HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil uji pendahuluan terhadap ekstrak metanol dan etil asetat dari daun Benalu Coklat (Dendrophthoe flosculosa Danser) menunjukkan bahwa sampel positif mengandung flavonoida dengan adanya penambahan pereaksi FeCl3 untuk menentukan senyawa flavonoida yang dikandung.
Hasil elusi dari perbandingan pelarut n-heksana:etil asetat 60:40 (v/v) pada fraksi 44-64, dipisahkan kembali pada kolom untuk mendapatkan senyawa murni. Sehingga diperoleh senyawa hasil isolasi berupa gum berwarna kuning kecokelatan seberat 13,3 mg, dan nilai harga Rf= 0,38 (n-heksana:etil asetat 6:4 v/v), Rf= 0,33 (kloroform:etil asetat 7:3 v/v), dan Rf= 0,25 (kloroform:metanol 8:2 v/v).
Hasil analisis spektrofotometer UV-Visible terhadap senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut metanol memberikan serapan seperti gambar 4.1 dibawah ini:
1. Pita I memberikan panjang gelombang 269,0 nm 2. Pita II memberikan panjang gelombang 262,0 nm
Hasil Analisis spektrofotometer FT-IR dari gum hasil isolasi memberikan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang yang dapat dilihat pada gambar 4.2
Dari hasil analisis Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) memberikan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Interpretasi Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi Bilangan
gelombang (cm-1)
Intensitas Gugus Fungsi
3549,02-3263,56
Rendah Vibrasi ulur O-H
3180-3120 Sedang Vibrasi ulur C-H
aromatik
2956,87-2873,94
Sedang Vibrasi Ulur C-H
alifatik
1734,01 Sedang Vibrasi C=O
keton
1672,28 Sedang Vibrasi ulur C=C
aromatik
1406,11 Rendah Vibrasi CH2
1382,96 Rendah Vibrasi CH3
1261,45 Rendah Vibrasi C-O
1128,36 Rendah Vibrasi C-O-C
Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut Metanol memberikan pergeseran kimia pada daerah (ppm) seperti Gambar 4.3 berikut:
Berikut merupakan pergeseran kimia dan jenis peak 1H-NMR senyawa hasil isolasi pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Pergeseran Kimia 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi
Atom H � H Senyawa Hasil Isolasi
(ppm) H-2’ dan H-6’ 7,8084 – 7,8397 (d) H-3’ dan H-5’ 7,1885 – 7,2209 (d) H-8 6,4705 (s) H-3 3,0681 (s) H dari O-CH2-CH3 4,3352 – 4,3766 (q) H dari O-CH3 4,0939 (s) H dari CH3 2,2528 (s) 4.2 Pembahasan
Hasil isolasi senyawa flavonoida dari daun benalu tumbuhan coklat (Dendrophthoe flosculosa Danser) pada proses ekstraksi maserasi diperoleh ekstrak pekat sebanyak 119,53 g kemudian dilarutkan dengan menggunakan pelarut etil asetat untuk pemisahan senyawa yang diduga merupakan tanin dan diperoleh ekstrak pekat etil asetat 19,51 g. Ekstrak pekat yang diperoleh dilarutkan dengan metanol kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksana dan dihidrolisis dalam suasana asam lalu diekstraksi partisi dengan kloroform hingga diperoleh ekstrak pekat klorofom sebanyak 0,3 g.
Di analisis kromatografi lapis tipis sebelum kromatografi kolom dan didapat perbandingan pelarut yang sesuai untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari daun tumbuhan benalu coklat adalah n-heksana : etil asetat 60:40 v/v yang menunjukkan pemisahan yang lebih baik dari noda yang dihasilkan (Lampiran 3). Hasil analisis kromatografi lapis tipis terhadap eluat hasil kolom kromatografi dengan eluen yang seragam n-heksana : etil asetat 60:40 v/v menunjukkan masih terdapat beberapa noda pada fraksi yang digabungkan.
Ditunjukkan bahwa noda yang dihasilkan pada plat kromatografi lapis tipis pada fraksi 44-64 dengan pereaksi FeCl3 5% yang paling baik maka dilakukan pemurnian kristal hasil isolasi dengan kolom kromatografi kembali dengan eluen n-heksana : etil asetat 60:40 v/v. Hasil analisis kromatografi lapis tipis terhadap eluat hasil kolom kromatografi yang kedua kali dengan eluen yang seragam n-heksana : etil asetat 60:40 v/v yang menunjukkan masih terdapat beberapa noda yang dihasilkan pada plat kromatografi lapis tipis pada fraksi 44-64 dengan pereaksi FeCl3 5% dan merupakan sangat baik untuk dilanjutkan (Lampiran 4), kemudian dikromatografi Lapis Tipis kembali untuk menentukan harga Rf gum hasil isolasi dengan tiga eluen yang berbeda, yaitu n-heksana:etil asetat 6:4 (v/v) dengan harga Rf= 0,38, kloroform:etil asetat 7:3 (v/v) dengan harga Rf= 0,33 , dan kloroform:metanol 8:2 (v/v) dengan harga Rf= 0,25 (Lampiran 5).
Dalam penentuan struktur dari hasil isolasi senyawa flavonoida maka diperlukan metode Ultraviolet-Visible (UV-Vis), Inframerah (FT-IR) dan
Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR). Dimana dengan menggabungkan
metode ini akan dapat ditentukan atau diduga struktur dari hasil isolasi tersebut.
Spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis) digunakan untuk menentukan golongan dari flavonoida. Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) digunakan untuk menganalisis gugus fungsi dari aromatik yaitu C=C, hidroksida,
karbonil, dan eter. Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti (1H-NMR)
digunakan untuk memberikan informasi tentang keadaan dari proton yang bertetangga, dan melihat adanya penjodohan dari proton-proton yang terjadi dalam bentuk singlet, doublet, triplet.
Maka kombinasi dari data Spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis),
Spektrofotometer Inframerah (FT-IR), dan Spektrofotometer 1H-NMR dapat
Dari literatur (lampiran 11) λ maksimum untuk pita II sekitar 296 nm dan
pita I sekitar 300 nm (Markham, 1988), namun dari hasil pengukuran sampel sedikit rumit untuk menentukan λ maksimum. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
jenis dan posisi substituen R.
Hasil interpretasi Spektrum Infra Merah dan Spektrum Resonansi
Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dan FT-IR senyawa hasil isolasi dengan
menggunakan pelarut Aseton dalam standar TMS dapat diperoleh yaitu :
Pergeseran kimia pada daerah �= 7,8084 – 7,8397 ppm dengan puncak doublet menunjukkan proton-proton dari H-2’ dan H-6’ pada cincin B dalam struktur falvonoid senyawa hasil isolasi. Hal ini juga didukung oleh data spektrofotometer FT-IR pada bilangan 3180 – 3120 cm-1 dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ulur –CH pada cincin aromatik.
Pergeseran kimia pada daerah �= 7,1885 – 7,2209 ppm dengan puncak doublet menunjukkan proto-proton H-3’ dan H-5’. Hal ini juga di dukung oleh spektrofotometer inframerah pada bilangan gelombang 3180 – 3120 cm-1 dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ulur –CH aromatik.
Pergeseran kimia pada daerah �= 6,4705 ppm dengan puncak singlet menunjukan proton pada cincin A, namun belum dapat ditentukan posisi yang tepat pada atom karbonnya, baik itu atom C6 atau C7 atau C8, sedangkan pada C5
tidak ada kemungkinan terikat dengan proton dikarenakan pada spektrum NMR pada pergeseran kimia 12 ppm tidak ada muncul peak, sehingga diduga pada atom C5 terikat sebuah substituen.
Pergeseran kimia pada daerah � = 3,0681 ppm dengan puncak doublet menunjukan proton H-3. Hal ini juga di dukung oleh spektrofotometer inframerah pada bilangan gelombang 3180 – 3120 cm-1 dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ulur –CH aromatik.
Pergeseran kimia pada daerah �= 4,0939 ppm dengan puncak singlet menunjukkan adanya proton dari gugus metoksi –OCH3. Hal ini juga didukung oleh spektrometer infra merah pada bilangan gelombang 1128,36 cm-1 dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ulur eter.
Berdasarkan analisis data dan interpretasi yang dilakukan pada spektrum Ultraviolet-Visible (UV-Vis), Inframerah (FT-IR), dan 1H-NMR dapat diduga bahwa senyawa hasil isolasi dari daun tumbuhan Benalu Coklat adalah senyawa flavonoida golongan flavanon. Namun penulis belum bisa menentukan posisi substituen R yang tepat pada cincin A dan cincin C. Namun demikian struktur senyawa yang diduga seperti pada gambar 4.4 sebagai berikut :
O O R1 OH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1' 2' 3' 4' 5' 6'
R
Keterangan: R = -O-CH3 -O-CH2-CH3 -CH3 R1= -OH H H A B CBAB 5