• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Faktor Eksternal

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa laporan hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema yang diajukan dalam penelitian ini, adapun hasil penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Model Interaksi Edukatif untuk Menciptakan Kreatifitas berbahasa Indonesia pada siswa SMP Darul Taqwa

Disusun Oleh: Khoirunnisa’ NIM : 104070002250

Jurusan : Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008 M/1429 H

Hasil penelitiannya adalah:

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari analisis yang dilakukan maka, Model interaksi pembelajaran untuk menciptakan kreativitas berbahasa Indonesia terklasifikasi atas enam kategori sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

Pertama, model interaksi yang paling banyak digunakan untuk melatih penguasaan perbendaharaan kata adalah dengan cara guru bersama siswa bernyanyi, kemudian guru menjelaskan isi nyanyian dan kata-kata yang digunakan dalam nyanyian tersebut. Berikutnya, model interaksi yang digunakan adalah siswa menirukan guru menyebutkan nama objek yang ditunjuknya, siswa menyebutkan nama objek yang ditunjuk guru, siswa menirukan syair yang diucapkan guru dengan kata-kata yang tepat ucapannya, siswa bercerita dengan kata-kata yang diingat dan didengarkan

dari cerita guru, siswa diajak berwisata untuk mengenali nama objek tertentu dengan cara menyebutkan nama atau menirukan nama objek yang ditunjuk guru, siswa disuruh menceritakan pengalaman dan kegemaran mereka di depan kelas dengan bahasa sendiri, siswa disuruh menyusun kartu abjad menjadi kata seperti yang disebutkan guru siswa disuruh bermain peran dengan kata-kata sederhana setelah mereka diberi contoh, siswa disuruh menunjukkan kartu kata sesuai dengan nama objek yang disebutkan guru, siswa diajak bermain kuis dengan cara menyuruh anak memberikan contoh kata-kata atau nama-nama objek dalam kelompok tertentu, dan model interaksi yang paling sedikit persentasenya adalah siswa disuruh menyusun kartu suku kata menjadi kata seperti yang disebutkan guru.

Kedua, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru dalam melatih pendengaran siswa adalah siswa disuruh menjawab pertanyaan isi cerita yang didengarkannya dari guru, dari tape recorder, radio, atau TV.

Ketiga, model interaksi yang paling banyak digunakan guru untuk melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan pertanyaan adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan isi cerita dari guru. Selain itu, model interaksi yang digunakan adalah guru menyuruh siswa menjawab pertanyaan tentang identitas, pengalaman, kegemaran, dsb siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan tentang sesuatu hal dan guru menjawabnya guru mengajukan pertanyaan tentang nama alat peraga yang ditunjuk (tiruan/asli) dan siswa disuruh menjawab pertanyaan tersebut guru menyuruh siswa mewarnai gambar, kemudian guru menanyakan jenis warna setiap bagian gambar dan siswa menjawabnya dan model interaksiyang persentasenya paling kecil adalah guru menyuruh siswa untuk mendramatisasikan cerita yang banyak berisi tanya jawab.

Keempat, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan kreatif adalah siswa disuruh mengamati gambar berseri, kemudian mereka disuruh menceritakan isi gambar tersebut

Kelima, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi kepada orang lain adalah siswa menirukan contoh dari guru tentang cara memberikan informasi kepada orang lain.

Keenam, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan benda sebanyakbanyaknya beserta sifatnya adalah siswa menirukan guru menyebutkan nama benda beserta sifatnya

Dari hasil penelitian “Model Interaksi Edukatif untuk Menciptakan Kreatifitas berbahasa Indonesia pada siswa SMP Darul Taqwa” yang membedakan dengan hasil penelitian “Pentingnya Interaksi Edukatif Pendidik (Guru) Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik di Sekolah”. Yaitu: dalam penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada bagaimana interaksi edukatif dapat membuat siswa kreatif dalam berbahasa Indonesia, sedangkan pada penelitian ini lebih menekankan pada akhlak peserta didik setelah adanya interaksi edukatif yang telah dilakukan oleh pendidik (guru)

2. pengaruh intensitas interaksi edukatif orang tua dengan anak terhadap keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat.

Disusun Oleh: M. Imam Sholeh NIM : 10304027851

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2007 M/1428 H

Hasil penelitiannya adalah:

Diketahui bahwa hubungan antara variabel intensitas interaksi edukatif orang tua – anak dan variable keberagamaan anak pada taraf signifikansi 1 % dan 5 %, keduanya menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti adalah diterima. Sedangkan data tentang intensitas interaksi edukatif orang tua – anak terhadap keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus diperoleh dari hasil angket yang telah diberikan kepada para siswa dan orang tua mereka masing-masing, sebagai responden yang berjumlah 68 orang. Setelah data terkumpul, kemudian data

diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan rumus persamaan regresi linier sederhana, yaitu Yˆ = a + bx . Untuk tahap pertama dalam analisis ini, peneliti memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam tabel distribusi frekuensi dan tabel interval nilai untuk mengetahui kualitas dari masing-masing variabel, baik dalam variabel intensitas interaksi edukatif orang tua – anak maupun dalam variabel keberagamaan. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa mean dari variabel intensitas interaksi edukatif orang tua – anak adalah 68,98. Hal ini berarti bahwa intensitas interaksi edukatif orang tua – anak berada dalam kategori "baik", yaitu pada interval 65 – 79. Selanjutnya dapat diketahui bahwa mean dari variabel keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus adalah 68,56. Hal ini berarti bahwa keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus berada dalam kategori "cukup", yaitu pada interval 66– 70. Langkah selanjutnya adalah mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium dengan tehnik korelasi product moment, dan hasilnya adalah 0,41.69 Kemudian melakukan uji koefisien korelasi dengan menggunakan rumus uji t, dengan hasil 3,65.Dari hasil uji t (3,65) ini, kemudian dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf 5% = 1,994 dan pada taraf 1% = 2,648. Karena th (3,65) > t tabel (0,05 = 1,994 dan 0,01 = 2,648), maka hasilnya signifikan. Hal itu juga dibuktikan dengan hasil Freg sebesar 13,34. Karena Freg lebih besar dari Ft(0,05) = 3,98 dan tt(0,01) = 7,01, maka hasilnya adalah "signifikan". Dari hasil uji hipotesis yang signifikan itu menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan bisa diterima kebenarannya. Yaitu semakin tinggi intensitas interaksi edukatif orang tua – anak maka semakin baik keberagamaan anak tersebut (siswa kelas VII MTs Banat Kudus).

Dari hasil penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang peneliti lakukan, meskipun berbeda secara tahapan maupun metode yang digunakan akan tetapi pembahasan yang sesuai yakni membahas tentang interaksi edukatif. Namun perbedaanya pada penelitian sebelumnya lebih menekankan pada sikap keberagamaan seorang anak sedangkan pada penelitian “Pentingnya Interaksi Edukatif Pendidik (Guru) Dalam Upaya Pembentukan

Akhlak Peserta Didik di Sekolah” ini membahas tentang bagaimana pentingnya interaksi yang dilakukan oleh guru dalam upaya membentuk peserta didik yang berakhlakul karimah dan berkarakter.

3. Hubungan Kemandirian Belajar dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Sekecamatan Purworejo

Disusun Oleh: Mahasiswa FKIP PGSD Universitas Negeri Sebelas Maret. Hasil penelitiannya adalah:

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD se-Kecamatan Purworejo. Peningkatan kemandirian belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPS, dan penurunan kemandirian belajar dapat menurunkan hasil belajar IPS; (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi edukatif dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD se-Kecamatan Purworejo. Peningkatan interaksi edukatif dapat meningkatkan hasil belajar IPS, dan penurunan interaksi edukatif dapat menurunkan hasil belajar IPS; (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi edukatif secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD se-Kecamatan Purworejo. Peningkatan kemandirian belajar dan interaksi edukatif dapat meningkatkan hasil belajar IPS, dan penurunan kemandirian belajar dan interaksi edukatif dapat menurunkan hasil belajar IPS.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan: (1) guru dalam melaksanakan pembelajaran memperhatikan perbedaan kemandirian belajar yang dimiliki setiap siswa dan memperhatikan terjadinya interaksi edukatif; (2) orang tua memperhatikan pola belajar anak agar terbentuk kemandirian belajar dalam diri anak; (3) siswa hendaknya sadar kesadaran akan pentingnya menerapkan kemandirian belajar dan melakukan interaksi edukatif agar mencapai hasil belajar yang optimal.

Dari hasil penelitian “Hubungan Kemandirian Belajar dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Sekecamatan

Purworejo ” yang membedakan dengan hasil penelitian “Pentingnya Interaksi Edukatif Pendidik (Guru) Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik di Sekolah”. Yaitu: dalam penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada hubungan kemandirian belajar siswa dan interaksi edukatifagar hasil belajar lebih optimal, sedangkan pada penelitian ini lebih menekankan pada akhlak peserta didik setelah adanya interaksi edukatif yang telah dilakukan oleh pendidik (guru

BAB III

Dokumen terkait