• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

X%=

Keterangan:

X% = Persentase yang dicapai

∑n = Skor yang diperoleh

∑N = Jumlah Subjek (Ali, 2013: 184)

Setelah didapat data hasil perhitungan persentase maka dimasukkan pada skala empat untuk mengetahui daya serap siswa seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 PenentuanKriteria dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Empat

Interval Persentase Tingkat Penguasaan

Kategori Nilai Keterangan

86 – 100 A Baik sekali

76 – 85 B Baik

56 – 75 C Cukup

10 - 55 D Kurang

Sumber: (Nurgiyantoro, 2012: 253)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum memberikan implementasi tindakan kepada siswa di kelas, peneliti menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ini, peneliti dan guru akan melakukan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pembelajaran menulis puisi, dengan menggunakan model Teams Games Tournament. Waktu pembelajaran dalam satu kali pertemuan adalah 2 x 40 menit. Rencana tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus pertama adalah sebagai berikut:

3) merancang pembelajaran dengan menggunakan model Teams Games Tournament dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi. Mula-mula siswa diajak berdiskusi tentang puisi dan unsur-unsurnya. Selanjutnya siswa diberikan materi menulis puisi dengan memperkenalkan penggunaan model Teams Games Tournament;

4) menyiapkan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat pembelajaran yaitu kartu kata yang akan membantu siswa saat pelaksanaan games tournament;

5) menyiapkan instrumen yang berupa kartu kata, lembar pedoman pengamatan, lembar kerja siswa, dan lembar wawancara; dan

6) membagi tim siswa secara heterogen berdasarkan hasil belajar menulis puisi sebelumnya yang telah dilakukan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia.

b. Tindakan

1) Pertemuan Pertama

Penerapan model Teams Games Tournament dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi adalah pada kegiatan pendahuluan, peneliti memberikan apersepsi dan motivasi yaitu siswa diajak berdiskusi tentang puisi dan unsur-unsur pembentuknya. Kegiatan inti, peneliti memberikan presentasi kelas yaitu menjelaskan langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan kartu kata.

Peneliti membagi tim siswa yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti menjelaskan tahap-tahap menulis puisi dengan menggunakan kartu kata dimulai dengan memahami kata kunci, kemudian mengaitkan kata kunci tersebut dengan diksi yang menarik.

Tahap elaborasi peneliti memberikan tugas kepada setiap tim untuk menulis puisi berdasarkan kartu kata yang dibagikan. Selanjutnya peneliti menjelaskan langkah-langkah model Teams Games Tournament kepada siswa. Siswa diarahkan untuk melakukan game turnamen bedasarkan tingkat kemampuan yang homogen, artinya perwakilan setiap tim maju mengikuti turnamen berdasarkan tingkat kemampuannya. Saat pelaksanaan turnamen ini, setiap perwakilan tim asal diminta untuk mendeskripsikan kata kunci yang dipilih secara acak hingga semua peserta turnamen mendapatkan bagian yang sama. Setelah menyelesaikan turnamen, siswa diminta kembali ke tim asal untuk mendiskusikan puisi berdasarkan hasil deskripsi kata kunci yang telah dibahas saat turnamen. Pada tahap ini, peneliti menghitung poin yang diperoleh siswa selama turnamen yaitu kemampuan siswa mendeskripsikan kata kunci dengan menarik akan diberikan poin masing-maisng hingga mendapatkan penghargaan tim.

Peneliti mengkondisikan kelas untuk memberikan umpan balik berupa tanya jawab dan meluruskan hal-hal yang belum dipahami siswa berdasarkan hasil menulis puisi. Refleksi pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesimpulan hasil pembelajaran menulis puisi pada hari itu dan jalannya tindakan pembelajaran menggunakan model Teams Games Tournament. Selanjutnya di

akhir pertemuan, peneliti menginformasikan tes individu menulis puisi pada pertemuan berikutnya.

b. Refleksi

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat atau merekam interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran menulis puisi atau pengumpulan hasil observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Data yang dikumpulkan saat pelaksanaan proses pembelajaran adalah data catatan lapangan. Data tes dikumpulkan saat evaluasi, dan data respon siswa dikumpulkan saat melakukan wawancara pada akhir pelaksanaan siklus penelitian.

2) Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan memilah data yang kurang mendukung penelitian. Data yang dipakai adalah data yang mendukung untuk menjawab masalah penelitian dipergunakan sesuai dengan fokus penelitian.

Masalah penelitian pertama berkaitan dengan penerapan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, reduksi data ini yaitu berupa data observasi yang digunakan untuk melihat kegiatan pengajaran guru pada pelaksanaan siklus, serta aktivitas siswa pada proses pembelajaran dalam penerapan model Teams Games Tournament pada pelaksanaan siklus.

Masalah penelitian kedua berkaitan dengan peningkatan kemampuan siswa menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament, reduksi data ini yaitu berupa data tes menulis puisi yang terdiri dari empat aspek penilaian berupa aspek diksi (pilihan kata), aspek gaya bahasa, aspek kesesuaian judul, tema, dan isi, serta aspek makna. Masalah penelitian ketiga berkaitan dengan respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament, reduksi data ini berupa data wawancara dari responden yang dilakukan pada akhir siklus atau akhir pembelajaran dan wawancara yang digunakan sebagai refleksi guru pada proses pengajaran pada pelaksanaan siklus.

3) Penyajian Data

Pada penyajian data ini peneliti menyajikan data proses pembelajaran yaitu berupa data observasi dan data hasil evaluasi pembelajaran menulis puisi menggunakan model Teams Games Tournament berupa data tes.

Data observasi proses pembelajaran menulis puisi dengan penerapan model Teams Games Tournament pada siklus I dari catatan lapangan yang telah diuraikan berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran dapat diketahui guru sudah cukup baik menggunakan model Teams Games Tournament dan siswa sudah menunjukkan keaktifannya dalam pembelajaran menulis puisi. Siswa begitu semangat untuk mencoba menggunakan model Teams Games Tournament dalam praktik menulis puisi walaupun masih ada yang terlihat bingung. Hal ini disebabkan sebelumnya siswa belum pernah menggunakan model tertentu dalam praktik menulis puisi.

Hasil tes siswa menulis puisi setelah mendapatkan implementasi tindakan siklus I mendapatkan hasil yang cukup baik berdasarkan setiap aspek menulis puisi. Perolehan semua aspek dalam puisi siswa, rata-rata hitung untuk aspek diksi dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai 17,92 atau 71,68%. Rata-rata hitung untuk aspek gaya bahasa dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai 15,42 atau 61,68%. Aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi siswa

memperoleh rata-rata 18,75 atau 75%. Aspek makna dalam puisi siswa mencapai skor rata-rata 13,75 atau 55%. Nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diamati dalam puisi siswa di akhir siklus I sebesar 65,83.

Aspek yang terlihat belum mampu dikuasai siswa dalam menulis puisi adalah aspek makna dan gaya bahasa. Berdasarkan hasil kerja siswa menulis puisi banyak ditemukan puisi yang kurang sesuai maknanya karena terlihat siswa hanya menuliskan untaian diksi yang menurutnya menarik tetapi kurang memperhatikan kekohesifan atau kepaduan antarlariknya. Misalkan saja di larik pertama siswa menuliskan tentang suatu keadaan yang mengembirakan, namun pada larik berikutnya tiba-tiba berubah menjadi suatu kesedihan yang menguraikan air mata. Hal ini tentu bertentangan dan tidak dapat dipahami makna yang ingin disampaikan sebenarnya tentang kegembiraan atau kesedihan.

Aspek gaya bahasa juga demikian halnya, banyak hasil kerja siswa yang dirasa masih mengambang gaya bahasanya. Artinya tidak jelas gaya bahasa membandingkan kata konkret yang digunakan karena isinya juga tidak jelas mengarah pada tema yang ditulis. Imajinasi siswa terlihat masih kurang kreatif yaitu belum dapat memunculkan khayalan bagi pembacanya. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa yang masih kurang dan kurang konsentrasinya saat menulis puisi. Susunan kata yang siswa gunakan cenderung menggunakan bahasa sehari-hari sehingga kurang terlihat adanya gaya bahasa khas puisi yang menarik dengan menggunakan majas perumpamaan, perbandingan.

Pada aspek diksi dan aspek kesesuaian judul, tema, dan isi menulis puisi terlihat sudah cukup mampu dikuasai oleh siswa. Pilihan kata yang digunakan siswa terlihat cukup cermat artinya hanya beberapa siswa yang menggunakan pemborosan kata karena kata yang satu sudah menjelaskan suatu maksud tetapi kata berikutnya yang digunakan mempunyai maksud yang sama. Pada aspek kesesuian judul, tema, dan isi terlihat sudah cukup dipahami siswa karena mampu fokus pada tema yang ditulisnya hanya saja pada larik-lariknya terlihat ada yang kurang padu. Namun secara umum isinya masih membahas tema yang dimaksudkan.

Dengan demikian, perolehan nilai akhir rata-rata kelas secara umum yang diperoleh siswa pada siklus I ini berdasarkan hasil tes kelompok yaitu 71,67 dan hasil tes individu 65,83 adalah 68,75 termasuk pada kategori cukup. Artinya siswa sudah cukup mampu menulis puisi berdasarkan aspek menulis puisi. Namun kelemahan yang masih terlihat pada siklus I ini yaitu pada penggunaan gaya bahasa dan makna yang kurang diperhatikan oleh siswa karena siswa hanya menuliskan apa yang terlintas di imajinasinya dengan pilihan kata yang sudah cukup menarik tetapi kurang mencermati keterpaduan makna yang tercipta dan gaya bahasa yang akan memudahkan pembaca untuk memahami puisinya tersebut.

4) Kesimpulan

Dari reduksi data dan penyajian data peneliti menarik kesimpulan bahwa dari data observasi dan data tes pada siklus I sudah cukup baik. Setelah diadakan perlakuan tindakan dengan menggunakan model Teams Games Tournament pada siklus I, hal-hal positif yang terjadi bahwa penggunaan model Teams Games Tournament dalam kegiatan praktik menulis puisi dapat memberikan kesenangan, memudahkan dan dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam praktik menulis puisi. Selain itu, siswa merasa penggunaan model Teams Games Tournament ini sangat menarik dan dapat menambah kemampuannya dalam menulis puisi karena menjadikan siswa lebih

memahami tahap menulis puisi yang baik dari diskusi tim dan adanya turnamen yang dapat melatih kemampuan siswa.

Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi juga dapat dilihat dari skor rata-rata hitung hasil kerja siswa menulis puisi setelah menggunakan model Teams Games Tournament. Jumlah nilai rata-rata hitung yang dicapai siswa sebelum menggunakan model Teams Games Tournament adalah 56,5 dan setelah menggunakan model Teams Games Tournament pada siklus I rata-rata hitung akhir puisi siswa dari hasi tes kelompok dan individu menjadi 68,75 Jadi, skor rata-rata puisi siswa mengalami peningkatan sebesar 12,25 dari hasil sebelum menggunakan model Teams Games Tournament.

Namun, dari hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru, dalam menerapkan penggunaan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Pertama, terkait dengan proses pembuatan puisi, di antaranya siswa mengalami kendala dalam berkonsentrasi saat menulis puisi, selain itu masih ada siswa yang belum memahami bagaimana cara penggunaan model Teams Games Tournament. Kedua, pada implementasi tindakan siklus II, peneliti dan guru juga akan memfokuskan pada peningkatan pemilihan kata, penggunaan gaya bahasa kias, dan makna. Hal ini dilakukan agar aspek-aspek yang diamati dalam puisi dapat meningkat dengan optimal.

Berdasarkan kesimpulan hasil refleksi siklus I diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata akhir siklus I dari hasil tes kelompok dan individu yaitu 68,75 terlihat masih belum mampu mencapai nilai ketuntasan yang ditentukan yaitu 70. Berdasarkan ketuntasan hasil akhir menulis puisi siklus I yaitu 61,11% juga terlihat belum mencapai indikator keberhasilan pembelajaran. Sesuai yang ditargetkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yaitu setidak-tidaknya 85% dari jumlah siswa sudah tuntas, maka suatu pembelajaran akan berhasil. Berdasarkan permasalahan yang perlu ditingkatkan tersebut,

1) Pembahasan

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dalam Pembelajaran Menulis Puisi

Penerapan model Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi berdasarkan catatan hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menjadi semakin baik dan optimal dengan

digunakannya model Teams Games Tournament. Siswa menunjukkan keaktifannya dalam pembelajaran menulis puisi. Siswa begitu semangat untuk menggunakan model Teams Games Tournament dalam praktik menulis puisi. Siswa sudah mampu menulis puisi dengan tenang dan konsentrasi dengan imajinasi dan daya kreatifitas mereka masing-masing.

Pada siklus I, awalnya saat guru mulai memasuki materi mengenai puisi, siswa terlihat ada yang kurang tertarik dengan materi terkait puisi. Namun, saat guru menjelaskan bahwa dalam penulisan puisi kali ini akan menggunakan model Teams Games Tournament dengan kartu kata yang ada turnamen dan penghargaan timnya, maka siswa terlihat lebih antusias dengan mampu menghargai dan memperhatikan guru. Memasuki proses pembelajaran, setelah menyajikan materi dan menjelaskan mengenai pilihan kata dalam puisi berdasarkan kartu kata, guru menugaskan siswa untuk memahami kata kunci pada kartu kata. Saat bekerja sama bersama tim ini, tidak semua siswa aktif mendiskusikan kartu kata yang dibagikan, ada yang hanya memperhatikan saja sambil bergurau di tim.

Pelaksanaan game turnamen siklus I, terlihat ada siswa yang belum paham aturan saat melaksanakan game turnamen karena kebingungan saat turnamen. Pada tahap ini guru kurang begitu memperhatikan keadaan siswa karena guru juga terlihat kurang mampu menguasai kelas terhadap setiap kelompok turnamen. Seelah turnmaen selesai, siswa kembali ke tim asal untuk menulis puisi, terlihat siswa masih ada yang kurang aktif di tim karena hanya diam saja. Selanjutnya penghargaan tim yang diberikan guru berupa pujian kepada tim yang mendapatkan skor tinggi dan tetap memberikan motivasi untuk tim yang lainnya.

Untuk menguji pemahaman siswa, guru mengadakan tanya jawab. Awalnya siswa terlihat malu dan ragu-ragu untuk bertanya, tetapi dengan motivasi tepuk tangan bagi yang mau bertanya dan menanggapi pertanyaan, siswa terlihat menunjukkan keaktifannya bertanya jawab. Saat refleksi guru kurang membimbing siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai hasil pembelajaran. Hal ini tentu menjadikan siswa kurang terlibat saat merefleksikan hasil pembelajaran.

Hasil catatan lapangan siklus I dapat disimpulkan bahwa secara umum guru sudah mampu menerapkan modelnya sesuai dengan rancangan pembelajaran, namun saat pelaksanaannya diharapkan untuk lebih optimal lagi agar hasilnya semakin baik.

Rencana pembelajaran yangdirancang oleh guru perlu difokuskan lagi pada model yang digunakan agar siswa paham. Siswa terlihat sangat antusias melaksanakan game turnamen, namun keantusiasan ini membuat kelas menjadi kurang terkendali karena banyak yang ribut. Secara umum model Teams Games Tournament sudah mampu menarik minat siswa untuk menulis puisi.

2. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

a. Siklus I

1) Dari segi pilihan kata/ diksi

Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu puisi. Dalam puisi hasil karya siswa secara umum sudah mulai menggunakan diksi yang efektif dan estetis.

Skor maksimal aspek diksi yaitu 25 dan skor yang mampu dicapai oleh siswa pada siklus I ini yaitu 17,92. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah cukup paham memilih kata-kata yang tepat yaitu kata-kata yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi atau dirasakan.

Berdasarkan hasil kerja siswa pada aspek diksi, secara umum setiap kata perkata sudah mulai terangkai dengan baik dan memiliki makna. Baris demi baris dalam setiap baitnya sudah cukup mendukung dan mempunyai arti. Kata-kata yang digunakan cukup mampu menimbulkan asosiasi pembaca namun masih ada juga yang menggunakan kata yang berlebihan. Melalui pilihan kata yang digunakan, pembaca dapat turut merasakan peristiwa yang terjadi dan ikut merasakan suasana dari puisi tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa sudah mulai dapat menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan situasi yang digambarkan.

d. Dari segi gaya bahasa

Gaya bahasa merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai kepuitisan. Suatu puisi dapat dikatakan puitis apabila memiliki keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat, membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Gaya bahasa dalam puisi mengkiasakan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain agar tercipta

sebuah gambaran yang jelas, lebih menarik dan membuat lebih hidup. Skor maksimal aspek gaya bahasa adalah 25 dan skor yang mampu dicapai siswa pada siklus I ini adalah 15,42. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami penggunaan gaya bahasa yang menyangkut citraan dalam sebuah puisi.

Berdasarkan hasil puisi yang ditulis siswa, sudah terdapat penggunaan gaya bahasa kias, namun belum bervariasi karena hanya menggunakan bahasa kias berjenis personifikasi. Citraan penglihatan sudah ditemukan pada beberapa hasil siswa walaupun gaya bahasanya maish sangat sederhana. Citraan pendengaran masih jarang ditemukan karena kebanyakan menggunakan citraan penglihatan saja. Melalui gaya bahasa tersebut pembaca sudah dapat memiliki sugesti atau gambaran peristiwa yang terjadi kepada suasana atau hal yang dikisahkan di dalam puisi. Namun, kebanyakan siswa menggunakan bahasa kias yang mubazir pada baris puisinya. Artinya makna yang telah diungkapkan dengan bahasa kias personofokasi diungkapkan lagi dengan kata-kata konkret sehingga ditemukan dua jenis kata yang memiliki makna yang sama.

e. Dari segi keseuaian judul, tema dan isi

Kesesuian judul, tema, dan isi puisi merupakan ide utama yang dimaksudkan oleh penulis. Apakah ia benar-benar fokus pada perasaannya atau hanya asal tulis saja. Melalui kesesuaian judul, tema, dan isi ini akan terlihat kekuatan curahan perasaan penulis yang menunjukkan ekspresinya terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapi atau dialami. Skor maksimal untuk aspek ini adalah 25 dan skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan siklus I yaitu 18,75. Hal ini menunjukkan siswa mampu mengekspresikan perasaannya yang terlihat dari is puisi yang fokus tertuju pada suatu masalah atau keadaan yang benar-benar pernah dialami. Berdasarkan hasil puisi siswa, secara umum puisi-puisi tersebut sudah sudah menggunakan judul yang sesuai dengan isi puisi, yakni menceritakan tentang suatu keadaan yang dalam hal ini juga sesuai dengan tema yang ditentukan sesuai dengan perasaan penulis.

f. Dari segi makna

Setiap baris dalam masing-masing bait memiliki keterkaitan yang saling mendukung makna. Antara bait pertama, kedua dan ketiga terjalin kesinambungan makna. Bait pertama sebagai pembuka, bait kedua sebagai klimaks dan ditutup dengan bait ketiga. Melalui kata-kata yang digunakan, citraan dan bahasa kias pendukung, pembaca dapat memahami isi dari puisi tersebut. Pembaca juga diajak untuk ikut merasakan peristiwa dan kepedihan yang di alami oleh tokoh di dalam puisi. Hal ini berarti bahwa puisi memiliki makna yang jelas.

Skor maksimal untuk aspek makna adalah 25 dan skor yang dicapai siswa pada siklus I ini yaitu 13,75. Perolehan skor ini menunjukkan masih kurangnya keterkaitan makna yang saling mendukung pada setiap baris puisi yang ditulis siswa. Berdasarkan hasil menulis puisi siswa, kebanyakan siswa terlihat hanya menuliskan apa yang terlintas di imajinasinya saja, tetapi kurang memperhatikan kepaduan atau keterkaitan makna yang tercipta pada setiap baris puisinya.

Contohnya pada baris pertama siswa menggambarkan tentang suatu fenomena keindahan dengan ekspresi yang dituangkan pada diksi untuk mengisyaratkan suatu menggembirakan seperti ―Cerah bersinar memancarkan cahaya‖. Namun pada baris berikutnya siswa menggambarkan keadaan yang sangat menyedihkan seperti ―Kabut hitam tebal bersanding dengan awan yang

kelam‖. Kedua baris puisi ini jelas tidak memiliki kesinambungan, hari yang sedang cerah tiba-tiba menjadi kelam dalam seketika tanpa ada penyebabnya.

Hal ini jelas sulit ditemukan makna yang sebenarnya ingin disampaikan penulis mengenai keadaan menggembirakan atau menyedihkan.

Berdasarkan pembahasan semua aspek manulis puisi yang diperoleh siswa pada akhir siklus I dengan skor rata-rata puisi hasil kerja individu siswa 65,83 dan hasil kerja kelompok 71,67 diperoleh hasil akhir 68,75 menunjukan hasil yang cukup baik dan jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya tanpa menggunakan model Teams Games Tiurnament menggambarkan adanya peningkatan. Untuk lebih jelasnya mengenai perolehan aspek menulis puisi dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Aspek Menulis Puisi Siklus I

Rata-rata hitung untuk aspek diksi dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai 17,92. Rata-rata hitung untuk aspek gaya bahasa dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai 15,42. Aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi siswa memperoleh rata-rata 18,75. Aspek makna dalam puisi siswa mencapai skor rata-rata-rata-rata 13,75. Aspek yang terlihat belum mampu dikuasai siswa dalam menulis puisi adalah aspek makna dan gaya bahasa. Sedangkan aspek diksi dan aspek kesesuaian judul, tema, dan isi menulis puisi terlihat sudah cukup mampu dikuasai oleh siswa.

Dengan demikian, siswa sudah cukup mampu menulis puisi berdasarkan aspek menulis puisi. Namun kelemahan yang masih terlihat pada siklus I ini yaitu pada penggunaan gaya bahasa dan makna yang kurang diperhatikan oleh siswa karena siswa hanya menuliskan apa yang terlintas di imajinasinya dengan pilihan kata yang sudah cukup menarik tetapi kurang mencermati keterpaduan makna yang tercipta dan gaya bahasa yang akan memudahkan pembaca untuk memahami puisinya.

2. Siklus II a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, rencana tindakan siklus II adalah sebagai berikut:

0 5 10 15 20

Diksi Gaya Bahasa Judul & Tema Makna

Diksi Gaya Bahasa Judul & Tema Makna

Dokumen terkait