• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan hukum terhadap konsumen perumahan atas kualitas

bangunan di Perumahan Fajar Indah Surakarta

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat

penting bagi kehidupan, seiring dengan perkembangan jaman orang lebih

memilih untuk memenuhi kebutuhan rumah yang baik dan layak huni dalam

bentuk perumahan. Konsumen perumahan tidak perlu mempersulit diri untuk

mempersiapkan keperluan pembangunan perumahan, karena pihak

pengembanglah yang akan mempersiapkan keperluan tersebut dan konsumen

perumahan tinggal menikmati hasil jadi. Apabila masyarakat ingin membeli

perumahan, mereka tinggal mendatangi pengembang (developer) perumahan.

Berbagai penawaran yang dilakukan pengembang untuk

mempromosikan dan memasarkan perumahannya. Pada umumnya, pemasaran

perumahan dilakukan dengan menggunakan sarana iklan atau brosur sebagai

sarana mengkomunikasikan produk-produk yang dibuat dan/atau dipasarkan

oleh pengembang kepada konsumennya. Kegiatan promosi dilakukan oleh

pengembang untuk mengenalkan atau menyebarluaskan informasi dari produk

yang telah dibuat pengembang. Iklan melalui brosur tersebut, juga untuk

menarik minat beli konsumen perumahan terhadap produk perumahan yang

dipasarkan.

Alasan masyarakat membeli perumahan dari pengembang adalah

masyarakat dapat memperoleh perumahan secara lebih cepat, lebih terjangkau,

dan tidak repot. Melalui pengembang, konsumen juga dapat memilih

bangunan rumah yang sesuai dengan keinginan serta mendapatkan fasilitas

umum maupun fasilitas sosial yang melengkapi perumahan yang nantinya

akan menjadi tempat tinggal konsumen. Namun, kepercayaan masyarakat

seringkali disalahgunakan oleh pengembang.

Dalam melakukan penawaran perumahan tidak jarang informasi yang

diberikan oleh pengembang terlalu berlebihan sehingga membuat konsumen

sangat tertarik atau mungkin bahkan membingungkan bagi konsumen sendiri.

Penawaran yang dilakukan oleh pengembang melalui sarana brosur

penawaran selalu menyampaikan hal-hal yang positif saja tanpa didukung

dengan fakta-fakta yang ada dan relevan dalam masyarakat. Banyak

pernyataan pengembang dalam brosur penawaran tidak sesuai dengan yang

diharapkan konsumen perumahan dan tidak sesuai dengan fakta yang

sesungguhnya. Hal ini dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk iklan yang

menyesatkan konsumen perumahan. Informasi penawaran tersebut

mengakibatkan kerugian di pihak konsumen. Apabila hal ini dibiarkan

terus-menerus, pihak konsumen akan semakin dirugikan. Hak-hak konsumen

perumahan harus diperjuangkan, terutama dalam hal informasi penawaran

pengembang yang menyesatkan khususnya pada informasi mengenai kualitas

bangunan perumahan.

Perumahan Fajar Indah Surakarta merupakan perumahan terletak di

Jajar dan direalisasikan oleh PT Fajar Bangun Raharja yang berupa

perumahan eksklusif yang bekerja sama dengan Real Estate Indonesia (REI).

Berdasarkan hasil penelitian di kantor pemasaran Perumahan Fajar Indah

Surakarta maka dapat diketahui bahwa sistem penawaran yang dilakukan

dengan menggunakan brosur penawaran yang isinya berupa denah rumah,

perspektif bangunan, dan spesifikasi bangunan rumah. Pada saat konsumen

membeli rumah kepada pengembang didahului dengan perjanjian jual beli

rumah yang disebut dengan Perjanjian Pengikatan Jual beli Rumah antara

konsumen dan pengembang. Adapun ketentuan-ketentuan yang ada pada jual

beli yang dilakukan oleh pengembang dan konsumen,ketentuan tersebut

1. Persyaratan untuk mendapat rumah bagi konsumen perumahan di Fajar

Indah Surakarta

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumen

untuk mendapatkan rumah terlebih dahulu melakukan perjanjian jual beli

rumah, setelah adanya kesepakatan antara konsumen dan pengembang

mengenai perikatan perjanjian jual beli rumah maka perjanjian jual beli

rumah akan dimulai pada saat akan mengajukan permohonan kredit

kepemilikan rumah. Konsumen pada awalnya memperoleh informasi dari

pihak pengembang mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh

konsumen untuk mendapatkan rumah, persyaratan tersebut antara lain :

a. Melengkapi pas foto suami isteri.

b. Melengkapi dengan fotocopy identitas diri (KTP) suami dan isteri.

c. Melengkapi fotocopy Kartu Keluarga (KK).

d. Melengkapi fotocopy Surat Nikah (bagi yang telah menikah).

e. Melengkapi Surat keterangan bekerja / SK Pengangkatan.

f. Melengkapi Slip gaji terakhir/keterangan penghasilan.

g. Melengkapi NPWP (+ SPT tahunan).

h. Melengkapi SIUP (khusus Wiraswasta).

i. Melengkapi fotocopy Karpeg/ Astek (khusus PNS)

(Brosur Perumahan Fajar Indah Permata Surakarta, 9 Juni 2011).

2. Perjanjian pengikatan jual beli rumah di Perumahan Fajar Indah Surakarta

Dalam praktek di lapangan, perjanjian jual beli rumah antara

developer dengan konsumen didahului oleh perjanjian pengikatan jual beli

(PPJB), yakni suatu perjanjian awal adanya kesepakatan jual beli rumah,

pada umumnya format dan isi dari perjanjian pengikatan jual beli ini

antara satu developer dengan developer yang lain adalah sama, namun

demikian ada juga beberapa perjanjian yang memiliki sedikit isi dan

redaksionalnya berbeda meskipun secara substansi tetap sama, perbedaan

itu antara lain mengenai konsumen dalam memenuhi kewajiban-kewajiban

yang harus dipenuhi sesuai dengan isi perjanjian yang dibuat oleh

pengembang yaitu yang pada dasarnya mengenai pembayaran rumah yang

akan dibeli oleh konsumen

Berdasarkan hasil penelitian di Perumahan Fajar Indah Surakarta

dapat diketahui bahwa pada saat pengembang menjual rumah melalu

brosur penawaran kepada konsumen, konsumen saat membeli rumah

melihat langsung dalam bentuk perjanjian jual beli rumah dan perjanjian

itu dibuat langsung oleh pengembang PT Fajar Bangun Raharja

perusahaan pembangunan perumahan tersebut, disahkan oleh Notaris dan

disaksikan oleh masing-masing pihak di PPAT. Isi dalam perjanjian itu

berupa kewajiban-kewajiban konsumen mengenai cara pembayaran dan

kewajiban konsumen lainnya yang menyangkut pada saat proses jual beli

dan perjanjian itu tidak ada mengenai kualitas bangunan perumahan.

3. Teknis Spesifikasi Bangunan Rumah di Perumahan Fajar Indah Surakarta

Adapun teknis spesifikasi bangunan rumah di perumahan Fajar

Indah Surakarta disesuaikan menurut tipe-tipe rumah yang akan dibangun,

spesifikasi teknis bangunan pada semua tipe standar sama dengan yang

ada didalam brosur hanya ukuran-ukuran yang dipakai setiap tipe

berbeda-beda (hasil wawancara dengan Bp Sutrisno, bagian pelaksana proyek).

Teknis spesifikasi bangunan yang digunakan antara lain :

a. Bangunan memiliki pondasi berupa pasangan batu kali rollag dan

footplat.

b. Struktur Sloof, Kolom, Ring menggunakan beton bertulang.

c. Dinding bangunan berupa pasangan bata diplester, acian, finishing

cat Mowilex.

d. Kusen dan daun pintu menggunakan kusen kayu jati 6 x15 dan

double Teakwood finishing melamin.

e. Kontruksi atap bangunan rangkap atap kayu dan baja ringan,

penutup atap, genteng press beton dan finishing cat Shintex.

f.Lantai keramik biasa ukuran 40 x 40

g. KM / WC menggunakan lantai keramik berukuran 30 x 30, dinding

keramik berukuran 25 x 33, closet monoblok dan jongkok.

h. Plafon berupa gipsum dan interior.

i.Sanitasi, sumur + pompa listrik, septictank pasangan bata + peresapan.

j.Pagar belakang dan samping menggunakan pasangan bata yang

tingginya berukuran 3 meter, depan pasangan bata pilar + tralis besi

yang tingginya 1,5 meter.

Secara formal pelaksanaan perjanjian pengikatan jual beli rumah

antara pengembang (developer) dengan konsumen umumnya berjalan dengan

baik. Hal tersebut disebabkan bahwa pelaksanaan perjanjian pengikatan jual

beli rumah lebih mengarah pada proses beralihnya hak kepemilikan atas tanah

dan bangunan dari developer selaku penjual kepada konsumen selaku

pembeli.

Persoalan biasanya baru muncul manakala objek dalam perjanjian

pengikatan jual beli rumah telah diserahkan ternyata kualitasnya tidak sesuai

dengan yang diharapkan konsumen ataupun lingkungan di mana rumah yang

menjadi obyek perjanjian didirikan tidak sesuai dengan yang dipromosikan.

Hal inilah sebenarnya yang perlu dicermati bersama baik oleh developer

sendiri selaku penjual maupun oleh konsumen selaku pembeli.

Dengan demikian setiap konsumen perumahan pada saat akan

membeli rumah harus terlebih dahulu mengerti jelas mengenai rumah yang

akan dibeli apakah layak huni atau tidak? Ini merupakan langkah awal dalam

hal pembelian rumah oleh konsumen sebelum adanya perjanjian pengikatan

jual beli rumah tujuan inipun agar konsumen tidak mendapat kerugian di

kemudian hari misal rumah yang sudah dibeli kualitas bangunannya tidak

sesuai dengan yang dijanjikan seperti atap bocor, lantai retak-retak,dan masih

banyak lagi. Untuk itu diperlukan pedoman teknis tentang pembangunan

perumahan yang dapat dikatakan berkualitas baik dan layak huni dan

pedoman itu telah sesuai dengan acuan atau ketentuan yang terdapat pada

peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hasil penjelasan dari Bapak Eka

dapat diketahui bahwa ukuran-ukuran yang dipakai dalam pembangunan

rumah di Perumahan Fajar Indah Surakarta sudah memenuhi norma-norma

yang berlaku dan sesuai dengan standar-standar bangunan rumah,

ukuran-ukuran yang dipakai pada saat membangun rumah di Perumahan Fajar Indah

Surakarta disesuaikan dengan tipe-tipe rumah seperti tipe 56, 92 dan

seterusnya berbeda-beda dan disesuaikan juga dengan kubutuhan konsumen

(hasil wawancara dengan Bapak Eka Staff Personalia PT Fajar Bangun

Raharja). Namun demikian tidaklah mungkin bagi konsumen yang membeli

rumah merasa puas bahkan seringkali konsumen selalu mengklaim apabila

rumah yang dibeli tidak sesuai dengan yang diinginkan dan banyak juga para

pelaku usaha tidak merespon atau memberi tanggapan atas klaim konsumen

tersebut.

Sehingga pada konteksnya penelitian skripsi ini, dimana tema

perlindungan konsumen perumahan menjadi fokus kajian utama, maka

ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur di dalam Undang-undang No. 8

Tahun 1999 tetap menjadi acuan utama. Pemberlakuan Undang-undang No. 8

Tahun 1999 memang sebuah manifestasi terserapnya berbagai aspirasi yang

memperjuangkan nasib konsumen. Namun demikian, hal tersebut tidak

memberikan jaminan keberhasilan di dalam pelaksanaannya. Undang–Undang

No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam pasal 8 ayat (1)

telah memuat aturan-aturan yang dapat melindungi konsumen dari berbagai

pelanggaran pelaku usaha. Indikasi penipuan dan pelanggaran

Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang dilakukan pelaku usaha itu sudah jelas

terlihat, seperti kayu yang digunakan untuk rumah tidak sesuai dengan

spesifikasi dan brosur yang ditawarkan. Dalam brosur penawaran developer

mencantumkan kayu yang digunakan adalah borneo super. Tapi setelah rumah

dan bangunan selesai dibuat ternyata kayu yang digunakan adalah karet

jeunjing dan sengon, material kayu di dalam keropos dan hampir terjadi

semua pascaperjanjian pengikat jual-beli diserahkan, padahal jauh sebelum

terjadi kesepakatan antara developer dan konsumen umumnya para developer

dalam menawarkan produk perumahannya membuat brosur-brosur atau iklan

yang diiringi dengan janji-janji bahwa kualitas bangunan terjamin mutunya

dan kualitasnya.

Secara normatif Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen melarang pelaku usaha menjual barang dan/atau jasa

yang tidak sesuai dengan janji atau iklan. Hal ini dapat dilihat dalam

ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf a tentang Perlindungan Konsumen yang

menyatakan pelaku usaha dilarang untuk memproduksi atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak

sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan Pasal 8 ayat (1) huruf f

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang

menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang untuk memproduksi atau

memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang

dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan

barang dan atau jasa tersebut. Di Perumahan Fajar Indah Surakarta, dimana

para pengembang mengutamakan kepentingan konsumen terlebih dahulu dan

dalam pembuatan rumah selalu sesuai dengan spesifikasi bangunan adapun

apabila pembuatan rumah merubah dari spesifikasi bangunan yang sudah ada

itu merupakan keinginan konsumen dan spesifikasi bangunan yang diinginkan

konsumen harus adanya keseimbangan harga terlebih dahulu atau dikenakan

charge harga ( konfirmasi dari Bapak Eka Staff Personalia PT Fajar Bangun

Raharja).

Apabila seorang konsumen tidak merasa puas dan mendapatkan

kerusakan pada rumah yang sudah dibelinya bisa mengajukan klaim kepada

pihak pengembang, Perumahan Fajar Indah diketahui terdapat kira-kira

100-an konsumen y100-ang pernah mengajuk100-an klaim d100-an klaim y100-ang diajuk100-an

menyangkut kualitas bangunan, kerusakan ringan, sebelum ditempati dan

fasilitas perumahan. Pihak PT Fajar Bangun Raharja ternyata memenuhi

semua klaim dari konsumen tersebut, karena disamping itu klaim yang

dilakukan diberikan tenggang waktu, yaitu 100 hari atau 3 bulan sejak

penyerahan rumah, masa komplain diberikan 100 hari tidak tertuang didalam

perjanjian pengikatan jual beli dan hanya diberikan oleh pengembang

berdasarkan kesepakatan bersama, dan juga tidak mempunyai dasar hukum

yang tetap atau tidak terdapat di peraturan perundang-undangan manapun

melainkan hanya merupakan kebiasaan dari pengembang untuk menunjukkan

etiket baik pengembang dalam memberikan pelayanan yang baik kepada

konsumen (hasil Wawancara dengan bapak Eka selaku Staff Personalia,

Senin, 25 Juli 2011). Juga karena kesadaran pihak PT Fajar Bangun Raharja

bahwa kerugian/ kerusakan adalah tanggung jawabnya untuk mengganti.

Keluhan-keluhan itu antara lain :

1. Bp Kasirin Penghuni perumahan Fajar Indah mengajukan klaim atas

rumah sejak penyerahan kunci dilakuan, klaim tersebut meliputi:

a. Kamar belakang bocor.

b. Tembok banyak yang retak.

2. Ibu Julie Roosfiana mengajukan klaim 1 minggu (tujuh hari) setelah

penyerahan rumah dari pengembang ke konsumen,klaim tersebut

berupa :

a. Tembok dipagar retak.

b. Jendela ruang tamu tidak bisa ditutup rapat.

c. Pintu kamar anak sebelah bawah rusak (hasil komfirmasi dari ibu

Julie penghuni perumahan Fajar Indah Surakarta, Rabu 13 Juli

2011).

3. Bp Andrew Novianto penghuni perumahan yang mengajukan klaim

sejak dilakukan penyerahan kunci dari pengembang,klaim tersebut

berupa:

a. Lantai keramik retak.

b. Cat tembok tidak rata (hasil wawancara dengan Bp Andrew

penghuni Perumahan Fajar Indah Surakarta, Rabu 13 Juli 2011).

Konsumen-konsumen yang telah disebutkan diatas adalah konsumen

perumahan yang pernah mengajukan keluhan atas rumah yang sudah

dibelinya kepada pihak pengembang, pihak pengembang merespon dengan

cepat atas klaim tersebut dan dalam jangka waktu 1 minggu atau 7 (tujuh) hari

telah dilakukan perbaikan atas kerusakan bangunan dan juga karena adanya

kesadaran pihak PT Fajar Bangun Raharja bahwa kerugian/ kerusakan adalah

tanggung jawabnya untuk mengganti (hasil wawancara dengan ibu Eno selaku

marketing PT Fajar Bangun Raharja, Senin, 18 Mei 2011) . Tanggung jawab

yang ditunjukkan oleh pihak pengembang PT Fajar Bangun Raharja ini

sejalan dengan ketentuan dalam ketentuan Pasal 19 UUPK, yang pada

pokoknya menegaskan bahwa pelaku usaha bertanggungjawab memberikan

ganti rugi atas kerusakan / kerugian konsumen, dan ganti rugi itu dapat

berupa pengembalian uang atau penggantian barang yang serupa atau senilai

harganya.

Selain konsumen yang pernah mengajukan klaim ada juga seorang

konsumen penghuni perumahan Fajar Indah menjelaskan bahwa spesifikasi

teknis bangunan yang ada dalam brosur sama dengan rumah yang sudah

dibuat namun ada beberapa bagian yang tidak sama tetapi masih dalam ukuran

standar kualitas bangunan dan pengembang telah memberitahukan terlebih

dahulu (hasil wawancara dengan Bapak Rudy penghuni perumahan Fajar

Indah). Adapun realita ukuran bangunan di Perumahan tersebut terlihat pada

tabel dibawah ini :

No Bangunan Ukuran Berat

1 Struktur

Beton bertulang :

-berat beban

-berat dinding ½ batu

-berat plafon& penggantung

12 cm

2400 kg/m²

250 kg/m²

18 kg/m²

2 Plat lantai

-berat sendiri plat

-berat plafon&penggantung

Finishing (ditaksir)

288 kg/m²

18 kg/m²

33 kg/m²

3 Kusen (kerangka) 6x15 cm

4 Keramik biasa

Keramik granit (real estate)

40x40 cm

60x60 cm

5 Pondasi :batu kali rollag 60 cm

-Tabel-

Dengan demikian Peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan

landasan hukum bagi perlindungan konsumen sebagai upaya untuk

memperoleh perlindungan hukum yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

atau yang disebut dengan UUPK tersebut cukup memadai karena menjamin

adanya kepastian hukum dan diharapkan perlindungan terhadap konsumen itu

sebagai benteng untuk meniadakan tindakan kesewenang-wenangan dari

pelaku usaha.

Perlindungan hukum terhadap konsumen oleh pengembang atau

developer telah dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang, dimana

perlindungan konsumen diwujudkan dalam bentuk perjanjian jual beli antara

konsumen dan developer. Namun dalam pelaksanaannya upaya perlindungan

konsumen di perumahan Fajar Indah Surakarta belum sepenuhnya mendapat

perlindungan hukum karena masih ada komplain-komplain dari pihak

konsumen terutama menyangkut kualitas bangunan perumahan.

B. Penyelesaiannya jika Pengembang Menimbulkan Kerugian bagi

Konsumen

Pada dasarnya pengembang atau developer pada saat membuat rumah

tidak melihat hak-hak konsumen terlebih dahulu, sehingga acapkali terjadi

cacat kualitas yang menimbulkan kerugian bagi konsumennya. adapun

Hak-hak konsumen menurut Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman menyebutkan antara lain :

a. Menempati, menikmati, dan/atau memiliki/memperoleh rumah yang

layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

b. Melakukan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

c. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman;

d. Memperoleh manfaat dari penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman;

e. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara

langsung sebagai akibat penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman; dan

f. Mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan terhadap

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang merugikan

masyarakat.

Tidak ubahnya pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang

menyatakan bahwa jika pelaku usaha menimbulkan kerugian bagi

konsumennnya, konsumen berhak mendapatkan bantuan hukum, terdapat

pada Pasal 5 UUPK yang menyebutkan aturan mengenai hak-hak konsumen

yang diberikan oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen, di mana salah

satu hak tersebut adalah hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan

upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut jika pelaku

usaha melakukan pelanggaran.

Di Perumahan Fajar Indah jika pengembang menimbulkan kerugian

bagi konsumennya atau terjadi sengketa selalu diselesaikan secara

musyawarah mufakat dan selalu mencapai kata sepakat antara para pihak dan

belum ada yang sampai pada BPSK maupun pengadilan (hasil konfirmasi dari

Ibu Eno selaku pihak marketing PT Fajar Bangun Raharja). Kesepakatan yang

dilakukan para pihak yaitu pengembang menerima keluhan dari konsumen

dan melakukan penggantian apa yang dikeluhkan oleh konsumen mengenai

bangunan rumah. Penggantian itu dilakukan setelah adanya kesepakatan dan

tidak melebihi apa yang sudah disepakati antar pihak.

Berdasarkan implementasi pada Undang-undang penyelesaian

sengketa konsumen dapat ditempuh melalui jalur pengadilan maupun luar

pengadilan, peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar

hukum

penyelesaian sengketa konsumen adalah Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang menyatakan:

”Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa”.

Dalam Hukum Administrasi di kenal adanya badan penyelesaian

sengketa yang disebut dengan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK), BPSK ditujukan apabila penyelesaian sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha tidak dapat diselesaikan secara musyawarah antara para pihak.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di dalam Undang-undang

Perlindungan Konsumen termasuk pada penyelesaian sengketa konsumen di

luar pengadilan, penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan menurut

pasal 47 Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya

ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan

terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh

konsumen.

Adapun tugas dan kewenangan dari Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (Ahmadi Miru,2004:246) antara lain :

a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,

dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.

b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen.

c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku.

d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran

ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari

konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan

konsumen.

f. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap perlindungan konsumen.

g. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang

yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang

No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

h. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

saksi ahli, atau setiap orang atau pihak yang tidak bersedia memenuhi

panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen.

i. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat

bukti lain guna penyelidikan dan / atau pemeriksaan.

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

konsumen.

k. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.

l. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang

melanggar ketentuan Undang-undang ini.

Lembaga penyelesaian sengketa yang dilaksanakan melalui BPSK ini

memang dikhususkan bagi konsumen perorangan yang memiliki perselisihan

dengan pelaku usaha. Dengan adanya BPSK maka penyelesaian sengketa

konsumen dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan murah. Cepat karena

undang-undang menentukan dalam tenggang waktu 21 hari kerja, BPSK wajib

memberikan putusannya. Mudah karena prosedur administratif dan proses

pengambilan putusan yang sangat sederhana. Murah terletak pada biaya

perkara yang terjangkau.

Selain itu

Secara normatif pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti rugi tersebut dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 19 ayat 1 dan 2 UUPK). Ketentuan ini merupakan upaya untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Adapun ada beberapa tahapan untuk menindaklanjuti penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK, tahapan-tahapan itu antara lain :

1. Konsiliasi

Konsiliasi yaitu bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan,

supaya kedua belah pihak dapat melewati perselisihan tersebut. Karena

proses konsiliasi memperbolehkan kedua belah pihak yang berselisih

untuk membicarakan masalah mereka, maka ini memungkinkan bagi salah

satu pihak untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik atas pihak yang

Dokumen terkait