• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Menyusui

a. Pembentukan dan Persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta

sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan : 1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang

lepas tidak menumpuk.

2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

b. Posisi dan Perlekatan Menyusui

Menurut Varney (2007), hal yang harus diperhatikan dalam posisi menyusui adalah sebagai berikut:

1) Posisi menggendong, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

2) Pada posisi menggendong-menyilang, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

3) Posisi mengapit, bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

4) Posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.

Gambar 2.1. Posisi Menyusui

Menurut Purwanti (2004) posisi yang nyaman saat menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal saat menyusui. Penyebab lecet yang paling umum adalah perlekatan yang tidak benar pada payudara.

Gambar 2.2. Posisi Perlekatan saat Menyusui

c. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusui menurut Perinasia (2004), adalah :

1) Sebelum menyusui, Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.Cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

2) Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari dibagian atas (corpus) dan jari yang lain menopang. Jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.

Gambar 2.3. Cara Memegang Payudara

3) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 2.4. Cara Meletakkan Bayi

4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh ujung pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut.

Gambar 2.5. Cara Merangsang Mulut Bayi

5) Setelah bayi membuka mulut, sesegera mungkin kepala bayi didekatkan ke arah payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi.

6) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.

Gambar 2.7 Perlekatan Salah

7) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

8) Melepas isapan bayi dengan cara :

Setelah menyusui pada payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi yaitu dagu bayi ditekan ke bawah atau jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.

9) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).

10) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya.

11) Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi :

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan,

b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

Gambar 2.9. Posisi Menyendawakan Bayi d. Lama dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat apabila bayi membutuhkannya. Ibu harus menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab yang

lain misalnya buang air besar, buang air kecil, kepanasan atau kedinginan.

Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada walnya bayi tidak memiliki jadwal pola menyusui secara teratur dan akan mempunyai jadwal pola menyusui tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Perinasia, 2004).

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi akan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah dalam menyusui.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap kali menyusui harus menggunakan kedua payudara secara bergantian. Anjurkan kepada ibu agar menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi baik. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan penyangga dada yang tidak terlalu ketat (Budiasih, 2008).

e. Tanda Bayi Menyusui Dengan Benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar akan mengakibatkan putting susu lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau menyebabkan bayi menjadi enggan menyusu (Perinasia, 2004).

Menurut Suryoprajogo (2009) apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara 2) Dahi bayi menyentuh payudara

3) Payudara tidak nyeri ketika disusui

4) Apabila ibu dapat melihat daerah aerola, maka ibu seharusnya 5) Melihat aerola lebih banyak masuk ke dalam mulut bayi 6) Pipi bayi tidak tertekan

7) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 8) Kepala agak menengadah

9) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

10) Apabila sudah selesai menyusu maka bayi akan melepaskan putting dengan sendirinya (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

Gambar 2.11. Teknik Menyusui yang Benar

Dokumen terkait