• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kualitas argumentasi siswa, di antaranya adalah Yanti Herlanti, dkk., mengenai kualitas argumentasi pada diskusi isu sosiosaintifik mikrobiologi melalui weblog. Hasil analisis terhadap kualitas argumentasi menunjukkan secara sosial partisipan mampu mencapai argumentasi level 5, adapun secara individual skor rata-rata kualitas argumentasi adalah 3. Pengembangan kerangka

scaffolding” diperlukan untuk mempertahankan kualitas argumentasi secara sosial dan meningkatkan kualitas argumentasi secara individual.42

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra Fardhani, mengenai analisis kualitas argumentasi siswa kelas VII SMP pada materi ekosistem dengan metode debat, menunjukkan bahwa level argumentasi yang paling banyak muncul selama pelaksanaan pembelajaran adalah argumentasi level 2. Kebanyakan siswa juga sudah bisa menyusun argumen dengan struktur tertentu. Kualitas argumentasi siswa dalam penelitian ini ditentukan

41

Entin Sumartini, “Pengembangan dan Analisis Wacana Argumentatif Teks untuk Hiperteks pada Topik Kesetimbangan Kimia”, Skripsi pada UPI Bandung, Bandung, 2005, h. 18, tidak dipublikasikan.

42

Yanti Herlanti, dkk. Kualitas Argumentasi pada Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi Melalui Weblog, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII), Vol. 1 No. 2, Oktober 2012, h. 168.

33

berdasarkan Pola Argumentasi Toulmin/Toulmin Argumentation Pattern (TAP) dan berdasarkan kriteria level yang dikembangkan Erduran, et al.43

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Jane Maloney dan Shirley Simon, mengenai pemetaan bukti ilmiah dalam diskusi siswa dalam pembelajaran sains untuk menilai kolaborasi dan argumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu mengevaluasi bukti ilmiah untuk mendukung keputusan yang dibuatnya. Bukti-bukti ilmiah dapat mereka gunakan untuk mendukung kesimpulan yang mereka buat. Selanjutnya, aktivitas pembelajaran kolaboratif yang berfokus pada diskusi bukti ilmiah dapat dikembangkan untuk melatih kemampuan siswa untuk berargumentasi ilmiah secara efektif dalam pengambilan keputusan.44

Terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Vaille Dawson dan Grady Jane Venville, mengenai penjelasan informal dan argumentasi siswa sekolah menengah tentang bioteknologi: indikator literasi sains? Didapat hasil bahwa dari 179 respon siswa (59 kelas 8, 68 kelas 10, dan 52 kelas 12) menunjukkan bahwa siswa di Australia menanggapi proses bioteknologi menggunakan tipe penalaran informal: 36% intuitif (I), 33% emotif (E), dan 26% rasional (R). Dinyatakan sangat berbeda dengan hasil penelitian serupa di Amerika Serikat dengan tipe 25% I, 47% E, dan 88% R. Sedangkan level argumentasinya: level 1 = 22%, level 2 = 56%, level 3 = 17 %, dan level 4 = 5%. Data ini dianggap mirip dengan Israel yang memiliki data sebagian besar (90%) siswanya mampu memformulasi argumentasi level 2 ke atas. Penalaran informal rasional hanya muncul pada siswa yang mampu memformulasi argumentasi level 4. Sebagian besar siswa di Australia tidak bisa diklasifikasikan sebagai siswa yang tidak mengerti akan sains.45

43

Indra Fardhani, “Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Kelas VII SMP pada Materi Ekosistem dengan Metode Debat”, Skripsi pada UPI Bandung, Bandung, 2011, h. i, tidak dipublikasikan.

44

Jane Maloney, and Shirley Simon, Mapping Children’s Discussions of Evidence in

Science to Assess Collaboration and Argumentation, International Journal of Science Education, Vol. 28 No. 15, December 2006, pp. 1817-1841.

45

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Demetris Lazarou, mengenai belajar pada TAP: sebuah upaya untuk membangun argumentasi siswa dalam sains. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang positif dari keterampilan argumentasi siswa Sekolah Dasar dapat diamati melalui pengajaran yang jelas dengan memanfaatkan Pola Argumentasi Toulmin dan dengan upaya membangun argumentasi siswa. Hal ini tampaknya sesuai dengan apa yang peneliti lain telah sarankan, bahwa melalui pengajaran yang jelas, keterampilan argumentasi siswa dapat ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola Argumentasi Toulmin dapat dianggap sebagai sebuah pembangun mental yang signifikan untuk siswa, sebagai bentuk terstruktur dengan baik yang dapat menjadi sebuah mediator yang signifikan dari upaya argumentasi siswa. Hal ini juga mengusulkan bahwa melalui penggunaan TAP, para siswa menjadi mampu untuk menilai argumen mereka dan tetap memantau pengembangan keterampilan argumentasi mereka; sesuatu yang bisa menjadi motivasi intrinsik bagi mereka sendiri.46

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Marina Castells, et al. mengenai argumentasi dan konsepsi ilmiah dalam diskusi sesama: sebuah perbandingan antara katalan dan bahasa Inggris siswa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan argumen yang digunakan oleh layanan bahasa Inggris siswa dan pra-dasar katalan guru dalam diskusi sesama mengenai dua tugas ilmiah. Perbandingan ini didasarkan pada skema argumentatif dari argumen mereka serta ide-ide, konsep-konsep dan keyakinan yang ada di dasar mereka. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa argumen yang dihasilkan oleh siswa cukup sama pada kedua sampel, dalam hal ini jumlah argumen dan frekuensi jenis argumen, tetapi ada beberapa perbedaan dalam urutan frekuensi yang terkait dengan tugas-tugas tertentu. Lebih relevan lagi adalah perbedaan kualitatif yang dibuat untuk memberikan bukti dan teori,

46

Demetris Lazarou, Learning to TAP: an Effort to Scaffold Students’ Argumentation in Science, Contemporary Science Education Research: Scientific Literacy and Social Aspects of ScienceESERA Conference, 2009, p. 49-50.

35

identifikasi aset dan skema argumentatif, hal ini merupakan pemahaman yang baik tentang pengetahuan ilmiah.47

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Tanja Riemeier, et al. mengenai kualitas argumentasi siswa dan pemahaman konsep mereka-keterkaitan eksplorasi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas argumentasi siswa berdasarkan pada pemahaman konseptual mereka. Model argumentasi Toulmin digunakan untuk menggambarkan proses dan kualitas argumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap argumentasi tunggal biasanya mengandung unsur

yang sedikit berbeda dan elemen yang dianggap “berkualitas tinggi” itu

jarang. Argumentasi yang terdiri dari kualitas struktur konseptual yang tinggi terjadi ketika siswa mampu menggunakan pengalaman khusus yang mereka lakukan selama pembelajaran. Jadi, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam masalah ilmiah yang kompleks terdapat ide-ide ilmiah dalam argumentasi mereka.48

Dokumen terkait