BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang dijadikan referensi bagi penulis, diantaranya:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lely lailatus (2012) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa” pada tahun 2012 masih menyisakan permasalahan yaitu
dari tiga indikator yang digunakan, indikator mengenal masalah mendapatkan persentase paling rendah yaitu 54,3%. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu pada siswa kelas VII SMPN 3 Tangerang selatan meskipun terdapat satu indikator yang hanya mendapatkan presenatase sebesar 54,3% tapi dapat simpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan open-ended berpengaruh kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Resti Muniarsih (2012) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Indikator kemampuan mengungkapkan data/konsep/teorema/definisi/ dalam menyelesaikan masalah merupakan indikator yang mendapatkan persentase paling rendah yaitu 64,7%. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII-10 SMPN 3 Tangerang menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
C. Kerangka Berpikir
Strategi konvensional membuat siswa tidak mengeksplorasi kemampuannya, sedangkan era teknologi yang terjadi saat ini menuntut siswa untuk mampu berpikir secara kritis dalam memilih-milih informasi yang ada, sehingga arus informasi yang tak terbatas ini diharapkan mampu memberikan dampak yang positif. Disiplin ilmu yang memfasilitasi dalam membangun kemampuan berpikir kritis adalah matematika, hal ini terlihat dari visi matematika. Maka, saat ini kita dituntut untuk memiliki kemampuan matematika yang tinggi khususnya kemampuan berpikir kritis.
Akan tetapi kenyataannya kemampuan matematika masih rendah hal ini terlihat dalam PISA tahun 2012 yang menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Hal ini sejalan dengan kondisi yang ada disekolah tempat peneliti melakukan uji coba instrumen yang mampu mengukur kemampuan berpikir kirtis yaitu pada SMA Dharma Karya UT. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai
yang didapatkan adah 38,26 sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang tidak datang dengan sendirinya harus ada upaya sistematis untuk membangun kemampuan berpikir kritis salah satunya adalah dengan cara menerapkan strategi yang diharapkan mampu mengeksplorasi kemampuan berpikir kritis. Strategi Think-Talk-Write diharapkan mampu memfasilitasi siswa dalam mengeksplorasi kemampuan berpikir kritis matematika. Strategi ini mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena dari setiap tahapan dalam strategi TTW ini mampu melatih kemampuan berpikir kritis.
Dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan mengenai konsep dasar logaritma setelah itu siswa akan diberikan LKS yang berisi masalah tidak rutin yang diwakili oleh masalah pembuktian. Strategi Think-Talk-Write di mulai dari tahapan think dengan cara siswa menganalisis masalah yang ada, siswa akan menuliskan solusi, menuliskannya dibuku catatan atau handout mengenai hal-hal yang ia mengerti ataupun yang tidak ia mengerti dari masalah yang dibacanya. Membuat catatan berarti menganalisis isi tujuan teks dan memeriksa bahan yang ditulis. Aktivitas mencari dan menganalisi merupakan dua indikator yang termuat dalam kemampuan berpikir kritis.40 Pada saat aktivitas think ini siswa juga dituntut untuk mampu mendaftarkan alasan dari solusi yang dipikirkan oleh mereka. Alasan-alasan tersebut berupa sifat-sifat logaritma yang digunakan dalam setiap langkah untuk mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. Dengan menuliskan alasan-alasan dari solusi terhadap masalah yang disajikan artinya siswa juga telah mampu menarik kesimpulan dari data yang diperoleh. Karena alasan yang dikemukakan akan berjalan beriringan dengan kesimpulan yang didapatkan. Dari seluruh kegiatan yang terjadi pada aktivitas ini semua indikator berpikir kritis yang digunakan peneliti mampu berkembang.
Tahapan yang selanjutnya yaitu talk (berdialog/berdiskusi) dengan cara siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman-teman satu kelompoknya yang heterogen dibentuk oleh guru, sebagai sarana untuk menguji pemahaman yang
40
mereka peroleh dari hasil bacaan individual mereka atau mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang mereka temui dari masalah yang diberikan. Pada tahap ini siswa melakuan komunikasi dengan dengan teman satu kelompoknya menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami, berdasarkan hasil dari aktivitas think. Pada aktivitas talk ini individu dituntut untuk memahami setiap orang memiliki gagasan yang berbeda, menghormati argumen orang lain, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dalam mengemukakan argumennya, hal-hal tersebut merupakan sikap individu dalam kemampuan berpikir kritis menurut Dhand.41 Selain itu, pada aktivitas talk ini terdapat komponen yang sangat penting ada pada lingkungan belajar berpikir kritis matematika yaitu komunikasi, melalui komponen ini siswa dituntut untuk bernalar, menjelaskan konsep, mendeskripsikan persoalan, menganalisis solusi dan membuktikan.42 Setelah terjadinya sharing ide, bernalar, menganalisis dan membuktikannya bersama teman-teman satu kelompoknya mengenai solusi dari masalah yang disajikan diharapkan semua siswa yang berada dalam satu kelompok akan memilih jawaban mana yang ia gunakan, apakah jawaban berdasarkan tahap think atau jawaban yang disampaikan oleh teman sekelompoknya yang dirasa lebih tepat. Dari hal-hal yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan pada tahapan talk mampu mengasah kemampuan siswa untuk mempertajam analisisnya.
Tahapan yang terakhir yaitu write, pada tahap ini, siswa mengkonstruksikan pengetahuannya dan menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan pada tahap pertama dan kedua. Tulisan ini harus terdiri atas informasi yang relevan dengan masalah, alasan-alasan yang mendukung dari solusi yang digunakan berupa sifat-sifat logaritma dan hasil akhir berupa kesimpulan terbukti atau tidak terbukti dari soal pembuktian yang diberikan. Tulisan ini berguna untuk mengevaluasi sejauh mana keterampilan berpikir kritis siswa berkembang. Pada tahap akhir ini siswa akan mengevaluasi kembali jawaban yang telah mereka dapatkan.
41
Ibid., h. 12
42
Ketiga tahap yang telah diuraikan diatas merupakan langkah pada strategi
Think-Talk-Write (TTW) dan terlihat bahwa ada keterkaitan antara strategi TTW dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, sehingga dapat dikatakann bahwa startegi TTW dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini akan menguji dua hipotesis yaitu:
Dengan mengontrol kemampuan awal siswa, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan strategi TTW, dan konvensional.
Pengaruh strategi TTW terhadap kemampuan berpikir kritis lebih baik dibanding pengaruh strategi konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT, pada kelas X semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 yang terletak pada Jl. Talas II/30, Pondok Cabe Ilir, Kec. Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 14 Agustus sampai dengan 04 September 2014.