• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pencatatan Akuntansi dan Persepsi UMKM

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.4 No.2 September 2015 (Halaman 34-37)

Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pencatatan Akuntansi dan Persepsi UMKM

terhadap Urgensitas Laporan Keuangan

Pencatatan transaksi usaha dan penyusunan laporan keuangan pada sebuah entitas bisnis sangat penting untuk mengetahui kinerja keuangan yang dicapai dalam satu periode tertentu. Melalui laporan keuangan, pemilik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap sebuah unit usaha dapat mengetahui posisi keuangan, laba usaha, dan bahkan likuiditas dan solvabilitas unit usaha tersebut. Bagi usaha mikro-kecil-menengah, laporan keuangan usaha dipandang belum begitu penting bagi mereka tetapi traksaksi yang terjadi perlu untuk dicatat.

Marsyidi menyatakan semua transaksi dalam satu

hari dicatat pada sore hari ketika toko sudah ditutup, begitu juga pengeluaran yang terjadi pada hari itu dikumpulkan dan dicatat pada sore hari hari untuk mengetahui penerimaan uang dan pengeluarannya dalam satu hari. Kami tidak membuat laporan keuangan usaha karena tidak memahami cara membuatnya dan usahanya tidak besar sehingga tidak begitu penting membuat laporan keuangan. Amir mengatakan usahanya membuat catatan transaksi usaha dalam bentuk uang masuk dan uang keluar dalam buku catatan kas, setiap penjualan dicatat pada posisi debet dan setiap pengeluaran dicatat pada posisi kredit. Laporan keuangan tidak pernah dibuat karena usahanya berskala kecil dan itu juga tidak penting bagi kami, yang penting kami mengetahui laba yang diperoleh dalam satu tahun. Ketika ditanyakan bagaimana cara menghitung laba pada akhir tahun, Amir menyatakan menghitung semua pendapatan dalam satu tahun dikurangi semua pengeluaran termasuk pengeluaran kas untuk pembelian barang dalam satu tahun termasuk menghitung berapa barang yang masih tersisa di toko sebagai persediaan.

A.Thaib menguraikan usahanya yang bergerak

di bidang penjualan pakaian hanya membuat catatan penjualan setiap hari, pada akhir setiap bulan dijumlahkan total penjualan dalam satu bulan, penjulan tahunan merupakan penjumlahan dari total penjualan setiap bulan. Laporan keuangan tidak pernah dibuat dengan alas an tidak paham. Laba tahunan dihitung dengan total penjualan dalam satu tahun dikurangi berbagai biaya yang dikeluarkan seperti biaya gaji, listrik, air, dan total pembelian barang yang telah ddikurangi dengan barang yang masih tersedia di toko. Aziz Syamsuddin yang bergerak di bidang usaha jual beli sepeda motor bekas mengatakan mencatat setiap transaksi pembelian dan penjualan sepeda motor tetapi tidak pernah membuat laporan keuangan secara lengkap. semua transaksi dicatat menurut tanggal terjadinya, pencatatan dilakukan pada computer yang disediakan untuk itu. Catatan yang dibuat mencakup tanggal transaksi, keterangan, debet dan kreditnya.

Laporan laba rugi disusun secara sederhana dengan cara total penjualan dikurangi dengan berbagai biaya yang dikeluarkan. Muhammad Nur menyebutkan usahanya dijalankan secara sederhana, tidak pernah mencatat uang masuk dan uang keluar, untuk mengetahui berapa jumlah uang masuk dan uang keluar dalam satu hari dilakukan dengan menghitung jumlah uang pada faktur yang telah dibayarkan dan faktur penjualan yang sudah dilunaskan, sedangkan faktur pembelian yang belum dibayarkan (masih berhutang pada supplier) dan faktur penjualan yang belum dilunaskan pelanggang (piutang) belum diperhitungkan sebagai kas keluar ataupun kas masuk. Laporan keuangan tidak pernah disusun dengan alasan tidak memahami cara membuatnya.

Yusuf Ali menyebutkan usahanya yang sudah

dijalankan puluhan tahun tidak pernah membuat laporan keuangan secara tepat dan sesuai dengan aturan akuntansi, yang dicatat hanya uang masuk dan uang keluar saja yang terjadi setiap hari dan tidak pernah menghitung laba bersih yang diperoleh pada setiap tahun, usahanya dianggap memiliki laba dengan alasan usahanya tetap berjalan sudah puluhan tahun dan ini memberibukti usahanya sukses. Usahanya pernah meminta bantuan akuntan untuk menyusun neraca dan laba rugi untuk kepentingan mendapatkan kredit di bank. Neraca dan laba rugi disusun secara baik agar dipandang layak oleh bank untuk mendapatkan kredit. Yusuf Ali menyatakan tidak membuat laporan keuangan karena tidak memahami akuntansi dan juga menyita waktunya dalam melayani pelanggang karena disibukkan oleh aktivitas pencatatan. Ibnu menguraikan usahanya yang bergerak di bidang pakaian dan peralatan bayi baru berjalan selama empat tahun yang masih memiliki pegawai dua orang termasuk dirinya belum pernah membuat laporan keuangan, transaksi yang dicatat hanya transaksi penjualan saja sedangkan transaksi pembelian barang tidak pernah dicatat, faktur pembelian digunakan untuk mengetahui jumlah uang yang dikeluarkan. Usaha ini tidak pernah membuat laporan keuangan karena tidak mengerti dan juga tidak memiliki staf akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga dipandang tidak penting karena usahanya kecil.

Umar sebagai pengusaha warung kopi

menyebutkan membuat catatan pembukuannya setiap hari baik uang masuk maupun uang keluar. Ini dilakukan untuk mengetahui berapa penjualan per hari dan pembelian kebutuhan warung setiap hari, catatan akuntansi yang dibuat sangat sederhana tidak mengikuti kaedah akuntansi. Catatan ini pun dibuat sebagai bentuk pertanggungjawabannya terhadap pemilik modal, dia hanya sebagai pengelola saja dengan sistem bagi hasil. Laporan keuangan tidak pernah disusun karena tidak memahami cara membuatnya.

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015 Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Iswadi

111

Analisis Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Akuntan Publik (SAK ETAP)

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada prinsipnya bertujuan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan laporan keuangan yang tetap relevan, andal, dan berguna bagi pihak- pihak yang berkepentingan secara sederhana. Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Bireuen tidak semua membuat laporan keuangan, hanya sebagian kecil saja yang membuat laporan keuangan utama yang meliputi neraca dan laporan laba rugi, itupun sebagiannya tidak membuat secara berkelanjutan sepanjang umur perusahaan. Sebagiannya itu hanya membuat laporan keuangan utama ketika dimintakan oleh pihak eksternal seperti bank ketika perusahaan tersebut mengajukan permohonan kredit modal usaha. Secara mayoritas, hampir dapat dipastikan usaha kecil menengah di Kabupaten Bireuen membuat catatan akuntansi atas transaksi usahanya.

Sebagian UMKM membuat catatan transaksi usahanya secara sederhana dalam bentuk buku khusus tunggal (single entry) tanpa mengikuti ketentuan standar akuntansi yang berlaku umum. Beberapa alasan UMKM tidak membuat pembukuan termasuk laporan keuangan berdasarkan akuntansi yang berlaku umum adalah:

1. Pengetahuan pelaku usaha UMKM tentang akuntansi yang sangat minim, mayoritas mereka tidak memahami akuntansi dengan baik sehingga tidak mampu membuat pembukuan transaksi usaha dan laporan keuangan.

2. Tidak memiliki staf akuntansi untuk mencatat transaksi usaha dan membuat laporan keuangan. Menambahkan staf akuntansi akan menjadi beban tambahan bagi mereka dalam membayar gaji padahal usahanya hanya berskala kecil menengah.

3. Adanya anggapan bahwa pencatatan transaksi yang lengkap termasuk membuat laporan keuangan tidak diperlukan karena tanpa membuat pembukuanpun mereka sudah meyakini usahanya memperoleh keuntungan setiap tahun.

4. Membutuhkan waktu lama untuk melakukan kegiatan pencatatan yang rapi dan teratur,

sehingga pelaku usaha lebih fokus pada kegiatan pengelolaan usaha rutin sehari-hari (misalkan pembelian barang dagangan, mengurus tenaga kerja, mengurus transaksi penjualan, dan lain-lain sebagainya).

Berdasarkan gambaran di atas, UMKM di Kabupaten Bireuen masih sulit untuk bisa menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran UMKM untuk membuat pembukuan dan laporan keuangan atas hasil usahanya bahkan mereka tidak tahu dan tidak paham tentang SAK ETAP ini. Kalau diamati dari kecenderungan praktek akuntansi yang dijalankan oleh UMKM selama ini yang masih cenderung menggunakan tata buku single entry, masih jauh harapan UMKM untuk menerapkan SAK ETAP.

Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian

Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Bireuen umumnya sudah membuat catatan akuntansi transaksi usahanya. Hanya sebagian kecil saja UMKM yang membuat laporan keuangan minimum yang dibutuhkan (neraca dan laporan laba rugi), itupun sebagiannya membuatnya ketika dimintakan oleh pihak eksternal. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Bireuen belum menggunakan akuntansi yang berlaku umum dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan. Peluang UMKM di Kabupaten Bireuen untuk menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas masih sulit diwujudkan mengingat mereka tidak memahami akuntansi dan juga belum mengetahui tentang SAK ETAP. Disarankan kepada UMKM untuk menggunakan akuntansi yang berlaku umum untuk mencatat transasksi usahanya serta menyusun laporan keuangan secara benar. Kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya diharapkan dapat memberikan pelatihan dan pendampingan bagi UMKM untuk perlunya laporan keuangan usaha serta menyusunnya berdasarkan SAK ETAP.

Penelitian ini belum bisa digenaralisasi karena belum teruji secara statistik. Penelitian berikutnya disarankan menggunakan pendekatan kunatitatif sehingga hasilnya dapat digenaralisasi .

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015 Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Iswadi

112

Referensi

Alfitri, Arri. (2014), Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) pada UMKM Perajin Mebel Desa Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten,

Jupe UNS,Vol.2,Nomor 2

Hamid, Edy Suandi. (2010), Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif, Simposium Nasional

Ikatan Akuntan Indonesia.(2009).Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK ETAP). Salemba Empat, Jakarta.

Juminggan. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara, Jakarta.

Maleong, Lexi J, (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya,Bandung

Narsa, I Made., Agus Widodo, dan Sigit Kurnianto (2012).“Mengungkap Kesiapan UMKM Dalam

Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK-ETAP) Untuk Meningkatkan Akses Modal Perbankan”. Majalah Ekonomi dan Bisnis. Universitas

Airlangga.

Republik Indonesia. (2008). Undang-undang, 2008 No. 20 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Depkeu. Jakarta.

Setyadi, Marry. (2012). Telaah Kesiapan dan Prospek Implementasi SAK ETAP: Studi kasus pada

Pengusaha UMKM Garmen dipusat Grosir Surabaya. Jurnal Universitas Katolik Widya Mandala,

Surabaya.

Sofiah, Nurhayati, Murniati, Aniek. (2014), Persepsi Pengusaha UMKM Keramik Diyono atas Informasi

Akuntansi Keaungan Berbasis Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP),Jurnal JIBEKA,

Vol. 8, No. 1

Sugiyono.(2012). “Memahami Penelitian Kualitatif”. Alfabeta,Bandung.

Yin, Robert K. (1997). Studi Kasus (Desain dan Metode). Rajagrafindo Persada, Jakarta  

9

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.4 No.2 September 2015 (Halaman 34-37)