• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Dry socket

Dry socket merupakan komplikasi paling umum setelah pencabutan gigi. Dry socket terjadi karena disintegrasi bekuan darah dengan fibrinolisis. Dry socket didefinisikan sebagai nyeri pasca pencabutan gigi di dalam dan disekitar lokasi pencabutan gigi dan rasa nyeri ini meningkat keparahannya pada setiap waktu antara hari kedua sampai hari ketiga setelah pencabutan gigi, disertai dengan hancurnya gumpalan darah sebagian atau seluruhnya akibatnya tulang alveolar terekspos.11-14

Gambar 1. Gambaran klinis dry socket19

9

2.4.1 Etiologi dan Patofisiologi

Etiologi dari dry socket multifaktorial dan sampai saat ini masih belum jelas diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi. Etiologi yang diketahui adalah terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolisis sehingga melarutkan bekuan darah yang sudah terbentuk.

Birn mengungkapkan dua teori terjadinya dry socket, yaitu:

1. Teori fibrinolitik

Studi klinis dan eksperimental Birn telah menjelasakan mengenai peningkatan aktivitas lokal fibrinolitik sebagai faktor terjadinya dry socket. Birn mengamati terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolitik pada alveolus dengan dry socket dibandingkan dengan alveolus normal. Birn memperkuat pernyataannya bahwa lisis total atau sebagian dan hancurnya bekuan darah disebabkan oleh pelepasan mediator selama inflamasi oleh aktivasi plasminogen direct atau indirect ke dalam darah.

Ketika mediator dilepaskan oleh sel-sel pada tulang alveolar pasca trauma, plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh disintegrasi fibrin. Perubahan ini terjadi oleh adanya proaktivator selular atau plasmatik atau aktivator lainnya. Aktivator-aktivator tersebut diklasifikasikan menjadi direct (fisiologik) dan indirect (nonfisiologik) aktivator dan juga telah dibagi ke dalam subklasifikasi berdasarkan sumbernya, yaitu aktivator intrinsik dan ekstrinsik.

Aktivator direct intrinsik berasal dari komponen plasma seperti aktivator faktor XII dan urokinase. Direct aktivator ekstrinsik berasal dari luar plasma dan termasuk aktivator jaringan dan plasminogen endothelial. Indirect aktivator termasuk streptokinase dan stafilokinase. Substansi-substansinya dihasilkan dari interaksi antara bakteri dengan plasminogen dan bentuk aktivator kompleks tersebut yang mengubah plasminogen menjadi plasmin.

Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukan senyawa kinin di dalam alveolus. Kinin mengaktifkan terminal nervus primer afferen yang peka terhadap mediator inflamasi dan substansi allogenik lainnya yang pada konsentrasi 1ng/ml dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Plasmin juga

10

menyebabkan perubahan kallikrein menjadi kinin di dalam sumsum tulang alveolar.

Sehingga, adanya plasmin dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya dry socket dari berbagai aspek.1,4,13,15

2. Teori bakterial

Teori ini didukung dengan adanya jumlah yang tinggi dari bakteri disekitar lokasi pencabutan gigi pada pasien yang menderita dry socket dibandingkan dengan yang tidak menderita dry socket. Mikroorganisme anaerob umumnya ditemukan dan nyeri alveolar adalah karena efek dari racun bakteri pada ujung syaraf alveolar. Dry socket juga lebih sering terjadi pada pasien dengan oral hygiene yang buruk.

Sebuah penelitian mengemukakan bahwa bakteri anaerob penyebab terjadinya dry socket yang dilihat dari aktivitas fibrinolitik dari bakteri treponema denticola.

Actinomyces viscous dan streptococcus mutans dapat memperlambat penyembuhan pasca pencabutan gigi.1

2.4.2 Gambaran Klinis

Gambaran klinis dari dry socket adalah : 1,4,6,12,15-18

1. Dry socket ditandai dengan timbulnya rasa nyeri antara hari kedua sampai ketiga, rasa nyeri ini menyebar sampai ke telinga dan leher.

2. Soket kosong yang tidak memiliki gumpalan darah dan tulang alveolar terlihat.

Soket dapat terisi oleh sisa-sisa makanan dan air liur.

3. Permukaan tulang sangat sensitif, ditutupi oleh lapisan kuning keabu-abuan dan jaringan nekrotik. tulang kortikal pada rahang bawah tebal yang mengakibatkan perforasi pasokan darah

11 kelompok usia 30 dan 40 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Umar K dkk (2012), menyatakan bahwa dry socket terjadi sebesar 2,2% pada usia 11-20 tahun, 22,2%

pada usia 21-30 tahun, 36,6% terjadi pada usia 31-40 tahun, 16,7% terjadi pada usia 41-50 tahun, 13,4% pada usia 51-60 tahun dan 8,9% pada usia lebih dari 60 tahun.

Dry socket lebih sering terjadi pada usia 31-40 tahun dikarenakan pembentukan tulang alveolar sudah sempurna dan banyak terjadi penyakit periodontal sehingga adanya trauma pencabutan yang kemungkinan menimbulkan terjadinya dry socket.

4. Trauma

Trauma bedah yang cukup besar menyebabkan tulang alveolar melepaskan aktivator-aktivator jaringan dan mengubah plasminogen menjadi plasmin yang menghancurkan bekuan fibrin sehingga soket kering dan terasa nyeri.

5. Merokok

Merokok menyebabkan kemotaksis neutrofil dan fagositosis sehinga mengganggu produksi immunoglobulin. Nikotin dalam tembakau diserap melalui enterococcus, streptococcus viridians, bacillus coryneform, proteus vulgaris, pseudomonas aeruginosa, citrobacter freundi, escheria coli ke mukosa mulut.

Nikotin dapat mengganggu suplai oksigen yang menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan, sehingga resiko dry socket semakin besar.

6. Vasokonstriktor

Vasokonstriktor dalam anastesi lokal yang digunakan untuk pencabutan gigi juga dapat menyebabkan dry socket. Vasokonstriktor menyebabkan iskemia lokal sementara yang meningkatkan resiko dry socket.

12

7. Mikroorganisme

Tertundanya penyembuhan dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Nisan et al (1983) menyatakan bahwa bakteri anaerob treponema denticola menunjukkan plasminogen seperti aktivitas fibrinolisis.

8. Kontrasepsi oral

Lily (2014) mengamati bahwa dry socket terjadi tiga kali lebih sering pada wanita yang mengkonsumsi obat kontrasepsi oral dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi. Kontasepsi oral meningkatkan aktivitas fibrinolitik yang mempengaruhi stabilitas bekuan darah setelah pencabutan gigi. Kontrasepsi oral meningkatkan faktor II, VII, VIII, X dan plasminogen sehingga meningkatkan lisis dari bekuan darah.

9. Radioterapi

Radioterapi head and neck menurunkan suplai darah ke mandibula.8,13,18-20

2.4.4 Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya dry socket, yaitu:

1. Lakukan pembersihan rongga mulut sebelum operasi untuk mengurangi jumlah plak di dalam rongga mulut.

2. Riwayat klinis dan pemeriksaan radiografi disarankan khususnya pada pencabutan gigi yang sulit.

3. Profilaksis antibiotik yang tepat untuk pasien immunocompromise, pencabutan molar tiga yang sulit dan pada pasien dengan riwayat perikoronitis.

4. Untuk pasien yang merokok disarankan sebelum dan sesudah operasi untuk tidak merokok.

5. Bagi pasien wanita yang mengkonsumsi obat kontrasepsi oral, pencabutan gigi harus dilakukan pada hari ke 23 melalui 28 siklus tablet.

6. Disarankan untuk tidak berkumur-kumur terlalu keras dan menyikat gigi dengan lembut.

13

7. Penggunaan klorheksidin

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa penggunaan pra dan perioperatif dari 0,12% klorheksidin dapat mengurangi frekuensi terjadinya dry socket setelah pencabutan molar tiga rahang bawah.1

2.4.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dry socket dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Irigasi

Irigasi soket dengan normal salin dan pemberian analgesik yang potensial telah digunakan dalam penatalaksanaan dry socket. Pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang baik dan berkumur dengan normal salin hangat membantu dalam penyembuhan soket. Irigasi soket dengan larutan salin berguna untuk membuang fragmen gigi dan tulang, membuang jaringan nekrotik dan debris makanan. Nyeri dapat dikontrol dengan pemberian analgesik yang potensial.4,15

2. Medicated dressing

Turner berpendapat bahwa kemasan dari soket dapat menunda penyembuhan luka dan meningkatkan kemungkinan infeksi. Fazakerley dan Field menyarankan pelepasan jahitan lalu irigasi dengan larutan salin hangat dibawah anastesi lokal sebelum aplikasi dari bahan dressing. Bahan dressing mengandung zinc oxide, eugenol, anastetik dan antibiotik diaplikasikan ke kasa. Setiap 2-3 hari, kasa harus diganti dan dilepas setelah nyeri reda. 1,4,13,15

14

Dokumen terkait