• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

1. Umur

Umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga praktik pijat bayi yang dilakukan semakin membaik (Notoatmodjo, 2005). Semakin tinggi tingkat umur, semakin baik kemampuan praktik ibu dalam memijat bayinya, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam Pariani (2001) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuannya,

dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang rendah atau kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang.

3) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang praktik menyusui misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang praktik menyusui dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah.

Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

4) Adat istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 5) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

6) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam konseling.

B.Praktik (Practise)

Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu: a. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi

Suatu praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik seseorang adalah

1) Predisposisi (presdiposing factors): Pendidikian, ekonomi, hubungan sosial.

2) Pendukung (enabling factors): Lingkungan fisik, fasilitas kesehatan. 3) Penguat (reinforcing factors): petugas kesehatan, tokoh masyarakat.

Setelah seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

C.Menyusui

a. Pembentukan dan Persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta

sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan : 1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang

lepas tidak menumpuk.

2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

b. Posisi dan Perlekatan Menyusui

Menurut Varney (2007), hal yang harus diperhatikan dalam posisi menyusui adalah sebagai berikut:

1) Posisi menggendong, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

2) Pada posisi menggendong-menyilang, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

3) Posisi mengapit, bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

4) Posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.

Gambar 2.1. Posisi Menyusui

Menurut Purwanti (2004) posisi yang nyaman saat menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal saat menyusui. Penyebab lecet yang paling umum adalah perlekatan yang tidak benar pada payudara.

Gambar 2.2. Posisi Perlekatan saat Menyusui

c. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusui menurut Perinasia (2004), adalah :

1) Sebelum menyusui, Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.Cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

2) Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari dibagian atas (corpus) dan jari yang lain menopang. Jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.

Gambar 2.3. Cara Memegang Payudara

3) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 2.4. Cara Meletakkan Bayi

4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh ujung pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut.

Gambar 2.5. Cara Merangsang Mulut Bayi

5) Setelah bayi membuka mulut, sesegera mungkin kepala bayi didekatkan ke arah payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi.

6) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.

Gambar 2.7 Perlekatan Salah

7) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

8) Melepas isapan bayi dengan cara :

Setelah menyusui pada payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi yaitu dagu bayi ditekan ke bawah atau jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.

9) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).

10) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya.

11) Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi :

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan,

b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

Gambar 2.9. Posisi Menyendawakan Bayi d. Lama dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat apabila bayi membutuhkannya. Ibu harus menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab yang

lain misalnya buang air besar, buang air kecil, kepanasan atau kedinginan.

Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada walnya bayi tidak memiliki jadwal pola menyusui secara teratur dan akan mempunyai jadwal pola menyusui tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Perinasia, 2004).

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi akan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah dalam menyusui.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap kali menyusui harus menggunakan kedua payudara secara bergantian. Anjurkan kepada ibu agar menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi baik. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan penyangga dada yang tidak terlalu ketat (Budiasih, 2008).

e. Tanda Bayi Menyusui Dengan Benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar akan mengakibatkan putting susu lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau menyebabkan bayi menjadi enggan menyusu (Perinasia, 2004).

Menurut Suryoprajogo (2009) apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara 2) Dahi bayi menyentuh payudara

3) Payudara tidak nyeri ketika disusui

4) Apabila ibu dapat melihat daerah aerola, maka ibu seharusnya 5) Melihat aerola lebih banyak masuk ke dalam mulut bayi 6) Pipi bayi tidak tertekan

7) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 8) Kepala agak menengadah

9) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

10) Apabila sudah selesai menyusu maka bayi akan melepaskan putting dengan sendirinya (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

Gambar 2.11. Teknik Menyusui yang Benar

D.Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Yang

Benar

Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan cara-cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan (Rahayu, 2010).

Dalam memberikan penyuluhan atau konseling terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan, diantaranya adalah :

a) Pendidikan b) Sosial ekonomi c) Pekerjaan

f) Ketersediaan waktu (Septalia, 2010)

Siregar (2004), menyebutkan banyak hal yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya, hal ini biasanya disebabkan oleh :

a) Adanya perubahan struktur dan masyarakat.

b) Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil dari kemajuan teknologi.

c) Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi. d) Ibu yang bekerja.

e) Pengaruh dari tenaga pelayanan kesehatan.

Diharapkan setelah diadakan konseling ibu nifas akan mengetahui tentang cara menyusui yang benar dan mempraktikkannya.

E.Kerangka Konsep

Gambar 2.12. Skema Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Faktor –faktor yang mempengaruhi praktik: 1. Tingkat pendidikan 2. Status ekonomi 3. Hubungan Sosial 4. Fasilitas kesehatan masyarakat 5. Fasilitas pelayanan kesehatan 6. Tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2003) Konseling Transfer Informasi Penginderaan Informasi oleh ibu nifas Peningkatan Informasi Praktik Menyusui Faktor – faktor yang

mempengaruhi konseling : 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Tingkat Sosial Ekonomi 4. Adat istiadat 5. Kepercayaan masyarakat 6. Ketersediaan waktu di masyarakat (Septalia,2010)

F.Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh konseling tentang cara menyusui terhadap peningkatan praktik menyusui yang benar.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experimental designs), karena peneliti tidak melakukan randomisasi kepada anggota-anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan test awal dan test akhir dengan kelompok kontrol (Non-Equivalent Control Group). Sebuah rancangan penelitian dengan melakukan test awal kemudian dilakukan perlakuan dalam jangka waktu tertentu kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya sebagai test akhir yang dilakukan pada kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adapun skema rancangannya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002).

      Pretest Perlakuan Postest Kel. Eksperimen

Kel. Kontrol

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian Keterangan:

O1 : Tes awal

X : Perlakuan (Konseling cara menyusui) O2 : Tes akhir

O1       X         O2

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah bersalin wilayah Surakarta pada bulan Mei-Juni tahun 2011.

C. Populasi Penelitian 1. Populasi target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati (Taufiqurrahman, 2008). Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu nifas di rumah bersalin wilayah Surakarta.

2. Populasi aktual

Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi sasaran (Taufiqurrahman, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan di rumah bersalin wilayah Surakarta pada bulan Mei - Juni 2011 yang berjumlah 38 orang, 20 dari RB Harapan Bunda dan 18 dari RB Sri Lumintu.

D. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

A. Sampel dan Teknik Sampling

1. Sampel

Sampel merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memilih karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2008). Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan bayinya di rumah bersalin wilayah Surakarta yang memenuhi kriteria retriksi.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Simple Random Sampling adalah metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit populasi memiliki peluang sama dan independen untuk terpilih kedalam sampel (Murti, 2010). Dalam penelitian ini sampel dipilih secara acak yaitu 20 dari kelompok eksperimen dan 18 dari kelompok kontrol.

E. Estimasi Besar Sampel

Menurut Notoatmojo (2005), estimasi besar sampel untuk penelitian eksperimental kuasi dapat dihitung dari rumus berikut:

Dimana:

N : Besar populasi

n :Besar sampel

:Tingkat kepercayaan yang diinginkan Kelompok eksperimen :

Kelompok kontrol :

F.Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini kriteria inklusi yang dipakai adalah:

a. Semua ibu yang nifas yang rawat inap dan rawat jalan di rumah bersalin wilayah Surakarta

b. Ibu yang menyusui bayinya. c. Bisa membaca dan menulis.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Notoatmodjo, 2005). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Ibu yang mempunyai kelainan fisik pada payudara misalnya puting susu datar, puting susu terpendam.

b. Ibu yang mengalami gangguan psikologis. c. Tidak bersedia menjadi responden.

G. Pengalokasian Subjek

Pengalokasian subjek menjelaskan tentang cara pengelompokan subjek yang mendapat perlakuan dan kontrol (pembanding) (Taufiqurrahman, 2010). Pengelompokan besar sampel yang mendapat konseling (kelompok intervensi) dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang dan sebagai kelompok pembanding sebanyak 18 orang subjek yang dikelompokkan secara

non random, dan diambil dari populasi yang sama dengan kelompok intervensi.

H. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran Alat Ukur Skala 1. Bebas :

Pemberian konseling cara menyusui yang benar

Kegiatan atau usaha menyampaikan

pesan kepada ibu nifas tentang cara menyusui .

Konseling diberikan untuk memberikan informasi tentang cara menyusui yang benar dengan meliputi posisi dan perlekatan

menyusui, langkah menyusui, lama dan frekuensi menyusui dan tanda bayi menyusui dengan benar. - Nominal 2. Praktik menyusui yang benar

Suatu hasil praktik sebelum dan sesudah dilakukan konseling tentang cara menyusui yang benar Skor jawaban masing -masing dengan sistem penskoran sebagai berikut: a. Skor 1 jika dilakukan

b. Skor 0 jika tidak dilakukan

Checklist Interval

I. Intervensi dan Instrumentasi Cara Penelitian 1. Intervensi

Pada penelitian ini kelompok eksperimen, intervensi dilakukan konseling cara menyusui yang benar dengan metode presentasi (ceramah) dan diskusi dengan media leaflet selama 25 menit. Metode ceramah yang digabung dengan diskusi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa dengan metode ceramah saja pengetahuan yang didapatkan kurang mendalam sehingga diperlukan diskusi untuk pendalaman materi. Media leaflet yang

telah diserahkan pada waktu konseling kemudian dianjurkan untuk dipelajari dirumah, sehingga informasi yang didapatkan pada waktu konseling bersifat menetap. Konseling dilaksanakan pada waktu kelompok intervensi melakukan kunjungan ulang postpartum 3 hari berikutnya.

Pada kelompok kontrol, intervensi dilakukan dengan cara melihat dan mengamati responden melakukan praktik menyusui yang benar dengan mencocokan checklist. Setelah responden melakukan kunjungan ulang

postpartum 3 hari berikutnya, responden diminta melakukan praktik menyusui sekali lagi.

2. Instrumentasi

a. Konseling cara menyusui 1) Alat ukur

Alat ukur yang digunakan untuk konseling berupa presensi. 2) Cara pengukuran

Kelompok intervensi diberikan konseling sebelum pulang ke rumah, diwajibkan mengisi presensi pada akhir konseling.

b. Praktik menyusui yang benar 1) Alat ukur

Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai praktik menyusui yang benar sebelum dan sesudah diberikan konseling adalah checklist yang berisi 16 item peryataan tentang persiapan menyusui, posisi menyusui,

langkah-bayi menyusu dengan benar. Penskoran jawaban apabila dilakukan mendapat skor 1 sedangkan jika tidak dilakukan mendapat skor 0. Kisi kisi checklist dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Kisi-kisi checklist cara menyusui

Indikator Item peryataan Nomor item

pernyataan Jumlah Langkah- langkah cara menyusui Persiapan menyusui 1, 2 2 Posisi menyusui 3,4 2 Langkah-langkah menyusui Lama dan frekuensi menyusui Tanda bayi menyusu dengan benar 5,6,7,8,9,10, 11,12 13,14 15,16 10 2 2 2) Cara pengukuran

Pengambilan data untuk praktik menyusui yang benar pada kelompok intervensi dan kontrol dilakukan kunjungan awal 3 hari

postpartum.

3. Validitas dan Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (2005) responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki kesamaan karakteristik dari tempat dimana penelitian itu dilaksanakan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil yang mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil uji coba ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (cheklist) yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas.

Uji coba instrumen dilakukan kepada sampel kurang lebih 30 orang dari populasi yang dipakai (Sugiyono, 2009). Berdasarkan teori diatas maka uji

validitas dan reliabilitas checklist diujikan kepada ibu nifas sejumlah 30 orang di RB Winarni Surakarta.

a. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengukur praktik menyusui yang benar dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yaitu mengkorelasikan antar skor item instrument dengan skor total (Arikunto, 2006).

Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS 17 For Windows menghasilkan nilai korelasi (rhitung). Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Adapun rtabel untuk pengujian dengan tingkat ketelitian α = 0,05 dan responden sebanyak 30 orang adalah sebesar 0,361.

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi

product moment, didapatkan dari 16 item pernyataan checklist cara menyusui yang benar dan semuanya valid. Hasil uji validitas yang valid dapat dilihat pada lampiran 3.

b. Uji Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan rumus cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliable apabila memiliki nilai cronbach’s alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2001).

Uji reliabilitas diolah menggunakan program SPSS versi 17.00. Seluruh item pertanyaan yang dinyatakan valid, selanjutnya akan

Berdasarkan uji reliabilitas pada jumlah soal yang valid, maka didapat besarnya nilai cronbach’s alpha sebesar 0,652 sehingga instrument dikatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil penghitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

J. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data

a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pernyataan, kartu, atau buku register. b. Coding (pemberian kode) yaitu semua variabel diberi kode terutama data

klasifikasi untuk mempermudah pengolahan.

c. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002).

2. Analisis data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Fajar, 2009). Analisis data menggunakan uji analisis data statistik parametrik dengan tahapan sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu menganalisa tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini bermanfaat untuk

memberi gambaran karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi. Penyajian hasil akan disajikan secara deskriptif.

        

Keterangan :

P = Persentase hasil

x = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah seluruh skor

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini praktik menyusui yang benar merupakan variabel terikat dan konseling cara menyusui penyuluhan merupakan variabel bebas.

Menggunakan analisis untuk membandingkan nilai variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu sebelum dan sesudah diberikan konseling pada kelompok eksperimen dan hasilnya nanti akan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala rasio sehingga digunakan independent t-test

dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, kriteria dalam pengujian normalitas adalah sebagai berikut :

1) Apabila nilai probabilitas p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

2) Apabila nilai probabilitas p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.

Peneliti menetapkan Confidence Interval (CI) 95 % dan nilai α = 5 % (0,05), selanjutnya hasil hitung dibandingkan dengan t-tabel. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha, artinya terdapat perbedaan praktik menyusui yang signifikan di rumah bersalin wilayah Surakarta sebelum dan sesudah diberikan konseling tentang cara menyusui.

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan untuk mengamati pemberian konseling tentang cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar pada ibu nifas di rumah bersalin wilayah Surakarta. Penelitian dilakukan dengan cara mengetahui praktik awal (pre test) baru kemudian dilakukan pemberian konseling dilanjutkan dengan praktik akhir (post test) dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Jumlah keseluruhan subjek penelitian ada 38 responden (20 responden kelompok eksperimen dan 18 responden kelompok kontrol).

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

5,0% 90,0% 5,0% 11,1% 83,3% 5,6% 0 4 8 12 16 20

< 21 tahun 21 - 35 tahun > 35 tahun

F reku en si Umur Eksperimen Kontrol

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur

commit to user

Dokumen terkait