• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Menyusui Setelah Dilakukan Konseling (Posttest)

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Praktik Menyusui Ibu Nifas

2. Praktik Menyusui Setelah Dilakukan Konseling (Posttest)

benar

Kegiatan atau usaha menyampaikan

pesan kepada ibu nifas tentang cara menyusui .

Konseling diberikan untuk memberikan informasi tentang cara menyusui yang benar dengan meliputi posisi dan perlekatan

menyusui, langkah menyusui, lama dan frekuensi menyusui dan tanda bayi menyusui dengan benar. - Nominal 2. Praktik menyusui yang benar

Suatu hasil praktik sebelum dan sesudah dilakukan konseling tentang cara menyusui yang benar Skor jawaban masing -masing dengan sistem penskoran sebagai berikut: a. Skor 1 jika dilakukan

b. Skor 0 jika tidak dilakukan

Checklist Interval

I. Intervensi dan Instrumentasi Cara Penelitian 1. Intervensi

Pada penelitian ini kelompok eksperimen, intervensi dilakukan konseling cara menyusui yang benar dengan metode presentasi (ceramah) dan diskusi dengan media leaflet selama 25 menit. Metode ceramah yang digabung dengan diskusi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa dengan metode ceramah saja pengetahuan yang didapatkan kurang mendalam sehingga diperlukan diskusi untuk pendalaman materi. Media leaflet yang

telah diserahkan pada waktu konseling kemudian dianjurkan untuk dipelajari dirumah, sehingga informasi yang didapatkan pada waktu konseling bersifat menetap. Konseling dilaksanakan pada waktu kelompok intervensi melakukan kunjungan ulang postpartum 3 hari berikutnya.

Pada kelompok kontrol, intervensi dilakukan dengan cara melihat dan mengamati responden melakukan praktik menyusui yang benar dengan mencocokan checklist. Setelah responden melakukan kunjungan ulang

postpartum 3 hari berikutnya, responden diminta melakukan praktik menyusui sekali lagi.

2. Instrumentasi

a. Konseling cara menyusui 1) Alat ukur

Alat ukur yang digunakan untuk konseling berupa presensi. 2) Cara pengukuran

Kelompok intervensi diberikan konseling sebelum pulang ke rumah, diwajibkan mengisi presensi pada akhir konseling.

b. Praktik menyusui yang benar 1) Alat ukur

Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai praktik menyusui yang benar sebelum dan sesudah diberikan konseling adalah checklist yang berisi 16 item peryataan tentang persiapan menyusui, posisi menyusui,

langkah-bayi menyusu dengan benar. Penskoran jawaban apabila dilakukan mendapat skor 1 sedangkan jika tidak dilakukan mendapat skor 0. Kisi kisi checklist dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Kisi-kisi checklist cara menyusui

Indikator Item peryataan Nomor item

pernyataan Jumlah Langkah- langkah cara menyusui Persiapan menyusui 1, 2 2 Posisi menyusui 3,4 2 Langkah-langkah menyusui Lama dan frekuensi menyusui Tanda bayi menyusu dengan benar 5,6,7,8,9,10, 11,12 13,14 15,16 10 2 2 2) Cara pengukuran

Pengambilan data untuk praktik menyusui yang benar pada kelompok intervensi dan kontrol dilakukan kunjungan awal 3 hari

postpartum.

3. Validitas dan Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (2005) responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki kesamaan karakteristik dari tempat dimana penelitian itu dilaksanakan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil yang mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil uji coba ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (cheklist) yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas.

Uji coba instrumen dilakukan kepada sampel kurang lebih 30 orang dari populasi yang dipakai (Sugiyono, 2009). Berdasarkan teori diatas maka uji

validitas dan reliabilitas checklist diujikan kepada ibu nifas sejumlah 30 orang di RB Winarni Surakarta.

a. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengukur praktik menyusui yang benar dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yaitu mengkorelasikan antar skor item instrument dengan skor total (Arikunto, 2006).

Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS 17 For Windows menghasilkan nilai korelasi (rhitung). Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Adapun rtabel untuk pengujian dengan tingkat ketelitian α = 0,05 dan responden sebanyak 30 orang adalah sebesar 0,361.

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi

product moment, didapatkan dari 16 item pernyataan checklist cara menyusui yang benar dan semuanya valid. Hasil uji validitas yang valid dapat dilihat pada lampiran 3.

b. Uji Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan rumus cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliable apabila memiliki nilai cronbach’s alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2001).

Uji reliabilitas diolah menggunakan program SPSS versi 17.00. Seluruh item pertanyaan yang dinyatakan valid, selanjutnya akan

Berdasarkan uji reliabilitas pada jumlah soal yang valid, maka didapat besarnya nilai cronbach’s alpha sebesar 0,652 sehingga instrument dikatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil penghitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

J. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data

a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pernyataan, kartu, atau buku register. b. Coding (pemberian kode) yaitu semua variabel diberi kode terutama data

klasifikasi untuk mempermudah pengolahan.

c. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002).

2. Analisis data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Fajar, 2009). Analisis data menggunakan uji analisis data statistik parametrik dengan tahapan sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu menganalisa tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini bermanfaat untuk

memberi gambaran karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi. Penyajian hasil akan disajikan secara deskriptif.

        

Keterangan :

P = Persentase hasil

x = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah seluruh skor

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini praktik menyusui yang benar merupakan variabel terikat dan konseling cara menyusui penyuluhan merupakan variabel bebas.

Menggunakan analisis untuk membandingkan nilai variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu sebelum dan sesudah diberikan konseling pada kelompok eksperimen dan hasilnya nanti akan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala rasio sehingga digunakan independent t-test

dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, kriteria dalam pengujian normalitas adalah sebagai berikut :

1) Apabila nilai probabilitas p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

2) Apabila nilai probabilitas p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.

Peneliti menetapkan Confidence Interval (CI) 95 % dan nilai α = 5 % (0,05), selanjutnya hasil hitung dibandingkan dengan t-tabel. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha, artinya terdapat perbedaan praktik menyusui yang signifikan di rumah bersalin wilayah Surakarta sebelum dan sesudah diberikan konseling tentang cara menyusui.

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan untuk mengamati pemberian konseling tentang cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar pada ibu nifas di rumah bersalin wilayah Surakarta. Penelitian dilakukan dengan cara mengetahui praktik awal (pre test) baru kemudian dilakukan pemberian konseling dilanjutkan dengan praktik akhir (post test) dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Jumlah keseluruhan subjek penelitian ada 38 responden (20 responden kelompok eksperimen dan 18 responden kelompok kontrol).

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

5,0% 90,0% 5,0% 11,1% 83,3% 5,6% 0 4 8 12 16 20

< 21 tahun 21 - 35 tahun > 35 tahun

F reku en si Umur Eksperimen Kontrol

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur

commit to user

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa distribusi umur responden pada kelompok eksperimen, mayoritas berusia antara 21 – 35 tahun yaitu 90,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Dari distribusi umur kelompok kontrol, diketahui mayoritas juga berusia antara 21 – 35 tahun yaitu 83,3% dari keseluruhan anggota kelompok.

2. Pendidikan

Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan pendidikan pada dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:

5,0% 10,0% 55,0% 15,0% 15,0% 5,6% 22,2% 38,9% 22,2% 11,1% 0 2 4 6 8 10 12

SD SMP SMA Diploma Sarjana

F re k ue ns i Pendidikan Eksperimen Kontrol

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen berpendidikan SMA yaitu 55,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol juga berpendidikan SMA yaitu 38,9% dari keseluruhan anggota kelompok.

commit to user

3. Pekerjaan

Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan pekerjaan pada dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:

25,0% 30,0% 25,0% 10,0% 10,0% 44,4% 33,3% 5,6% 11,1% 5,6% 0 2 4 6 8 10

IRT Swasta Buruh Pedagang Guru

F re k ue ns i Pekerjaan Eksperimen Kontrol

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen bekerja swasta yaitu 30,0% dari keseluruhan kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga yaitu 44,4% dari keseluruhan anggota kelompok.

commit to user

4. Paritas

Karakteristik responden kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan paritas pada dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini:

30,0% 35,0% 20,0% 15,0% 44,4% 22,2% 22,2% 11,1% 0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 F reku en s i Paritas Eksperimen Kontrol

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Paritas

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen pernah melahirkan 2 kali yaitu 35,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol baru pernah melahirkan 1 kali yaitu 44,4% dari keseluruhan anggota kelompok.

B. Praktik Menyusui Ibu Nifas

1. Praktik MenyusuiSebelum Dilakukan Konseling (pretest)

Pretest dilakukan sebelum diberikan konseling untuk mengetahui kemampuan awal responden dalam praktik menyusui. Berikut ini

commit to user

merupakan gambaran hasil pretest baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.

a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

Distribusi data skor pretest pada kelompok eksperimen dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Pretest Praktik Menyusui Pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor pretest kelompok eksperimen adalah sebesar 11,05 dengan standar deviasi sebesar 1,538. Skor terendah adalah sebesar 6 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 13. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 11.

commit to user

b. Hasil Pretest Kelompok Kontrol

Distribusi data skor pretest pada kelompok kontrol dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pretest Praktik Menyusui Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor pretest kelompok kontrol adalah sebesar 10,61 dengan standar deviasi sebesar 1,092. Skor terendah adalah sebesar 9 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 12. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 10.

2. Praktik Menyusui Sesudah Dilakukan Konseling (posttest)

Untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap praktik menyusui maka dilakukan posttest setelah konseling. Berikut ini

commit to user

merupakan gambaran hasil posttest baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.

a. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

Distribusi data skor posttest pada kelompok eksperimen dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Posttest Praktik Menyusui Pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor postest kelompok eksperimen adalah sebesar 12,95 dengan standar deviasi sebesar 1,276. Skor terendah adalah sebesar 11 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 15. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 12.

commit to user

b. Hasil Posttest Kelompok Kontrol

Distribusi data skor posttest pada kelompok kontrol dapat ditunjukkan dengan histogram berikut ini:

Gambar 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Posttest Praktik Menyusui Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa rata-rata skor postest kelompok kontrol adalah sebesar 10,83 dengan standar deviasi sebesar 1,043. Skor terendah adalah sebesar 9 sedangkan skor tertinggi adalah sebesar 12. Skor yang paling banyak dimiliki responden adalah sebesar 10.

commit to user

C. Analisis Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Praktik Menyusui

pada Ibu Nifas

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Analisa data dengan menggunakan uji T-Test memiliki prasyarat dalam statistik parametrik yaitu data terdistribusi normal. Oleh karena itu perlu dilakukan uji normalitas data baik pretest maupun posttest. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan metode one sample kolmogorov-smirnov test.

a. Kelompok eksperimen

Tabel 4.1 Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Skor Z P Pretest Posttest 1,284 0,991 0,074 0,279 Sumber: Data primer 2011

Uji normalitas skor pretest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 1,284 dengan signifikansi (p) sebesar 0,074. Uji normalitas skor posttest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 0,991 dengan signifikansi (p) sebesar 0,279. Kedua pengujian menghasilkan p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest dan posttest kelompok eksperimen berdistribusi normal.

commit to user

b. Kelompok Kontrol

Tabel 4.2 Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest pada

Kelompok Kontrol Skor Z P Pretest Posttest 0,900 1,221 0,393 0,101

Sumber: Data Primer 2011 

Uji normalitas skor pretest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 0,900 dengan signifikansi (p) sebesar 0,393. Uji normalitas skor posttest menghasilkan nilai uji statistik z sebesar 1,221 dengan signifikansi (p) sebesar 0,101. Kedua pengujian menghasilkan p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest dan posttest kelompok kontrol berdistribusi normal.

2. Analisis Data

Setelah prasyarat dalam statistika parametrik yaitu data berdistribusi normal terpenuhi, maka data dapat dianalisis dengan menggunakan independent t-test. Metode ini digunakan untuk membandingkan selisih skor (posttest – pretest) antara kedua kelompok. Berikut adalah hasil perhitungan uji t dengan mengasumsikan variansi kedua kelompok sama (equal variances assumed).

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Independent Samples t test

Kelompok Mean Selisih Mean t df p

Eksperimen Kontrol

1,90

0,22 1,678 3,788 36 0,001

commit to user

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata selisih skor posttest dan pretest kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol, sehingga memberikan selisih positif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Uji statistik terhadap perbedaan tersebut menghasilkan nilai thitung sebesar 3,788 dengan signifikansi (p) sebesar 0,001. Pengujian dilakukan dengan derajat bebas (df) sebesar 36 dan pada taraf signifikansi sebesar 5% sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 2,028. Apabila dibandingkan terlihat bahwa thitung > ttabel (3,788 > 2,028) atau p < 0,05 sehingga diputuskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan skor praktik menyusui yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Oleh karena peningkatan skor kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling berpengaruh signifikan terhadap praktik menyusui.

commit to user

 

BAB V PEMBAHASAN

A. Kendala Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun banyak ibu-ibu nifas yang belum mengetahui cara menyusui yang benar. Dibuktikan dengan diketemukannya berbagai kendala, diantaranya pada saat posisi mulut bayi belum masuk semua ke areola ibu. Namun, hal tersebut sudah diminimalisir penulis dengan melakukan konseling menggunakan metode ceramah dan diskusi menggunakan media leaflet.

B. Karakteristik Responden

Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden, diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, dan pengalaman responden sehingga pengetahuan yang didapat benar-benar merupakan hasil dari konseling cara menyusui yang diberikan peneliti. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas dibawah ini.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok usia terbanyak baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, berada pada ibu dengan rentang usia antara 21 sampai dengan 35 tahun. Bertambahnya usia seseorang, memberikan konsekuensi berupa terjadinya perubahan pada aspek fisik dan psikologis sehingga taraf berfikir seseorang yang semakin matang dan dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).

Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden dari kelompok eksperimen maupun kontrol, didapatkan hasil, mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas). Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden yang diteliti.

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula mereka menerima informasi. Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal, dalam hal ini penyuluhan kesehatan juga dapat digolongkan dalam pendidikan non formal. Penelitian Hartanti (2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan hanya memberikan kontribusi sebesar 15,5% dalam penambahan

commit to user

 

pengetahuan seseorang karena 84,5% nya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).

Berdasarkan tingkat pekerjaan responden, didapatkan hasil bahwa responden pada kelompok eksperimen bekerja swasta yaitu 30,0% dari keseluruhan anggota kelompok. Sedangkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga yaitu 44,4% dari keseluruhan anggota kelompok.

Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang praktik menyusui misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang praktik menyusui dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Berdasarkan tingkat paritas responden, didapatkan hasil, mayoritas responden dari kelompok eksperimen pernah melahirkan 2 kali dan kelompok kontrol baru pernah melahirkan 1 kali. Pengalaman adalah suatu

kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat mempengaruhi pengetahuannya. Menurut teori Piaget, pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan informasi baru yang dalam hal ini diperoleh melalui konseling cara menyusui. (Mubarak 2007; Santrock 2003).

C. Pengaruh Konseling Cara Menyusui Terhadap Praktik Menyusui

Yang Benar

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa, Ho di tolak, yaitu terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai praktik menyusui yang benar setelah diberikan konseling dengan yang tidak diberikan konseling.

Uji statistik dengan independen t-test pada selisih skor post test

dan pre test masing masing kelompok, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat praktik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan ceramah atau kuliah merupakan metode belajar tradisional dimana bahan disajikan oleh konselor secara monologue

sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran konselor lebih banyak dalam hal keaktifannya untuk memberikan materi konseling, sementara peserta konseling atau klien mendengarkan dengan teliti serta mempraktikkan pokok-pokok dari pernyataan yang dikemukakan oleh konselor (Dharma, 2008).

commit to user

 

Menurut Heru (2008) metode ceramah memiliki beberapa keterbatasan maka dalam penggunaannya metode ceramah dapat digabung dengan metode-metode yang lain sehingga disebut sebagai metode ceramah bervariasi. Metode ceramah bervariasi bisa digabungkan dengan cara diskusi, demostrasi menggunakan media leaflet, poster, LCD dll.

Menurut Notoatmojo (2007), metode diskusi dalam konseling digunakan sebagai peningkatan metode ceramah. Dimana dalam memberikan informasi-informasi kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara mantap dan lebih mendalam.

Menurut penelitian Tarigan (2010) konseling dengan metode diskusi rata-rata peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan konseling dengan metode ceramah karena pada waktu berdiskusi peserta konseling lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa dengan adanya penggabungan metode diskusi dan ceramah yang ditunjang dengan media leaflet diharapkan hasil dari konseling lebih maksimal, karena dengan diskusi dan ceramah yang ditunjang media leaflet bukan hanya indra pendengaran saja yang digunakan responden untuk menerima informasi baru melainkan juga indra penglihatan, disamping itu responden juga berpartisipasi langsung dalam membentuk pengetahuannya sehingga bukan hanya sebagai penerima pasif informasi saja. Hal tersebut kemudian

dibuktikan dengan selisih hasil post test dan pre test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang mengalami perbedaan signifikan.

Berdasar uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini, dimana konseling dengan metode ceramah dan diskusi yang ditunjang media leaflet, berpengaruh terhadap perubahan tingkat praktik responden. Sebagaimana tujuan dari suatu konseling adalah untuk tercapainya perubahan perilaku dan terbentuknya perilaku sehat dimana salah satu indikator perubahan perilaku tersebut dapat dinilai dari perubahan tingkat pengetahuan (Fitriani, 2010).

commit to user

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan pembahasan “Pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta“ dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Praktik menyusui bayi dari 38 responden rata-rata skor pretest kelompok eksperimen adalah sebesar 11,05 dan rata-rata skor pretest kelompok kontrol 10,61.

2. Praktik menyusui bayi dari 38 responden rata-rata skor postest kelompok eksperimen adalah sebesar 12,95 dan rata-rata skor postest kelompok kontrol adalah sebesar 10,83.

3. Ada pengaruh konseling cara menyusui dengan praktik menyusui yang benar dimana t hitung > t table (3,788 > 2,028) dan p = 0,000 (p<0,05). Dari penelitian pengaruh konseling cara menyusui terhadap praktik menyusui yang benar di rumah bersalin wilayah Surakarta, maka diperoleh kesimpulan bahwa, terdapat pengaruh positif konseling terhadap praktik menyusui yang benar di Rumah Bersalin Surakarta. Pengaruh positif tersebut karena peneliti menggunakan metode konseling ceramah yang diikuti dengan diskusi dan media leaflet yang diberikan sebagai media konseling, sehingga responden tidak hanya pasif tetapi juga berperan aktif dalam mengonstruksi

commit to user

pengetahuannya sendiri. Hasil uji statistik, p value statistik uji-t independen 0,001 (p<0,05), dan t hitung (3,788) > t tabel (2.028).

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Dokumen terkait