• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengamatan

Dalam dokumen Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 (Halaman 163-195)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Pengamatan

1 Elektrolisis Larutan CuSo4dengan Elektroda C - Dimasukkan larutan CuSO4 ke dalam tabung U

- Dicelupkan kedua elektroda pada tabung U

- Dialirkan listrik 36 volt - Diamati.

 - Larutan CuSO4 terasa dingin

 - Larutan dalam keadaan suhu normal

 - Pada batang karbon terlihat gelembung yang banyak tetapi ukurannya kecil. Sedangkan pada kawat embaga tidak ada gelembung 2 Katoda C dan Anoda C

- Dimasukkan larutan CuSO4 ke alam tabung U

- Dicelupkan kedua elektroda pada tabung U

- Dialirkan listrik 36 volt - Diamati.

 - Larutan CuSO4 terasa dingin

 - Larutan dalam keadaan suhu normal

- Terdapat gelembung dikedua batang karbon. Dianoda terdapat gelembung yang lebih banyak. Pada katoda batang karbon terlihat berwarna merah bata, dan terlihat kikisan batang karbon 3 Elektrolisis Larutan KI dengan Elektroda C - Dimasukkan lerutan KI 15% ke dalam tabung U  - Larutan KI bening

- Dimasukkan kedua elektroda ke masing-masing tabung U (Katoda dan Anoda C)

- Dialirkan arus listrik sebesar 36 volt pada kedua elektroda tersebut

- Diamati

- Diambil 1 pipet larutan dari ketoda dan ditambahkan beberapa tetes Indikator pp - Diamati.

- Diambil 1 pipet larutan dari ketoda dan ditambahkan beberapa tetes FeCl3 - Diamati.

-Diambil 1 pipet larutan dari anoda dan ditambahkan beberapa tetes amilum - Diamati.

- Pada anoda terdapat banyak gelembung pada katoda terjadi pengikisan, dan keduanya ada gelmbung

 - Larutan pada katoda lebih bening dari pada anoda lebih keruh

-FeCl3 bening

 - Larutan berubah warna menjadi kuning kecoklatan

  

 -Amilum bening

-Campuran homogen dan tidak terjadi reaksi

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Elektrolisis CuSO4 dengan Elektroda C CuSO4→ Cu2++SO4-

Katoda : Cu2++ 2e Cu × Anoda : 2H2O + 2e → 4H++ 4e + O2 × Katoda :2Cu2+ + 4e → 2Cu

Anoda :2H2O → 4H++ 4e + O2

1

2Reaksi :2Cu2+ + 2H2O → 2Cu + 4H++ O2

Reaksi lengkap: 2CuSO4 + 2H2O → 2Cu + 2H2SO4+ O2

CuSO4→ Cu2++ SO42- Katoda : Cu2++ 2e Cu Anoda : Cu → Cu2++ 2e

1

2Reaksi : Cu2+ + Cu → Cu + Cu2+

4.2.3 Reaksi Elektrolisis KI dengan Elektroda C KI →K++I-

Katoda : 2H2O + 2e →2OH-+ H2

Anoda : 2I- →I2+ 2e .

1

2Reaksi: 2I-+ 2H2O → I2+2OH-+ H2

Reaksi lengkap: 2H2O + 2KI → 2KOH +I2 + H2O 4.2.4 Reaksi Larutan FeCl3 dengan OH-

FeCl3- +3OH- →Fe(OH)3 +3Cl-

4.2.4 Indikator pp + KOH OH OH C C H2 OH +2KOH OK O C C OK O + 2H2O 4.2.6 Amilum dengan I2

O O H OH CH2OH H H H H OH O H H OH CH2OH H H H OH O O O H OH CH2OI H H H H OH O H H OH CH2OI H H H OH O n + nI2 n + nHI 4.3 Pembahasan

Elektrolisis adalah suatu peristiwa penguraian (reaksi kimia) atas larutan elektrolit akibat dialiri oleh arus listrik searah. Dalam reaksi elektrolisis, energi listrik digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan kimia yang tidak akan terjadi secara spontan. Dalam reaksi elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi oksidasi yakni reaksi pelepasan elektron. Sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi yaitu reaksi penangkapan elektron. Pada elektrolisis anoda bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif.

Elektrokimia adalah suatu peristiwa terjadinya reaksi oksidasi-reduksi dalam bentuk setengah reaksi yang terpisah dalam oksidasi dan reduksi atau bisa disebut sebagai gabungan antara dua setengah sel yaitu anoda dan katoda. Dalam sel elektrokimia terjadi reaksi redoks spontan yaitu reaksi yang berlangsung serta merta. Sel elektrokimia mengubah energi dari suatu reaksi redoks spontan menjadi energi listrik berupa aliran elektron yang bergerak dari anoda menjadi katoda. Pada elektrokimia anoda bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif.

Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listik menjadi energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan elektrolit. Elektroda yang digunakan dalam proses elektrolisis dapat digunakan menjadi dua yaitu elektroda inert seperti kalsium (ca), potassium, grafit (c), platina (pt) dan emas (Au). Elektroda aktif seperti seng (Zn) tembaga (Cu) dan perak (Ag).

Suatu ion yang padat tidak dapat di elektrolisis karena tidak mengandung ion bebas, akan tetapi, jika di panaskan sampai meleleh akan terurai. Jadi ion-ion positif akan tertarik padaanoda. Untuk elektrolisis larutan elektrolit dalam air akan terurai menjadi ion

positif dan ion negatif. Reaksi elektrolisis larutan tidak sama dengan karena larutan terdapat pelarut (air). Air kadang bereaksi baik pada katoda maupun anoda pada larutan memiliki beberapa ketentuan yaitu :

A. Reaksi pada katoda

 Katoda yang tergolong dalam golongan utama Al dan Mn yang direduksi adalah H2O dan golongan Alkali

2H2O + 2e  2OH- + H2

 Ion-ion logam selain di atas dapat direduksi M2+ + 2e- M

 Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas hidrogen 2H+ + 2e- H2

 Jika yang dielektrolisis adalah larutan elektrolit, maka ion-ion pada poin 1 dapat mengalami reaksi pada poin 2.

B. Reaksi pada anoda

 Ion-ion yang mengandung atom dengan biloks maksimum seperti SO42- dan NO2- , yang teroksidasi adalah pelarut air terbentuk gas oksigen

2H2O  O2 + 4H+ + 4e

 Ion-ion halida, F-, Cl-,Br- dan I- dioksidasi menjadi halogen 2X-  X2 + 2e

 Ion-ion dari basa dioksidasi menjadi gas oksigen 4OH- 2H2O + 4e + O2

 Pada proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anoda adalah suatu logam, sehingga anoda mengalami oksidasi menjadi ion yang larut

M  M2+ + 2e-

No Elektrolisis Elektrokimia 1 Terjadi perubahan energi : listrik

 kimia

Terjadi perubahan energi : kimia  listrik

2 Anoda = eleektroda positif Anoda = elektroda negatif 3 Katoda = elektroda negatif Katoda = elektroda positif

Deret volta adalah deretan unsur logam (ditambah hidrogen) yang disusun berurutan berdasarkan potensial reduksi standarnya (EO), setiap logam itu mempunyai sebuah nilai (potensial) tertentu yang selalu sama yang diberikan oleh alam. Namun antara unsur logam yang satu dengan yang lain berbeda nilainya. Nilai yang dimaksud adalah potensialnya, nilai logam tersebut harus dibandingkan dengan elektroda standar, elektroda standar adalah elektroda yang potensialnya sudah diketahui sebelumnya, unsur dalam deret volta adalah Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au.

Sitaf deret volta :

Semakin kekiri kedudukannya suatu logam dalam deret tersebut, maka :

 Logam semakin reaktif(semakin mudah melepas elektron)

 Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami oksidasi)

Sebaliknya, semakin kekanan kdudukan suatu logam dalam deret tersebut maka :

 Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)

 Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami reduksi)

Pada deret volta ada lima buah unsur logam yang dikatakan sebagai unsur logam mulia (inert metal), yaitu Cu, Hg, Ag, Pt dan Au.

Prinsip dari metode elektroisis didasarkan pada penetapan teori-teori elektrokimia didalam sel elektrolisis akan terjadi perubahan kimia pada daerah sekitar elektroda, karena adanya aliran listrik jika tidak terjadi reaksi kimia maka elektroda hanya akan terpolarisasi akibat potensial listrik yang diberikan. Reaksi kimia hanya terjadi apabila ada perpindahan elektron dari larutan menuju ke elektroda (proses oksidasi) sedangkan pada katoda akan terjadi aliran elektron dari katoda menuju ke larutan (proses reduksi).

Reaksi yang terjadi pada percobaan pertama yaitu pada katoda, yang tereduksi adalah Cu. Menurut aturan Cu adalah ion selain golongan IA, IIA, Al3+, Mn2+atau H+. Maka terjadi reduksi pada zat itu sendiri dan mengendap dikatoda sedangkan pada anoda merupakan ion sisa asam yang mengandung oksigen. Karena Eo oksigen lebih kecil dari H2O maka yang yang teroksidasi adalah H2O.

Reaksi yang terjadi pada percobaan kedua, katodanya adalah C dan anodanya C yang tereduksi adalah katoda dan anoda mengalami oksidasi. Pada anoda, karena SO42- merupakan sisa asam yang mengandung oksigen dan Eonya lebih kecil dari H

Reaksi yang terjadi pada percobaan ketiga ialah pada reaksi dikatoda, yang tereduksi adalah H2O. Sebab menurut aturan, jika golongan IA maka yang tereduksi adalah H2O. Sehinggga terbentuk OH- yang nanti diidentifikasi dengan FeCl3 yang menghasilkan endapan jika direaksikan dengan basa.

Pada percobaan pertama, elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda (C) dan anoda (Cu). Pertama dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U, kemudian dicelupkan kedua elektroda (kadoda C dan anoda Cu) pada tabung U, pada anoda terjadi reaksi Cu  Cu2+ + 2e-. Pada katoda terjadi reaksi Cu2+ + 2e-  Cu. Setelah dialiri arus listrik 36 volt pada katoda terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada anoda Cu secara perlahan–lahan terkikis menjadi ion Cu2+ yang larut. Berarti kedua elektroda yang digunakan merupakan elektroda inert pada larutan CuSO4,ion Cu2+ mengalami reduksi dikatoda menjadi Cu, dan dianoda terbentuk gelembung gas O2, arus listrik digunakan mengubah energi listrik suatu voltmeter menjadi reaksi reduksi.

Pada percobaan kedua, elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda (karbon) dan anoda (karbon), pada anoda terjadi reaksi 2H2O  4H+ + 4e + O2 pada katoda terjadi reaksi Cu2+ +2e  Cu setelah dialiri arus listrik 36 volt pada katoda terbentuk endapan Cu, sedangkan pada anoda terdapat gelembung O2 yang banyak, karbon yang awalnya berwarna hitam mengalami pengikisan, sehingga berubah menjadi merah bata. Ion–ion mengalami reduksi Cu2+ menjadi Cu, karena Cu memiliki potensial reduksi lebih rendah daripada H2O, dan Cu termasuk golongan transisi sehingga yang direduksi adalah kation itu sendiri. Dikatoda terdapat logam Cu yg lebih banyak, karena logam Cu tersebut berasal dari 2 sumber, yaitu berasal dari elektrolit Cu. Yang terbentuk pada anoda yg dioksodasi adalah Cu, karena Cu merupakan elektrolit noninert yang hanya terjadi pada anoda, sehingga anion yang dioksidasi adalah elektroda nya.

Pada percobaan ketiga, elektrolisis larutan KI dengan elektroda Cu. Pada anoda terjadi reaksi 2 I- I2 + 2 e- pada katoda terjadi reaksi 2H2O + 2e  2OH- + H2 . Setelah dialiri arus listrik 36 volt pada anoda, larutan yang semula bening menjadi putih kekuningan (I2 mengalami oksidasi). Sedangkan pada katoda H2O tereduksi menghasilkan basa OH-, selain itu elektroda yg digunakan bukan inert, sehingga elektroda itu dapat diabaikan, 1 pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl3, yang semula berwarna bening menjadi putih kekuningan dengan adanya endapan. Fungsi penambahan FeCl3, yaitu untuk mengetahui senyawa basa yang ada dikatoda, senyawa logam yang ada dikatoda dan mengikat OH- sehingga membentuk Fe(OH)3 1 pipet dari larutan anoda ditambahkan

amilum, yang semula warnanya bening menjadi keruh.Fungsi penambahan amilum adalah untuk mengetahui adanya I2 dalam anoda. Diambil 1 pipet dari katoda ditambahkan indicator pp , dan larutan berubah menjadi merah lembayung, hal ini menunjukan terdapatnya OH- pada larutan tersebut.

Aplikasi elektrolisis dalam kehidupan sehari–hari adalah sebagai berikut: 1. Pereduksi zat

Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis misalnya logam – logam alkali, magnesium, almunium, florin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit, dan hidrogen peroksida, klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolisis larutan natrium klorida. Proses ini disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industri yang sangat penting.

2. Kemurnian logam

Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga, untuk membuat kabel listrik diperlukan tembaga murni sebab adanya pengotor dapatmengurangi konduktivitas tembaga, akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan penggunaannya tembaga dimurnikan secara elektrolisis.

3. Penyepuhan

Penyepuhan (elektroplatini) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau untuk memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katoda sedangkan logam penyepuhan sebagai anoda. Kedua elektroda itu dicelupkan dalam larutan garam dari logam penyerpuhan.

Pada percobaan kali ini faktor kesalahan yang terjadi adalah :

 Kurang bersihnya pencucian alat yang digunakan

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Pada proses elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda karbon terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu pada katoda dan anoda terjadi oksidasi H

2O.

 Perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda ialah pada CuSO4 dengan katoda C dan anoda C , tidak terjadi apa – apa. Pada anoda terdapat warna kekuningan tetapi tidak dominan pada katoda, sedangkan pada larutan Cu dengan katoda Cu dan anoda C tidak terdapat gelembung dan menghasilkan OH pada katoda dan pada anoda terdapat gelembung serta menghasilkan I2

 Pada proses elektrolisis larutan KI dengan katoda Cu dan anoda C terjadi reduksi air pada katoda dan okisidasi I- menjadi I

2 pada anoda.

5.2 Saran

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, elektroda karbon dapat diganti dengan elektroda Pt dan Au yang sama–sama tergolong sebagai elektroda inert.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi adisi substitusi adalah penggantian suatu gugus atau atom dengan gugus atau atom lain. Pada reaksi substitusi atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh atom atau gugus atom lain umumnya pada senyawa jenuh. Tetapi pada kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.

Reaksi adisi adalah penambahan masing-masing satu gugus kepada dua atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap sehingga menghilangkan ikatan atau rangkapnya. Pada reaksi adisi, molekul senyawa yang memiliki ikatan rangkap menyerap atom atau gugus atom. Sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal seperti reaksi antara heksana dan Iodin (I2).

Berdasarkan prinsip di atas, maka reaksi-reaksi hidrokarbon diatas banyak digunakan untuk kepentingan industri antara lain untuk memproduksi bahan-bahan kimia organik, seperti industri bahan pengawet makanan agar tidak mudah berbau tengik pada minyak cair. Contoh yaitu asetilena. Asetilena merupakan zat berupa gas, tidak berwarna, tidak berbau. Campuran gas-gas asetilena dan oksigen digunakan untuk memperoleh suhu tinggi yang diperlukan untuk memotong dan mengelas logam.

Reaksi senyawa karbon pada umumnya merupakan pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen. Percobaan kali ini akan dibahas mengenai beberapa jenis reaksi senyawa karbon, yaitu reaksi substitusi dan reaksi adisi. Dalam percobaan akan diperlihatkan perubahan yang terlihat ketika suatu senyawa karbon akan direaksikan dengan senyawa lain. Seperti contohnya yaitu reaksi benzena dengan larutan KMnO4 (Kalium Permanganat) akan terjadi reaksi substitusi, dimana benzena bersifat jenuh, atom atau gugus atomnya akan digantikan oleh atom atau gugus atom dari KMnO4.

Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar dapat mengerti dan memahami reaksi adisi dan reaksi substitusi dan mengetahui perubahan reagen apabila reaksi dari masing- masing pereaksi terjadi. Percobaan ini juga dilakukan agar dapat mengetahui reaksi yang terjadi antara minyak goreng dengan pereaksi I2 dan KMnO4. Percobaan ini juga dilakukan agar mengetahui reaksi dan perubahan warna yang terjadi pada n-heksana ketika ditetesi dengan larutan I2, mengetahui reaksi dan perubahan warna yang terjadi pada heksena ketika ditetesi dengan larutan I2, dan mengetahui reaksi dan perubahan

warna yang terjadi pada benzena ketika ditetesi larutan I2 dan larutan KMnO4. Sehingga dapat mengaplikasikannya dengan benar di dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan

 Mengetahui reaksi dan perubahan warna yang terjadi pada larutan n-heksana ketika ditetesi dengan larutan I2

 Mengetahui reaksi dan perubahan warna yang terjadi pada larutan heksena ketika ditetesi dengan larutan I2

 Mengetahui reaksi dan perubahan warna yang terjadi pada benzena ketika ditetesi larutan I2 dan ketika ditetesi larutan KMnO4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar reaksi senyawa organik adalah perubahan dari sutu gugus fungsi menjadi gugus fungsi yang lain akibat serangan reagen. Senyawa organik yang diserang oleh reagen disebut substrat atau reaktan. Bagan reaksi dalam senyawa organik adalah sebagai berikut. Substrat diserang oleh reagen  [intermediet] produk. Ada empat macam jenis reaksi yang dikenal, yaitu reaksi substitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi, dan penataan ulang. Persyaratan dari prinsip umum dalam reaski kimia adalah bahwa senyawa dengan struktur molekul yang sama memperlihatkan kecenderungan melakukan reaksi yang sama. Dengan kata lain, reaktivitas substrat bergantung pada sifat-sifat reagennya. Contohnya, senyawa alkana merupakan senyawa non polar sehingga cenderung bereaksi melalui radikal bebas (makanisme). Senyawa kaya elektron nukleofil akan mudah diserang oleh reagen yang miskin elektron (elektrofil). Sebaliknya, senyawa yang kekurangan elektron akan mudah diserang oleh reagen nukleofilik (kaya elektron) atau mencari muatan positif. Pusat reaktif pada substrat kaya elektron, reaksi akan berlangsung melalui dua cara, yaitu substitusi pada senyawa alifatik jenuh dan substitusi pada ikatan tak jenuh atau pada atom karbon atomatik. Reaksi substitusi elektrofilik dapat terjadi secara unimolekuler (SEI) atau bimolekuler (SEZ) (Siswoyo, 2009).

Reaksi adisi dapat terjadi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiga, dimana terdapat elektron n. elektron ini akan melindungi molekul dari senyawa nukleofil, tetapi akan mudah diserang oleh elektrofil. Adisi juga dapat terjadi pada atau R-CN. Dalam hal ini kerapatan elektron akan berada pada atom yang elektronegatif seperti O dan N, sehingga atom karbon akan bermuatan positif dan mengalami serangan oleh reagen nukleofilik. Akibatnya adisi pada atau –CN adalah adisi nukleofilik. Apabila reagen telah menjadi kutub positif dan negatif, salah satunya akan menyerang ikatan rangkap. Mengapa reaksi ini disebut adisi elektrofilik meskipun kedua reagen nukleofilik dan elektrofilik akan menyerang ikatan rangkap yang sama? Alasannya adalah karena reaksi adisi diawali oleh serangan elektrofil pada ikatan rangkap dengan lambat yang merupakan tahapan yang menentukan kecepatan reaksi (rate determining step), dan diikuti dengan serangan nukleofil dengan cepat. Kompleks n atau kation lingkar-tiga seperti juga ikatan rangkap, mengakibatkan arah serangan berasal dari bagian belakang, sehingga adisinya juga dari sisi yang berlawanan. Adisi ini dikenal dengan nama trans adisi.

Sebaliknya bila adisi dari sisi yang saama maka adisinya adalah cis-trans (Siswoyo, 2009).

Adisi halogen pada ikatan rangkap, molekul H-X terpolarisasi dan melepas X-. Kombinasi proton dan elektron n menghasilkan kompleks n yang mempolarisasikan elektron n pada ikatan rangkap, kemudian akan menghasilkan � dan adisi halogen menyempurnakan reaksi adisi. Jika ikatan rangkapnya tidak simetris, maka adisi HX atau HOX secara teoritis menghasilkan produk. Reaksi ini berlangsung sesuai dengan hukum Markovnikov (Siswoyo, 2009).

Dalam banyak cara, dasar-dasar substitusi, eliminasi, dan adisi yang terjadi pada sistem aromatik, secara umum disebut sebagai bonkation, penggantian nuklofilik, dan juga eliminasi gugus fungsi, semuanya merupakan beberapa ciri reaksi substitusi aromatik. Pendekatan yang tepat untuk memmahami mekanisme reaksi adisi adalah dengan mengetahui ikatan-ikatan n pada cincin aromatik yang berperan sebagai basa lewis, dengan adanya asam lewis yang cocok akan dihasilkan intermediet kationik yang kemudian dapat bereaksi dengan nukleofil yang tepat. Tipe proses ini ditunjukkan pada reaksi benzena dengan spesi elektrofilik (X-). Pengikatan cincin aromatik akan membentuk ikatan C – X dan pusat sp3. Kation ini mengalami stabilitas resonansi. Lepasnya proton bersamaan dengan pembentukan kembali senyawa aromatis berlangsung sangat cepat. Kation intermediet kadang-kadang dinyatakan sebagai ion benzenonium, namun lebih umum disebut intermediet Wheland, yang digambarkan sebagai kation yang terdelokalisasi (Sastrohamidjodjo, 2009).

Senyawa organik yang hanya mengandung atom karbon dan juga atom hidrogen dikenal dengan nama hidrokarbon. Hidrokarbon dapat dibagi dalam tiga kelas :

 Hidrokarbon alifatik. Dalam hidrokarbon ini, atom-atom karbon berikatan satu dengan yang lain membentuk rantai dan merupakan seri homolog dari molekul CH2. Senyawa jenis ini dapa tberupa senyawa alkana, alkena, dan juga alkuna.

 Hidrokarbon alisiklik. Dalam hidrokarbon ini atom-atom akan berikatan dengan membentuk cincin.

 Hidrokarbon aromatik. Senyawa lingkar dalam senyawa ini mempunyai struktur benzena, atau senyawa yang berhubungan dengan benzena (Siswoyo, 2009).

Alkana adalah suatu hidrokarbon jenuh yang mempunyai jumlah atom hidrogen maksimum. Alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2. Sikloalkana merupakan alkana berstruktur lingkar. Meskipun sikloalkana merupakan hidrokarbon jenuh, namun rumus

umumnya adalah CnH2n. Hal ini disebabkan sikloalkana kehilangan satu atom hidrogennya jika atom C – C membentuk cincin. Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua. Dua senyawa alkena yang paling sederhana adalah etena dan propena, merupakan bahan kimia yang penting dalam industri polimer. Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna. Alkuna yang paling sederhana adalah etuna, yang banyak dipakai dalam industri sebagai bahan baku intermediet untuk membuat bahan kimia lain yang lebih bermanfaat dan sebagai bahan bakar dalam proses untuk pengelasan (Siswoyo, 2009).

Dalam penamaan alkena terdapat beberapa aturan yaitu :

 Akhiran –ena digunakan untuk menunjukkan ikatan rangkap karbon-karbon. Bila terapat lebih dari satu ikatan rangkap, gunakan akhiran –diena, triena, dan seterusnya.

 Pilihlah rantai terpanjang yang mengandung baik karbon dengan ikatan angkap maupun ikatan rangkap tiga.

 Nomor rantai dan ujung yang terdekat dengan ikatan majemuk, sehingga tom karbon pada ikatan itu memperoleh nomor terkecil.

 Nyatakan posisi ikatan majemuk menggunakan atom karbon dengan nomor terendah dari ikatan tersebut.

 Jika terdapat lebih dari satu ikatan majemuk, nomori dari yang terdekat dengan ikatan majemuk (Keenan, 1986).

Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang elektron menyendiri dalam kulit terluarnya. Dihasilkan reaksi substitusi suatu reaksi dalam mana satu atom ion atau gugus disubstitusikan untuk (menggantikan) atom, ion, atau gugus lain. Contoh :

HO- + CH3CH2–Br  CH3CH2–OH + Br–

Dalam reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi. Suatu istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon, ion halida merupakan gugus pergi yang baik karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat lemah. Basa kuat, bukan suatu gugus pergi yang baik. Bila suatu alkil halida diolah dengan suatu basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini, sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dari dalam strukturnya. Produk organik dari suatu reaksi eliminasi suatu alkil halida adalah suatu alkena. Dalam tipe reaksi eliminasi ini, unsur H dan X keluar dari dalam alkil halida. Oleh karena itu, reaksi ini juga disebut

dehidrohalogenisasi (awalan de- berarti minus atau hilangnya) (Fessenden, 1997).

Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut

Dalam dokumen Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 (Halaman 163-195)

Dokumen terkait