• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PTK. DI SUSUN OLEH : ERNA SAFITRI,S.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PTK. DI SUSUN OLEH : ERNA SAFITRI,S.Pd"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PTK

JUDUL: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS

GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS VIII A SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA NEGERI 1 KETUNGAU TENGAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021

DI SUSUN OLEH : ERNA SAFITRI,S.Pd

SMPN 1 KETUNGAU TENGAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2020

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Kleis seperti yang dikutip oleh Sukmadinata (2010: 24) yang memberikan batasan bahwa,

Pendidikan adalah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami.

Pengalaman itu terjadi karena ada interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.

Pembelajaran sastra dapat memberikan pencerahan batin kepada siswa. Melalui pembelajaran sastra siswa dapat merasakan dan seakan mengalami berbagai peristiwa yang dibuat pengarang dalam sebuah karya sastra. Dengan merasakan dan seakan mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang terdapat dalam sebuah karya sastra, siswa akan kaya dengan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan ini pada akhirnya akan meningkatkan kepekaan perasaan siswa terhadap kehidupan di sekitarnya sehingga membentuk pribadi yang berbudi perkerti luhur.

Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi. Kosasih (2012: 97) ―Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin.‖ Jadi, di dalam sebuah puisi, penyair mencurahkan segala perasaan dan pikirannya atau di kenal dengan pengalaman jiwa.

Berdasarkan hasil praobservasi melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah, kelas VIII A merupakan kelas yang memiliki nilai menulis puisi rendah dibandingkan kelas VIII lainnya. Hal ini didasarkan pada nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes menulis puisi sebelumnya yaitu dengan nilai rata-rata 56,5 (terlampir) sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 70. Menurut guru kelas VIII A, saat penulis melakukan wawancara pada tanggal 20 Januari 2014, dari jumlah siswa kelas VIII A yaitu sebanyak 36 siswa, yang sudah mampu mencapai nilai KKM (70) atau yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis puisi yaitu sebanyak 14 siswa dengan persentase 38,89%.

Sedangkan 22 siswa lainnya belum mampu mencapai nilai KKM (70) yang dinyatakan belum tuntas yaitu dengan persentase 61,11%.

Berdasarkan hasil puisi yang dibuat siswa pada penugasan yang pernah diberikan oleh guru, menunjukkan bahwa banyak diantara siswa yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut. Sebagian besar siswa menghabiskan waktu yang diberikan untuk mencari ide tulisan dan siswa mengalami kesulitan untuk memilih kata-kata untuk menulis puisi. Akibatnya, tugas menulis yang seharusnya selesai harus menjadi tugas di rumah.

Rendahnya kemampuan siswa menulis puisi karena kebosanan, kejenuhan, serta kebingungan yang dialami siswa. Kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap kegiatan menulis puisi menjadi pemicu rendahnya kemampuan siswa menulis puisi, selain itu, pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi siswa

(3)

dan kreativitas siswa dalam berbahasa juga menjadi faktor rendahnya kemampuan siswa menulis puisi.

Melihat fenomena tersebut, perlu dihadirkan sebuah model pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi. Salah satu model yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan inspirasi dan minat siswa dalam belajar.

Huda (2013: 197), menyatakan bahwa ―Teams Games Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran.‖ Teams Games Tournament adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan dalam Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament diyakini dapat membantu siswa menulis puisi yaitu siswa akan lebih mudah membahas dan menemukan gagasan atau ide berdasarkan kata yang telah dituliskan pada sebuah kartu. Siswa akan lebih mudah untuk menyampaikan ide atau inspirasinya karena dapat bekerjasama.

Melalui model ini dapat dilatih kerjasama siswa sehingga dapat saling menghargai.

Alasan penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament karena TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menarik.

Menarik karena diselingi dengan games atau permainan akademik dengan mengaitkan materi yang dipelajari sehingga siswa tidak bosan dalam belajar dan menjadi tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Teams Games Tournament juga sesuai untuk menulis puisi karena dalam Teams Games Tournament, apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti tentang menulis puisi, maka anggota kelompok lain yang sudah paham bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya. Dengan demikian, siswa tidak ragu lagi, siswa dapat menulis puisi disertai praktek yaitu secara berkelompok.

Teams Games Tournament memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan perasaan atau persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. Dapat meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. Teams Games Tournament mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu dan menjadikan proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa karena diselingi dengan games dan tournament yang membuat motivasi belajar lebih tinggi.

Harapan penulis dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi, selain dapat membantu siswa untuk lebih terbantu mengembangkan ide menulis puisi, juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif atau pilihan bagi guru dalam mengajar. Guru harus mampu menggunakan cara belajar yang menarik dan salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

―Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada Siswa Kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021‖.

B. Masalah Penelitian 1. Masalah Umum

Masalah penelitian secara umum adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

(4)

Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2013/2014?

2. Sub Masalah

Berdasarkan masalah umum, maka sub masalah penelitian ini yaitu:

a. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021?

b. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021?

c. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan masalah umum, maka yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeksripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan sub masalah, maka tujuan khusus penelitian ini yaitu:

a. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.

b. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.

c. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah tahun pelajaran 2020/2021.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan koseptual terutama pengetahuan mengenai kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini siswa diharapkan dapat memudahkan dan mengkreatifkan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan agar guru dapat menggunakan model yang sesuai dalam pembelajaran menulis puisi dan diharapkan guru selalu berupaya meningkatkan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

(5)

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis puisi.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat menjadi lebih termotivasi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan menjadikan penelitian ini pengalaman bermanfaat.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 60) ―Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.‖ Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2009: 61) ―Variabel bebas adalah stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan.‖

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.

b. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2009: 61) ―Variabel terikat adalah akibat atau tidak bebas yang dipengaruhi variabel bebas dan menjadi akibat terjadinya suatu perubahan.‖

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi.

2. Definisi Operasional

Menurut Anggoro (2007: 1.29), ―Definisi operasional merupakan variabel yang telah didefinisikan dengan menggunakan definisi-definisi sederhana dan mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi orang lain yang mungkin akan menggunakan variabel tersebut untuk penelitian lebih lanjut.‖ Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

a. Kemampuan Menulis Puisi

Kemampuan menulis puisi adalah suatu kecakapan seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan ke dalam bahasa tulis sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan srtuktur batin.

b. Model Pembelajaran Koooperatif Tipe Teams Games Tournament

Menurut Lie (2008: 12) ―Model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.‖ Model kooperatif dalam penelitian ini ditekankan untuk lebih memudahkan siswa agar dapat bekerjasama dan berpikir bersama.

Teams Games Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

(6)

BAB II KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

A. Kemampuan Menulis

1. Pengertian Kemampuan Menulis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 623) kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan; berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Ambarjaya (2012: 17) kemampuan peserta didik (student abilities: adalah segala potensi dan kecakapan yang dimiliki peserta didik, baik dalam segi kognitif, sosial, afektif maupun psikomotor. Dengan demikian kemampuan merupakan suatu potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.

Menulis merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung, melalui tulisanlah ide/gagasan dan perasaan seseorang diungkapkan karena menulis merupakan satu diantara keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Tarigan (2008: 4) mengemukakan bahwa:

Menulis dipergunakan, melaporkan atau memberitahukan, dan memengaruhi;

dan maksud serta tujuan seperti hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang- orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan dengan jelas, kejelasan itu tergantung pikiran organisasi, pemakaian kata-kata, struktur kalimat.

Tarigan (2008: 22) menambahkan bahwa, ―Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehinggga

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.‖ Selanjutnya Zainurrahman (2011: 4) mengemukakan pendapatnya bahwa, ―Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.‖

Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah upaya sesesorang dalam mengekspresikan hasil pikiran dan perasaannya yang ingin dikomunikasikan kepada orang lain secara tidak langsung yang disampaikan melalui simbol-simbol bahasa tulis yang tertata dan mudah dipahami serta mempunyai arti. Menulis memiliki tujuan untuk menjadikan siswa terampil dalam menulis agar dapat menuangkan ide/gagasan dalam bentuk tulisan yang dikomunikasikan kepada pembaca. Kegiatan menulis bukan merupakan suatu bakat akan tetapi memerlukan proses latihan yang secara berkesinambungan.

2. Tujuan dan Manfaat Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Tarigan (2008: 24) mengemukakan setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan;tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini:

a. Memberitahukan atau mengajar;

b. Meyakinkan atau mendesak;

c. Menghibur atau menyenangkan;

(7)

d. Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.

Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 25) merangkumnya sebagai berikut:

a. Tujuan Penugasan

Penulis memilih sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku).

b. Tujuan Altruistik

Penulis bertujuan menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, ingin membuat hidup para pembaca lebih menyenangkan dengan karyanya.

c. Tujuan Persuasif

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Tujuan Informasional/Penerangan

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

e. Tujuan Pernyataan Diri

Tujuan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Tujuan Kreatif

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g. Tujuan Pemecahan Masalah

Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran dan gagasannya agar dapat an diterima pembaca.

Seorang penulis dalam menulis harus memiliki kemampuan menyerap, mencari, dan menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya karena pembaca merasa puas. Hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sangat sulit sehingga orang atau siswa kurang berminat untuk dapat menulis dengan baik dan benar. Tarigan (2008: 24) mengemukakan manfaat menulis:

a. Menulis menyumbang kecerdasan;

b. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatif;

c. Menulis menumbuhkan keberanian; dan

d. Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah:

a. Maksud dan tujuan sang menulis (perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca).

b. Penulis atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan atau teman sang penulis).

c. Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis, mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis sangat membantu penulis menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan teratur. Teratur artinya mengikuti tata bahasa yang baku dan berlaku dalam bahasa Indonesia.

(8)

B. Puisi

1. Pengertian Puisi

Menurut Kosasih (2012: 97) ―Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna.‖ Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya.

Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.

Tarigan (2011: 7) mengemukakan bahwa ―Puisi adalah ekspresi yang konkret dan artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.‖ Puisi dapat dirumuskan sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar- pendengarnya.

Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas. Puisi sebagai sosok pribadi penyair atau ekspresi personal berarti puisi merupakan luapan perasaan atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi pada persepsi- persepsinya. Bahasa dalam puisi sebagai sosok pribadi penyair lebih difungsikan untuk menggambarkan, membentuk dan mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan dan sikap penyairnya. Dibandingkan dengan bentuk lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Puisi juga merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.

Samuel Taylor Colerige (Pradopo 2005: 6), mengemukakan ―Puisi itu kata-kata terindah dalam susunan terindah.‖ Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangta erat hubungannya, dan sebagainya. Shelley (Pradopo 2005: 6), mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Kata-kata adalah kata-kata itu sendiri, sehingga ia harus dibebaskan dari beban makna maupun metafora. Setiap kata mengandung berbagai makna sehingga mampu mewakili berbaris-baris kalimat yang hendak diungkapkan penulisnya. Hal ini pulalah yang membuat penafsiran terhadap sebuah puisi menjadi bermacam-macam. Akan tetapi, pada dasarnya karya sastra termasuk puisi memang multi interpretable. Karena, pada hakekatnya, semua puisi adalah sama, yaitu menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Semua puisi adalah ungkapan perasaan dan pemikiran penyairnya yang ingin dikomunikasikan itu tidak lain adalah manusia, hidup, kemanusiaan, dan kehidupan.

Berdasarkan beberapa definisi puisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi meupakan bentuk ungkapan perasaan dan pemikiran pengarangnya dimana pengarang memiliki hak penuh terhadap puisi tersebut, baik dari segi isi maupun tipografinya. Sebuah puisi akan memunculkan karakternya sendiri, sebgaimana karakter yang dimiliki pengarangnya.

2. Unsur-unsur Puisi

(9)

Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam (Waluyo dalam Kosasih, 2012: 97). Penjelasan dari unsur-unsur puisi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Unsur Fisik Puisi

Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Diksi (Pemilihan Kata)

Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya.

Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki kehaarmonisan dengan kata-kata lainnya. Contoh diksi dalam puisi yaitu seperti pada puisi karya Iyan Sugyana berikut:

perahu kertas masih berlayar mengalir, mengikuti alur air meski ia sendiri tak pernah tahu seberapa panjangkah perjalanan yang musti ia tempuh

akankah ia sampai pada suatu tujuan ataukah karena kerapuhannya ia akan koyak bahkan lumat oleh air yang membawanya hingga ia pun tak pernah sempat menyelesaikan perjalanannya

Diksi yang terdapat dalam puisi tersebut secara kesinambungan memiliki makna yang lebih dari satu yang mempunyai efek keindahan. Kata-katanya puisi disertai bunyi yang indah dan hubungan kata-kata yang serasi antara kata yang satu dengan kata yang lainnya.

1) Kata Konotasi

Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, imajinasi, dan sebagainya. Contoh kata konotasi seperti pada puisi ―Doa‖ karya Chairil Anwar berikut:

DOA Tuhanku

Dalam termenung

Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci

Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku

(10)

Aku hilang bentuk Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing Tuhanku

Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling

Kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi tersebut terdapat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kata-kata yang Bermakna Konotasi dalam Puisi “Doa” Karya Chairil

Anwar

KATA MAKNA DENOTASI MAKNA KONOTASI

termangu terdiam kekosongan jiwa

menyebut berucap berzikir

kerlip lilin cahaya lilin kesadaran yang tinggal sedikit

hilang bentuk musnah, lenyap hilang kepercayaan diri, bimbang

remuk hancur frustasi

mengetuk memukul sesuatu dengan buku jari

mengharapkan pertolongan berpaling melihat ke samping

(ke arah lain)

lupa, munkar

Sumber: Kosasih (2012: 98)

2) Kata-kata Berlambang

Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi kapas dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka.

Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu. Rantai bermakna ‗persatuan dan kesatuan Indonesia‘, padi kapas perlambang ‗kesejahteraan dan kemakmuran‘, tunas kelapa berarti ‗anggota Pramuka yang diharapkan menjadi generasi yang berguna bagi hidupnya bagi nusa dan bangsa‘.

2) Pengimajinasian

Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan adanya imajinasi tersebut, pembaca seolah- olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.

Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah:

1) Mendengar suara (imajinasi auditif),

2) Melihat benda-benda (imajinasi visual), dan

3) Meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil).

Contoh pengimajinasian seperti contoh puisi ―Doa‖ karya Amir Hamzah berikut:

(11)

Doa

Dengan apakah kubandingkan kita, kekasihku?

Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas

payah terik.

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke

bawah kursimu.

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.

Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak.

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Dalam puisi di atas didapati kata-kata berikut.

a) Senja samar, masa purnama meningkat naik, ke bawah kursimu, terang, bagai bintang memasang lilinnya, kalbuku terbuka, bagai sedap malam menyirak kelopak, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar; kata-kata tersebut membangkitkan imajinasi melalui penglihatan.

b) Sepoi, panas payah terik, menghembus lemah, menyejuk badan; kata-kata tersebut membangkitkan imajinasi melalui perabaan.

c) Gelakku rayu; membangkitkan imajinasi melalui pendengaran.

Dengan kata-kata itu, penyair bermaksud menggambarkan keadaan dirinya ketika sedang berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Ia menggambarkan dirinya lemah, namun berada dalam suasana tenteram. Melalui kata-kata itu pula penyair menunjukkan keinginan agar Tuhan mengisi seluruh kalbunya. Tentang besarnya cinta, kerinduan, dan kepasrahan sang penyair akan Tuhannya, juga dapat terbayangkan secara nyata melalui kata-kata itu.

3) Kata Konkret

Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan penyair.

Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair. Contoh kata konkret dalam puisi seperti pada cuplikan puisi

―Gadis Peminta-minta‖ berikut:

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Angat aku ikut, gads kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara ketedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal

(12)

Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku

Untuk melukiskan gadis itu benar-benar seorang pengemis gembel, penyair menggunakan kata-kata gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan itu lebih konkret daripada dengan begitu saja menggunakan gadis peminta-minta atau gadis miskin. Untuk melukiskan tempat tidur pengap di bawah jembatan yang hanya dapat untuk menelentangkan tubuh, penyair menulis pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok. Untuk memperkonkret dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis: Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan gembira dari kemayaan riang. Untuk memperkonkret gambaran tentang martabat gadis itu yang sama tingginya dengan martabat manusia lainnya, penyair menulis duniamu yang lebih tinggi, dari menara ketedral.

4) Bahasa Figuratif (Majas)

Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Kosasih (2012: 104) mengemukakan ―Majas adalah bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu.‖ Dalam penggunaannya, majas diciptakan untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembicaranya. Misalnya, untuk menggambarkan keadaan ombak, penyair menggunakan majas personifikasi berikut.

Risik risau ombak memecah di pantai landai

buih berderai

Penggunaan majas dalam puisi yang lazim digunakan oleh penyair menurut Kosasih (2012: 104) diantaranya sebagai berikut.

a) Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda yang ridak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contohnya:

Hujan itu menari-nari di atas genting.

b) Majas litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contohnya: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya (Padahal rumahnya besar dan mewah)

c) Majas hiperbola adalah pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal mencapai langit.

Contohnya: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan.

d) Majas simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan,

―umpama‖, ―ibarat‖, ―bak‖, ―bagai‖. Membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya. Contohnya: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

e) Majas metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.

Contohnya: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.

f) Majas Alegori adalah majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contohnya: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

(13)

g) Majas Totum pro parte adalah pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contohnya: Indonesia bertanding volly melawan Thailand.

h) Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contohnya: Saya naik tangga ke atas.

i) Majas aliterasi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama. Contohnya: Keras-keras kena air lembut juga.

j) Majas paralelisme adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contohnya: Jika kamu minta, aku akan datang.

k) Majas antitesis adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya. Contohnya: Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.

l) Majas paradoks adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah- olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda. Contohnya: Dia besar tetapi nyalinya kecil.

m) Majas sinisme adalah ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contohnya:

Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?

n) Majas satire adalah ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Contohnya: Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!

o) Majas ironi adalah sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contohnya: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

p) Majas sarkasme adalah sSindiran langsung dan kasar. Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan. Contohnya:

Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ke telinga.

5) Rima/Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi yang berselang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Misalnya Dan angin mendesah/mengeluh mendesah.

Di samping rima, dikenal pula istilah ritma, yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi. Misalnya kata mendesah yang terus digunakan secaar berulang. Contoh rima dan ritma dalam puisi seperti pada contoh puisi ―Salju‖ berikut ini.

Ke manakah pergi mencari matahari ketika salju turun pohon kehilangan daun Ke manakah jalan mencari lindungan ketika tubuh kuyup dan pintu tertutup Ke manakah lari mencari api ketika bara hati

(14)

padam tak berarti Ke manakah pergi Ke manakah pergi selain mencuci diri

Pada contoh puisi tersebut, rima misalnya dapat dilihat adanya pengulangan bunyi vokal (e) seperti tampak pada larik "ke manakah pergi".

Perulangan bunyi demikian disebut asonansi. Selain itu, juga dapat diamati adanya perulangan bunyi konsonan (n) seperti nampak pada larik "pohon kehilangan daun". Perulangan bunyi konsonan itu disebut aliterasi. Perulangan bunyi seperti contoh tersebut berlaku di antara kata-kata dalam satu larik. Rima itu disebut rima dalam.

Lebih lanjut, jika kita mengamati bait pertama puisi "Salju" tersebut, tampak juga adanya paduan bunyi antara setiap akhir larik sehingga menimbulkan pola persajakan vokal /i/ — vokal /i/ dengan konsonan /n/ — konsonan /n/ seperti tampak pada bentuk . . . pergi/. . . matahari/. . . turun/. . . daun. Rima demikian itu, yakni rima yang terdapat pada akhir larik puisi, disebut rima akhir.

Pada contoh puisi tersebut juga dapat kita jumpai adanya ritma yaitu pengulangan kata "ketika" di antara bait-bait. Ulangan kata demikian disebut ritma identik.

6) Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.

Dalam puisi-puisi kontemporer seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.

.

1. Ciri-ciri Tipe Teams Games Tournament

Huda (2013: 197) mengemukakan ―Dalam TGT, siswa memperlajari materi di ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.‖ Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen), yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggota timnya, barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang diperoleh dari game akan menentukan skor kelompok masing-masing.

Huda (2013: 198) mengemukakan karakteristik khusus yang menjadi ciri Teams Games Tournament seperti pada prosedur TGT, turnament, dan scoring.

a. Prosedur TGT

Tim Studi (sering juga dikenal dengan Home Team)

Siswa memperdalam, mereview, dan mempelajari materi secara kooperatif dalam tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan langkah-langkah berikut : 1) membuat daftar rangking akademik siswa; 2) membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa; 3) menomori siswa mulai dari yang paling atas misalnya, 1,2,3,4,5,6,7, dan seterusnya); dan 4) membuat tim heterogen dan setara secara akademik, dan jika perlu keragaman itu dilakukan dari segi jenis kelamin, etnis, agama dan sebagainnya. Tujuan dari Tim Studi ini adalah membebankan tugas kepada setiap tim untuk mereview dengan format dan sheet yang telah ditentukan.

b. Turmanen

(15)

Setelah membentuk tim, siswa mulai berkompetisi dalam turnamen.

Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah-langkah berikut:

1) menggunakan daftar rangking yang telah dibuat sebelumnya; 2) membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 atau 4 siswa; 3) menentukan setiap anggota dari masing-masing kelompok berdasarkan kesetaraan kemampuan akademik, jadi ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok yang terdiri dari siswa-siswa pandai, dan dan turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok siswa yang lemah secara akademik.

Format yang diterapkan adalah : 1) memberikan kartu-kartu yang telah dinomori (misalnya dari 1-30) kepada setiap kelompok; 2) memberi pertanyaan pada setiap kartu sebelum dibagikan pada siswa; 3) membuat lembar jawaban yang juga sudah dinomori; 4) membagikan sati amplop pada masing-masing tim yang berisi kartu-kartu, lembar pertanyaan dan lembar jawaban; 5) menginstruksikan siswa untuk membuka kartu; 6) menunjuk pemegang nomor tertinggi untuk membacakan pertanyaan terlebih dahulu; 7) mengarahkan siswa pertama untuk mengambil sebuah kartu dari amplop dan membacakan nomornya, lalu siswa kedua (yang memiliki lembar pertanyaan) membaca pertanyaan dengan keras, lalu siswa pertama menjawab pertanyaan etrsebut, kemudian siswa ketiga (yang memiliki lembar jawaban) menginformasi apakah jawabannya benar atau salah; 8) menggunakan aturan jika jawaban benar, maka siswa pertama mengambil kartu itu, namun jika jawabannya salah, maka siswa kedua dapat membantu menjawabnya.

Jika benar, kartu tetap mereka pegang. Namun, jika tetap salah, kartu itu harus dibuang.

c. Scoring

Scoring dilakukan untuk semua tabel turnamen. Setiap pe,ain bisa menyumbangkan 2 hingga 6 poin kepada Tim Studinya masing-masing. Poin Tim Studi akan ditotal secara keseluruhan.

Dengan demikian, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh yang merupakan karakteristik dari TGT, yaitu:

a. Mengajar (Teach)

Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas atau kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

b. Belajar Kelompok (Team Study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

c. Permainan (Game Tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

d. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

(16)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan.

2. Langkah-langkah Tipe Teams Games Tournament

Menurut Slavin (2009: 166-167) langkah-langkah model TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tahapan- tahapan dalam model pembelaran TGT sebagai berikut:

a. Presentasi di kelas

Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas.

Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.

Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik.

Selain itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan mempresentasikan jawaban di depan kelas.

b. Tim/kelompok

Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.

Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.

Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.

c. Game (Permainan)

Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta.

Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.

d. Tournament (Turnamen)

Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi,

(17)

dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda.

Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal- soal yang disediakan mewakili kelompoknya.

Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang.

Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah.

Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:

1) Cara memulai permainan

Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama.

Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.

2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan

Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu.

Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban pembaca atau melewatinya.

3) Tantang atau lewati

Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati.

Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya.

Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).

4) Memulai putaran selanjutnya

Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.

(18)

5) Perhitungan poin

Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru. Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.

Bila skor dasar dalam hal ini skor rata-rata nilai sebelum kuis/kerja tim = x dan nilai kuis/kerja tim = y maka kriteria penyekoranya untuk kerja tim adalah sebagai berikut:

y < (x-10) Skornya 5 (x-10) < y < x Skornya 10 x < y < (x + 10) Skornya 20 (x+10) < y Skornya 30 y berharga maksimum Skornya 30

Kalau misalnya dalam pembelajaran dilakukan 3 games maka setelah kegiatan/games 3 selesai kartu benar yang dikumpulkan anggota kelompok dijumlahkan dan dimasukkan dalam kolom total. Untuk mengisi kolom poin turnamen dipakai aturan sebagai berikut:

Jumlah total yang terkecil diberi poin 20 Yang menengah diberi poin 40 dan

Yang terbesar diberi poin 60 (Slavin, 1995) e. Rekognisi tim (penghargaan tim)

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok.

Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut:

Tabel 2.2 KriteriaPenghargaan Tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan 40

45 50

Tim baik Tim sangat baik Tim super

(Sumber: Slavin, 2009: 175) 1. Tahap Implementasi

a. Kegiatan Guru

1) Apersepsi; bertanya jawab tentang proses penyusunan puisi yang pernah dialami atau dikenal siswa;

2) Memotivasi peserta didik bahwa menulis puisi itu mudah;

3) Presentasi kelas yaitu penyajian materi yang dilakukan di awal pembelajaran disertai penyampaian tujuan pembelajaran berkaitan dengan puisi yaitu dari pengertian, ciri, jenis, dan unsur puisi;

4) Pembagian tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah kemudian siswa bergabung di kelompok;

5) Menyajikan media kartu kata dan menjelaskan cara menulis puisi dengan memberikan contoh mendata puisi berdasarkan kata yang terdapat dalam kartu kata;

6) Memberikan tugas yang akan dibahas bersama kelompok dengan membagikan kartu kata dan kelompok mengerjakan tugas tersebut dengan saling bertanya jawab, apabila mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru;

(19)

7) Membimbing dan mengarahkan siswa saat melaksanakan games tournament;

8) Guru dapat memberikan penghargaan berupa reward (hadiah) atau pujian dan motivasi;

9) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik;

10) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dan meluruskan kesalahan pemahaman;

11) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau simpulan pelajaran;

12) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

b. Kegiatan Siswa

1) Mendengarkan penyajian materi berkaitan dengan puisi yaitu dari pengertian, ciri, jenis, dan unsur puisi;

2) Bergabung dengan tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah;

3) Memperhatikan penyajian media kartu kata dan penjelasan cara menulis puisi berdasarkan kata yang terdapat dalam kartu kata;

4) Menerima tugas yang dan membahas bersama kelompok dengan saling bertanya jawab, apabila mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru;

5) Games atau permainan yang dimainkan di atas meja turnamen dengan jumlah siswa yang masing-masing mewakili tim yang berbeda untuk setiap meja;

6) Turnamen yaitu berlangsungnya games yang dipersiapkan. Pembentukan turnamen ini berdasarkan prestasi siswa sebelumnya secara homogen, misalnya tiga siswa berprestasi tinggi berada pada meja turnamen 1, tiga siswa yang berprestasi sedang berada pada meja turnamen 2, dan tiga siswa yang berprestasi rendah berada pada meja turnamen 3;

7) Siswa melakukan turnament dengan mendata pilihan kata yang sesuai untuk selanjutnya dideskripsikan berdasarkan kata yang ada di kartu kata dan setiap anggota turnament berkompeten menyumbangkan idenya;

8) Siswa kembali ke tim asal untuk mendeskripsikan kata yang terdapat dalam kartu kata menjadi larik puisi yang menarik dengan pilihan kata yang sesuai;

9) Penghargaan tim berdasarkan rata-rata skor tim yang telah dihitung melalui poin turnamen.

2. Penilaian Pembelajaran Menulis Puisi

Menurut Effendi (2007: 1.4) penilaian adalah usaha sadar menentukan kadar keberhasilan atau keindahan suatu karya sastra. Nurgiyantoro (2012: 5) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Dengan demikian, penilaian adalah proses untuk mengetahui atau menguji apakah suatu kegiatan atau suatu proses kegiatan dan sebuah program telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dengan kata lain kadar pencapaian ujuan belum dapat diketahui apabila belum diadakan penilaian.

Salah satu penilaian tersebut adalah portofolio yang merupakan koleksi atau kumpulan rekaman berbagai keterampilan, ide, minat, dan keberhasilan siswa selama jangka waktu tertentu. Portofolio dapat memberikan gambaran perkembangan kompetensi siswa dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, karya atau tagihan siswa dapat dikoleksi dalam satu file secara kronologis. Dengan demikian, portofolio dapat bermanfaat bagi siswa untuk melakukan penilaian diri (self assesment) untuk melihat kelemahan dan kekurangannya.

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pedoman penilaian menulis puisi dengan menggunakan acuan dari buku Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

(20)

Kompetensi (Nurgiyantoro, 2012: 58), yang telah dimodifikasi. Penialaian dalam puisi ini memiliki keterbatasan pada aspek yang di nilai dan pemberian skor. Penilaian di sesuaikan dengan kemampuan siswa tingkat SMP khusunya kelas VIII. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan menulis puisi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah. Pedoman penilaian menulis puisi siswa dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.3 KriteriaPenilaian Hasil Pembelajaran Menulis Puisi

No Aspek yang Dinilai

Skor Kategori Deskriptor

1 Diksi 25

20 15

10

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat

Tidak Tepat

Jika menggunakan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan situasi yang dihadapi Jika menggunakan kata-kata tepat dan cukup sesuai dengan situasi yang dihadapi Jika menggunakan kata-kata yang cukup tepat tetapi kurang sesuai dengan situasi yang dihadapi

Jika menggunakan kata-kata kurang tepat dan kurang sesuai dengan situasi yang dihadapi

2 Gaya Bahasa 25 20 15 10

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat

Tidak Tepat

Jika menggunakan majas yang menarik dan citraan yang bervariatif

Jika penggunaan majas menarik dan citraan cukup bervariatif

Jika penggunaan majas cukup menarik dan citraan kurang bervariatif

Jika penggunaan majas kurang menarik dan citraan kurang bervariatif

3 Kesesuaian judul dan tema dengan isi puisi

25 20 15 10

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat

Tidak Tepat

Jika antara judul, tema, dan isi puisi terdapat keseuaian

Jika antara judul, tema, dan isi puisi cukup sesuai

Jika antara judul, tema, dan isi puisi kurang sesuai

Jika antara judul, tema, dan isi puisi kurang sesuai

4 Makna 25

20 15 10

Sangat Tepat Tepat Kurang Tepat

Tidak Tepat

Jika isi puisi terangkai dengan baik dan tercipta makna yang dipahami

Jika isi puisi terangkai dengan cukup baik dan makna dapat dipahami

Jika isi puisi terangkai dengan kurang baik dan makna agak kabur

Jika isi puisi terangkai dengan kurang baik dan makna sulit dipahami Skor Maksimal 100

Sumber: Nurgiyantoro (2012: 482)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(21)

A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut Anggoro (2007: 1.1) ―Metode penelitian adalah cara atau upaya yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah.‖ Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2010: 72) ―Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk mendekripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.‖ Data kualitatif disajikan dalam bentuk pernyataan kata-kata atau gambaran tentang sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan dengan kata-kata atau tulisan (Sukmadinata, 2010: 94).

Penulis memilih penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan keadaan mengenai kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model koperatif tipe Teams Games Tournament.

Dari pengumpulan data mengenai proses pembelajaran, kemampuan, dan respon akan diperoleh data kualitatif yaitu gambaran secara umum mengenai pelaksanaan, hasil dan respon. Data tersebut pada lembar observasi, hasil tes, dan hasil wawancara.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2012:

12) mendefinisikan ―Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.‖ Sedangkan menurut Asrori (2007: 6), ―PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas.‖ Adelman (Sukmadinata, 2010: 142) ―Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan dalam mengatasi kesulitan- kesulitan dalam kegiatannya.‖

Penulis menggunakan bentuk PTK karena penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terdapat di dalam kelas tersebut dengan melakukan sebuah tindakan kelas. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, penulis akan terjun langsung dalam suasana pembelajaran yang sesungguhnya, sehingga dapat memahami segala kemungkinan yang akan terjadi di kelas.

Untuk lebih jelasnya mengenai tahap-tahap penelitian ini dapat peneliti jelaskan sebagai berikut.

a. Siklus I

1) Perencanaan (planning)

Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut:

a) Melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal dan keadaan kelas penelitian,

b) Menyusun silabus dan rencana pembelajaran (RPP),

c) Menyusun instrumen berupa lembar amatan guru dan siswa, lembar tes dan kriteria penilaian serta lembar wawancara, dan

d) Menyusun skenario pembelajaran dan mempersiapkan prosedur penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.

2) Pelaksanaan (action) atau Skenario Pembelajaran

Tahap ini merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang sesuai dengan skenario atau rencana pembelajaran.

a) Pendahuluan

(22)

1) Apersepsi; bertanya jawab tentang proses penyusunan puisi yang pernah dialami atau dikenal siswa;

2) Memotivasi peserta didik bahwa menulis puisi itu mudah;

3. Kegiatan Inti

1) Presentasi kelas yaitu penyajian materi yang dilakukan di awal pembelajaran disertai penyampaian tujuan pembelajaran berkaitan dengan puisi;

2) Pembagian tim secara heterogen yang berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah kemudian siswa bergabung di kelompok;

3) Menyajikan media kartu kata dan menjelaskan cara menulis puisi dengan memberikan contoh mendata puisi berdasarkan kata yang terdapat dalam kartu kata;

4) Memberikan tugas yang akan dibahas bersama kelompok dengan membagikan kartu kata dan kelompok mengerjakan tugas tersebut dengan saling bertanya jawab, apabila mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru;

5) Games atau permainan yang dimainkan di atas meja turnamen dengan jumlah siswa yang masing-masing mewakili tim yang berbeda untuk setiap meja.

6) Turnamen yaitu berlangsungnya games yang dipersiapkan.

Pembentukan turnamen ini berdasarkan prestasi siswa sebelumnya secara homogen, misalnya tiga siswa berprestasi tinggi berada pada meja turnamen 1, tiga siswa yang berprestasi sedang berada pada meja turnamen 2, dan tiga siswa yang berprestasi rendah berada pada meja turnamen 3.

7) Siswa melakukan turnament dengan mendata pilihan kata yang sesuai untuk selanjutnya dideskripsikan berdasarkan kata yang ada di kartu kata dan setiap anggota turnament berkompeten menyumbangkan idenya;

8) Siswa kembali ke tim asal untuk mendeskripsikan kata yang terdapat dalam kartu kata menjadi larik puisi yang menarik dengan pilihan kata yang sesuai;

9) Perhitungan poin yang diperoleh siswa selama mengikuti turnamen yaitu perolehan skor dijumlahkan setiap hasil anggota timnya dan dibagi dengan jumlah anggota tim;

10) Penghargaan tim berdasarkan rata-rata skor tim yang telah dihitung melalui poin turnamen. Guru dapat memberikan penghargaan berupa reward (hadiah) atau pujian dan motivasi.

11) Memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan peserta didik;

12) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dan meluruskan kesalahan pemahaman.

4. Kegiatan Penutup

1) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau simpulan pelajaran;

2) Memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.

3) Pengamatan (observing)

a) Pengamatan tindakan fokus pada mengamati dua tahap yaitu menulis puisi menggunakan tipe Teams Games Tournament dan keaktifan

(23)

bekerjasama dengan model kooperatif saat pembelajaran oleh siswa sesuai skenario pembelajaran,

b) Pengamatan juga terarah melihat kemampuan guru menerapkan langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, c) Mengamati respon dan tanggapan siswa terhadap kegiatan menulis puisi

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament, dan

d) Mengamati rancangan tindakan dan pelaksanaan tindakannya pada setiap siklus, melihat hambatan dan kemajuan belajar atau kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.

4) Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Tahapan ini adalah tahapan untuk menguji dan memproses data yang diperoleh pada saat dilakukan observasi tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada saat refleksi adalah sebagai berikut:

a) Melakukan evaluasi tindakan dalam pembelajaran,

b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tindakan dan skenario pembelajaran yang telah dilakukan,

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2012: 46) ―Subjek penelitian adalah sesuatu baik itu benda maupun orang yang diteliti sebagai sumber data penelitian.‖ Subjek penelitian ini dipilih satu kelas saja, sebab merupakan sebuah penelitian tindakan kelas. Jadi, subjek penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ketungau Tengah dan Guru Bahasa Indonesia kelas VIII A. Alasan pemilihan subjek penelitian ini adalah bahwa pada kelas VIII A adalah kelas yang bermasalah dalam menulis puisi. Hal tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan guru bidang studi. Kemudian dipertimbangkan, nilai rata-rata siswa kelas VIII A paling rendah diantara semua kelas VIII, sehingga kelas VIII A dipilih sebagai subjek penelitian yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 38), ―Pengertian objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.‖ Objek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat yaitu kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

(24)

Sugiyono (2009: 193) mengemukakan ―Pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.‖ Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya.

Nurgiyantoro (2012: 93) mengemukakan ―Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana.‖ Objek yang dimaksud dapat berwujud orang (peserta didik), kegiatan, keadaan, benda, dan lain-lain. Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk melihat penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi. Observasi juga dilakukan untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran yaitu melihat ketertarikan, antusiasme dan seberapa jauh bisa membantu siswa untuk lebih mudah menulis puisi.

b. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran adalah teknik pengumpulan data untuk menguji subjek untuk mendapatkan data tentang hasil belajar peserta didik dengan menggunakan butir-butir soal atau instrumen soal. Nurgiyantoro (2012: 105) mengemukakan ―Tes merupakan pengumpulan informasi yang dilakukan lewat pemberian seperangkat tugas, latihan atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang sedang dites.‖ Tes ini berupa tes tertulis dalam bentuk hasil kerja siswa menulis puisi. Adapun teknik ini digunakan untuk mengetahui perubahan hasil pembelajaran siswa. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data ini dengan menyiapkan bahan tes, pedoman penilaian, serta mengolah data dari hasil kegiatan tersebut. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil belajar siswa menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.

2. Alat Pengumpulan Data

Sugiyono (2009: 305) menyatakan bahwa ―Instrumen penelitian adalah ―alat yang digunakan dalam melaksanakan penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.‖ Adapun alat pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mendeskripsikan serangkaian kejadian penting yang akan diamati selama proses tindakan kelas. Anggoro (2007: 5.20) mengemukakan ―Format obervasi berupa check list berisikan serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati.‖ Aktivitas siswa diukur dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya Yakin – tidak yakin, ya – tidak, setuju – tidak setuju, dan lain sebagainya. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk check list.

Pada lembar observasi ini peneliti fokuskan pada pelaksanaan penggunaan model pembelajaran koopetaif tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran menulis puisi selama proses belajar berlangsung. Ketika pengamatan berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda cek pada daftar kejadian. Disediakan pula kolom-kolom kososng untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu atau untuk menambah kejadian penting yang belum ada dalam daftar.

Gambar

Tabel 2.1                                                                                                        Kata-kata yang Bermakna Konotasi dalam Puisi “Doa” Karya Chairil
Tabel 2.2                                                                                                     KriteriaPenghargaan Tim
Tabel 2.3                                                                                                         KriteriaPenilaian Hasil Pembelajaran Menulis Puisi
Gambar 3.2                                                                                                                      Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yaitu model regresi untuk menganalisis lebih dari satu variabel independen.. X2

Masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus) adalah masa saat pemerintahan Islam dipimpin secara bergantian oleh Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan dan

(2) Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang diangkat oleh Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta untuk

Modal kerja merupakan modal yang harus berputar dalam koperasi dan perputaran modal ini diharapkan mampu untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal karena apabila terdapat

Tetapi apabila pihak debitur tidak dapat melunasi kewajibannya untuk membayar pelunasan gadai beserta bunganya sampai dengan jangka waktu yang telah disetujui ke

PLN (persero) sub rabting Kotabaru Kecamatan Keritang, kelima produk jasa tersebut adalah sebagian dari tugas anggota distribusi unit yang menjadi aktivitas

Agar perancangan typeface dengan menggunakan simbol ikan sura dan buaya Kota Surabaya sebagai gagasannya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan Kota Surabaya, media yang

Kemampuan CH estimasi dari pengideraan jauh memungkinkan untuk ditingkatkan kemampuannya apabila diintegrasikan dengan variabel topografi menggunakan regresi linier stepwise