• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2014 dan 2015 diperoleh hasil pada tahun 2014 prevalensi pada rahang atas sebesar 45,5% dan pada rahang bawah sebesar 54,5%.

Pada tahun 2015 hasil prevalensi pada rahang atas sebesar 35,7% dan pada rahang bawah sebesar 64,3%. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa prevalensi dry socket terbesar terdapat pada rahang bawah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khitab U dkk yang dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien pada klinik pribadi di Mardan dari Januari 2008 sampai Maret 2011, pada penelitian tersebut didapat bahwa persentase terbesar kasus dry socket terdapat pada rahang bawah dengan persentase sebesar 73,3%.3

Hal yang sama juga disampaikan dalam penelitian Uphadaya C dkk, berdasarkan rekam medis dari Januari 2007 sampai Desember 2008, pada penelitian tersebut didapat juga bahwa persentase terbesar kasus dry socket terdapat pada rahang bawah dengan persentase sebesar 60,22%.7

Hal yang sama juga disampaikan dalam penelitian Momeni H dkk, berdasarkan rekam medis dari bulan Mei sampai Juni 2010, pada penelitian tersebut didapat juga bahwa persentase terbesar kasus dry socket terdapat pada rahang bawah dengan persentase sebesar 0,07%.

Hal ini dikarenakan kepadatan tulang pada rahang bawah relatif tinggi, kurangnya vaskularisasi pada rahang bawah dan adanya penurunan kapasitas produksi jaringan granulasi pada rahang bawah.8 Soket pada rahang bawah lebih sering terisi oleh debris makanan dibandingkan dengan rahang atas, mikroorganisme

24

pada pasien yang memiliki oral hygiene buruk dapat berperan menyebabkan infeksi pada luka bekas pencabutan gigi.5 Trauma bedah yang cukup besar ketika pencabutan

gigi molar ketiga menyebabkan tulang alveolar melepaskan sel-sel yang dapat mengubah plasminogen menjadi plasmin yang menghancurkan bekuan darah

sehingga soket kering, pada saat yang bersamaan terjadi pelepasan kinin sehingga menimbulkan rasa sakit pada soket.

25

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dry socket adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi setelah pencabutan gigi, baik pencabutan secara sederhana maupun pencabutan yang dilakukan dengan cara pembedahan. Dry socket biasanya terjadi 2-3 hari setelah pencabutan yang ditandai dengan rasa nyeri yang hebat pada soket bekas pencabutan gigi dan biasanya menyebar sampai ke telinga. Dari penelitian yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU didapat bahwa prevalensi dry socket pada tahun 2014 sebesar 0,9% dari 3.417 kasus pencabutan gigi dan pada tahun 2015 sebesar 0,7%

dari 3.778 kasus pencabutan gigi. Dari penelitian ini juga didapatkan prevalensi dry socket pada rahang atas dan rahang bawah yaitu, pada tahun 2014 prevalensi dry socket pada rahang atas sebesar 45,5% dan pada rahang bawah sebesar 54,5%.

Sedangkan pada tahun 2015 prevalensi dry socket pada rahang atas sebesar 35,7%

dan pada rahang bawah sebesar 64,3%. Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa prevelensi terbesar terdapat pada rahang bawah.

6.2 Saran

1. Diharapkan penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di kedokteran gigi dan perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat prevalensi dry socket berdasarkan faktor resiko lainnya.

2. Berdasarkan hasil penelitian prevalensi dry socket pada rahang atas dan rahang bawah pada tahun 2014 dan 2015 sudah mengalami penurunan, namun sangat diharapkan prevalensi tersebut dapat ditekan menjadi lebih kecil lagi.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Balaji SM. Oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Mosby, 2009: 211,223, 226-9.

2. Bach T, Woo I. Management of complications of dental extractions.

http://www.ineedce.com (15 September 2015).

3. Khitab U, Khan A, Shah SM. Clinical characteristics and treatment of dry socket – a study. Pakistan oral and dental journal. 2012; 32: 206-8.

4. Preetha S. An overview of dry socket and it’s management. IOSR journal of dental and medical science. 2014; 13(5): 32-4.

5. Barbatunde O, Akinbami, Godspower T. Dry socket: Incidence, clinical features, and predisposing factors. International journal of dentistry. 2014;

2014: 1-2.

6. Hupp JR, William TP, Firriolo FJ. Dental clinical advisor. 1. USA: Mosby, 2006: 357.

7. Upadhaya C, Humagain M. Prevalence of dry socket extraction of permanent teeth at Katmandu university hospital (KUTH), dhulikel, karve, nepal: A study.

Katmandu university medical journal. 2010; 8(29): 18-9.

8. Momeni H, Shahnaseri S, Hamzehil Z. Evaluation of relative distribution and risk factors in patients with dry socket referring to yazd dental clinic. Dental research journal. 2011; 8(5): 84-5.

9. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 6.

China: Mosby, 2014: 174-87.

10. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial Surgery. 4. India: Mosby, 2004: 222-37.

11. Mohammed H, Younis A, Hantash ROA. Dry socket: Frequency, clinical picture,and risk factor in a Palestinian dental teaching center. The open dentistry journal. 2011; 5: 7-8.

27

12. Eshghpour M, Moradi A, Nejat AH. Dry socket following tooth extraction in an iranian dental center: Incidence and risk factors. JDMT. 2013; 2: 86-7.

13. Kolokythas A, Olech E, Miloro M. Alveolar osteitis: A comprehensive review of concepts and controversies. International journal of dentistry. 2010; 2010: 1-7.

14. Bagheri SC, Jo C. Clinical review of oral and maxillofacial surgery. USA:

Mosby, 2008: 94.

15. Cardoso C, Rodrigues M, Junior O, Garlet P, et al. Clinical concepts of dry socket. Journal oral and maxillofacial surgery. 2010; 68: 1922-9.

16. Kumar V, Chaudary M, Singh S, Gokkulakrishan. Post surgical evaluation of dry socket formation after surgical removal of impacted mandibular third molar – a prospective study. Open journal of stomatology. 2012; 2: 294-5.

17. Bowe DC, Rogers S, Stassen L. The management of dry socket/alveolar osteitis. Journal of the irish dental association. 2011; 57(6): 305-7.

18. Koerner K. Manual of minor oral surgery for the general dentist. USA:

Blackwell, 2006: 76.

19. Karnure M, Murot N. Review on conventional and novel techniques for treatment of alveolar osteitis. Asian journal of pharmaceutical and clinical research. 2013; 6: 13-5.

20. Chestnut IG, Gibson J. Clinical dentistry. 3. China: Elsevier, 2007: 387.

21. Chandran S, Alaguvelrajan M, Karthikeyan A, Ganesan K, et al. Incidence of dry socket in south Chennai population: A retrospective study. Journal of international oral health. 2016; 8(1): 119-22.

Lampiran 1

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Prevalensi Dry Socket Pada Rahang Atas dan Rahang Bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2014 dan 2015”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya alat tulis, kertas, tinta printer Rp 400,000 2. Biaya penjilidan dan penggandaan proposal Rp 300,000

Total Rp 700,000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti,

Wina Sabrina Lubis

Lampiran 2

Lampiran 3

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama Lengkap : Wina Sabrina Lubis

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir : Medan / 27 Mei 1994

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Karyawisata, Perumahan Johor Katelia Indah No. 81 Medan

Telepon/HP : 087867681367

Email : wina.sabrina_9a@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

2000-2006 : SD Harapan 3 Medan

2006-2009 : SMP Harapan 2 Medan

2009-2012 : SMA Negeri 1 Medan

2012-Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4

2014

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rahang Atas 15 45.5 45.5 45.5

Rahang Bawah 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

2015

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rahang Atas 10 35.7 35.7 35.7

Rahang Bawah 18 64.3 64.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Lampiran 5

Dokumen terkait