis 38th Parallel yang tepat membagi Semenanjung Korea menjadi dua bagian.101 Semenjak pemisahan tersebut kekuasaan Korea berada di bawah pemerintahan militer yang secara langsung mengontrol Korea Selatan dengan membentuk USAMGIK (United States Army Military Government in Korea) pada tahun 1945-1948. Ada dua kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintahan USAMGIK, yaitu mengembalikan kekuasaan administrator-administrator kunci kolonial Jepang

101

Efzhuaska, Op.cit., dalam

dan menolak pengakuan terhadap pemerintahan sementara yang berkuasa di Semenanjung Korea karena dianggap sebagai Komunis. Kebijakan tersebut memunculkan gejolak dalam masyarakat Korea yang berujung pada revolusi di selatan.102

Pada Bulan September 1947, Amerika Serikat membawa persoalan unifikasi Korea ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kebanyakan anggota PBB berpihak pada Blok Barat pada saat itu sehingga Majelis Umum PBB kemudian memberikan suara mendukung Amerika Serikat dengan mengeluarkan resolusi yang menetapkan diadakannya Pemilu (Pemilihan umum) di seluruh Korea untuk membentuk sebuah pemerintahan nasional di negeri itu dengan pengawasan Komisi Sementara PBB untuk Korea yaitu UNTCOK (United Nations Temporary Commision on Korea) yang bertugas untuk mengawasai jalannya Pemilu. Ada tiga hal yang ingin dicapai dalam pemilu tersebut yaitu memilih anggota Majelis Nasional, membentuk sebuah pemerintahan, dan mengatur penarikan semua tentara pendudukan dari Korea. Uni Soviet menolak diadakannya pemilihan umum yang diawasi PBB di Utara karena apabila Korea diizinkan menyelenggarakan pemilihan yang betul-betul bebas maka bangsa itu akan memilih pemerintahan yang pro pada Blok Barat.

102

Oleh karena itu, pemilihan umum hanya dilaksanakan di wilayah selatan 38th Parallel.103

Pada tanggal 20 Juli 1948, Syngman Rhee ditetapkan menjadi Presiden Korea Selatan dari hasil pemilihan umum dan Republik Korea Selatan resmi dibentuk pada tanggal 15 Agustus 1948. Korea Selatan merupakan satu-satunya pemerintahan yang sah resmi diakui oleh PBB di Semenanjung Korea. Melihat kenyataan bahwa Korea bagian selatan telah memiliki pemerintahan yang resmi, Uni Soviet tidak tinggal diam, pada 18 November 1947 dibentuk Majelis Rakyat Tertinggi Korea dengan mengangkat Kim Il Sung sebagai Perdana Menteri. Pada 9 September 1948 kawasan di sebelah utara 38th Parallel resmi menjadi sebuah Negara yaitu Korea Utara (Republik Demokrasi Rakyat Korea).104

Setelah Korea Utara dan Korea Selatan resmi terbentuk, pihak Amerika Serikat secara bertahap mulai meninggalkan Korea Selatan dan hanya menyisakan sedikit tentara untuk melatih tentara Korea Selatan yang baru terbentuk. Korea Selatan sangat kekurangan tentara, senjata, dan pertahanan militer dalam menjaga kedaulatan negaranya. Di lain pihak, Korea Utara telah meningkatkan kekuatan militernya melalui bantuan Uni Soviet dengan mengorganisasikan sekitar 20.000 personel militer. Tentara Korea Utara telah diperkuat dan dilatih oleh Uni Soviet sebelum meninggalkan

103

Nino Oktorino, Konflik Bersejarah Perang Yang Tidak Boleh Dimenangkan: Kisah

Perang Korea 1950-1953, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2013, hlm. 11. 104

Korea Utara pada Desember 1948. Korea Selatan dan Korea Utara sebenarnya memiliki keinginan untuk mempersatukan Korea, namun Kim Il Sung menyatakan bahwa persatuan Korea hanya mungkin dilakukan dengan jalan kekerasan agar kaum komunis dapat menguasai seluruh Korea. Kondisi Korea Selatan yang tidak stabil dan pertikaian politik di dalam negerinya oleh rezim pemerintahan Syngman Rhee yang sewenang-wenang membuat keadaan semakin kacau dan memanas sehingga mendorong Korea Utara untuk melakukan invasi ke Korea Selatan.105

Pada tanggal 25 Juni 1950, 110.000 pasukan Korea Utara yang didukung oleh persenjataan lengkap menyebrangi garis 38th Parallel dan memulai invasinya ke Korea Selatan. Penyerbuan Korea Utara tersebut langsung mendapatkan reaksi Amerika Serikat dengan meminta Dewan Keamanan PBB segera bersidang agar kekuatan militer Amerika Serikat dipertahankan. Alasan tersebut dengan dalih untuk mencegah Korea Utara melakukan intervensi terhadap evakuasi warga Amerika dari Seoul dan Incheon. Penugasan militer tersebut pada akhirnya diputuskan secara sepihak oleh Presiden Truman tanpa mengacu pada ketentuan-ketentuan PBB.

Latar belakang penyerbuan Korea Utara terhadap Korea Selatan belum diketahui secara jelas karena terdapat banyak spekulasi dan pendapat. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa Korea Selatan yang memulai serangan atas dasar reunifikasi seperti yang diinginkan oleh Presiden Syngman Rhee.

105 Ibid.

Pihak Korea Utara berasalan bahwa Tentara Republik Korea di bawah kepemimpinan Syngman Rhee telah menyebrangi perbatasan terlebih dahulu. Invasi tersebut dilakukan untuk menangkap pasukan Korea Selatan yang sebelumnya menyerang di perbatasan dan melarikan diri. Serangan Korea Utara juga merupakan balasan atas berbagai provokasi yang sering dilakukan oleh Korea Selatan di perbatasan. Namun, pendapat tersebut dibantah karena pada kenyataannya kekuatan Korea Utara lebih besar dan terkoordinasi untuk suatu serangan balasan.106 Selain itu, terdapat alasan kuat invasi Korea Utara disebabkan oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Dean Acheson melalui pidatonya mengenai kebijakan pertahanan Amerika Serikat di Asia pada tanggal 12 Januari 1950 yang mengecualikan Korea dan Formosa dari garis pertahanan Amerika sehingga memicu pihak Komunis untuk merebut Korea Selatan yang berdiri sendiri dalam rangka penyatuan Korea.107

Serangan Korea Utara yang mendadak dari arah utara dan barat garis

38th Parallel serta kondisi Korea Selatan yang lemah dalam pertahanan dan keamanan mengakibatkan Seoul harus jatuh ke tangan Korea Utara. Pemimpin Korea Utara Kim Il Sung menyiarkan berita penyerbuan pasukannya ke Korea Selatan melalui Radio Pyongyang dengan pesan sebagai berikut:108

Boneka Korea Selatan telah menolak semua cara damai untuk penyatuan damai kembali yang diusulkan oleh Republik Demokratik Rakyat Korea, dan malah berani-beraninya melakukan agresi bersenjata ke utara garis

106 Idem, hlm. 28-29. 107

Nino Oktorino, Op.cit., hlm. 15-16. 108

38th Parallel. Republik Demokrasi Rakyat Korea memerintahkan serangan balasan untuk memukul mundur pasukan penyerbu. Korea Selatan akan dituntut pertanggungjawabannya, apapun hasil dari perkembangannya saat ini.

Melihat keadaan demikian, Amerika Serikat tidak tinggal diam, Jenderal Douglas MacArthur yang berada di Tokyo ditugaskan untuk memimpin pasukannya ke Semenanjung Korea. Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Korea awalnya tidak diketahui oleh rakyat Amerika secara umum, namun berita jatuhnya ibu kota Korea Selatan ini akhirnya diketahui oleh Negara-negara di seluruh dunia. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengutuk serangan Korea Utara ke Korea Selatan dan meminta Negara-negara anggotanya menyiapkan pasukan untuk membantu pihak Korea Selatan. Niat PBB untuk mengintervensi Perang Korea lewat jalur militer merupakan pengaruh politik Amerika Serikat di PBB yang sebenarnya dapat digagalkan oleh Uni Soviet sebagai salah satu anggota DK PBB yang memegang hak veto. Namun, Uni Soviet memilih untuk memboikot sidang PBB pada periode itu karena PBB lebih memilih untuk menempatkan Taiwan daripada China sebagai anggota Dewan Keamanan tetap PBB. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi DK PBB nomor 83 tertanggal 27 Juni 1950 yang memuat ketentuan sebagai berikut:109

109

UN Security Council, Resolution 83 (1950) of 27 June 1950, dalam

The Security Council,

Having determined that the armed attack upon the Republic of Korea by forces from North Korea constitutes a breach of the peace, Having called for an immediate cessation of hostilities, Having called upon the authorities in North Korea to withdraw forthwith their armed forces to the 38th parallel, Having noted from the report of the United Nations Commission on Korea that the authorities in North Korea have neither ceased hostilities nor withdrawn their armed forces to the 38th parallel, and that urgent military measures are required to restore international peace and security, Having noted the appeal from the Republic of Korea to the United Nations for immediate and effective steps to secure peace and security, Recommends that the Members of the United Nations furnish such assistance to the Republic of Korea as may be necessary to repel the armed attack and to restore international peace and security in the area.

Setelah muncul resolusi dari PBB, ada 21 negara yang bersedia mengirimkan personil militernya ke dalam pasukan PBB. Ke-21 negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Inggris Raya, Afrika Selatan, Australia, Belgia, Denmark, Ethiopia, India, Italia, Kanada, Norwegia, Perancis, Filipina, Kolombia, Yunani, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Swedia, Thailand, dan Turki. Negara yang paling banyak menyumbangkan personil militernya adalah Amerika Serikat dari sekian banyak Negara yang terlibat dalam Perang Korea. Pemimpin dari pasukan koalisi PBB juga merupakan orang berkebangsaan Amerika Serikat, yaitu Jenderal Douglas MacArthur.110

Pada 1 Juli 1950, pasukan Amerika bersama koalisi PBB dari Jepang tiba di Korea dan langsung didaratkan di Taejon. Sementara itu, pihak Korea Utara terus bergerak dan langsung berhadapan dengan pasukan Amerika

110

Rep. Eusialis, Perang Korea: Konflik Ideologi yang Membelah Semenanjung,

http://republik-tawon.blogspot.com/2012/10/perang-korea-konflik-ideologi-yang.html, diakses 18 Maret 2014.

Serikat yang baru saja didaratkan. Keadaan Korea Selatan yang telah semakin terjepit membuat Amerika Serikat harus secara cepat menyusun strategi menghadapi serangan Korea Utara. Formasi pasukan Amerika Serikat berjumlah 75.000 personel yang terdiri dari pasukan Korea Selatan dan tentara Amerika Serikat bersiap melakukan serangan balasan. Posisi Korea Utara yang sudah terlanjur kuat membuat pasukan Amerika mundur dari wilayah Taejon ke Pusan. Pusan adalah Ibu kota darurat Korea Selatan setelah sebelumnya Seoul berhasil dikuasai Korea Utara. Keadaan semakin mencekam manakala pasukan Korea Utara telah mencapai perbatasan Pusan sehingga pasukan Amerika Serikat membuat garis pertahanan akhir (Perimeter Pusan) yang akan menentukan nasib Korea Selatan ke depan.

Pusan merupakan kota pelabuhan paling ujung selatan di Semenanjung Korea dengan kondisi geografis pegunungan serta terdapat sungai yang memisahkan antara dataran tinggi dan dataran rendahnya yaitu Naktong River

(Sungai Naktong). Pusan merupakan pusat pertahanan pasukan PBB yang didukung oleh Amerika Serikat. Letaknya yang dekat dengan Jepang dan Laut membuat suplai logistik serta pasukan mudah untuk didatangkan. Kekuatan pasukan Amerika Serikat semakin besar dengan dukungan kondisi alam dan logistik yang mumpuni, namun Korea Utara berhasil menguasai kawasan vital yaitu Cloverleaf Hill dan Naktong River yang merupakan tempat terakhir pertahanan Korea Selatan. Kondisi demikian membuat pasukan Amerika yang

terjepit melakukan serangan balik secara cepat dengan mendatangkan pasukan tambahan sehingga pasukan Korea Utara berhasil dipukul mundur dari

Naktong River. Pertempuran Pusan merupakan titik balik dari peperangan yang menandai awal bangkitnya kekuatan Korea Selatan dalam Perang Korea.

Korea Utara berhasil memukul mundur pasukan koalisi Amerika Serikat-PBB dan Korea Selatan ke ujung daerah paling selatan Semenanjung Korea. Pasukan koalisi Amerika Serikat-PBB dan Korea Selatan hanya menguasai 10 persen dari keseluruhan wilayah Semenanjung Korea yang kemudian menjadi garis pertahanan terakhir Korea Selatan (Perimeter Pusan). Perimeter Pusan ini digunakan untuk memulai rencana serangan balik yang disebut dengan Operasi Chromite oleh Jenderal MacArthur, yaitu operasi bersenjata dengan melakukan pendaratan di Incheon yang merupakan serangan tiba-tiba dari belakang garis pertahanan musuh. Operasi Chromite

ditentang oleh sebagian Pemerintah Amerika Serikat karena merupakan operasi yang dianggap akan menyebabkan banyak korban di pihak Amerika Serikat. Jenderal MacArthur dengan keyakinan kuat menegaskan bahwa rencana perangnya akan menyerupai operasi pendaratan sekutu di Normandia pada saat Perang Dunia II, operasi tersebut merupakan titik awal kemenangan Sekutu terhadap Jerman dalam Perang Dunia II.

Pada 13 September 1950, Amerika memulai Operasi Chromite dengan pendaratan pasukan di pantai Incheon. Operasi Chromite melibatkan seluruh kekuatan Amerika Serikat dengan mengerahkan kekuatan militer darat, laut, dan udara. Ada tiga tahapan misi yang ingin dicapai dalam Operasi Chromite, yaitu:111

a. Mensterilkan Pulau Wolmi yang merupakan pulau paling strategis karena letaknya dekat dengan Seoul serta mengamankan pelabuhan Incheon.

b. Menguasai landasan pesawat Gimpo yang letaknya di sebelah selatan Seoul. Pangkalan ini menjadi basis pertahanan pesawat tempur Amerika Serikat-PBB sehingga lebih leluasa melancarkan serangan udara ke wilayah Korea.

c. Menyerbu sekaligus menguasai Seoul yang merupakan Ibu kota Korea Selatan.

Pulau Wolmi berhasil dikuasai oleh Amerika Serikat dalam hitungan hari walaupun mendapat perlawanan dari Korea Utara. Perebutan Pulau Wolmi dilakukan tanpa menimbulkan banyak korban jiwa dari pihak Amerika Serikat. Operasi berlanjut dengan penyerbuan lapangan terbang Gimpo yang dapat dikuasai pada tanggal 18 September 1950 sehingga dapat difungsikan sebagai pusat pangkalan strategis bagi pesawat tempur Amerika Serikat-PBB. Operasi Chromite telah berhasil merebut Pulau Wolmi, Pelabuhan Incheon,

111

dan Lapangan Terbang Gimpo. Sasaran selanjutnya dari Operasi Chromite

adalah merebut Seoul, pada pertempuran Seoul strategi perang yang dilakukan oleh Amerika Serikat berbeda dengan yang sebelumnya yaitu peperangan jarak dekat. Seoul adalah wilayah penting baik secara politik maupun militer bagi kedua belah pihak yang bertikai. Korea Utara secara membabi buta mempertahankan kota Seoul dari serbuan pasukan Amerika Serikat-PBB, meski demikian secara perlahan Seoul dapat dikuasai. Terdapat serangkaian peristiwa menyedihkan yang berujung pada tragedi kemanusiaan selama perang di Seoul yaitu terjadi pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh Korea Utara terhadap warga sipil Seoul sehingga kota Seoul menjadi ladang pembantaian bagi warga sipil maupun tawanan perang Korea Utara. Kota

Dokumen terkait