• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Percobaan

Dalam dokumen Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 (Halaman 70-94)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pembuatan Koloid Fe(OH)3

 Diukur 25 mL aquades

 Dimasukkan hingga mendidih

 Ditambahkan setetes demi setetes FeCl3 sambil diaduk hingga warna menjadi merah coklat

 Disimpan untuk percobaan selanjutnya 3.2.2 Koagulasi

 Dimasukkan masing-masing 15 tetes CaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1 M dalam masing-masing tabung reaksi

 Ditambahkan masing-masing 10 tetes Fe(OH)3

 Diamati 3.2.3 Dispersi

 Dimasukkan 1 sendok amilum yang telah digerus kedalam gelas kimia

 Ditambahkan 10 mL aquades dan disaring

 Ditambahkan 2 tetes I2 pada nitrat 3.2.4 Emulsi

 Dimasukkan 10 mL minyak goreng ke dalam corong pisah

 Ditambahkan 40 mL aquades

 Dikocok

 Diamati

 Ditambahkan 2 mL sabun cair

 Dikocok

 Diamati 3.2.5 Adsorpsi

 Diambil 1 sendok norit dan diletakkan di atas corong kaca yang telah diberikan kertas saring

 Dilewatkan 10 mL sirup kedalam corong kaca tersebut

 Diamati

3.2.6 Koloid Pelindung

 Dimasukkan 10 tetes BaCl2 0,1 M kedalam tabung reaksi

 Ditambahkan 10 tetes gelatin yang telah diencerkan

 Diamati

 Ditambahkan 10 tetes AgNO3

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Pembuatan Koloid Fe(OH)3 - Diukur 25 mL aquadest - Dimasukkan dalam gelas

beaker

- Disimpan hingga mendidih - Ditambahkan setetes demi

setetes FeCl3 sambil diaduk hingga warna menjadi merah coklat

- Disimpan untuk percobaan selanjutnya

-Aquadest tampak bening -Suhu aquadest masih normal

-Aquadest menguap

-Warna larutan berubah menjadi merah kecoklatan

-Warna larutan tetap berwarna merah kecoklatan

2. Koagulasi

-Dimasukkan masing- masing 15 tetes CaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1 M dalam masing-masing tabung reaksi

-Ditambahkan masing- masing 10 tetes Fe(OH)3 ke dalam tabung reaksi

-Diamati

-CaCl2 dan NaCl berwarna bening

-Warna NaCl dan CaCl2 berwarna kuning keemasan. Awalnya saat dicampurkan terasa panas, namun setelah didiamkan larutan menjadi hangat

3. Dispersi

-Dimasukkan 1 sendok amilum tanpa digerus ke dalam gelas kimia

- Amilum tampak berwarna putih dan berbentuk serbuk

-Ditambahkan 10 mL lalu disaring

-Ditambahkan 2 tetes I2 pada kedua filtrat

-Diamati

-Larutan amilum berwarna putih susu dan filtrat bening

-Larutan menjadi sedikit lebih keruh dan kental

4. Emulsi

-Dimasukkan 10 mL minyak goreng ke dalam corong pisah -Ditambahkan 40 mL aquadest -Dikocok -Diamati -Ditambahkan 2 mL sabun cair -Dikocok -Diamati

-Minyak berwarna kuning keemasan

-Air dan minyak tidak menyatu. Air berada dibawah dan minyak berada diatas

- Air dan minyak tetap tidak menyatu

-Campuran menyatu dan warnanya menjadi hijau muda

5. Adsorpsi

-Diambil 1 sendok norit dan diletakkan diatas corong kaca yang telah diberikan kertas saring

-Dilewatkan 10 mL sirup kedalam corong kaca tersebut

-Diamati

-Norit berbentuk serbuk berwarna hitam

-Sirup berwarna oren, setelah disaring filtrat berwarna kuning muda dan lebih encer. Juga terlihat sedikit serbuk hitam

6. Koloid Pelindung

-Dimasukkan 10 tetes BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi

-Ditambahkan 10 tetes gelatin yang telah diencerkan

-Diamati

-Ditambahkan 10 tetes AgNO3

-Diamati

-Warna menjadi lebih keruh dan larutan lebih kental

-Warnanya menjadi putih keruh, dan tidak mengendap karena ditambahkan gelatin yang berfungsi sebagai koloid pelindung

4.2 Reaksi

4.2.1 Pembuatan Koloid Fe(OH)3

FeCl3 + 3H2O  Fe(OH)3 + 3HCl 4.2.2 Koagulasi

2Fe(OH)3 + 3CaCl2  2FeCl3 + 3Ca(OH)2 Fe(OH)3 + 3NaCl  FeCl3 + 3NaOH 4.2.3 Dispersi O O H OH OH H O H H O O H H OH OH H H + O O H OH OH H O H H O O H H OH OH H H n I2 CH2OH H CH2OH H CH2I H CH2I H n n + nHIO 4.2.4 Koloid Pelindung

2AgNO3 + BaCl2  2AgCl +Ba(NO3)2 4.2.5 Struktur Sabun

CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 COONa

Polar Non Polar 4.2.6 Struktur Minyak Goreng

4.3 Pembahasan

Koloid merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran partikel-partikelnya berkisar antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam sistem koloid, terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun nampak sebagai dispersi homogeny, namun koloid merupakan disperse heterogen. Dan dispersi bukan terdiri dari ion atau molekul yang larut. Campuran ini dinamakan campuran koloid. Sistem koloid terdiri dari fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Dispersi adalah pencampuran secara merata anatara dua zat atau lebih. Koloid merupakan sistem dispersi. Koloid dapat disaring dengan penyaring ultra dan pada umumnya stabil. Suspensi atau dispersi kasar, merupakan sistem dispersi dengan ukuran relatif besar (10-5cm) yang tersebar merata dalam medium pendispersinya. Suspensi yaitu campuran heterogen antara fasa terdispersi dengan medium pendispersinya. Fasa terdispersi biasanya berupa zat padat yang ukurannya lebih besar sehingga akan membentuk endapan jika disatukan didiamkan dalam beberapa saat. Suspensi dapat disaring dengan penyaring biasa dan larutannya tidak stabil. Larutan merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil (10-7cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dan partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra. Larutan adalah campuran anatar fase terdispersi berupa zat padat, gas maupun cair dengan fase

pendispersinya yaitu zat cair. Larutan merupakan campuran yang homogen. Larutan bersifat stabil atau tidak dapat memisah.

Zat yang didispersikan ke dalam zat lain disebut fase terdispersi. Sedangkan fase yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Fase terdispersi umumnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip pelarut pada suatu larutan. Larutan sejati tidak termasuk sistem dispersi karena terdiri dari satu fasa.

Perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi yaitu:

No Jenis Perbedaan Larutan Koloid Suspensi 1. Diameter partikel < 1nm 1nm – 100nm >100nm 2. Fasa Satu fasa Dua fasa Dua fasa 3. Penyaringan: - Biasa - Membran - Ultra Lewat Lewat Lewat Lewat Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan Tertahan 4. Bentuk campuran Homogen Tampak

homogen

Heterogen

5. Bentuk dispersi Dispersi molekuler Dispersi padatan Dispersi padatan 6. Kestabilan Stabil/tidak memisah Pada umumnya stabil Tidak stabil

7. Kejernihan Jernih Tidak jernih Tidak jernih 8. Contoh Larutan gula,

alkohol, garam, udara bersih Sabun, santan, susu, mentega dan jeli Air dengan pasir, air dengan kopi

Baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas, cair atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-kombinasi keadaaan yang mungkin. Sistem gas-gas bukan termasuk sistem koloid karena kedunya dapat bercampur homogen (satu fasa). Macam-macam koloid dapat dilihat sebagai berikut :

Gas Cair Busa/buih Busa sabun, putih telur, ombak, krim kocok

Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa, lava

Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan,

spray/obat semprot

Cair Cair Emulsi Susu, santan,

minyak ikan Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega,

agar-agar, lateks Padat Gas Aerosol padat Debu, asap

Padat Cair Sol Sol emas, sol

belerang, tinta, cat Padat Padat Sol padat Kaca berwarna,

paduan logam

Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnyalebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Efek Tyndall

Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan dihamburkan sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya. Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oelh Michael Faraday, kemudian diselidiki lebih lanjut oelh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli Fisika bangsa Inggris. Efek tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit diufuk barat berwarna jingga atau mera. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid diangkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama. Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari

melintas diatas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah. Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

- Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

- Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu - Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut b. Gerak Brown

Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus menerus dan hanya dapat diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Dalam suspensi tidak terjadi gerak brown karena ukuran partikel cukup besar. Sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak brown, tetapi tidak dapat diamati. Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).

c. Elektrolisis

Partikel koloid dapat bergerak dalam madan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakkan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektrolisis. Jika dua batang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif). Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di elektrode negatif berarti koloid bermuatan positif. Jika partikel koloid berkumpul di elektrode positif berarti koloid bermuatan negatif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi atau tes DNA pada jenazah korban pembunuhan atau jenazah tidak dikenal.

Adsorpsi adalah peristiwa dimana suatu zat menempel pada permukaan zat lain. Seperti H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorben. Apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid maka partikel-partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya. Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukannya. Oleh karena itu, partikel koloid bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.

e. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid. Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektrolisis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektrolisis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negatif dan koloid bermuatan negatif menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi. Sistem koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspensi kasar menjadi berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan dispersi.

1. Cara Kondendasi

Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika. Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig)

a. Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

b. Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pememptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.

c. Cara Busur Bredig

Cara busur bredig digunakan untuk membuat sel-sel logam Adapun prinsip-prinsipnya antara lain:

a. Efek Tyndall menggunakan prinsip penghamburan cahaya atau partikel koloid. b. Gerak brown menggunkan prinsip tumbukan yang tidak seimbang antara molekul-

molekul medium terhadap partikel koloid.

c. Elektroforesis menggunakan prinsip bahwa setiap partikel koloid harus memiliki muatan.

d. Adsorpsi menggunkan prinsip besar kecilnya ukuran partikel.

e. Koagulasi menggunkan prinsip gaya gravitasi, dimana partikel yang lebih berat berada pada lapisan paling bawah.

f. Koloid pelindung menggunakan prinsip bentuk lapisan di sekeliling partikel koloid lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut.

g. Dialisis menggunakan prinsip mengurangi ion-ion penganggu. Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu:

- Beaker glass untuk menghomogenkan larutan dan memanaskan larutan - Pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit

- Hot plate digunakan untuk memanaskan larutan

- Corong kaca digunakan bersamaan dengan kertas saring untuk proses penyaringan - Botol semprot yang berisi aquades digunakan untuk mensterilkan atau mencuci terlebih

- Botol reagen digunakan untuk menyimpan beberapa larutan yang akan digunakan - Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan larutan yang sedang diamati

- Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan yang ditempatkan pada hot plate - Corong pisah digunakan untuk mencampurkan larutan dalam jumlah banyak

- Lumpang dan alu digunakan untuk menghaluskan bahan berbentuk padatan

- Spatula digunakan untuk mengambil bahan berbentuk serbuk dalam jumlah sedikit Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:

- Sirup digunakan pada proses adsorpsi, digunakan bersamaan dengan norit pada proses adsorpsi

- Aquades digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan larutan

- Norit digunakan pada percobaan adsorpsi untuk menyerap zat warna sirup - Gelatin digunakan setelah diencerkan untuk sebagai koloid pelimdung

- Minyak goreng digunakan pada percobaan emulsi, dicampur dengan sabun cair - Sabun cair digunakan bersamaan dengan minyak goreng. Sabun berfungsi sebagai

emulgator

- Tisu digunakan untuk mengeringkan alat percobaan yang telah dicuci - Kertas saring digunakan untuk menyaring serbuk pada percobaan - Kertas label digunakan untuk menandai nama larutannya

- Larutan NaCl dan CaCl2 digunakan untuk melihat endapan mana yang terbentuk. Karena anatara CaCl2 dan NaCl, yang paling banyak terbentuk endapan yaitu CaCl2, sebab jika dilihat dari sistem periodik unsur, semakin ke kiri maka semakin reaktifdan semakin ke kanan, semakin banyak terbentuk endapan.

- Larutan I2 digunakan mendeteksi adanya amilum pada larutan

- Larutan BaCl2 dan AgNO3 digunakan pada percobaan koloid pelindung, dicampurkan dengan campuran gelatin yang telah diencerkan

Adapun faktor kesalahan dalam praktikum ini, yaitu:

- Penggerusan norit yang terlalu halus, sehingga saat disaring dengan sirup, norit ikut tercampur pada filtratnya dan terlihat warna kehitaman

- Larutan amilum yang dicampur I2 seharusnya berwarna biru, buka berwarna putih. Hal ini disebabkan oleh bubuk amilum yang telah tercampur bahan lain

Pada percobaan pertama adalah cara pembuatan koloid Fe(OH)3. Percobaan ini dilakukan dengan cara mengukur 25 mL aquades yang berwarna bening kedalam beaker glass yang telah dibersihkan kemudian dipanaskan hingga mendidih, hal ini

dilakukan agar proses yang terjadi nantinya akan cepat atau tidak memerlukan waktu yang lama karena salah satu faktor laju reaksi adalah suhu larutan. Setelah mendidih ditambahkan setetes demi setetes FeCl3 sambil diaduk hingga warnanya menjadi merah coklat, kemudian larutan yang telah berubah menjadi merah coklat disimpan untuk percobaan selanjutnya. Fungsi pemanasan yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi.

Pada percobaan kedua yaitu mengetahui cara pembuatan koagulasi. Mula-mula dimasukkan 15 tetes CaCl2 dan NaCl kedalam masing-masing tabung reaksi kemudian tambahkan Fe(OH)3 yang didapat dari percobaan pertama berwarna merah coklat, setelah ditambahkan Fe(OH)3 warna CaCl2 dan NaCl berubah menjadi kuning keemasan. Pada percobaan ini seharusnya CaCl2 lebih menggumpal dibanding NaCl, karena jika dilihat dari Sistem Periodik Unsur, jika semakin kekanan, maka semakin banyak terbentuk endapan dan bersifat kurang reaktif.

Pada percobaan ketiga adalah dispersi dengan menggunakan amilum yang dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 1 sendok tanpa digerus, lalu disaring kemudian ditambahkan 2 tetes I2 kedalam gelas kimia, larutan tersebut berubah warna dari yang bening karena bubuk amilum yang telah disaring. Kemudian untuk menguji adanya kandungan amilum didalam aquades yang telah disaring dengan menggunakan I2. Seharusnya jika terdapat kandungan amilum didalamnya warnaya akan berubah menjadi biru. Ini menunjukkan bahawa didalamnya hanya terdapat amilum dalam jumlah kecil, sehingga perubahan warnaya hanya menjadi putih susu keruh.

Pada percobaan keempat yaitu emulsi ysng muls-mula dilakukakan adalah memasukkan 10mL minyak goreng berwarna kuning keemsan kedalam corong pisah, kemudian ditambahkan 40mL aquades berkarakteristik bening, lalu dikocok dan terlihat dua fase karena minyak goreng bersifat non polar dan aquadest bersifat polar, sehingga tidak dapat menyat. Disini minyak goreng sebagai terdispersi dan aquadest sebagai pendispersi. Kemudian setelah diamati ditambahkan 2 mL sabun cair berwarna hijau lalu dikocok dan terlihat satu fase antara sabun ,aquadest dan minyak goreng. Karena sabun sebagai emulgator, dimana sabun memiliki kemampuan mengikat senyawa polar dan non polar.

Pada percobaan kelima yaitu adsorpsi dilakukan dengan mengambil satu sendok norit yang telah digerus lalu diletakkan diatas corong kaca yang telah diberi kertas saring. Norit berwarna serbuk hitam. Lalu diletakkan 10 mL sirup kedalam corong

kaca yang telah berisi norit. Sirup yang berwarna oren pekat setelah melewati kertas saring, warna sirup berubah menjadi oren tetpi warnanya tidak pekat lagi. Hal ini dikarenakan zat warna dari sirup telah diserap oleh norit.

Pada percobaan keenam yaitu koloid pelindung dilakukan dengan cara memasukkan 10 tetes BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 tetes gelatin yang telah diencerkan, lalu ditambahkan 10 tetes AgNO3. Disini gelatin berfungsi sebagai koloid pelindung untuk melindungi BaCl2 agar tidak bereaksi cepat dengan AgNO3. Gelatin juga menghambat terjadinya endapan karena pada BaCl2 dan AgNO3 terjadi reaksi penggaraman. Jadi akhirnya campuran ini berwarna putih susu dan tidak terjadi reaksidan tidak terdapat endapan.

Fungsi perlakuan dalam percobaan ini yaitu:

- Digerus untuk memperluas permukaan norit pada percobaan adsorpsi - Dihomogenkan untuk mencampurkan dua zat

- Dipanaskan untuk mempercepat reaksi

- Disaring untuk memisah antara residu dan filter - Diaduk untuk menghomogenkan campuran

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Minyak goreng dan air tidak menyatu karena perbedaan sifat kepolaran, yaitu minyak goreng non polar sedangkan air polar.

 Minyak goreng dan air dapat menyatu karena ditambahkan sabun yang bersifat emulgator.

 Endapan yang terjadi terhambat karena adanya gelatin yang menjadi koloid pelindung.

5.2 Saran

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya digunakan larutan CCl4 untuk menggantikan minyak goreng pada percobaan emulsi, karena sifat kepolaran CCl4 dan minyak goreng sama yaitu non polar.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyono. 2011. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : Bumi Aksara Oxtoby, D. dkk. 1999. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Gelora

Aksara Pratama

Sukmatimah dan Kimianti. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Binarupa Aksara

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : Kalman Media Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Aldehid dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang termasuk dalam kehidupan sehari-hari kita. Senyawa-senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon) dan siveton (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky (menyengat, sumber asli dari semacam rusa) pada banyak parfum. Formaldehida merupakan komponen material dalam berbagai material dalam bangunan rumah. Keton testoteron dan estron banyak dikenal sebagai hormon yang menimbulkan ciri seksual. Selain itu, kimia aldehida dan keton berperan dalam cara kita mencerna makanan dan cara kita melihat.

Aldehid dan keton memiliki gugus karbonil, C═O yang merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Seperti yang telah dibahas di atas, senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata niaga yang penting.

Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 50oC) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sifat ini digabungkan dengan volatilitasnya, membuat aseton sering digunakan sebagai pengering

Dalam dokumen Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 (Halaman 70-94)

Dokumen terkait