• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III.............................................................................................................. 27

4.4 Analisis Aktivitas Antioksidan

4.6.1 Hasil penetapan kadar total flavonoid ekstrak etanol daun afrika

Berdasarkan prinsip dari penetapan kadar total flavonoid, dikatakan bahwa pembentukan senyawa kompleks yang ditandai dengan larutan menghasilkan warna yang lebih kuning. Alumunium klorida (AlCl3) akan bereaksi dengan senyawa flavon atau flavonol membentuk senyawa kompleks yang stabil (Fadillah, 2017). Dilakukan penambahan AlCl3 pada pengukuran kadar total flavonoid yang dapat membentuk kompleks, sehingga dapat terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah visible (tampak) ditandai dengan larutan menghasilkan warna yang lebih kuning. Adapun penambahan natrium asetat (CH3COONa) untuk mempertahankan panjang gelombang pada daerah visible (tampak) (Ahmad dkk., 2015).

Pemilihan kuersetin sebagai larutan standar dikarenakan kuersetin merupakan salah satu senyawa flavonol yang paling efektif menangkap radikal bebas (Tapas dkk., 2008).

4.6.2 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum pada baku kuersetin dilakukan pada menit ke-40 setelah penambahan reagen AlCl3 10%, CH3COONa 1 M, dan akuades menghasilkan serapan maksimum 433 nm. Hasil pengukuran serapan maksimum kuersetin dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin (433 nm) 4.6.3 Hasil penentuan kurva kalibrasi kuersetin

Penentuan kurva kalibrasi kuersetin dilakukan dengan mengukur absorbansi kuersetin pada konsentrasi 6 μg/mL; 10 μg/mL; 14,5 μg/mL; 19,5 μg/mL; dan 23,5 μg/mL dengan panjang gelombang 433 nm. Nilai absorbansi dari kurva kalibrasi kuersetin dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan kurva kalibrasi kuersetin dapat dilihat pada Gambar 4.6. Perhitungan persamaan regresi dari kurva kalibrasi kuersetin dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tabel 4.8 Nilai Absorbansi Kuersetin

Konsentrasi (μg/mL) Absorbansi

6 0,312

10 0,421

14,5 0,547

19,5 0,712

23,5 0,866

Gambar 4.6 Kurva Kalibrasi Kuersetin

Berdasarkan kurva kalibrasi kuersetin yang didapat, diperoleh nilai r sebesar 0,9936 dengan persamaan regresi y = 0,0349x + 0,0488. Kurva kalibrasi merupakan kurva yang menggambarkan hubungan antara absorban suatu larutan terhadap panjang gelombang radiasi. Kurva kalibrasi ini dilakukan dengan cara memplotkan nilai absorban pada sumbu Y dan konsentrasi pada sumbu X.

Parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada regresi linier y = ax + b (Harmita, 2004).

4.6.4 Hasil penentuan kadar total flavonoid pada ekstrak etanol daun afrika Kadar total flavonoid dinyatakan dengan mg ekivalen kuersetin tiap g sampel (mg EQ/g sampel) (Munawaroh dkk., 2018). Hasil dari penentuan kadar total flavonoid pada ekstrak etanol daun afrika dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Afrika

Berdasarkan hasil Tabel 4.9, diketahui diperoleh rata-rata kadar total flavonoid sebesar 10,122 mg EQ/g sampel. Berdasarkan Depkes RI (2017), kadar total flavonoid pada ekstrak daun afrika tidak kurang dari 6,11%, berdasarkan hasil yang didapat ekstrak etanol daun afrika yang diekstraksi secara refluks memenuhi syarat. Larutan sampel yang direaksikan dengan reagen AlCl3

menghasilkan warna kekuningan yang menunjukkan bahwa pada sampel terdapat senyawa flavonoid yang bereaksi dengan AlCl3 tetapi tidak menghasilkan warna kuning yang intensif seperti pada kuersetin.

4.7 Uji Sitotoksik

Uji sitotoksik ekstrak etanol daun afrika (EEDA) yang diekstraksi secara refluks terhadap sel kanker payudara (T47D) dan sel kanker kolon (WiDr) dilakukan dengan menggunakan metode MTT assays [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida] yang merupakan uji sitotoksik yang bersifat kuantitatif yang memiliki ketepatan yang tinggi, relatif cepat, akurat, sensitif dan aman. Uji ini berdasarkan pengukuran intensitas warna (kolorimetri) yang terjadi sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna.

Pada metode MTT assays digunakan garam MTT yang akan direduksi menjadi formazan oleh sistem reduktase susinat tetrazolium, pada respirasi mitokondria (Doyle dkk., 2000).

Pengujian aktivitas sitotoksik merupakan parameter pendahuluan yang dilakukan dalam mengetahui kemampuan bahan uji untuk membunuh sel, dinyatakan dengan parameter Inhibiton Concentration 50 (IC50). Bahan uji yang memiliki aktivitas sitotoksik dapat dikembangkan menjadi antikanker. Dalam penelitian ini digunakan EEDA yang diekstraksi secara refluks (500 μg/mL; 250 μg/mL; 125 μg/mL; 62,5 μg/mL; dan 31,25 μg/mL) dan doksorubicin (100 μg/mL; 50 μg/mL; 25 μg/mL; 12,5 μg/mL; dan 6,25 μg/mL) sebagai bahan yang diujikan potensinya terhadap sel T47D dan sel WiDr. Untuk hasil pengujian sitotoksik dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Nilai IC50

EEDA = Ekstrak etanol daun afrika

Kematian sel didukung dengan data viabilitas sel dan perubahan morfologi sel T47D dan sel WiDr. Pada peningkatan konsentrasi EEDA dan doksorubisin terjadi penurunan persentase sel hidup dan peningkatan persentase sel mati. Sel T47D yang terpapar EEDA konsentrasi 500 μg/mL menyebabkan penurunan jumlah sel hidup sebesar 68,65% dan pada sel yang terpapar EEDA konsentrasi 31,25 μg/mL mengalami penurunan jumlah sel hidup sebesar 100% yang berarti pada konsentrasi 31,25 μg/mL tidak memberikan efek sitotoksik, dan pada sel T47D yang terpapar doksorubisin 100 μg/mL mengalami penurunan jumlah sel hidup sebesar 31,99% dan sel yang terpapar doksorubisin konsentrasi 6,25 μg/mL mengalami penurunan jumlah sel hidup sebesar 63,05%. Pada sel WiDr yang terpapar EEDA konsentrasi 500 μg/mL terjadi penurunan jumlah sel hidup

sebesar 58,68%, sedangkan pada sel yang terpapar EEDA konsentrasi 31,25 μg/mL mengalami penurunan persentase sel hidup sebesar 83,68%, dan pada sel WiDr yang terpapar doksorubisin konsentrasi 100 μg/mL mengalami penurunan jumlah sel hidup sebesar 2,87% dan pada sel yang terpapar doksorubisin konsentrasi 6,25 μg/mL mengalami penurunan jumlah sel hidup sebesar 55,09%.

Hal ini menegaskan bahwa EEDA memiliki kemampuan yang kurang baik dalam menyebabkan kematian pada sel T47D dan sel WiDr. Persentase peningkatan sel hidup akibat pemberian bahan uji dapat dilihat pada Gambar 4.7.

(a)

68.65

97.97 98.8 99.02 100

58.68 60.8

76.12

83.38 83.68

0 20 40 60 80 100 120

500 250 125 62.5 31.25

%Sel Hidup

Konsentrasi

Sel T47D Sel WiDr

(b)

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Konsentrasi terhadap Jumlah Kematian Sel T47D dan Sel WiDr. Peningkatan Konsentrasi Bahan Uji akan Berdampak terhadap Penurunan Jumlah Sel Hidup, (a): Perlakuan EEDA pada Sel T47D dan Sel WiDr, (b): Perlakuan Doksorubisin pada Sel T47D dan Sel WiDr.

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi larutan uji dan efek toksik yang ditimbulkan yaitu semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin rendah jumlah sel hidup. Dari jumlah sel hidup, didapatkan nilai IC50 yang menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% dan memberikan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel.

Menurut Weerapreeyakul (2012), suatu ekstrak tumbuhan dikatakan memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat kuat apabila nilai IC50 yang diperoleh

<10 μg/mL, memiliki aktivitas sitotoksik yang kuat apabila nilai IC50 diantara 10 -100 μg/mL, dan memiliki aktivitas sitotoksik yang cukup kuat apabila nilai IC50

diantara 100 - 500 μg/mL.

Berdasarkan hasil nilai IC50 yang didapat ekstrak etanol daun afrika yang diekstraksi dengan metode refluks memiliki aktivitas sitotoksik yang tidak

31.99

memungkinkan untuk dikembangkan menjadi obat antikanker. Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi yang digunakan yaitu refluks, refluks merupakan metode ekstraksi dengan cara panas. Metode ekstraksi ini memiliki kelemahan karena penggunaan suhu tinggi, hal ini dapat menyebabkan beberapa senyawa yang tidak stabil pada temperatur tinggi dapat terdegradasi. Salah satu senyawa yang tidak tahan panas yaitu flavonoid dan fenol. Flavonoid dan fenol merupakan senyawa yang dapat menangkal radikal bebas yang mencegah kerusakan sel dan memiliki aktivitas antikanker yang kuat (Pourmorad dkk., 2006;

Ugwu dkk., 2013).

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Ekstrak etanol daun afrika (EEDA) yang diekstraksi secara refluks memiliki aktivitas antioksidan cukup kuat (sedang) dengan nilai IC50 sebesar 103 μg/mL.

b. Ekstrak etanol daun afrika (EEDA) yang diekstraksi secara refluks memiliki kadar total fenol sebesar 48,918 mg GAE/g sampel dan kadar total flavonoid sebesar 10,211 mg EQ/g sampel.

c. Ekstrak etanol daun afrika (EEDA) yang diekstraksi secara refluks memiliki efek sitotoksik yang kurang kuat terhadap sel kanker payudara (T47D) dengan nilai IC50 sebesar 811,374 μg/mL.

d. Ekstrak etanol daun afrika (EEDA) yang diekstraksi secara refluks memiliki efek sitotoksik kurang kuat terhadap sel kanker kolon (WiDr) dengan nilai IC50 sebesar 870,791 μg/mL.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya tidak menggunakan metode ekstraksi secara refluks dan lebih memperhatikan sifat dari senyawa aktif pada tumbuhan yang digunakan untuk menentukan metode ekstraksi yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abcam. 2007. T47D (Human Ductal Breast Epithelial Tumor Cell Line) Whole Cell Lysate. [online]. http://www.abcam.com [diakses: 13 Oktober 2021].

Adrouny, A. R. 2002. Understanding Colon Cancer. United States: University Press of Mississippi. Halaman 2 – 8.

Ahmad, A. R., Sakinah, Wisdawati, dan Asrifa, W. O. 2014. Study of Antioxidant Activity and Determination of Phenol and Flavonoid Content of Pepino’s Leaf Extract (Solanum muricatum Aiton). International Journal of PharmTech Research. 6(2). Halaman 600 - 606.

Anggorowati, L. 2013. Faktor Resiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8(2). Halaman 122.

Ardhiansyah, A.O. 2018. Surgery Mapping Kanker Kolorektal. Seri Onkologi 5.

Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 11.

Auliansyah, V., Hasibuan, P. A. A., dan Dalimunthe, A. 2012. Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung (Mimusopi cortex) Terhadap Sel T47D. Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012: Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan. Halaman 169.

Bestari, R., Ichwan, M., Mustofa dan Satria, D. 2018. Anticancer Activity of Vernonia amygdalina Delile Extract on WiDr Colon Cancer Cell Line.

Advances in Health Sciences Research. 9(0). Halaman 237 - 243.

CCRC (Cancer Chemoprevention Research Centre). 2012. Uji Sitotoksik Metode MTT. Yogyakarta: Cancer Chemoprevention Research Centre. Halaman 1-7.

Chen, T. R., Drabkowski, D., Hay, R. J., Maey, M. dan Peterson, W. J. 1987.

WiDr is a Derrivative of Another Colon Adenocarcinoma Cel Line HT-29.

Cancer Genet Cytogenet. 27(1). Halaman 125 - 134.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 300 - 304, 306.

Depkes RI. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektivitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Karanganyar: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 5 - 16.

Depkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi III. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 17 - 20.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9 - 17.

Djajanegara, I. 2008. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol 70% Herba Ceplukan (Physalis angulate Linn.) terhadap Sel WiDr secara in vitro. Skripsi.

Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah.

Doyle, A., Griffiths, J. B., dan Newell, D. G. 2000. Cell and Tissue Culture:

Laboratory Procedures, Edisi Ketiga. New York: John Wiley & Son.

Halaman 23 - 24.

Farnsworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3). Halaman 263.

Lubis, M.F. 2017. Aktivitas antikanker ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina Delile) secara In vitro. Tesis. Medan : Fakultas Farmasi USU. Halaman 64.

Febrianti, P., Prabowo, W.C., Rijai, L. 2017. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya Ekstrak Daun Afrika (Vernonia amygdalina). Prosiding. Proceeding

of the 5th Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. Sumarinda:

Universitas Mulawarman. Halaman 197.

Freshney, I. A. 2000. Culture of Animal Cells. A Manual of Basic Technique.

Edisi IV. Toronto: Willey-Liss. Halaman 329 - 344.

Guntarti, A., Sholehah, K., Irna, N., Fistianigrum, W. 2015. Penentuan Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Gircinia mangostana) Pada Variasi Asal Daerah. Farmasains. 2(5). Halaman 204 - 205.

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Edisi II. Bandung: ITB Press. Halaman 147.

Haryono, S.J., Anwar, S.L., Salim, A. 2018. Dasar – Dasar Biologi Molekuler Kanker Bagi Praktisi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Halaman 9.

Isnawati, A., Kelik, M.A. 2006. Karakterisasi daun kembung sungsang (Gloria superba (L)) dari aspek fisikokimia. Media Litbang Kesehatan. 16(4).

Halaman 11-12.

Johnson, M., Olufunmilayo, L.A., Anthony, D.O., Olusoji, E.O. 2015.

Hepatoprotective Effect of Ethanolic Leaf Extract of Vernonia amygdalina and Azadirachta indica against Acetaminophen-Induced Hepatotoxicity in Sprague-Dawley Male Albino Rats. American Journal of Pharmaceutical Sciences. 3(3). Halaman 80.

Jong, W.D. 2002. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: Arcan. Halaman 11.

Kartawiguna, E. 2001. Faktor – Faktor yang Berperan pada Karsinogenesis. J Kedokter Trisakti. 20(1). Halaman 17.

Katzung, B.G. 2007. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 907.

Kepesik, L., Martin, J. S. 2011. Mammalian Cell Viability Methodes and Protocols. New York: Humana Press. Halaman 13 - 18.

Khadijah, K., Jayali, A.M., Umar, S., dan Sasmita, I. 2017. Penentuan Total Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Daun Samama (Anthocephalus macrophylus) Asal Ternate, Maluku Utara. Jurnal Kimia Mulawarman. 15(1). Halaman 11 - 18.

Leba, M.A.U. 2017. Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta:

Deepublish. Halaman 1.

Levrero, M., dkk 2000. The p53/p63/p73 Family or Transcription Factors:

Overlapping and Distincfunction. J. Cell Sci. 113. Halaman 61 - 70.

Lifiani, R., Harahap, U., Hasibuan, P. A. Z., Satria, D. 2018. Anticancer Effect of African Leaves (Vernonia amygdalina Delile) to T47D Cell Resistant. Asian J Pharm Clin Res. 11(1). Halaman 5.

Liu, H. C.,dkk 2006. 5-Fluorouracil Mediates Apoptosis and G1/S Arrest in Laryngeal Squamous Cell Carcinoma via a p53-Independent Pathway. The Cancer J. 12(6). Halaman 482 - 493.

Marinova, G., Batchvarov, V. 2011. Evaluation of The Methods For Determination of The Free Radical Scavenging Activity by DPPH. Bulg. J.

Agric. Sci. 17(1). Halaman 13 - 14.

Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol.

26(2). Halaman 212.

Mooney, L. M., Al-Sakkaf, K. A., Brown, B. L., dan Dobson, P. R. M. 2002.

Apoptotic Mechanism in T47D dan MCF-7 Human Breast Cancer Cells.

British Journal of Cancer. 87. Halaman 909 - 917.

Munawaroh, R., Siswandi, S., Setyowati, E.P., Murwanti, R., dan Hertiani, T.

2018. Correlation Between Total Flavonoid Contents and Macrophage Phagocytosis Activity of Fractions From Faloak (Sterculia quadrifidaI R.

Br.) Barks Ethanolic Extract in vitro. Majalah Obat Tradisional. 23(1).

Halaman 47 - 55.

Mustikasari, K., Santoso, M. 2013. 3,3’-Di(5,7-dibromoindol-3-il)-indolin-2-on:

Sintesis dan Uji Sitotoksik terhadap Sel Kanker Kolon WiDr. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 11(2). Halaman 56.

Nugroho, A. E., Hermawan, A., Putri, D. D. P., dkk 2012. Combinational Effects of Hexane Insoluble Fraction of Ficus septica Burm. F. and Doxorubicin Chemotherapy on T47D Breast Cancer Cells. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 2. Halaman 1 - 6.

Panno, J. 2005. Cancer; The Role of Genes, Lifestyle, and Environment. United States: Fact On File. Halaman 8 - 9.

Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J., Shahabimajd, N. 2006. Antioxidant Activity, Phenol and Flavonoid Contents of some Selected Iranian Medicinal Plants.

African Journal of Biotechnology. 5(11). Halaman 1144.

Pratiwi, R.D., Gunawan, E. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile) Asal Papua terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Farmasi Indonesia.

15(2). Halaman 150.

Rizal, F.T. 2016. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pala terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi. Medan : Fakultas Farmasi USU. Halaman 29-30.

Rock, E., dan DeMichele, A. 2003. Nutritional Approaches to Late Toxicities of Adjuvant Chemotherapy in Breast Cancer Survivors. American Society for Nutritional Sciences J Nutr. 133. Halaman 3785 - 3793.

Ruddon, R.W. 2007. Cancer Biology. Edisi Keempat. Michigan: Oxford University Press. Halaman 4.

Sambrook, J., Fritsch, E. F., dan Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning A Laboratory. Edisi Kedua. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press.

Halaman 75 - 79.

Sarker, S.D., Zahid, L., Alexander, I.G. 2006. Natural Products Isolation. Totowa : Humana Press.

Sayuti, K., dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang : Andalas University Press. Halaman 76.

Senet, M.R.M., dkk 2018. Penentuan Kandungan Total Flavonoid dan Total fenol dari akar Kersen (Mutingia calabura) serta Aktivitasnya sebagai antioksidan. Jurnal Kimia. 2(1). Halaman 16 - 17.

Singal, P. K., dan Iliskovic, N. 1998. Doxorubicin-Induced Cardiomyopathy. The New England Journal of Medicine. 339. Halaman 900 - 905.

Suismono, Widaningrum, dan Miskiyah. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 3(0). Halaman 16 - 27.

Susanty, A., Dachriyanus., Yanwirasti., Wahyuni, F.S., Fadhli, H., Aswan, P.A.

2018. Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etil Asetat Daun Tampa Badak

(Voacanga foetida (Bl.)K.Schun) pada Kanker Kolon HTB-38. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 5(2). Halaman 142 – 143.

Tjay, T.H., Rahardja, K. 2007. Obat–Obat Penting Kasiat, Penggunaan, dan Efek–Efek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Halaman 208.

Tyagi, A. K., Agarwal, C., Chan, D. C. F., dan Agarwal, R. 2004. Synergistic Anticancer Effects of Silibinin with Conventional Cytotoxic Agents Doxorubicin, Cisplatin adn Carboplatin against Human Breast Carcinoma MCF7 and MDAMB468 Cells. Oncology Reports. 11(2). Halaman 493 -499.

Ugwu, O.P.C., Okwesili, N.F.C., Parker, J.E., Abubakar, B., Emmanuel, O.C., dan Christian, O.E. 2013. Phytochemical and Acute Toxicity Studies of Moringa oleifera Ethanol Leaf Extract. International Journal of Life Sciences Biotechnology and Pharma Research. 2(2). Halaman 66.

Voigt, T. 1994. Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Weerapreeyakul, N., Nonpunya, A., Barusrux, S., Thitimetharoch, T., dan Sripanidkulchai, B. 2012. Evaluation of the Anticancer Potential of Six Herbs against a Hepatoma Cell Line. Chinese Medicine. 7(0). Halaman 1 - 7.

WHO. 1998. Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials. Geneva:

WHO. Halaman 28, 31.

Wong, H. L., Bendayan, R., Rauth, A. M., Xue, H. Y., Babakhanian, K., dan Wu, X. Y. 2006. A Mechanistic Study of Enhanced Doxorubicin Uptake and Retention in Multidrug Resistant Breast Cancer Cells Using A Polymer-Lipid Hybrid Nanoparticle System. The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics. 317(3). Halaman 1372 - 1381.

Zhang, O., Lin, L., Ye, W. 2018. Techniques for Extraction and Isolation of Natural Products: a Comprehensive Review. Chinese Medicine. 13(20).

Halaman

Zhou, J., Liu, M., Aneja, R., Chandra, R., Lage, H., dan Joshi, H. C. 2006.

Reversal of P-glycoprotein Mediated Multidrug Resistande in Cancer Cells by The c-Jun-NH2-Terminal Kinase. Cancer Research. 66(1). Halaman 445 - 452.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Daun Afrika

Lampiran 2. Gambar Daun dan Simplisia Tumbuhan Daun Afrika

Tumbuhan daun afrika Daun Afrika

Simplisia daun afrika

Lampiran 3. Gambar Alat

Biological safety cabinet Mikroskop inverted

Inkubator

Lampiran 4. Bagan Kerja Pembuatan EEDA

a. Pembuatan Simplisia Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile) Daun Afrika

Skrining Fitokimia Karakterisasi Simplisia Ekstraksi

- Alkaloida -Penetapan kadar sari larut dalam air

-Penetapan kadar sari larut dalam etanol

-Penetapan kadar abu total -Penetapan kadar abu tidak larut asam

b. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Afrika 50 g Simplisia Daun Afrika

Dimasukkan kedalam labu alas bulat.

Ditambahkan 200 mL etanol 70%.

Direfluks selama 3 jam.

Didinginkan lalu disaring.

Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Residu Filtrat

Hasil penyaringan dikumpulkan menjadi satu.

Diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai etanol menguap

Hasil dipekatkan kembali didalm oven untuk mendapatkan ekstrak kental.

Ekstrak Etanol Daun Afrika: 5,5 g (Rendemen 11%)

Ekstrak Kental

Dimasukkan ke dalam wadah steril Disimpan di dalam lemari pendingin

Lampiran 5. Hasil Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Afrika

Rambut penutup Berkas pengangkut

Sklerenkim Stomata Anomositik

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak dan Simplisia Berat basah = 2000 gram

Berat simplisia = 300 gram

Berat ekstrak = 5,5 gram / 50 gram

% Rendemen simplisia = Berat Simplisia

Berat basah x 100%

= 300 g

2000 g x 100%

= 15%

% Rendemen ekstrak = Berat ekstrak

Berat yang ditimbang x 100%

= 5,5 g

50 g x 100%

= 11%

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Air a. Penetapan Kadar Air Simplisia

% kadar air simplisia = Volume air (mL)

% rata-rata kadar air = 7,94%+7,98%+7,99%

3 = 7,97%

b. Penetapan Kadar Air Ekstrak

% rata-rata kadar air = 5,97%+3,98%+5,97%

3 = 5,30%

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Sari Larut dalam Air

% kadar sari larut dalam air simplisia = berat sari (g)

berat sampel (g) x 100

% rata-rata kadar sari larut dalam air = 24,72%+24,21%+24,72%

3 = 24,55%

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Sari Larut dalam Etanol Simplisia

% rata-rata kadar sari larut dalam etanol = 10,98%+11,88%+12,59%

3 = 11,81%

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Abu Total Simplisia

% kadar abu total simplisia = berat abu (g)

% rata-rata kadar abu total = 11,04%+10,83%+10,72%

3 = 10,86%

Lampiran 11. Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam Simplisia

% kadar abu tidak larut dalam asam simplisia = berat abu (g)

berat sampel (g) x 100%

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1 5,0102 0,1071

2 5,0093 0,0716

3 5,0074 0,0554

1. Kadar abu tidak larut asam = 0,1071 𝑔

5,0102 𝑔x 100% = 2,13%

2. Kadar abu tidak larut asam = 0,0716 𝑔

5,0093 𝑔 x 100% = 1,42%

3. Kadar abu tidak larut asam = 0,0554 𝑔

5,0074 𝑔x 100% = 1,10%

% rata-rata kadar abu tidak larut asam = 2,13%+1,42%+1,10%

3 = 1,55%

Lampiran 12. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Afrika 1. Pengukuran pertama

Tabel data absorbansi DPPH pengukuran pertama

No. Konsentrasi Absorbansi

Aktivitas peredaman (%) = AKontrol− Asampel

Akontrol x 100%

Perhitungn persen peredaman ekstrak etanol daun afrika:

- Konsentrasi 25 μg/mL = 1,007−1,122

Aktivitas peredaman (%) = AKontrol− Asampel

Akontrol x 100%

Perhitungan persen peredaman ekstrak etanol daun afrika:

- Konsentrasi 25 μg/mL = 1,007−1,122

1,007 x 100% = -11,42%

Lampiran 12. Lanjutan

Aktivitas peredaman (%) = AKontrol− Asampel

Akontrol x 100%

Perhitungan persen peredaman ekstrak etanol daun afrika:

- Konsentrasi 25 μg/mL = 1,007−1,122

Lampiran 13. Perhitungan Nilai IC50 Ekstrak Etanol Daun Afrika Data nilai rata-rata persen peredaman ekstrak etanol daun afrika

Konsentrasi Larutan

Perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol daun afrika

X Y XY X2 Y2 Keterangan: X = konsentrasi (μg/mL)

Y = persen peredaman

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,6258X – 15,0612 Nilai IC50 = Y = 0,6258X – 15,0612

Nilai IC50 = 50 = 0,6258X – 15,0612 X = 50 +15,0612

0,6258

X = 103,9727 μg/mL ~ 104 μg/mL

Lampiran 14. Pengujian Aktivitas Antioksidan Kuersetin sebagai Pembanding

Aktivitas peredaman (%) = AKontrol− Asampel

Akontrol x 100%

Aktivitas peredaman (%) = AKontrol− Asampel

Akontrol x 100%

Perhitungan persen peredaman kuersetin:

- Konsentrasi 2 μg/mL = 1,007−0,615

1,007 x 100% = 38,93%

Lampiran 14. Lanjutan

Aktivitas peredaman (%) = AKontrol− Asampel

Akontrol x 100%

Lampiran 15. Perhitungan Nilai IC50 Kuersetin Data nilai rata-rata persen peredaman kuersetin

Konsentrasi Larutan

Perhitungan nilai IC50 kuersetin

X Y XY X2 Y2 Keterangan: X = konsentrasi (μg/mL)

Y = persen peredaman

Jadi, persamaan garis regresi Y = 8,5298X + 13,4251 Nilai IC50 = Y = 8,5298X + 13,4251

Nilai IC50 = 50 = 8,5298X + 13,4251 X = 50−13,4251

8,5298

X = 4,2878 μg/mL ~ 4 μg/mL

Lampiran 16. Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Asam Galat Keterangan: X = konsentrasi (μg/mL)

Y = persen peredaman

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,0203X + 0,0746 Koefisien korelasi (r)

Lampiran 17. Hasil Penetapan Kadar Total Fenol pada Ekstrak Etanol Daun

Rata-rata kadar total fenol 48,918305 Keterangan: FP = Faktor pengenceran

Lampiran 18. Perhitungan Kadar Total Fenol Estrak Etanol Daun Afrika Rumus perhitungan:

kadar total fenol = konsentrasi (μg/mL)x vol. sampel (L) Berat sampel (g) x FP Volume sampel = 0,01 L

Berat sampel = 0,0101 g Faktor pengenceran = 1

Absorbansi = 1,090

Persamaan regresi: Y = 0,0203X + 0,0746 X = 1,090−0,0746

0,0203 = 50,01970443 μg/mL Kadar total fenol = 50,01970443 𝑝𝑝𝑚 𝑥 0,01 𝐿

0,0101 𝑔 x 1

= 49,524459 GAE/g sampel

Lampiran 19. Perhitungan Persamaan Regresi Kurva Kalibrasi Kuersetin

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,0349X + 0,0488 Koefisien korelasi (r)

Lampiran 20. Hasil Penetapan Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanol Daun

Rata-rata kadar total flaonoid 10,12289153 Keterangan: FP = Faktor pengenceran

Lampiran 21. Perhitungan Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Afrika Rumus perhitungan:

kadar total flavonoid = konsentrasi (μg/mL)x vol. sampel (L) Berat sampel (g) x FP Volume sampel = 0,01 L

Berat sampel = 0,0102 g Faktor pengenceran = 1

Absorbansi = 0,405

Persamaan regresi: Y = 0,0349X + 0,0488 X = 0,405−0,0488

0,0349 = 10,20630372 μg/mL Kadar total flavonoid = 10,20630372 𝑝𝑝𝑚 𝑥 0,01 𝐿

0,0102 𝑔 x 1

= 10,00618012 EQ/g sampel

Lampiran 22. Perhitungan Jumlah Sel T47D dan Sel WiDr yang digunakan Jumlah sel yang dibutuhkan setara z =

z sel x jumlah well yang digunakan

jumlah sel yang telah dihitung dengan hemositometer Contoh:

Jumlah sel yang diperlukan per-well plate adalah 104, ditemukan pada plate-96 dan hasil perhitungan sel menggunakan hemositometer sebesar 50 x 104, maak jumlah sel yang dibutuhkan setara 104 adalah

104 𝑥 96

50 𝑥 104 = 1,96 mL

dimana tiap well memerlukan 100 μL larutan, maka untuk 96 well, 100 μL x 96 well = 9600 μL = 9,6 mL = 10 mL

Jadi, untuk membuat kandungan sel pada tiap well sebesar 104 sebanyak 96 well, diambil 1,96 mL larutan dari biakan awal dan diencerkan dengan media kultur sampai 10 mL.

Lampiran 23. Perhitungan Konsentrasi Bahan Uji yang digunakan melarutkan 5 mg ekstrak dengan 100 μL larutan DMSO, maka diperoleh larutan baku dengan konsentrasi 5000 μg/mL.

0,5 mL larutan baku 500 μg/mL, dicukupkan dengan media kultur sampai volume 1 mL.

3. Untuk membuat larutan EEDA 125 μg/mL (μg/mL) dari larutan 250 μg/mL V1 x C1 = V2 x C2

125 μg/mL x 1 mL = X mL x 250 μg/mL

X mL = 125 μg/mL

250 μg/mL

X mL = 0,5 mL

0,5 mL larutan baku 250 μg/mL, dicukupkan dengan media kultur sampai volume 1 mL.

Lampiran 23. Lanjutan

4. Untuk membuat larutan EEDA 62,5 μg/mL (μg/mL) dari larutan 125 μg/mL V1 x C1 = V2 x C2

62,5 μg/mL x 1 mL = X mL x 125 μg/mL

X mL = 62,5 μg/mL

125 μg/mL

X mL = 0,5 mL

0,5 mL larutan baku 125 μg/mL, dicukupkan dengan media kultur sampai volume 1 mL.

5. Untuk membuat larutan EEDA 31,25 μg/mL (μg/mL) dari larutan 62,5 μg/mL V1 x C1 = V2 x C2

31,25 μg/mL x 1 mL = X mL x 62,5 μg/mL

X mL = 31,25 μg/mL

62,5 μg/mL

X mL = 0,5 mL

0,5 mL larutan baku 62,5 μg/mL, dicukupkan dengan media kultur sampai volume 1 mL.

Lampiran 24. Perhitungan Persen Viabilitas EEDA terhadap Sel T47D

Lampiran 25. Perhitungan Persen Viabilitas Doksorubisin terhadap Sel T47D

Lampiran 25. Perhitungan Persen Viabilitas Doksorubisin terhadap Sel T47D

Dokumen terkait