• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING CARA MENYUSUI TERHADAP PRAKTIK MENYUSUI YANG BENAR DI RUMAH BERSALIN WILAYAH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KONSELING CARA MENYUSUI TERHADAP PRAKTIK MENYUSUI YANG BENAR DI RUMAH BERSALIN WILAYAH SURAKARTA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSELING CARA MENYUSUI TERHADAP PRAKTIK

MENYUSUI YANG BENAR DI RUMAH BERSALIN WILAYAH

SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Disusun oleh :

RAHMA PRANANINDITA

R. 1110018

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...

i

HALAMAN PENGESAHAN...

ii

ABSTRAK……… iii

KATA PENGANTAR………..

v

DAFTAR ISI...

vi

DAFTAR TABEL...

xi

DAFTAR LAMPIRAN...

xii

DAFTAR GAMBAR ………

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang………..………..………

1

B.

Perumusan Masalah……….…………

3

C.

Tujuan………... 3

a.

Tujuan Umum………...

3

b.

Tujuan Khusus………...

3

D.

Manfaat……… 4

a.

Teoretis………... 4

(3)

commit to user

vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konseling………..………... 5

a.

Definisi Konseling.……….………….………...

5

b.

Tujuan Konseling……….…….………….………….

6

c.

Pendekatan Konseling………..………... 7

d.

Langkah-langkah konseling………

9

e.

Tahapan Konseling ………

12

f.

Masa-masa sulit konseling……….…….

14

g.

Keberhasilan Konseling………..

15

B.

Praktik……….………... 17

C.

Menyusui………..……….… 18

a.

Pembentukan dan Persiaopan ASI………..

19

b.

Posisi dan Perlekatan Menyusui………...

21

c.

Langkah-langkah Menyusui yang Benar………..

25

d.

Lama dan Frekuensi Menyusui……….

27

e.

Tanda Bayi Menyusu dengan Benar………..

23

D.

Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui

Yang Benar………... 28

E.

Kerangka Konsep………....

30

(4)

commit to user

BAB III METODOLOGI

A.

Desain Penelitian………...

32

B.

Tempat Dan Waktu Penelitian………... 33

C.

Populasi penelitian………...……….

33

1.

Populasi Target………. 33

2.

Populasi Aktual……… 33

D.

Sampel dan Teknik Sampling………... 33

1.

Sampel………... 33

2.

Teknik Sampling……….. 34

E.

Estimasi Besar Sampel………... 34

F.

Kriteria Retriksi……….

35

1.

Kriteria Inklusi………. 35

2.

Kriteria Eksklusi……….……….………

36

G.

Pengalokasian Subjek………....

36

H.

Definisi Operasional Variabel………...

37

I.

Intervensi dan Instrumentasi Penelitian………...

37

1.

Intervensi……… 37

2.

Instrumentasi………... 38

3.

Validitas dan Reliabilitas……… 39

(5)

commit to user

ix

b.

Uji Reliabilitas……… 40

J.

Pengolahan dan Analisis Data………

41

1.

Pengolahan Data………

41

2.

Analisis Data………..….

41

a.

Analisis Univariat……… 41

b.

Analisis Bivariat………. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN

A.

Karakteristik Responden……… 44

1.

Umur……… 44

2.

Pendidikan……… 45

3.

Pekerjaan……….. 46

4.

Paritas……… 47

B.

Praktik Menyusui Ibu Nifas…….…………..………. 47

1.

Praktik Menyusui Sebelum Dilakukan Konseling

(pretest)

…………. 47

a.

Hasil

Pretest

Kelompok Eksperimen………... 48

b.

Hasil

Pretest

Kelompok Kontrol……….… 49

2.

Praktik Menyusui Setelah Dilakukan Konseling

(Posttest)

…………..

49

a.

Hasil

Postest

Kelompok Eksperimen……… 50

(6)

commit to user

C.

Analisis Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Praktik Menyusui

Yang Benar ………

52

1.

Pengujian Prasyarat Analisis……… 53

2.

Analisis Data……… 53

BAB V PEMBAHASAN

A.

Kendala Penelitian………. 55

B.

Karakteristik Responden……… 55

C.

Pengaruh Konseling Terhadap Praktik Menyusui Yang Benar…………

58

BAB VI PENUTUP

A.

Kesimpulan……… 61

B.

Saran………..…….... 62

(7)

commit to user

 iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala

rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “ Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik

Menyusui Yang Benar di Rumah Bersalin Wilayah Surakarta”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan

nasehat-nasehat. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak/Ibu :

1. Prof Ravik Karsidi, Dr. M.S, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Zainal Arifin Adnan, Dr.dr. SpPD-KR-FINASIM, Dekan Fakultas

Kedokteran.

3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), Ketua Program Studi D IV Kebidanan

UNS.

4. Erindra Budi C, S.Kep. Ns, M.Kes, Ketua Tim KTI.

5. Sri Mulyani, S.Kep.Ns., M.Kes, Sekretaris Program Studi D IV Kebidanan

UNS.

6. Sri Anggarini, S.SiT, M.Kes Pembimbing Utama dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah yang selalu membimbing dan memberikan masukan saran serta

ilmunya.

7. M. Nur Dewi S.ST, M.Kes, Pembimbing Pendamping dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah yang selalu membimbing dan memberikan masukan saran

serta ilmunya.

8. Ropitasari, S,ST, M. Kes, Penguji Utama dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

9. Ari Probandari, dr. MPH. PHD, Sekretaris Penguji dalam penyusunan Karya

(8)

commit to user

10.Seluruh dosen, karyawan dan karyawati D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh belum sempurna

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada Bapak / Ibu,

Saudara / Saudari. Amin.

Surakarta, Agustus 2011

(9)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan bagian dari masa nifas yang terpenting, karena bayi memerlukan Air Susu Ibu (ASI) untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ASI mengandung komposisi nutrisi yang ideal dari ibu, serta mudah dicerna oleh bayi. ASI eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain dan makanan padat mulai lahir sampai usia 6 bulan (Roesli, 2005). Cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia (UNICEF, 2008).

Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 sebesar 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% menjadi 27,9% sedangkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96% sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2009 menunjukkan cakupan ASI eksklusif sebesar 12,5%. Angka ini dirasakan masih rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes, 2009).

(10)

satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI, apabila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan kendala yaitu payudara bengkak dan puting susu lecet yang menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu. Bila bayi enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun sering kali ibu- ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan teknik menyusui yang benar (Roesli, 2005). 

Ketidaktahuan ibu nifas tentang cara menyusui yang benar bisa menyebabkan kurangnya produksi ASI. Untuk itu perlu diberikan konseling tentang cara menyusui yang benar kepada ibu nifas, sehingga dapat menambah pengetahuan pada ibu nifas. Konsep dasar konseling cara menyusui masa nifas merupakan suatu proses belajar yang sangat berarti, di dalam konseling cara menyusui itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada ibu nifas dalam cara menyusui yang benar (Saryono dan Pramitasari, 2008).

Penelitian terdahulu mengkaji hal-hal yang menyangkut cara menyusui, adapun penelitian yang dilakukan oleh Dhames Vidya Angsuko (2010) tentang hubungan pengetahuan ibu tentang cara menyusui dengan perilaku menyusui bayi usia 0-6 bulan di Bidan Yuda Klaten, dengan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap 68 ibu nifas. Teknik sampling menggunakan Non Probability Sampling

(11)

ibu tentang cara menyusui dengan perilaku menyusui pada bayi usia 0-6 bulan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

“Apakah ada pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling cara menyusui dengan metode ceramah dan diskusi dengan media leaflet, terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta.  

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui praktik menyusui pada ibu nifas sebelum diberikan konseling cara menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta.

b. Mengetahui praktik menyusui pada ibu nifas setelah diberikan konseling cara menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta.

(12)

D. Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi dan wawasan tentang pengaruh konseling cara menyusui dengan metode ceramah dan diskusi dengan media leaflet terhadap praktik menyusui yang benar.

2. Aplikatif

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk bidan dan memotivasi para pelayan tenaga kesehatan agar selalu memberikan informasi kesehatan terutama tentang pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar.

b. Bagi Masyarakat

(13)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Konseling

a. Definisi Konseling

Menurut Notoatmodjo (2005), konseling pada hakikatnya merupakan metode penyuluhan yaitu kegiatan menyampaikan pesan atau kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu dimana pengetahuan merupakan hasil tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Konseling adalah suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dengan seorang klien. Merupakan suatu proses yang dirancang dan direncanakan untuk membantu klien dalam menentukan pilihan dan memecahkan masalahnya (Gunarsa, 2007).

(14)

Konseling adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan klien untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku dan sikap seseorang (Tyastuti, 2008).

Kesimpulan konseling (counceling) adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

b. Tujuan Konseling

Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk membantu masalah klien, karena masalah klien yang benar-benar telah terjadi akan merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga harus segera dicegah dan jangan sampai timbul masalah baru. Masalah lainnya adalah klien tidak mampu dan mengerti tentang potensi yang ada pada dirinya, konseling berusaha membantu potensi yang dimilikinya sehingga dapat digunakan secara efektif.

(15)

Tujuan konseling menurut Yulifah (2009) dapat dijelaskan dengan lima poin, yaitu sebagai berikut :

1) Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien. Proses konseling menekankan adanya perubahan tingkah laku, dengan tujuan memberikan klien kesempatan agar dapat lebih produktif dan memuaskan dalam hidupnya.

2) Meningkatkan kemampuan klien untuk menciptakan dan memelihara hubungan. Proses konseling pada intinya adalah menjalin dan melanggengkan hubungan baik antara konselor dan klien sampai dengan proses konseling berakhir.

3) Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien untuk memecahkan masalah. Konseling diarahkan untuk memanfaatkan kemampuan atau potensi klien.

4) Meningkatkan kemampuan klien dalam membuat keputusan. Tugas konselor adalah membantu klien memperoleh informasi dan memperjelas masalah-masalah yang dihadapi klien.

5) Memfasilitasi perkembangan potensi klien. Konselor berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan klien dengan memberi kesempatan kepada klien untuk belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal.

c. Pendekatan Konseling

(16)

permasalahan yang sangat kompleks. Melihat kondisi klien secara umum dan individual merupakan hal penting dalam pemberian konseling. Untuk melihat kondisi tersebut, konseling dapat berorientasi pada pendekatan-pendekatan psikologi konseling.

Pendekatan-pendekatan di dalam konseling menurut beberapa ahli, diantaranya :

1) Pendekatan Psikoanalis

Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis.

2) Pendekatan Rasional Emotif

Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irrasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis (Sugiharto, 2008).

3) Pendekatan Behavioral

Konselor menekankan pada teknik dan prosedur untuk memfasilitasi perubahan perilaku klien dengan cara memodifikasinya sampai perilaku klien berubah (behavior modification).

4) Pendekatan Kognitif

(17)

terjadi apabila klien berpikir rasional, sehingga perasaan dan tindakannya mencerminkan cara berpikir rasional.

5) Pendekatan Afektif

Pendekatan afektif memusatkan perhatian pada perubahan perasaan klien selama proses konseling. Pendekatan ini meyakinkan klien bahwa perasaan dan lingkungan klien dapat berubah (Walgito, 2004).

d. Langkah-Langkah Konseling

Langkah-langkah dalam konseling merupakan suatu cara bagaimana proses konseling itu berjalan, sehingga dapat memecahkan suatu masalah yang telah dihadapi klien. Langkah-langkah konseling menurut Tyastuti (2008) adalah :

1) Menyatakan kepedulian

Dari kepedulian dan perhatian akan tumbuh rasa keinginan dan semangat pada diri klien untuk menyelesaikan masalah, klien juga akan menunjukkan kesungguhan dan kejujuran terhadap apa yang sedang dihadapinya.

2) Membentuk hubungan

(18)

kepercayaan kepada konselor, sehingga konselor lebih mudah untuk memberikan bantuan.

3) Menentukan tujuan dan eksplorasi perasaan

a) Tujuan yang ditentukan dapat berupa hal-hal sebagai berikut : b) Adanya perubahan pada diri klien baik secara fisik maupun psikis

(tindakan atau perasaan).

c) Terbentuknya perasaan diterima atau dipercaya.

d) Terciptanya pemahaman dan pengertian klien terhadap masalahnya.

e) Mampu menyelesaikan dan mengatasi masalah sekarang dan yang akan datang.

4) Menangani masalah

Konselor harus dapat membuat prioritas dalam menentukan masalah yang harus ditangani terlebih dahulu dan masalah yang harus ditinggalkan. Sebagai seorang konselor, harus dapat menangani dan mengarahkan klien pada masalah yang sebenarnya atau yang menjadi prioritas utama.

5) Menumbuhkan kesadaran

(19)

6) Merencanakan cara bertindak

Meskipun klien telah mencapai insight, akan tetapi sering kali klien sulit untuk mengambil keputusan atau tindakan dalam menyelesaikan masalah. Pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam penyelesaian suatu masalah, untuk itu peran konselor adalah mengajak klien merencanakan atau melaksanakan tindakan dari insight.

7) Melakukan penilaian hasil dan mengakhiri konseling

Konselor harus menilai sejauh mana klien dapat mencapai tujuan konseling yang akan menentukan apakah konseling dapat diakhiri atau tidak. Akan tetapi, harus diingat bahwa konselor tidak sepenuhnya bertindak sebagai orang yang menentukan kapan konseling akan berakhir, konseling diakhiri atas persetujuan klien.

Menurut Sugiharto (2008), langkah-langkah konseling diantaranya :

1) Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.

(20)

3) Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini. Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. 4) Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran,

perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.

e. Tahapan Konseling

Menurut Gunarsa (2007), tahapan konseling dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Tahap awal

Konseling dilakukan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat melibatkan diri secara aktif dalam proses konseling. Langkah yang harus diperhatikan adalah membina hubungan baik antara konselor dengan klien, tumbuhnya rasa percaya (trust) diantara keduanya, saling menerima dan bekerja sama dalam proses penyelesaian masalah. 2) Tahap inti

(21)

a) Eksplorasi kondisi klien

Bagaimana konselor mengondisikan keadaan klien dalam proses konseling. Konselor berusaha mengadakan perubahan tingkah laku dan perasaan klien.

b) Identifikasi masalah dan penyebabnya

Konselor melakukan pendataan masalah dan mencari apa yang menjadi latar belakang dari suatu masalah.

c) Identifikasi penyebab masalah

Konselor membuat beberapa pilihan penyelesaian dan pemecahan masalah, klien memilih sendiri dari beberapa alternatif yang disediakan oleh konselor.

d) Pengujian dan penetapan alternatif pemecahan

Setelah klien menentukan pilihan untuk menyelesaikan permasalahannya, klien diharapkan dapat melakukan dan mengerjakannya.

e) Evaluasi alternatif pemecahan

Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk meninjau kembali sejauh mana alternatif pemecahan masalah telah dilaksanakan serta hasil dari pemecahan masalah.

f) Implementasi alternatif pemecahan

(22)

3) Tahap akhir

Tahapan terakhir yang harus dilakukan konselor adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas proses konseling dan menentukan rencana tindak lanjut. Tahapan ini biasanya digunakan untuk mengakhiri proses pemberian bantuan yang dapat bersifat sementara atau tetap.

Pengakhiran sementara adalah proses pengakhiran konseling pada pertemuan pertama dan dapat dilanjut dengan pertemuan berikutnya, tentu saja dengan membuat kontrak terlebih dahulu dengan klien. Sedangkan, pengakhiran tetap dilakukan apabila klien dianggap sudah mampu, mandiri serta dapat mengaplikasikan keterampilan yang diperoleh melalui konseling dalam menghadapi masalah.

f. Masa-Masa Sulit dalam Konseling

Situasi yang sulit merupakan tantangan bagi konselor untuk menghadapinya, keterampilan konseling terletak pada bagaimana mengatasi masa-masa sulit dalam konseling. Untuk menghadapi tantangan tersebut, konselor harus memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang harus dilakukan. Masa-masa sulit dalam konseling menurut Yulifah (2009), diantaranya adalah sebagai berikut :

(23)

4) Konselor melakukan suatu kesalahan.

5) Konselor tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan klien. 6) Klien menolak bantuan konselor.

7) Bias gender.

8) Konselor dan klien sudah saling mengenal sebelumnya. 9) Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada klien. g. Keberhasilan Konseling

Menurut Septalia (2010), keberhasilan konseling dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang meliputi :

1) Umur

Umur mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga praktik pijat bayi yang dilakukan semakin membaik (Notoatmodjo, 2005). Semakin tinggi tingkat umur, semakin baik kemampuan praktik ibu dalam memijat bayinya, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

(24)

dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang rendah atau kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang.

3) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang praktik menyusui misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang praktik menyusui dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah.

(25)

4) Adat istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 5) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

6) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam konseling.

B.Praktik (Practise)

Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu: a. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin

(26)

c. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi

Suatu praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik seseorang adalah

1) Predisposisi (presdiposing factors): Pendidikian, ekonomi, hubungan sosial.

2) Pendukung (enabling factors): Lingkungan fisik, fasilitas kesehatan. 3) Penguat (reinforcing factors): petugas kesehatan, tokoh masyarakat.

Setelah seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

C.Menyusui

a. Pembentukan dan Persiapan ASI

(27)

sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan : 1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang

lepas tidak menumpuk.

2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

b. Posisi dan Perlekatan Menyusui

Menurut Varney (2007), hal yang harus diperhatikan dalam posisi menyusui adalah sebagai berikut:

1) Posisi menggendong, bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

(28)

3) Posisi mengapit, bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

4) Posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.

Gambar 2.1. Posisi Menyusui

(29)

Gambar 2.2. Posisi Perlekatan saat Menyusui

c. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusui menurut Perinasia (2004), adalah :

1) Sebelum menyusui, Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.Cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

(30)

Gambar 2.3. Cara Memegang Payudara

3) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 2.4. Cara Meletakkan Bayi

(31)

Gambar 2.5. Cara Merangsang Mulut Bayi

5) Setelah bayi membuka mulut, sesegera mungkin kepala bayi didekatkan ke arah payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi.

6) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.

(32)

Gambar 2.7 Perlekatan Salah

7) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

8) Melepas isapan bayi dengan cara :

Setelah menyusui pada payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi yaitu dagu bayi ditekan ke bawah atau jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.

(33)

9) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).

10) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya.

11) Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi :

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan,

b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

Gambar 2.9. Posisi Menyendawakan Bayi

d. Lama dan Frekuensi Menyusui

(34)

lain misalnya buang air besar, buang air kecil, kepanasan atau kedinginan.

Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada walnya bayi tidak memiliki jadwal pola menyusui secara teratur dan akan mempunyai jadwal pola menyusui tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Perinasia, 2004).

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi akan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah dalam menyusui.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap kali menyusui harus menggunakan kedua payudara secara bergantian. Anjurkan kepada ibu agar menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi baik. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan penyangga dada yang tidak terlalu ketat (Budiasih, 2008).

(35)

e. Tanda Bayi Menyusui Dengan Benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar akan mengakibatkan putting susu lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau menyebabkan bayi menjadi enggan menyusu (Perinasia, 2004).

Menurut Suryoprajogo (2009) apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara 2) Dahi bayi menyentuh payudara

3) Payudara tidak nyeri ketika disusui

4) Apabila ibu dapat melihat daerah aerola, maka ibu seharusnya 5) Melihat aerola lebih banyak masuk ke dalam mulut bayi 6) Pipi bayi tidak tertekan

7) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 8) Kepala agak menengadah

9) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

(36)

Gambar 2.11. Teknik Menyusui yang Benar

D.Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Yang

Benar

Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan cara-cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan (Rahayu, 2010).

Dalam memberikan penyuluhan atau konseling terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan, diantaranya adalah :

(37)

f) Ketersediaan waktu (Septalia, 2010)

Siregar (2004), menyebutkan banyak hal yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya, hal ini biasanya disebabkan oleh :

a) Adanya perubahan struktur dan masyarakat.

b) Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil dari kemajuan teknologi.

c) Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi. d) Ibu yang bekerja.

e) Pengaruh dari tenaga pelayanan kesehatan.

(38)

E.Kerangka Konsep

Faktor –faktor yang mempengaruhi praktik: 1. Tingkat

pendidikan 2. Status ekonomi 3. Hubungan Sosial 4. Fasilitas Faktor – faktor yang

mempengaruhi konseling : 1. Umur 2. Tingkat

Pendidikan 3. Tingkat Sosial

(39)

F.Hipotesis Penelitian

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experimental designs), karena peneliti tidak melakukan randomisasi kepada anggota-anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan test awal dan test akhir dengan kelompok kontrol (Non-Equivalent Control Group). Sebuah rancangan penelitian dengan melakukan test awal kemudian dilakukan perlakuan dalam jangka waktu tertentu kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya sebagai test akhir yang dilakukan pada kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adapun skema rancangannya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002).

      Pretest Perlakuan Postest

Kel. Eksperimen Kel. Kontrol

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan:

O1 : Tes awal

X : Perlakuan (Konseling cara menyusui) O2 : Tes akhir

O1       X         O2

(41)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah bersalin wilayah Surakarta pada bulan Mei-Juni tahun 2011.

C. Populasi Penelitian

1. Populasi target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati (Taufiqurrahman, 2008). Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu nifas di rumah bersalin wilayah Surakarta.

2. Populasi aktual

Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi sasaran (Taufiqurrahman, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan di rumah bersalin wilayah Surakarta pada bulan Mei - Juni 2011 yang berjumlah 38 orang, 20 dari RB Harapan Bunda dan 18 dari RB Sri Lumintu.

D. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

A. Sampel dan Teknik Sampling

1. Sampel

(42)

penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan bayinya di rumah bersalin wilayah Surakarta yang memenuhi kriteria retriksi.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Simple Random Sampling adalah metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit populasi memiliki peluang sama dan independen untuk terpilih kedalam sampel (Murti, 2010). Dalam penelitian ini sampel dipilih secara acak yaitu 20 dari kelompok eksperimen dan 18 dari kelompok kontrol.

E. Estimasi Besar Sampel

Menurut Notoatmojo (2005), estimasi besar sampel untuk penelitian eksperimental kuasi dapat dihitung dari rumus berikut:

Dimana:

N : Besar populasi

n :Besar sampel

:Tingkat kepercayaan yang diinginkan

(43)

Kelompok kontrol :

F.Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini kriteria inklusi yang dipakai adalah:

a. Semua ibu yang nifas yang rawat inap dan rawat jalan di rumah bersalin wilayah Surakarta

(44)

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Notoatmodjo, 2005). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Ibu yang mempunyai kelainan fisik pada payudara misalnya puting susu datar, puting susu terpendam.

b. Ibu yang mengalami gangguan psikologis. c. Tidak bersedia menjadi responden.

G. Pengalokasian Subjek

Pengalokasian subjek menjelaskan tentang cara pengelompokan subjek yang mendapat perlakuan dan kontrol (pembanding) (Taufiqurrahman, 2010). Pengelompokan besar sampel yang mendapat konseling (kelompok intervensi) dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang dan sebagai kelompok pembanding sebanyak 18 orang subjek yang dikelompokkan secara

(45)

H. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran

Kegiatan atau usaha menyampaikan

pesan kepada ibu nifas tentang cara menyusui .

Konseling diberikan untuk memberikan informasi tentang cara menyusui yang benar dengan meliputi posisi dan perlekatan

menyusui, langkah menyusui, lama dan frekuensi menyusui dan tanda bayi menyusui dengan

Suatu hasil praktik sebelum dan sesudah dilakukan konseling tentang cara menyusui yang benar

I. Intervensi dan Instrumentasi Cara Penelitian

1. Intervensi

(46)

telah diserahkan pada waktu konseling kemudian dianjurkan untuk dipelajari dirumah, sehingga informasi yang didapatkan pada waktu konseling bersifat menetap. Konseling dilaksanakan pada waktu kelompok intervensi melakukan kunjungan ulang postpartum 3 hari berikutnya.

Pada kelompok kontrol, intervensi dilakukan dengan cara melihat dan mengamati responden melakukan praktik menyusui yang benar dengan mencocokan checklist. Setelah responden melakukan kunjungan ulang

postpartum 3 hari berikutnya, responden diminta melakukan praktik menyusui sekali lagi.

2. Instrumentasi

a. Konseling cara menyusui 1) Alat ukur

Alat ukur yang digunakan untuk konseling berupa presensi. 2) Cara pengukuran

Kelompok intervensi diberikan konseling sebelum pulang ke rumah, diwajibkan mengisi presensi pada akhir konseling.

b. Praktik menyusui yang benar 1) Alat ukur

(47)

langkah-bayi menyusu dengan benar. Penskoran jawaban apabila dilakukan mendapat skor 1 sedangkan jika tidak dilakukan mendapat skor 0. Kisi kisi checklist dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Kisi-kisi checklist cara menyusui

Indikator Item peryataan Nomor item

pernyataan Lama dan frekuensi menyusui Tanda bayi menyusu dengan benar

2) Cara pengukuran

Pengambilan data untuk praktik menyusui yang benar pada kelompok intervensi dan kontrol dilakukan kunjungan awal 3 hari

postpartum.

3. Validitas dan Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (2005) responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki kesamaan karakteristik dari tempat dimana penelitian itu dilaksanakan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil yang mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil uji coba ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (cheklist) yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas.

(48)

validitas dan reliabilitas checklist diujikan kepada ibu nifas sejumlah 30 orang di RB Winarni Surakarta.

a. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengukur praktik menyusui yang benar dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yaitu mengkorelasikan antar skor item instrument dengan skor total (Arikunto, 2006).

Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS 17 For Windows menghasilkan nilai korelasi (rhitung). Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Adapun rtabel untuk

pengujian dengan tingkat ketelitian α = 0,05 dan responden sebanyak 30

orang adalah sebesar 0,361.

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi

product moment, didapatkan dari 16 item pernyataan checklist cara menyusui yang benar dan semuanya valid. Hasil uji validitas yang valid dapat dilihat pada lampiran 3.

b. Uji Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan rumus cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliable apabila memiliki nilai cronbach’s alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2001).

(49)

Berdasarkan uji reliabilitas pada jumlah soal yang valid, maka didapat besarnya nilai cronbach’s alpha sebesar 0,652 sehingga instrument dikatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil penghitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

J. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pernyataan, kartu, atau buku register. b. Coding (pemberian kode) yaitu semua variabel diberi kode terutama data

klasifikasi untuk mempermudah pengolahan.

c. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002).

2. Analisis data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Fajar, 2009). Analisis data menggunakan uji analisis data statistik parametrik dengan tahapan sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

(50)

memberi gambaran karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi. Penyajian hasil akan disajikan secara deskriptif.

        

Keterangan :

P = Persentase hasil

x = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah seluruh skor

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini praktik menyusui yang benar merupakan variabel terikat dan konseling cara menyusui penyuluhan merupakan variabel bebas.

Menggunakan analisis untuk membandingkan nilai variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu sebelum dan sesudah diberikan konseling pada kelompok eksperimen dan hasilnya nanti akan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala rasio sehingga digunakan independent t-test

(51)

dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, kriteria dalam pengujian normalitas adalah sebagai berikut :

1) Apabila nilai probabilitas p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

2) Apabila nilai probabilitas p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.

Peneliti menetapkan Confidence Interval (CI) 95 % dan nilai α = 5 % (0,05), selanjutnya hasil hitung dibandingkan dengan

(52)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan untuk mengamati pemberian konseling tentang cara

menyusui terhadap praktik menyusui yang benar pada ibu nifas di rumah bersalin

wilayah Surakarta. Penelitian dilakukan dengan cara mengetahui praktik awal

(pre test) baru kemudian dilakukan pemberian konseling dilanjutkan dengan praktik akhir (post test) dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Jumlah keseluruhan subjek penelitian ada 38 responden (20

responden kelompok eksperimen dan 18 responden kelompok kontrol).

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

5,0%

(53)

commit to user

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa distribusi umur

responden pada kelompok eksperimen, mayoritas berusia antara 21 – 35

tahun yaitu 90,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Dari distribusi

umur kelompok kontrol, diketahui mayoritas juga berusia antara 21 – 35

tahun yaitu 83,3% dari keseluruhan anggota kelompok.

2. Pendidikan

Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol

berdasarkan pendidikan pada dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:

5,0%

SD SMP SMA Diploma Sarjana

F

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok eksperimen berpendidikan SMA yaitu 55,0%

dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden

pada kelompok kontrol juga berpendidikan SMA yaitu 38,9% dari

(54)

commit to user

3. Pekerjaan

Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol

berdasarkan pekerjaan pada dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:

25,0%

IRT Swasta Buruh Pedagang Guru

F

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok eksperimen bekerja swasta yaitu 30,0% dari

keseluruhan kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada

kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga yaitu 44,4% dari keseluruhan

(55)

commit to user

4. Paritas

Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol

berdasarkan paritas pada dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini:

30,0%

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Paritas

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok eksperimen pernah melahirkan 2 kali yaitu

35,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar

responden pada kelompok kontrol baru pernah melahirkan 1 kali yaitu

44,4% dari keseluruhan anggota kelompok.

B. Praktik Menyusui Ibu Nifas

1. Praktik MenyusuiSebelum Dilakukan Konseling (pretest)

Pretest dilakukan sebelum diberikan konseling untuk mengetahui

(56)

commit to user

merupakan gambaran hasil pretest baik pada kelompok eksperimen

maupun pada kelompok kontrol.

a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

Distribusi data skor pretest pada kelompok eksperimen dapat

ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Pretest Praktik Menyusui Pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor

pretest kelompok eksperimen adalah sebesar 11,05 dengan standar

deviasi sebesar 1,538. Skor terendah adalah sebesar 6 sedangkan skor

tertinggi adalah sebesar 13. Skor yang paling banyak dimiliki

(57)

commit to user

b. Hasil Pretest Kelompok Kontrol

Distribusi data skor pretest pada kelompok kontrol dapat

ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pretest Praktik Menyusui Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor

pretest kelompok kontrol adalah sebesar 10,61 dengan standar deviasi

sebesar 1,092. Skor terendah adalah sebesar 9 sedangkan skor tertinggi

adalah sebesar 12. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah

sebesar 10.

2. Praktik Menyusui Sesudah Dilakukan Konseling (posttest)

Untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap praktik

(58)

commit to user

merupakan gambaran hasil posttest baik pada kelompok eksperimen

maupun pada kelompok kontrol.

a. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

Distribusi data skor posttest pada kelompok eksperimen dapat

ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Posttest Praktik Menyusui Pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor

postest kelompok eksperimen adalah sebesar 12,95 dengan standar

deviasi sebesar 1,276. Skor terendah adalah sebesar 11 sedangkan skor

tertinggi adalah sebesar 15. Skor yang paling banyak dimiliki

(59)

commit to user

b. Hasil Posttest Kelompok Kontrol

Distribusi data skor posttest pada kelompok kontrol dapat

ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Posttest Praktik Menyusui Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor

postest kelompok kontrol adalah sebesar 10,83 dengan standar deviasi

sebesar 1,043. Skor terendah adalah sebesar 9 sedangkan skor tertinggi

adalah sebesar 12. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah

(60)

commit to user

C. Analisis Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Praktik Menyusui

pada Ibu Nifas

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Analisa data dengan menggunakan uji T-Test memiliki prasyarat

dalam statistik parametrik yaitu data terdistribusi normal. Oleh karena itu

perlu dilakukan uji normalitas data baik pretest maupun posttest. Dalam

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan metode one sample kolmogorov-smirnov test.

a. Kelompok eksperimen

Tabel 4.1 Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Sumber: Data primer 2011

Uji normalitas skor pretest menghasilkan nilai uji statistik z

sebesar 1,284 dengan signifikansi (p) sebesar 0,074. Uji normalitas

skor posttest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 0,991 dengan

signifikansi (p) sebesar 0,279. Kedua pengujian menghasilkan p > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest dan posttest kelompok

(61)

commit to user

b. Kelompok Kontrol

Tabel 4.2 Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest pada

Kelompok Kontrol

Uji normalitas skor pretest menghasilkan nilai uji statistik z

sebesar 0,900 dengan signifikansi (p) sebesar 0,393. Uji normalitas

skor posttest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 1,221 dengan

signifikansi (p) sebesar 0,101. Kedua pengujian menghasilkan p > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest dan posttest kelompok

kontrol berdistribusi normal.

2. Analisis Data

Setelah prasyarat dalam statistika parametrik yaitu data

berdistribusi normal terpenuhi, maka data dapat dianalisis dengan

menggunakan independent t-test. Metode ini digunakan untuk

membandingkan selisih skor (posttest – pretest) antara kedua kelompok. Berikut adalah hasil perhitungan uji t dengan mengasumsikan variansi

kedua kelompok sama (equal variances assumed).

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Independent Samples t test

(62)

commit to user

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata selisih skor

posttest dan pretest kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan

kelompok kontrol, sehingga memberikan selisih positif. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan skor kelompok eksperimen lebih baik

dibandingkan kelompok kontrol. Uji statistik terhadap perbedaan tersebut

menghasilkan nilai thitung sebesar 3,788 dengan signifikansi (p) sebesar

0,001. Pengujian dilakukan dengan derajat bebas (df) sebesar 36 dan pada

taraf signifikansi sebesar 5% sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 2,028.

Apabila dibandingkan terlihat bahwa thitung > ttabel (3,788 > 2,028) atau p <

0,05 sehingga diputuskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan

demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan skor praktik

menyusui yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Oleh karena peningkatan skor kelompok eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa

(63)

commit to user

 

BAB V

PEMBAHASAN

A. Kendala Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun

banyak ibu-ibu nifas yang belum mengetahui cara menyusui yang benar.

Dibuktikan dengan diketemukannya berbagai kendala, diantaranya pada

saat posisi mulut bayi belum masuk semua ke areola ibu. Namun, hal

tersebut sudah diminimalisir penulis dengan melakukan konseling

menggunakan metode ceramah dan diskusi menggunakan media leaflet.

B. Karakteristik Responden

Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat

mempengaruhi pengetahuan responden, diantaranya adalah faktor umur,

pendidikan, dan pengalaman responden sehingga pengetahuan yang

didapat benar-benar merupakan hasil dari konseling cara menyusui yang

diberikan peneliti. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut dapat

dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas dibawah ini.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok usia terbanyak baik

pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, berada pada ibu

dengan rentang usia antara 21 sampai dengan 35 tahun. Bertambahnya usia

seseorang, memberikan konsekuensi berupa terjadinya perubahan pada

aspek fisik dan psikologis sehingga taraf berfikir seseorang yang semakin

(64)

pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain

itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Mubarak

2007; Sunaryo 2005).

Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden dari

kelompok eksperimen maupun kontrol, didapatkan hasil, mayoritas

responden berpendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas).

Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor penting yang

dapat mempengaruhi pengetahuan responden yang diteliti.

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula

mereka menerima informasi. Perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal, dalam hal ini

penyuluhan kesehatan juga dapat digolongkan dalam pendidikan non

formal. Penelitian Hartanti (2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan

(65)

commit to user

 

pengetahuan seseorang karena 84,5% nya dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang lain (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).

Berdasarkan tingkat pekerjaan responden, didapatkan hasil bahwa

responden pada kelompok eksperimen bekerja swasta yaitu 30,0% dari

keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada

kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga yaitu 44,4% dari keseluruhan

anggota kelompok.

Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status

ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam

memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih

mudah mendapatkan informasi tentang praktik menyusui misalkan

mengikuti seminar atau membeli buku tentang praktik menyusui dibanding

dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan merupakan

kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan

pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi

yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh

Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang

ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Berdasarkan tingkat paritas responden, didapatkan hasil, mayoritas

responden dari kelompok eksperimen pernah melahirkan 2 kali dan

(66)

kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya dan dapat mempengaruhi pengetahuannya. Menurut teori

Piaget, pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan dengan cara

berinteraksi dengan informasi baru yang dalam hal ini diperoleh melalui

konseling cara menyusui. (Mubarak 2007; Santrock 2003).

C. Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui

Yang Benar

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa, Ho di

tolak, yaitu terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai praktik

menyusui yang benar setelah diberikan konseling dengan yang tidak

diberikan konseling.

Uji statistik dengan independen t-test pada selisih skor post test

dan pre test masing masing kelompok, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat praktik kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Hal ini sesuai dengan ceramah atau kuliah merupakan metode

belajar tradisional dimana bahan disajikan oleh konselor secara monologue

sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran konselor lebih

banyak dalam hal keaktifannya untuk memberikan materi konseling,

sementara peserta konseling atau klien mendengarkan dengan teliti serta

mempraktikkan pokok-pokok dari pernyataan yang dikemukakan oleh

(67)

commit to user

 

Menurut Heru (2008) metode ceramah memiliki beberapa

keterbatasan maka dalam penggunaannya metode ceramah dapat digabung

dengan metode-metode yang lain sehingga disebut sebagai metode

ceramah bervariasi. Metode ceramah bervariasi bisa digabungkan dengan

cara diskusi, demostrasi menggunakan media leaflet, poster, LCD dll.

Menurut Notoatmojo (2007), metode diskusi dalam konseling

digunakan sebagai peningkatan metode ceramah. Dimana dalam

memberikan informasi-informasi kesehatan tidak bersifat searah saja,

tetapi dua arah. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan

kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara mantap dan lebih

mendalam.

Menurut penelitian Tarigan (2010) konseling dengan metode

diskusi rata-rata peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan

konseling dengan metode ceramah karena pada waktu berdiskusi peserta

konseling lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya

sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa dengan

adanya penggabungan metode diskusi dan ceramah yang ditunjang dengan

media leaflet diharapkan hasil dari konseling lebih maksimal, karena

dengan diskusi dan ceramah yang ditunjang media leaflet bukan hanya

indra pendengaran saja yang digunakan responden untuk menerima

informasi baru melainkan juga indra penglihatan, disamping itu responden

juga berpartisipasi langsung dalam membentuk pengetahuannya sehingga

(68)

dibuktikan dengan selisih hasil post test dan pre test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang mengalami perbedaan signifikan.

Berdasar uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini,

dimana konseling dengan metode ceramah dan diskusi yang ditunjang

media leaflet, berpengaruh terhadap perubahan tingkat praktik responden.

Sebagaimana tujuan dari suatu konseling adalah untuk tercapainya

perubahan perilaku dan terbentuknya perilaku sehat dimana salah satu

indikator perubahan perilaku tersebut dapat dinilai dari perubahan tingkat

(69)

commit to user

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan pembahasan “Pengaruh

konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah

bersalin wilayah Surakarta“ dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Praktik menyusui bayi dari 38 responden rata-rata skor pretest

kelompok eksperimen adalah sebesar 11,05 dan rata-rata skor pretest

kelompok kontrol 10,61.

2. Praktik menyusui bayi dari 38 responden rata-rata skor postest

kelompok eksperimen adalah sebesar 12,95 dan rata-rata skor postest

kelompok kontrol adalah sebesar 10,83.

3. Ada pengaruh konseling cara menyusui dengan praktik menyusui

yang benar dimana t hitung > t table (3,788 > 2,028) dan p = 0,000

(p<0,05). Dari penelitian pengaruh konseling cara menyusui terhadap

praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta,

maka diperoleh kesimpulan bahwa, terdapat pengaruh positif

konseling terhadap praktik menyusui yang benar di Rumah Bersalin

Surakarta. Pengaruh positif tersebut karena peneliti menggunakan

metode konseling ceramah yang diikuti dengan diskusi dan media leaflet yang diberikan sebagai media konseling, sehingga responden tidak hanya pasif tetapi juga berperan aktif dalam mengonstruksi

(70)

commit to user

pengetahuannya sendiri. Hasil uji statistik, p value statistik uji-t independen 0,001 (p<0,05), dan t hitung (3,788) > t tabel (2.028).

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya bidan lebih aktif melakukan

kegiatan konseling khususnya dalam konseling cara menyusui

menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan menggunakan

media leaflet sehingga kegiatan konseling dapat dilakukan secara

teratur untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai praktik

menyusui yang benar.

2. Bagi Institusi Kebidanan

Sebagai proses pembelajaran institusi kebidanan agar setiap

mahasiswa kebidanan dapat belajar memberikan konseling dengan

(71)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi VIII. PT Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 128

Budiasih, 2008. Handbook Ibu Menyusui. Cetakan I. Hayati Qualita: Bandung Hal. 20-27

Budiharja, 2011. Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Available at http://www.rri.co.id/index.php/component/content/article/43-index- headline/4282-tingkat-pemberian-asi-ekslusif-di-indonesia-masih-rendah-. Akses 29 April 2011

Budiono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. UNS Press: Surakarta. Hal. 18-87 Depkes RI, 2010. Field Book: Metode dan Media Promosi Kesehatan. Jakarta:

Pusat Promosi Kesehatan. Hal. 9

Dharma, S., 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Depdiknas: Jakarta. Hal.13-5

Ghozali., I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro: Semarang. Hal. 56-64

Gunarsa, S. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Mulia Sejahtera Abadi: Jakarta. Hal. 12-18

Hidayat, A.A. 2001. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta. Hal. 25-33

Heru. 2008. Metode Konseling dan Cara Penyampainnya. Cipta Raya: Makassar. Hal. 43-46

Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang. Hal 12-15

Mubarak. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Erlangga: Jakarta. Hal. 55-71 Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Hal. 46-51

(72)

_. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 52-56

_. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 52-65

Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.

Universitas Sebelas Maret (UNS): Surakarta. Hal. 42-59

, 1996. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 38-43

Proverawati A, Rahmawati E. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika Jaya: Bantul. Hal. 5, 18, 42

Perinasia, 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. EGC: Jakarta. Hal. 7-10 Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC: Jakarta. Hal. 46-62 Roesli U. 2005. Mengenal Asi Eksklusif Cetakan ke III. Trubus Agriwidya:

Jakarta. Hal. 2-4

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta. Hal. 12-16

Saifuddin, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan Neonatal. Bina Pustaka: Jakarta. Hal: 23-34

Septalia, R.E. 2010. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Cipta Jaya: Bandung. Hal 15-21

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfa Beta: Bandung. Hal. 118-201

Suliha, Herawati, Sumiati, 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan.

EGC:Jakarta. Hal. 24-28

Suryoprajogo, N. 2009. Keajaiban Menyusui. Keyword Press: Jogjakarta. Hal. 21-23, 48, 65

(73)

commit to user

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. EGC: Jakarta. Hal. 36-41

Walgito, B. 2004. Bimbingan dan Konseling. CV Andiana Raharja Offset: Jogjakarta. Hal. 2-19

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
tabel. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka H0 ditolak dan
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan diskusi ini yang disebut ngariung tani bertujuan untuk mendiskusikan masalah pertanian dan budidaya pertanian yang ada di desa Sindangsari, serta praktik

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA ANAK TUNALARAS KELAS IV DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN 2013..

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, besarnya masukan energi pada proses pengolahan di setiap tahapan proses mulai dari pelayuan pucuk teh, penggilingan dan

Pasien didiagnosis dengan paralisis saraf fasialis perifer dekstra dengan fungsi motorik yang masih baik 68%, House Brackmann III dengan lesi setinggi

Project Jxta defines a set of six protocols that can be used to construct P2P systems using a centralized, brokered or decentralized approach but its main aim is to facilitate

Typo II dlpakal sobagal wodah larutan dalan air yang didapar dongan pH loblh koell dan 7; ^uga sobagal wadah larutan dalan ninyak dan wadah

Berdasarkan masalah yang ada pada sistem yang berjalan maka diusulkan sistem yang baru untuk dapat mempermudah admin atau bendahara dalam mengelola Penghitungan laporan

Laporan akhir ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan Program Diploma III pada Jurusan Teknik Mesin Konsentrasi Produksi Politeknik Negeri Sriwijaya.. Dalam