commit to user
1
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
PERUMAHAN ATAS KUALITAS BANGUNAN
DI PERUMAHAN FAJAR INDAH
SURAKARTA
Penulisan Hukum
(Skripsi
)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh
AMANDA MAHARANI SUHARTO
NIM. E1107107
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Amanda Maharani Suharto
NIM
: E1107107
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PERUMAHAN ATAS
KUALITAS BANGUNAN DI PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (Skripsi) ini diberi tanda
citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila
di kemudian hari terbukti
pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (Skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (Skripsi) ini.
Surakarta, 4 Oktober 2011
yang membuat pernyataan,
commit to user
ABSTRAK
Amanda Maharani Suharto, E1107107. 2011. PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP KONSUMEN PERUMAHAN ATAS KUALITAS BANGUNAN DI
PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA. Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsumen perumahan
memperoleh perlindungan hukum atas kualitas bangunan di Perumahan Fajar Indah
Surakarta dari 2 (dua) peristiwa konkrit atau fakta hukum, yaitu tentang ada tidaknya
perlindungan hukum terhadap konsumen perumahan atas kualitas bangunan
perumahan dan penyelesaian jika pengembang (
developer
) menimbulkan kerugian
bagi konsumennya.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif,
menemukan hukum
in concreto
ada tidaknya perlindungan hukum bagi konsumen
perumahan atas kualitas bangunan di Perumahan Fajar Indah Surakarta. Jenis data
yang yang digunakan yaitu data sekunder dan sumber bahan penelitian hukum yang
digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan dan
cyber
media. Kemudian data tersebut dimintakan penjelasan dan konfirmasi dari Staff
personalia PT Fajar Bangun Raharja Surakarta dan pihak marketing Perusahaan PT
Fajar Bangun Raharja serta penjelasan dari pihak konsumen perumahan. Analisis data
yang dilaksanakan dengan interpretasi terhadap peristiwa konkrit atas permasalahan
untuk dijadikan peristiwa hukum. Untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
pertama perlindungan hukum terhadap konsumen perumahan digunakan silogisme
deduksi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan, pertama,
konsumen perumahan belum sepenuhnya mendapat perlindungan hukum atas kualitas
bangunan di Perumahan Fajar Indah Surakarta karena masih ada klaim-klaim atas
kualitas bangunan dan sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 8 Tahun 1999,
yaitu pengembang bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan
bangunan perumahan, ganti rugi itu berupa penggantian uang atau perbaikan atas
rusaknya bangunan yang sejenis atau satara nilainya. Klaim diberikan 100 hari sejak
penyerahan rumah. Kedua, penyelesaiannya jika pengembang menimbulkan kerugian
bagi konsumennya telah diselesaikan secara musyawarah antara para pihak dengan
kesepakatan pengembang mengganti hal-hal yang dituntut konsumen dan tidak
sampai pada BPSK ataupun Pengadilan.
Kata kunci : Hukum, perlindungan konsumen, Kualitas bangunan, tanggung jawab
ABSTRACT
Amanda Maharani Suharto, E1107107. 2011. THE LAW PROTECTION FOR
THE PROPERTY CONSUMER ON THE QUALITY OF BUILDING IN
SURAKARTA FAJAR INDAH HOUSING. Faculty of Law of Sebelas Maret
University.
This research aims to find out whether or not the property consumers get law
protection on the quality of building in Surakarta Fajar Indah Housing from 2 (two)
concrete events or legal facts, namely concerning whether or not there is law
protection for the property consumer on the housing building quality and the
resolution if the developer results in loss to the consumer.
This study belongs to a normative law research that is prescriptive in nature,
finding the law in concreto concerning whether or not there is law protection for the
property consumer on the building quality in Surakarta Fajar Indah Housing. The
data type used was secondary data and the law material sources used consisted of
primary, secondary and tertiary law material. Technique of collecting data used was
library study and cyber media. Then the data was verified and confirmed by the
personnel staff of PT. Fajar Bangun Raharja Surakarta and the marketing of PT.
Fajar Bangun Raharja Surakarta as well as the explanation from the housing
(property) consumer. The data analysis was done by interpreting the concrete events
over the problem to be made as legal event. In order to get answer for the first
problem, namely the legal protection for the property consumer, deductive syllogism
method was used.
Based on the result of research and discussion, the following conclusions can
be drawn. Firstly, the property consumer has not completely obtained law protection
for the building quality in Surakarta Fajar Indah Housing because there are still
claims over the quality of building and consistent with the Act No. 8 of 1999, in which
the developer is responsible for giving redress for the repair of damaged building
with similar building or equivalent value. The claim is given within 100 days after the
house handing over. Secondly, the resolution, when the developer results in loss to
the consumer, has been solved in kinship principle between the parties with the
agreement the developer to replace the things that consumers demanded and not until
at BPSK or the court.
MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus”
(Filipi 4:6&7)
“Bukan pertumbuhan yang lambat yang harus anda takuti, anda harus lebih
takut untuk tidak tumbuh sama sekali. Maka tumbuhkanlah diri anda dengan
kecepatan apapun”
(Mario Teguh)
“Even if you are on the right track, you’ll get run over if you just sit there”
(Will Rogers)
“Mulailah dengan melakukan apa yang diperlukan, lalu apa yang memungkinkan,
dan tiba-tiba Anda dapat melakukan hal-hal yang tidak mungkin”
(Francis of Assisi)
“The successful person is the individual who forms the habit of doing what the failing
person doesn’t like to do”
(Donald Riggs)
“Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat
kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”
(Yesaya 32:17)
“Keberhasilan dan kebahagiaanmu ada di dalam dirimu. Keadaan jasmanimu
adalah kebetulan dalam kehidupanmu. Kenyataan besar yang kekal adalah kasih
dan pelayanan”
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan kepada :
v
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasihNya
yang
begitu
besar
serta
kekuatan,
bimbingan,
kelancaran, dan kemudahan kepadaku sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
v
Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendukung
kuliah, memberikan doa dan nasihat, motivasi, cinta
dan kasih sayang serta kerja keras yang tak ternilai
harganya demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang
Sarjana Hukum dan membuatku lebih menghargai setiap
waktu dan kesempatan di dalam hidupku.
v
Kakak-kakak ku terutama Mas Mahar yang selalu
memberikan dukungan doa dalam pendidikanku sampai
menjadi Sarjana Hukum.
v
Keluargaku di jakarta maupun di solo yang selalu
memberikan doa.
v
Teman-temanku yang selalu mendorong dan memberikan
semangat.
commit to user
KATA PENGANTAR
Damai sejahtera bagi kita semua
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di dalam Kristus Yesus atas
cinta kasihNya dan berkatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan
penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
KONSUMEN PERUMAHAN ATAS KUALITAS BANGUNAN DI PERUMAHAN
FAJAR INDAH SURAKARTA”.
Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi sebagian
syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, penulis menyadari bahwa
terselesaikannya laporan penulisan hukum (skripsi) ini tidak terlepas dari bantuan
serta dukungan baik meteriil maupun non materiil yang diberikan oleh berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, semangat, doa,
saran dan kritik serta sarana dan prasarana bagi Penulis untuk menyelesaikan
penulisan hukum ini, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;
2.
Bapak Dr. Hari Purwadi, S.H., M.S.I, selaku Pembantu Dekan I yang telah
membantu dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini;
3.
Bapak Purwono Sungkowo Raharjo, S.H, selaku pembimbing skripsi dalam
penulisan hukum ini yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah
membimbing, mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan hukum ini;
viii
4.
Bapak Pius Triwahyudi, S.H., MSI., selaku Ketua Penulisan Hukum Fakultas
Hukum UNS yang telah membantu penulis dalam menyusun judul penulisan
hukum ini;
5.
Ibu Sunny Ummul F. S.,H.,M.Hum., selaku Pembimbing Akademik Penulis
selama menempuh pendidikan strata satu ini, atas segala dukungan dalam
penulisan hukum ini;
6.
Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama masa kuliah;
7.
Keluargaku tercinta, Papa, Mama, dan Mas Hizkia, Mas mahar untuk setiap doa,
pengorbanan, dan kasih sayang yang selalu diberikan;
8.
Bapak Eka selaku Staff Personalia PT Fajar Bangun Raharja yang senantiasa
membantu penulis dalam mencari data-data untuk pengumpulan penulisan hukum
ini;
9.
Bapak Sutrisno selaku pelaksana proyek pembangunan Perumahan Fajar Indah
Surakarta yang telah membantu dalam memberikan data untuk penyempurnaan
penulisan hukum ini;
10.
Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi Fakultas Hukun Universitas Sebelas
Maret, atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang telah
diberikan;
11.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas semua
bantuan baik materiil maupun imateriil.
Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna, Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan hukum ini dan
kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan penulis terima dengan senang
hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 4 Oktober 2011
Penulis,
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ...
iv
ABSTRAK ...
v
MOTTO ...
vi
PERSEMBAHAN ...
vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI...
x
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
5
C.
Tujuan Penelitian ...
6
D.
Manfaat Penelitian ...
7
E.
Metode Penelitian...
8
F.
Sistematika Penulisan Hukum...
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerangka Teori...
14
1.
Tinjauan Umum Tentang Perumaha ...
14
a.
Pengertian Perumahan ...
14
b.
Asas-asas Perumahan dan Kawasan Permukiman...
15
c.
Kualitas Bangunan Perumahan ...
16
2.
Tinjauan Tentang Perlindungan Konsumen ...
21
a.
Pengertian Konsumen, Pelaku Usaha, dan Perlindungan
Konsumen ...
21
b.
Hak dan Kewajiban...
28
c.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha ... .34
d.
Asas dan Tujuan perlindungan Konsumen ...
36
3.
Tinjauan Tentang Jual Beli Rumah Antara Developer dan
Konsumen ...
40
a.
Bentuk Perjanjian Jual Beli Rumah ... .40
b.
Prinsip Dasar Perjanjian Pengikatan Jual Beli Rumah
41
B.
Kerangka Pemikiran ...
45
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Perumahan Atas
Kualitas Bangunan di Perumahan Fajar Indah Surakarta ...
47
commit to user
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan...
66
B.
Saran ...
69
DAFTAR PUSTAKA ...
70
DAFTAR TABEL
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang makin pesat, tuntutan akan
tersedianya berbagai fasilitas yang mendukung kehidupan masyarakat juga
mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong pihak pemerintah maupun swasta
untuk melaksanakan pembangunan, terutama di bidang perumahan.
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (
Basic need
)
yang telah ada, seiring dengan keberadaan manusia itu sendiri. Perumahan menjadi
sarana bagi manusia guna melakukan berbagai macam aktifitas hidup dan sarana
untuk memberikan perlindungan utama terhadap adanya gangguan-gangguan
eksternal, baik terhadap kondisi iklim maupun terhadap gangguan lainnya.Saat ini
konsep perumahan telah mengalami penggeseran, tidak hanya sebagai kebutuhan
dasar saja, ataupun sebagai sarana yang memberikan perlindungan, namun
perumahan telah menjadi gaya hidup (
life style
), memberikan kenyamanan dan
menunjukkan karakteristik atau jati diri, yang merupakan salah satu pola
pengembangan diri serta sarana
private,
sebagaimana dibutuhkan pada masyarakat
global.
Kata Rumah menjadi sebutan yang teramat mahal, padahal rumah adalah
bangunan dasar, fundamental dan sekaligus menjadi prasyarat bagi setiap orang
untuk bertahan dan hidup serta menikmati kehidupan bermartabat, damai, aman dan
nyaman. Pengertian rumah itu sendiri adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
atau memperoleh rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan
teratur”. Tujuan pembangunan perumahan pun menekankan pada pembangunan
ekonomi,sosial, budaya dan pada pentingnya lingkungan sehat serta terpenuhinya
kebutuhan akan sarana kehidupan yang memberi rasa aman, damai, tentram dan
sejahtera. Tujuan itu menjadi harapan ideal dari setiap individu konsumen
perumahan.
Pembangunan ekonomi nasional pada era globalisasi, harus dapat
mendukung tumbuhnya dunia usaha, sehingga mampu menghasilkan beraneka
barangdan/ atau jasa yang memiliki kandungan teknologi dan dapat meningkatkan
kesejahteraan banyak orang serta sekaligus mendapatkan kepastian atas barang
dan/atau jasa yang diperoleh dipasar.
Di Indonesia, kebutuhan terhadap perumahan juga telah mengalami
peningkatan, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat dunia, terutama pada
masyarakat perkotaan, di mana populasi penduduknya sangat besar, sehingga
memaksa pemerintah untuk berupaya memenuhi kebutuhan akan perumahan di
tengah berbagai kendala seperti keterbatasan lahan perumahan. Sekarang ini tugas
pemerintah untuk menyediakan perumahan bagi rakyat melibatkan peran dari pihak
swasta yang dikenal dengan sebutan pihak pengembang perumahan (
developer)
.
Penjualan rumah yang dilakukan oleh pengembang ada yang secara fisik sudah
dibangun dan siap di huni oleh konsumen, tetapi ada juga rumah yang masih dalam
bentuk rancangan atau ide pengembang dan baru akan dibangun apabila sudah
dipesan dahulu oleh konsumen.
terkecuali dalam bidang perumahan. Pengaduan yang masuk di YLKI dalam bidang
perumahan, sangat mencengangkan, menduduki posisi teratas melebihi pengaduan
komoditas yang lainnya, beragam masalah mengenai perumahan diantaranya:
1.
Keterlambatan serah terima rumah
2.
Sertifikasi
3.
Fasos/Fasum
4.
Mutu Bangunan
5.
Iklan/Pameran/Promosi
6.
PPJB/Pengikatan Perjanjian Jual beli, dan
7.
Lain-lain seperti sarana dan prasarana, keuangan bermasalah, rumah diminta
developer, kebijakan developer, pembangunan bermasalah, pembatalan
pembelian, HGB diatas HPL, pengalihan rumah, pencemaran nama baik
(MayLimCharity,
Kasus
Perumahan
2007
YLKI.
http://charity55.multiply.com/Journal/item 2 diakses Jumat 6 Mei 2011).
Apabila konsumen mengetahui hal tersebut sekalipun, konsumen enggan untuk
melakukan tindakan upaya hukum.
Kasus yang sering timbul di bidang perumahan adalah mengenai kualitas
bangunan perumahan seringkali konsumen dirugikan dalam pelayanan perumahan
ini karena tidak sesuai dengan perjanjian antara konsumen dengan pengembang
(
Developer
). Sebagai contoh pada kasus Perumahan di Sidoarjo dibawah ini:
“Kualitas Bangunan Perumahan Buruk, Saya membeli Rumah di
Perumahan Taman Surya Kencana Sidoarjo. Saya tertarik untuk membeli
karena dari pihak marketing menawarkan sebuah perumahan yang berlokasi
di Perumahan Taman Surya Kencana Sidoarjo bahwa kualitas bangunannya
bagus. Ternyata setelah beberapa bulan realisasi, saya mulai merasa kecewa
karena kualitas bangunan di perumahan tersebut tidak seperti yang
ditawarkan oleh pihak marketing. Rumah yang saya beli banyak terjadi
keretakan di kolom dan dinding. Setelah saya komplain ternyata garansi
hanya 90 hari. Kenapa kualitas bangunan perumahan sangat buruk? yang
sangat saya dikecewakan karena sudah beli mahal lewat KPR Mandiri 11
tahun eh ternyata kualitas bangunan sangat buruk. Apa dari pihak asosiasi
perumahan tidak memberikan standar kualitas bangunan untuk perumahan.
Tentu pihak konsumen akan sangat dirugikan. Saya sangat berharap hal
seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang” (Wisnu Darma Kusuma,
kualitas bangunan perumahan buruk <http://news.okezone.com> diakses
Senin tanggal 23 Mei 2011 pukul 11.36).
perumahanlah yang banyak dirugikan, seperti rumah yang dibeli atau sudah di
tempati bobrok atau rusak dan itu bukan kesalahan konsumen.
Persoalan tersebut di atas, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan
berbagai macam kebijakan di bidang hukum, untuk mengatur hal-hal yang
berhubungan
dengan
perlindungan
terhadap
konsumen
perumahan
dan
penyediaannya, seperti halnya pada Hukum Administrasi, di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam hukum
administratif telah disebutkan mengenai hak-hak konsumen untuk melakukan
penyelesaian sengketa antara pengembang (
developer)
dan konsumen.
Secara lebih spesifik mengenai perlindungan konsumen, pemerintah juga
telah mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Nomor 8 tahun 1999, guna menjembatani kebutuhan akan perlindungan hukum bagi
konsumen.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dalam rangka penulisan hukum (Skripsi) yang berkaitan
dengan perlindungan konsumen atas kualitas bangunan perumahan tersebut. Oleh
karena itu penulis membuat penulisan hukum (Skripsi) dengan judul:
“PERLINDUNGAN
HUKUM
TERHADAP
KONSUMEN
PERUMAHAN ATAS KUALITAS BANGUNAN DI PERUMAHAN FAJAR
INDAH SURAKARTA”.
B.
Rumusan Masalah
Maka berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disebutkan
diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
2.
Bagaimana penyelesaiannya jika pengembang di Perumahan Fajar Indah
Surakarta menimbulkan kerugian bagi konsumennya?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai jawaban
atas permasalahan yang dihadapi (tujuan objektif) maupun untuk memenuhi
kebutuhan (tujuan subjektif).
Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai penulis meliputi dua macam
yaitu sebagai berikut:
1.
Tujuan Objektif
a.
Untuk mengetahui konsumen mendapat perlindungan hukum atas kualitas
bangunan perumahan di Perumahan Fajar Indah Surakarta.
b.
Untuk mengetahui penyelesaiannya jika pengembang perumahan Fajar
Indah Surakarta menimbulkan kerugian bagi konsumennya atas kualitas
bangunan perumahan
.2.
Tujuan Subjektif
a.
Untuk memperluas wawasan penulis dalam bidang hukum perlindungan
konsumen, khususnya tentang proses perlindungan hukum konsumen
perumahan di Perumahan Fajar Indah Surakarta oleh pengembang dan
penyelesaiannya jika konsumen dirugikan, serta untuk menambah
pengalaman dalam melakukan praktik penelitian.
b.
Mengembangkan daya pikir dan daya penalaran penulis agar dapat
berkembang sesuai dengan bidang penulis.
d.
Untuk memperoleh data-data yang akan penulis pergunakan dalam
penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D.
Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan akan memberikan manfaat yang berguna,
khususnya bagi ilmu pengetahuan bidang penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan pengetahuan ilmu hukum, khususnya Hukum Administrasi
Negara, terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi
konsumen perumahan di Perumahan Fajar Indah Surakarta atas kualitas
bangunan dan penyelesaiannya jika pengembang menimbulkan kerugian
bagi konsumennya di Perumahan Fajar Indah Surakarta.
b.
Memberikan masukan ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri di bidang
Hukum Administrasi Negara pada khususnya dan Hukum Perlindungan
Konsumen dan Hukum Perumahan yang berkaitan dengan perlindungan
konsumen perumahan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Untuk memberi jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b.
Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus
untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh.
E.
Metode Penelitian
Penelitian hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2005:35) adalah suatu proses
untuk menentukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam proses penelitian.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan ini menggunakan jenis penelitian
hukum doktrinal atau jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum
normatif merupakan suatu penelitian dengan kasus tertentu
(in concreto
) yang
dimaksudkan untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data,
menyusun data, dan kemudian menganalisis serta mengintepretasi untuk
selanjutnya mendapatkan hasil atau dengan melakukan penelitian terhadap
bahan-bahan pustaka, penelitian yang mengkaji hukum sebagai norma.
2.
Pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, maka ada
beberapa beberapa pendekatan penelitian hukum normatif antara lain
pendekatan undang-undang
(statute approach)
, pendekatan kasus
(case
approach)
, pendekatan historis
(historical approach)
, pendekatan komparatif
(comparative approach)
, dan pendekatan konseptual
(conceptual approach)
(Peter Mahmud Marzuki, 2005: 93).
Dalam penelitian ini pedekatan yang digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan
(statute
approach)
,
yaitu
pendekatan
dengan
menggunakan legislasi dan regulasi (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 97).
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan
undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah
konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang
lainnya atau antara undang-undang dengan Undang-Undang Dasar atau antara
regulasi dan undang-undang (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 93).
3.
Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum ini tentunya sejalan dengan sifat ilmu itu sendiri.
mempunyai sifat penelitian yang bersifat Preskiptif yang artinya ilmu hukum itu
mempelajari tujuan hukum,konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum
(Peter Mahmud marzuki, 2005:22).
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis memberikan Preskiptif
mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen perumahan atas kualitas
bangunan di Perumahan Fajar Indah Surakarta dan penyelesaian jika
pengembang menimbulkan kerugian bagi konsumennya atas kualitas bangunan
perumahan.
4.
Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data atau fakta yang digunakan oleh seseorang secara tidak langsung dapat
diperoleh melalui bahan-bahan, dokumen-dokumen, peraturan
perundang-undangan laporan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti (Soejono Soekanto, 2006:12).
5.
Sumber Bahan Hukum
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian hukum ini data sekunder. Dalam buku Penelitian Hukum
karangan Peter Mahmud Marzuki, mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian
hukum tidak mengenal adanya data, sehingga yang digunakan adalah bahan
hukum, dalam hal ini adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier.
a.
Bahan hukum primer
Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah norma atau
kaidah dasar dalam hukum di Indonesia dan beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti Undang-Undang No 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Undang-undang No. 29
Tahun
2002
tentang
Bangunan
Gedung,
Kepmen
Kimpraswil
No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung dan keputusan
Mentri Negara Perumahan Rakyat No 09/KPTS/1995 tentang Pedoman
Pengikatan Jual beli Rumah.
b.
Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer sehingga dapat membantu memahami dan
menganalisis bahan hukum primer, misalnya buku-buku, literature-literatur,
dokumen resmi, karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.
c.
Bahan Hukum Tersier
misalnya kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan bahan-bahan
dari internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
6.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting
dalam penulisan. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan,
dokumen-dokumen, artikel, literatur, dan pengumpulan data yang diambil melalui internet
(cyber media)
.
Kemudian dikategorisasikan dan dipergunakan sebagai data yang
menunjang dalam penulisan hukum kemudian data tersebut dimintakan
penjelasan dan konfirmasi dari konsumen Perumahan Fajar Indah Surakarta dan
Staff personalia beserta marketing PT Fajar bangun Raharja.
7.
Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh jawaban terhadap penelitian hukum ini digunakan
silogisme deduksi dimana deduksi ini suatu prosedur yang berpangkal dari
peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu
kesimpulan baru yang bersifat lebih khusus sedangkan silogisme yaitu menarik
kesimpulan dari dua pernyataan (premis) yaitu premis mayor/umum dan premis
minor/khusus (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 47).
Dalam hal ini, Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman sebagai premis mayor, sedangkan yang menjadi premis minor
adalah :
a.
Perlindungan hukum terhadap konsumen perumahan atas kualitas bangunan
di Perumahan Fajar Indah Surakarta.
b.
Penyelesaiannya jika pengembang di Perumahan Fajar Indah Surakarta
menimbulkan kerugian bagi konsumen.
F.
Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai dengan aturan
baru dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika
dalam penyusunan penulisan hukum. Adapun penulisan hukum terdiri dari 4(empat)
bab, bab pertama yaitu pendahuluan pada bab ini penulis memberikan gambaran
awal tentang penelitian, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian
hukum untuk memberikan pemahaman terhadap isi dari penelitian ini secara garis
besar. Penulis mengambil topik tentang perlindungan terhadap konsumen yang
secara lebih khusus berkaitan dengan perumahan atas kualitas bangunan. Dengan
perlindungan hukum yang diberikan terhadap para konsumen agar nantinya
diharapkan dapat meminimalisir resiko yang timbul dan secara otomatis dapat
mengatasi masalah-masalah yang timbul.
tentang pedoman pengikatan jual beli rumah antara developer dan konsumen. Hal
ini ditujukan agar pembaca dapat memahami permasalahan yang penulis teliti.
Bab selanjutnya bab ketiga merupakan hasil penelitian dan pembahasan,
penulis mengungkapkan dan membahas hasil penelitian berdasarkan sumber data
primer dan sekunder. Untuk mempermudah dalam mengungkapkan dan membahas
hasil penelitian, maka penulis membaginya menjadi 2 (dua) sub bab yaitu :
a.
Dalam sub bab ini penulis akan menjelaskan tentang perlindungan hukum
terhadap konsumen perumahan atas kualitas bangunan perumahan di Perumahan
Fajar Indah Surakarta.
b.
Dalam sub bab ini penulis akan menjelaskan tentang penyelesaiannya jika
pengembang menimbulkan kerugian bagi konsumen di Perumahan fajar Indah
Surakarta.
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerangka Teori
1.
Tinjauan umum tentang perumahan
a.
Pengertian Perumahan
Bagi masyarakat Indonesia kebutuhan akan rumah sangat penting
karena rumah merupakan kebutuhan pokok selain sebagai tempat tinggal
juga sebagai tempat berteduh yang nyaman dan rumah juga merupakan
tempat yang layak bagi makhluk hidup.
Menurut Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang dimaksud dengan perumahan adalah kumpulan
rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan maupun pedesaan
yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan Permukiman menurut
Undang-Undang ini juga adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas satu satuan perumahan yang menpunyai prasarana, sarana, dan utulitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perdesaan atau kawasan perkotaan.
merupakan tempat tempat awal pengembangan kehidupan (Siswono
Yudohusodo, Searti Salim, 1991:432).
Dari pengertian perumahan diatas disebutkan perumahan dilengkapi
dengan prasarana, sarana, dan utulitas umum. Yang dimaksud dengan
prasarana menurut Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 2011 adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu
untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak sehat, aman, dan nyaman.
Sedangkan sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi
untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi. Menurut Undang-Undang ini juga utilitas umum
adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
b.
Asas-asas Perumahan dan kawasan permukiman
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan
berasaskan Pasal 2 Undang-Undang No 1 tahun 2011 antara lain :
1.
Kesejahteraan;
2.
Keadilan dan pemerataan ;
3.
Kenasionalan;
4.
Keefisienan dan kemanfaatan;
5.
Keterjangkauan dan kemudahan;
6.
Kemandirian dan kebersamaan;
7.
Kemitraan;
8.
Keserasian dan keseimbangan;
9.
Keterpaduan;
10.
Kesehatan;
11.
Kelestarian dan keberlanjutan; dan
c.
Kualitas Bangunan Perumahan
Kualitas bangunan perumahan merupakan suatu strategi untuk
meningkatkan kepuasan konsumen dalam menikmati atau memakai suatu
produk atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha khususnya pada
pengembang yang menghasilkan bangunan yang sesuai dengan harapan
konsumen perumahan. Pembangunan perumahan ditentukan pada spesifikasi
teknis bangunan, dasarnya spesifikasi teknis bangunan dibuat oleh
masing-masing pengembang perumahan antara perumahan yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda, namun disesuaikan dengan standar pembangunan
perumahan.
Pembangunan yang dhasilkan oleh pengembang merupakan kegiatan
mendirikan bangunan rumah yang diselenggarakan melalui tahap persiapan,
perencanaan teknis, dan pengawasan kontruksi baik merupakan penbangunan
baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan yang
sudah ada atau yang belum selesai dan atau perawatan. Dalam membangun
perumahan dan permukiman diperlukan kualitas bangunan yang baik agar
dapat dikatakan rumah yang kayak huni sehingga Pembangunan perumahan
harus memenuhi persyaratan bangunan rumah dan itu sesuai dengan Pasal 7
Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang
meliputi:
1)
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
2)
Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status
kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.
4)
Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk
bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
5)
Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat,
bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan
bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat
.Dalam menilai suatu bangunan perumahan yang layak huni
pengembang memerlukan hal-hal yang mempengaruhi kekuatan konstruksi
bangunan (Achmad Basuki,Menilik Kualitas Bangunan Dan Tips
Penanggulangan
Kerusakan
Yang
Mungkin
Terjadi
<
http://achmadbasuki.wordpress.com/feed
/
> diakses Selasa 31 Mei 2011 pukul
20.00) yaitu :
1)
Desain mekanika struktur yang berkaitan dengan kestabilan struktur
(termasuk desain pondasinya).
2)
Mutu bahan atau material.
3)
Cara pelaksanaan konstruksi.
4)
Operasional dan pemeliharaan
.Adapun standar-standar yang dapat diterapkan dalam menilai kualitas
kontruksi suatu bangunan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung antara lain :
begel menggunakan diameter 8 milimeter berjarak 15 sentimeter ( d 8 –
15), SNI 03-1729-2002 tentang standar tata cara perencanaan struktur
baja untuk bangunan gedung, dsb. Bahkan untuk pengurusan IMB pun
juga perlu dilampirkan perhitungan strukturnya, yang diharapkan dapat
terpantau apakah desain sudah mengacu pada standar-standar atau
peraturan-peraturan.
2)
Standar test bahan atau material, kayu, beton dan penyusun beton, baja
dan struktur lainnya. Seperti Balok ring merupakan penutup pada
pasangan batu bata. Menurut SNI T15-1991-03, jarak antara ring sekitar
0,5 meter dan menggunakan tulang dengan diameter 8 milimeter. Standar
nasional untuk kolom bahan yang dipergunakan adalah beton dengan
campuran 1 semen : 2 pasir : 3 split (koral). Dimensi kolom yang sering
digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu , lebar 15 sentimeter,
tinggi 20 sentimeter, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah
diameter 10 milimeter (4 d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan
diameter 8 milimeter berjarak 15 sentimeter ( d 8 – 15).
3)
Dinding merupakan suatu elemen penting sebuah rumah yang berfungsi
untuk memisahkan atau membentuk ruang. Ukuran standar bata merah
adalah 25 x 12 x 5 sentimeter atau kurang dengan campuran bahan untuk
plester 1 semen : 3 kawur : 10 pasir
.Sesuai Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat pada dasarnya bagian-bagian
struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah :
1)
Pondasi
yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya
dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem
pondasi setempat dari bahan pasangan batu kali atau pasangan beton
tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin
atau galam.
2)
Dinding
Bahan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya
adalah conblock, papan, setengah conblock dan setengah papan atau
bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi bahan yang dominan
pada daerah dimana rumah ini akan dibangun. Ukuran conblock yang
digunakan harus memenuhi SNI PKKI NI-05. Untuk dinding papan
harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka dinding
digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu
yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas kuat dan
awet II. Apabila untuk kerangka digunakan kayu balok berukuran 5/10
atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Jarak tiang
rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan
minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau
sambungan lainnya yang menjamin kerapatan.
3)
Kerangka Bangunan
4)
Kuda-kuda
Rumah sederhana sehat ini menggunakan atap pelana dengan
kudakuda kerangka kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran 5/10
atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Disamping
sistem sambungan kuda-kuda tradisional yang selama ini sudah
digunakan dan dikemb angkan oleh masyarakat setempat.
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pemasangan kerangka
kuda-kuda disarankan menggunakan sistem kuda-kuda papan paku, yaitu
pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu
dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya. Khusus untuk
rumah tembok dengan konstruksi pasangan, dapat menggunakan
kuda-kuda dengan memanfaatkan ampig tembok yang disekelilingnya
dilengkapi dengan ring-balok konstruksi beton bertulang.
Kemiringan sudut atap harus mengikuti ketentuan sudut
berdasarkan jenis penutup atap yang digunakan, sesuai dengan
spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau minimal 200 untuk
pertimbangan kenyamanan ruang didalamnya.
1)
Perbaikan, yaitu dengan melaksanakan kegiatan tanpa perombakan yang
mendasar, bersifat parsial, dan dilakukan secara bertahap.
2)
Pemugaran, yaitu dengan melakukan perbaikan dan atau pembangunan
kembali rumah dan lingkungan menjadi keadaan asli sebelumnya.
3)
Peremajaan, yaitu dengan melakukan perombakan yang mendasar dan
bersifat menyeluruh dalam rangka mewujudkan kondisi rumah dan
lingkungan sekitar menjadi lebih baik.
4)
Pemukiman kembali, dengan memindahkan masyarakat yang tinggal di
perumahan yang tidak layak huni, dan
5)
Pengelolaan dan pemeliharaan, yaitu dengan mempertahankan dan
menjaga kualitas perumahan dan permukiman agar berfungsi
sebagaimana mestinya, yang dilakukan secara berkelanjutan.
2.
Tinjauan Tentang Perlindungan Konsumen
a.
Pengertian Konsumen, Pelaku Usaha, dan Perlindungan Konsumen
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Definisi konsumen mempunyai unsur-unsur sebagai berikut
(Shidharta, 2000:4) :
1)
Setiap Orang
tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang
perseorangan, namun konsumen harus mencakup juga badan usaha
dengan makna lebih luas daripada badan hukum. UUPK berusaha
menghindari penggunaan kata produsen sebagai lawan dari kata
konsumen. untuk itu digunakan kata pelaku usaha yang bermakna lebih
luas.
2)
Pemakai
Kata pemakai seperti yang disebutkan pada pasal 1 angka (2)
menekankan, konsumen adalah konsumen akhir (
ultimate consumer
).
Istilah kata pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan
ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan barang dan/ atau jasa yang
dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang
diartikan sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya
dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan/ atau jasa
itu.
Dengan kata lain dasar hubungan hukum antara konsumen dan
pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual. Jadi konsumen memang tidak
sekedar pembeli
(buyer
atau
koper)
tetapi semua orang (perseorangan
atau badan usaha) yang mengkonsumsi barang dan/ atau jasa termasuk
peralihan kenikmatan dalam menggunakannya. Di Amerika serikat,
konsumen tidak lagi diartikan sebagai pembeli dari suatu barang dan/
atau jasa, tetapi termasuk bukan pemakai langsung, asalkan ia memang
dirugikan akibat penggunaan suatu produk.
3)
Barang dan/ atau jasa
dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,
atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Sementara itu jasa diartikan sebagai setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen. pengertian “yang disediakan bagi
masyarakat”
menunjukkan jasa itu harus ditawarkan
kepada
masayarakat. Kata-kata ditawarkan kepada masyarakat berarti lebih dari
satu orang dan harus ditafsirkan sebagai bagian dari suatu transaksi
konsumen, artinya seseorang yang karena kebutuhan mendadak lalu
menjual rumahnya kepada orang lain, tidak dapat dikatakan
perbuatannya sebagai Transaksi konsumen, si pembeli tidak dapat
dikategorikan sebagai konsumen menurut UUPK.
4)
Yang tersedia dalam masyarakat
Barang dan/ atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah
harus tersedia di pasaran (bunyi Pasal 9 Ayat 1 Huruf e). Dalam
perdagangan yang makin kompleks, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut
oleh masyarakat konsumen. misal pada perusahaan pengembang
(
developer
) perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih
dahulu sebelum bangunannya jadi.
5)
Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup
jasa terlepas ditujukan untuk siapa dan makhluk hidup lain juga tidak
terlepas dari kpentingan pribadi.
6)
Barang dan/ atau jasa tidak untuk diperdagangkan
Pengertian konsumen dalam undang-undang perlindungan
konsumen ini dipertegas, yaitu hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah
dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen di berbagai negara.
Secara teoritis hal demikian cukup baik untuk mempersempit ruang
lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataanya sulit
menetapkan batas-batas seperti itu.
Pengertian konsumen dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen
lebih luas dibandingkan dengan rancangan undang-undang perlindungan
konsumen lainnya, yaitu dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang
menentukan bahwa Konsumen adalah pemakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau
orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali.
Adapun pengertian dari pelaku usaha didalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3 yaitu pelaku usaha
adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia,
baik
sendiri-sendiri
maupun
bersama-sama
melalui
perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen cukup luas karena meliputi grosir, leveransir,
pengecer dan sebagainya. Cakupan luasnya pengetian pelaku usaha didalam
Undang-Undang tersebut memiliki persamaan dengan pengertian pelaku
usaha dalam masyarakat Eropa terutama negara Belanda, bahwa yang dapat
dikualifikasi sebagai produsen adalah pembuat produk jadi (
finished product
);
penghasil bahan baku; pembuat suku cadang; setiap orang yang
menampakkan dirinya sebagai produsen dengan jalan mencantumkan
namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang membedakan dengan
produk asli, pada produk tertentu; importir suatu produk dengan maksud
untuk dijualbelikan, disewakan, disewagunakan, atau bentuk distribusi lain
dalam transaksi perdagangan; pemasok dalam hal identitas dari produsen atau
importir tidak dapat ditentukan.
rincian sebagaimana dalam
Directive
, sehingga konsumen dapat lebih mudah
lagi untuk menentukan kepada siapa ia akan mengajukan tuntutan jika ia
dirugikan akibat penggunaan produk
(Ahmadi Miru & Sutarman Yodo,
2004:8).
Di bidang perumahan pelaku usaha termasuk dalam kategori
pengembang (
Developer
) Istilah
Developer
berasal dari bahasa asing yang
menurut kamus bahasa inggris yang artinya adalah pembangun perumahan.
Selain di Indonesia, negara Malaysia ada tiga kategori pengembang yang
terlibat dalam pembangunan perumahan di Malaysia yaitu pengembang
swasta, badan hukum dan koperasi masyarakat. Semua pengembang diatur
oleh Pembangunan Perumahan (Pengendalian dan Perizinan) ketika mereka
melakukan pembangunan perumahan yang melibatkan pembangunan lebih
dari empat unit akomodasi perumahan (Azlinor Sufian and Rozanah AB.
Rahman, Journal of Economics and Management
2(1):
141 – 156 (2008)
ISSN 1823 – 836 http://www.econ.upm.edu.my/ijem/vol2no1/bab07.pdf
diakses selasa 12 juli 13.00 WIB).
Tujuan dari pengembang adalah untuk menyiapkan sebuah hunian atau
produk kelompok bangunan yang siap untuk digunakan baik sebagai hunian,
bisnis atau kavling-kavling yang intinya dapat menarik minat para konsumen,
bahkan beberapa pengembang memberi jasanya hingga memfasilitasi urusan
perijinan dan urusan jual beli.
konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas
atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen. Az. Nasution juga mengakui, asas-asas
dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen
itu menyebar dalam berbagai bidang hukum, baik tertulis maupun tidak
tertulis (Shidarta, 2000:9). Wiley-Blackwell dalam Internasional Journal of
Consumer Studies menyatakan :
“Consumer protection: empowerment and entitlement, safety,
standards, economic security;Consumer behaviour: goods and
services, business and marketing practices, retailing;The consumer
ecosystem:
globalisation,
sustainability,
technology,
ethical
consumption, gender issues, citizenship;Family and household studies:
quality of life, food and nutrition, textiles and clothing, shelter, health
and well being” (Wiley-Blackwell, Internasional Journal of Consumer
Studies.
http://www.wiley.com/bw/journal.asp?ref=1470-6423)
diakses Senin,27 Juni 2011 pukul 14.00 WIB.
Terjemahan adalah sebagai berikut :
“Perlindungan konsumen: pemberdayaan dan hak, keselamatan,
standar, keamanan ekonomi; Perilaku konsumen: barang dan jasa,
praktek bisnis dan pemasaran, ritel; Ekosistem konsumen: globalisasi,
keberlanjutan,
teknologi,
konsumsi
etis,
isu-isu
gender,
kewarganegaraan, keluarga dan rumah tangga studi : kualitas hidup,
pangan dan gizi, tekstil dan pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan
kesejahteraan”.
b. Hak dan Kewajiban
1.
Hak dan Kewajiban Konsumen
Sebagai pemakai barang dan atau jasa, konsumen memiliki
hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Secara umum dikenal ada empat hak-hak dasar
konsumen,yaitu:
(a)
Hak untuk mendapatkan keamanan
(the right to safety).
(b)
Hak untuk mendapatkan informasi
(the right to be informed).
(c)
Hak untuk memilih (
the right to choose).
(d)
Hak untuk didengar (
the
right to he heard).
Adapun hak-hak konsumen yang secara eksplisit dituangkan
dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen, antara lain :
(a)
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
menkonsumsi barang dan atau jasa;
(b)
Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang
dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
(c)
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa;
(d)
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau
jasa yang digunakan;
(e)
Hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan, dan penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
(f)
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
(g)
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
(i)
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lain;
Memperhatikan hak-hak konsumen yang telah disebutkan diatas,
maka secara keseluruhan diuraikan 10 macam hak-hak konsumen
(Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, 2004: 41). yaitu :
(a)
Hak atas keamanan dan keselamatan
Hak atas keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk
menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan
barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat
terhindar dari kerugian fisik maupun psikis apabila mengkonsumsi
produk.
(b)
Hak untuk memperoleh informasi
Hak atas informasi dimaksudkan agar konsumen dapat
memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena
dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang
diinginkan atau sesuai dengan kebutuhannya serta terhindar dari
kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk.
(c)
Hak untuk memilih
Hak ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada
konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan
kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak
untuk memilih ini maka konsumen berhak memutuskan untuk
membeli atau tidak terhadap suatu produk, demikian juga keputusan
untuk memilih baik kualitas maupun kuantitas jenis produk yang
dipilihnya.
(d)
Hak untuk didengar
kerugian. Hak ini berupa pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan produk apabila informasi yang diperoleh
mengenai produk tersebut kurang memadai, atau berupa pengaduan
atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu
produk, atau berupa pernyataan tentang suatu kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan kepentingan konsumen. Hak ini disampaikan
baik secara perorangan maupun secara kolektif, baik yang
disampaikan secara langsung maupun diwakilioleh lembaga tertentu.
(e)
Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup
Setiap orang berhak untuk memperoleh kebutuhan dasar
(barang atau jasa) untuk mempertahankan hidupnya secara layak.
(f)
Hak untuk memperoleh ganti kerugian
Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah
menjadi rusak akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak
memenuhi harapan konsumen. Untuk merealisasi hak ini harus
melalui prosedur tertentu, baik yang diselesaikan secara damai
maupun diselesaikan melalui pengadilan.
(g)
Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen;
Hak ini agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun
keterampilan yang diperlukan agar terhindar dari kerugian akibat
penggunaan produk. Dengan demikian konsumen menjadi lebih teliti
dan kritis dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.
(h)
Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat
Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat sangat penting bagi
setiap konsumen dan lingkungan.
(i)
Hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang
diberikan
keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga suatu barang
jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang
atau jasa yang diperolehnya.
(j)
Hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut
Hak ini untuk memulihkan keadaan konsumen yang telah dirugikan
akibat penggunaan produk dengan melalui jalur hukum
Disamping hak-hak yang disebutkan pada Pasal 4 juga terdapat
kewajiban-kewajiban konsumen khususnya dalam Pasal 5
Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu :
(a)
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
dan pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan
keselamatan;
(b)
beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau
jasa;
(c)
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
(d)
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut;
Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga
kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen yang
disebutkan pada Pasal 7 Undang-undang Perlindungan Konsumen
mengenai hak pelaku usaha.
diantara mereka pada jangka panjang pasti berdampak negatif bagi
konsumen pihak yang dijadikan sasaran rebutan adalah konsumen itu
sendiri.
2.
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan menciptakan
pola hubungan yang seimbang antara pelaku usaha atau pengembang dan
konsumen maka perlu adanya hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Adapun hak dari pelaku usaha tersebut diatur dalam Pasal 6
Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu antara
lain :
(a)
Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang
diperdagangkan.
(b)
Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang tidak beritikad baik.
(c)
Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
(d)
Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau
jasa yang diperdagangkan.
(e)
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Sedangkan Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
mengatur mengenai kewajiban kewajiban pelaku usaha yang meliputi :
(b)
Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan,
perbaikan, dan pemeliharaan.
(c)
Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
(d)
Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau
jasa yang berlaku.
(e)
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau
mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan
atau garansi atas barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan.
(f)
Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa
yang diperdagangkan.
(g)
Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang
dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
Bagi pelaku usaha selain dibebani kewajiban yang telah
disebutkan diatas, ternyata juga dikenakan larangan-larangan yang diatur
dalam pasal 8 Undang-undang perlindungan konsumen adapun
larangan-larangan bagi pelaku usaha meliputi :
(a)
Larangan mengenai produk itu sendiri yang tidak memenuhi syarat
dan standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau
dimanfaatkan oleh konsumen.
c. Tanggung jawab Pelaku usaha
Disamping adanya hak dan kewajiban pelaku usaha adanya tanggung
jawab yang harus dipikul oleh developer sebagai bagian dari kewajiban yang
mengikat kegiatannya dalam berusaha, sehingga diharapkan adanya
kewajiban developer (pelaku usaha) untuk selalu berhati-hati dalam
memproduksi barang dan atau jasa yang dihasilkan. Tanggung jawab yang
dimaksud sebagai upaya untuk melindungi konsumen atas pemakaian produk
yang dihasilkan dan atau/ diperdagangkan oleh pelaku usaha, dimana pelaku
usaha harus bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan atau
diperdangkan, tanggung jawab tersebut dikenal sebagai tanggung jawab
produk (
Product Liability
). Tanggung jawab (
Product Liability)
dapat
diartikan sebagai suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan
yang menghasilkan suatu produk (produser, manifacturer), dari orang atau
badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu poduk
(procecor,assembler)
, dan mendistribusikan
(seller,distributor)
dari produk
tersebut (A.Joko Purwoko,2005 “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Konsumen Dalam Bisnis Multi Marketing Level”,Kisi Hukum,Vol 8 No 1).
Tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dalam
perlindungan konsumen. Secara umum prinsip tanggung jawab dalam hukum
dapat dibedakan menjadi (Shidarta, 2000:58) :
1)
Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan (
liability based on fault
)
yaitu prinsip yang menyatakan bahwa seseorang baru dapat diminta
pertanggung jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukan.
3)
Prinsip praduga untuk selalu tidak bertanggung jawab, hanya dikenal
dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan
demikian biasanya secara
common
sense
dapat dibenarkan. Prinsip ini
kebalikannya dengan prinsip yang kedua.
4)
Prinsip tanggung jawab mutlak, yaitu dalam hukum perlindungan
konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha,
khususnya produsen barang, yang memasarkan produknya yang
merugikan konsumen. Asas ini dekenal dengan nama
product liability
5)
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan.
Tanggung jawab pelaku usaha dalam kerugian konsumen dalam
Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diatur
khusus dalam Bab VI , pasal 19 ayat (1) dapat diketahui tanggung jawab
pelaku usaha meliputi :
1)
Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan.
2)
Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran.
3)
Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.
Berdasarkan hal ini maka adanya produk barang dan atau jasa yang
rusak bukan merupakan satu-satunya pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal
ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang
dialami konsumen.
d.
Asas dan tujuan perlindungan konsumen
Upaya perlindungan konsumen di Indonesia didasarkan pada asas
yang diyakini memberikan arahan dan implementasinya ditingkatan praktis.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen asas yang dimaksud, yaitu :
3)
asas keseimbangan
4)
asas keselamatan dan keamanan konsumen
5)
asas kepastian hukum.
Adapun penjelasan dari lima asas tersebut adalah :
1)
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
secara keseluruhan.
2)
Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.
3)
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan
antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
materiil dan spritual.
4)
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang dikonsumsi atau digunakan.
5)
Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun
konsumen
menaati
hukum
dan
memperoleh
keadilan
dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen serta menjamin kepastian
hukum
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut bila diperhatikan
substansinya maka dapat dibagi menjadi tiga asas, yaitu :
2)
Asas Keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan, dan
3)
Asas Kepastian hukum.
Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum
sebagai tiga ide dasar hukum yang berarti dapat dipersamakan dengan asas
hukum namun adanya kesulitan menyebutkan ketiga asas tersebut sebagai
tujuan hukum, Radbruch juga mengajarkan bahwa kita harus menggunakan
asas prioritas dimana prioritas pertama selalu jatuh pada keadilan baru
kemanfaatan, dan yang terakhir kepastian hukum. Pendapat lain ju