• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 (Halaman 30-45)

Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi. Istilah “Oksidasi” pada awalnya berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang memiliki arti yang lebih luas. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan elektron disebut reaksi reduksi. Dalam contoh diatas, kalsium bertindak sebagai zat pereduksi karena memberikan elektron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi bertindak sebagai zat pengoksida Karena menerima elektron dari kalsium dan menyebabkan kalsium teroksidasi. Dalam persamaan reaksi redoks tingkat oksidasi harus sama dengan tingkat reduksi yaitu jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah elektron yang diterima oleh suatu zat pengoksida (Chang, 2005).

Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi. Contohnya dalam reaksi pembentukan kalsium oksida (Cao) dari kalsium dan oksigen.

2Ca(s) + O2(g)  2CaO(s)

Kalsium oksida (CaO) adalah senyawa ionik yang tersusun atas ion Ca2+ dan O2-. Dalam reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat electron pada dua atom O (dalam O2). Agar lebih mudah dipahami, proses ini dibuat sebagai dua tahap terpisah, tahap yang satu melibatkan hilangnya empat electron dari dua atom Ca dan tahap lain melibatkan penangkapan empat electron oleh molekul O2,

2Ca  2Ca2+ + 4e- 4ē + O2  2O2-

Setiap tahap diatas dapat disebut sebagai reaksi setengah sel ( half-reaction), yang secara eksplisit menunjukkan banyaknya electron yant terlibat dalam reaksi (Chang, 2005).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa. Senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya kee senyawa lain sehinggga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena itu is “mendonorkan” elektrodanya ia juga di sebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa sebagai reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam

seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn dan Al dapat digunakan sebagai reduktor logam-logam ini dapat memberikan elektrodannya dengan mudah. Reduktor jenis lainnya adalah reagen transfer hibrida, misalnya NaBH4 dan lainnya, reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alcohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau riak reduksi katalitik ini utamanya di gunakan pada reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon cara yang mudah unutk melihat proses redoks adalah redactor mentransfer elektronya ke teroksidasisehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektrondan teroksidasi dan oksidator mendapatkan electron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi di sebut sebagai pasangan redoks (Petrucci, 1987).

Definisi tentang oksidasi dan reduksi dapat juga dikembangkan menjadi pengertian yang lebih luas dan jelas Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron atau lebih dari dalam zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsur dioksida, keadaan oksidasinya berubah ke harga lebih positif. Suatu zat pengoksidasi diartikan sebagai zat yang memperoleh electron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Reduksi, sebaliknya adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu electron atau lebih dari suatu zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsure direduksi, keadaaan oksidasi berubah menjadi lebih negative ( kurang positif ). Jadi zat pereduksi merupakan zat yag kehilangan electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas. Sejumlah besar reaksi oksidasi dan reduksi akan dicantumkan diantara reaksi yang digunakan untuk identifikasi ion. Beberapa contoh zat pengoksidasi kuat adalah KMnO4. 1. Kalium permanganat (KMnO4), merupakan zat padat cokelat tua yang merupakan pengoksidasi kuat, yang bekerja berlainan menurut pH dari medium. Dalam suasana asam, ion pemanganat direduksi menurut proses 5 elektron, Mn berubah dari +7 ke +2,

MnO4- + 8H+ + 5ē  Mn2+ + 4H2O

dalam suasana netral atau setengah basa permanangat direduksi jadi mangan dioksida. MnO4- + 4H+ + 3ē  MnO2 + 2H2O

2. Logam seperti zink, besi, dan aluminium, seringkali logam ini digunakan sebagai bahan pereduksi. Kerja logam ini disebabkan oleh pembentukan ion, biasanya ion itu ada dalam keadaan oksidasi terendah, Contohnya :

Fe  Fe2+ + 2ē

AI  AI3+ + 3ē ( G. Svehla, 1990 ).

Suatu unsur dapat bergabung dengan unsure lain membentuk senyawa dengan valensi tertentu. Istilah valensi dikemukakan oleh Wichelhaus yang artinya jumlah ikatan suatu unsur terhadap yang lainnya. Dalam menentukan valensi unsur, kita harus menuliskan struktur molekul senyawa terlebih dahulu. Oleh karena itu, cara ini kurang praktis dan sebagai gantinya ditemukan cara bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi suatu unsur adalah muatan suatu atom dalam senyawa, seandainya semua elektron yang dipakai bersama menjadi milik atom yang lebih elektronegatif. Contohnya molekul H2O, karena O2 lebih elektronegatif maka ia kelebihan dua electron dari dua hydrogen. Akibatnya bilangan oksidasi oksigen = -2 dan hydrogen = +1. Bilangan oksidasi dapat positif atau negative. Nilai itu bukan merupakan hasil percobaan melainkan merupakan perjanjian. Perjanjian atau atau aturan dalam menentukan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut : 1.Setiap unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0, Contohnya H2,Fe, He, S8, dan P4. 2.Hidrogen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1, Contohnya HCI,

H2SO4 dan HCIO4.

3.Oksigen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -2 Contohnya H2O, HIVO3 dan NOH.

4.Unsur-unsur golongan alkali ( IA ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1, Contohnya NaCI, KOH, dan Li2SO4.

5.Unsur-unsur golongan dikali tanah ( II A ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2 contohnya CaO, BaCO, dan SrSO4.

6.Ion Fluar ( F ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -1, Contohnya HF, LIF, dan CaF2.

7.Sebuah ion mempunyai bilangan oksidasi sama dengan muatannya Contohnya C1-= -1, SO42- = -2, dan Ca+2 = 2.

8.Senyawa netral mempunyai bilangan oksidasi 0 contohnya HCI = 0, KBr = 0, dan Na2SO4 = 0.

Dari aturan diatas dapat ditentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa tanpa menuliskan struktur molekulnya. Bilangan oksidasi berguna dalam menuliskan rumus senyawa antara ion positif dan ion negatif. Rumus harus sedemikian rupa sehingga bilangan oksidasi senyawa adalah 0 atau jumlah muatan negatif dan positifnya sama (Syukri, 1999).

Dalam reaksi redoks, ada beberapa perbedaan dalam bidang oksidasi atau keadaan oksidasi atau keadaan oksidasi ( istilah ini digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang saling mengubah ) dari dua atau lebih suatu unsur. Perhatikan suatu reaksi yang melibatkan magnesium dan oksigen.

2Mg + O2  2MgO 0 0 +2 -2

Dimana ditulis bilangan oksidasinya dibawah nama senyawa tesebut, terlihat bahwa bilangan oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi 0 berubah dari 0 menjadi -2. Dengan demikian, oksidasi Mg diikuti oleh bertambahnya bilangan oksidasi ( bertambah maksudnya disini adalah bilangan oksidasi Mg menjadi lebih positif ). Reduksi O2 sebaliknya diikuti oleh berkurangnya bilangan oksidasi 0 menjadi kurang positif atau kurang negatif. Dengan demikian, hal ini memberikan kita cara yang lebiih umum untuk mendefinisikan oksidasi dan reduksi yang berkaitan dengan perubahaan bilangan oksidasi. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasinya, oksidasi adalah bertambahnya bilangan oksidasi dan reduksi adalah berkurangnya bilangan oksidasi. Untuk tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, senyawa Pengoksidasi adalah zat yang direduksi, dan senyawa pereduksi adalah zat yang dioksidasi (Brady, 1987).

Prinsip yang terlibat dalam titrasi oksidasi reduksi secara prinsip identik dengan dalam titrasi asam basa. Dalam titrasi reduksi oksidasi pilihan indikatornya untuk menunjukan titik akhir terbatas kadang hantar larutan di gunakan sebagai indicator berbagai maam senyawa aromatik di reduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa redikal bebas. Secara umum penderma elektrodanya adalah berbagai jenis Havoenzim dan koenzimnya. Seketika terbentuk radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi oksigen menjadi super oksida. Rekasi bersihnya adalah oksidasi koenzim Havoenzim dan reduksi oksigen menjadi super oksida. Tingkah laku katalitik ini di jelaskan sebagai siklus redoks. Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat

di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan (Petrucci, 1987).

Redoks (reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan hambatannya bilangan oksidasi ( keadaan oksidasi ) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, ataureduksi karbon oleh hydrogen yang menghasilka metana (CH4) ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit.

a. Penemu oksigen

Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar kombinasi antara zat dan oksigen yakni oksidasi paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkataran logam pasti telah menarik perhatian orang sejak dulu.

Reaksi perkaratan :

4Fe + 3O2  2Fe2O3

Namun, baru di akhir abad ke-18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan sebenarnya. Pembakaran dapat di pahami hanya ketika oksigen di pahami.

Oksidasi : reduksi dan hidrogen Oksidasi : mendorong hidrogen Reduksi : menerima hidrogen b. Peran hydrogen

Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organic dapat di jelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya walaupun reaksi untuk mensintesis aniline dengan mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan oksigen pembentuk CH3CH3 dengan penambahan hydrogen pada CH2 = CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun 1 penambahan hydrogen berefek sama dengan pemberiaan oksigen. Jadi, etana di reduksi dalam reaksi ini :

Oksidasi : reduksi dan hidrogen Oksidasi : mendonorkan hidrogen Reduksi : menerima hidrogen c. Peran electron

Pembakaran magnesium jelas reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen

2Ng + O2  2MgO

Reaksi antara magnesium dan klorin tidak di ikuti dengan pemberian dan penerimaan oksigen

Mg + Cl2  MgCl2

Namun, mempertimbangkan valensi magnesium merupakan hal yang logis untuk mengangap ke dua reaksi dalam kategori yang sama memang, perubahan magnesium

Mg  Mg3

Umum untuk kedua reaksi dan dalam kedua reaksi magnesium dioksida dalam kerangka ini keberlakuan yang lebih umum akan dicapai bila oksidasi-reduksi didefinisikan dalam rangka pemberian dan penerimaan elektron.

Oksidasi : reaksi elektron Oksidasi : mendorong elektron Reduksi : menerima elektron

Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembaran kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau reduksi berlangsung tanpa disertai lawannya, bila zat menerima elektron maka harus ada yang mendonorkan elektron tersebut. Dalam oksidasi reduksi, senyawa yang menerima elektron dari lawannya disebut oksidasi (bahan pengoksidasi) sebab lawannya akan teroksidasi. Lawan oksidan yang medonorkan elektron pada oksidan disebut dengan redukton (bahan pereduksi) karena lawannya oksidan tadi tereduksi suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Bila senyawa itu mendonorkan electron pada lawannya, senyawa ini dapat menjadi redukton. Sebaiknya bila senyawa ini muda menerima elektron senyawa itu adalah oksidan.

d. Bilangan oksidasi

Bilangan oksidasi suatu unsure menyatakan banyaknya electron yang dapat dilepas di terima maupun digunakan bersama dalam membentuk ikatan dengan unsure lain bilangan oksidasi dapat berupa positif nol atau negatif. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan unutk mengoksidasi senyawa lain di katakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan electron dari senyawa lain sehingga dirinnya sendiri tereduksi oleh karena ia “menerima” elktron ia juga di sebut sebagai penerima electron. Oksidator biasannya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsure. Unsure dengan bilangan oksidasi yang tinggi seperti H2O2, MNO4, CrO3, Cr2O, O5Ou) atau senyawa, senyawa yang sangat elektronegatif sehingga

dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen ). Fluorin, klorin, dan bromine (Petrucci, 1987).

Pengertian oksidasi untuk menyatakan setiap perubahan kimia yang memeberikan arti adanya kenaikan dalam bilangan oksidasi sebagai contoh: bila hidrogen, H2, bereaksi dengan oksigen untuk membentuk air, H2O, maka atom-atom hidrogen bilangan oksidasinya berubah dari 0 menjadi +1 dikatakan H2 mengalami oksidasi. Bila sukrosa, C12H22O11, dibakar hingga menjadi karbon dioksida, CO24 maka atom-atom karbon naik dalam bilangan oksidasinya dari 0 menjadi +4, dikatakan juga sukrosa dioksidasi. Pengertian reduksi digunakan untuk menyatakan setiap penurunan dalam bilangan oksidasi (Underwood, 1999).

Dalam kimia organik, reaksi oksidasi biasanya diartikan sebagai penambahan oksigen kedalam molekul atau lepasnya hidrogen dari molekul, sedangkan reaksi reduksi diartikan sebagai masuknya hidrogen kedalam molekul organik atau keluarnya oksigen dari dalam molekul organik. Batasan yang lebih umum dari reaksi oksidasi-reduksi adalah berdasarkan pemakaian bilangan oksidasi pada atom karbon dengan cara memasukkan bilangan oksidasi pada keempat ikatannya. Contohnya, atom H yang berikatan dengan C mempunyai bilangan oksidasi 0, dan atom C mempunyai bilangan oksidasi +1. Jika berikatan tunggal pada heteroatom seperti oksigen, nitrogen, atau sulfur (Riswiyanto, 2009).

Redoks (singkatan dari raksi reduksi-oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan ooksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan metana (CH4). Ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep,, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut :

 Reduksi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion  Oksidasi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan diatas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai pengikatan bilangan oksidasi dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan

oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai “redoks” walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (Keenan, 1984).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi sanyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia mendonorkan elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks. Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen & fluorin.

H2 + F2  2FH

Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah, reaksi oksidasi, H2  2H+ + 2e-

Dan reaksi reduksi,

F2 + 2e-  2F-

Penulisan reaksi masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses kimia lebih jelas, karena tidak terdapat perubahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah elektron yang berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi dengan reaksi reduksi. Unsur-unsur bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada reaksi diatas, hidorgen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin tereduksi dari bilangan 0 menjadi -1

H2  2H+ + 2e- Fe + 2e-  2F-

H2 + F2  2H+ + 2F- (Underwood, 1999). Biji besi adalah mineral dengan kadar besi yang tinggi, salah satunya, Hemafit, Fe2O3, secara kimia sangat serupa dengan karet besi yang biasa. Dengan cara yang disederhanakan, reaski yang menghasilkan besi logam dari hemafit dalam tungku sembur. Pada reaksi ini, dapat kita bayangkan CO(s) mengambil atom O dari Fe2O3 menghasilkan CO2(s) dan unsur besi bebas. Istilah yang lazim digunakan untuk mendeskripsikan reaksi yang zatnya memperoleh atom adalah reduksi. CO(s) teroksidasi dan Fe2O3(s) tereduksi. Oksidasi dan reduksi harus selalu terjadi bersamaan dan reaksi seperti ini disebut reaksi oksidasi-reduksi, atau reaksi redoks (Petrucci, 1987).

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkovensienergi listrik dan energi kimia. Proses elekrokimia adalah reaksi redoks( oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana energi listrik digunakan agar reaksi yang non spontan bisa terjadi. Dalam reaksi redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara logam magnesium dan asam klorida merupakan satu contoh reaksi redoks

Mg(s) + 2HCl (aq)  MgCl2(aq) + H2(s)

Ingat bahwa angka yang ditulis diatas unsur adalah bilangan oksidasi dari unsur tersebut. Dilepasnya elektron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan meningkatnya bilangan oksidasi unsur itu. Dalam reduksi, terjadi penurunan bilangan oksidasi karena diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Dalam reaksi yang ditunjukkan disini, logam Mg dioksidasi dan ion H+ direduksi, ion Cl- adalah ion pengamat (Chang, 2005).

Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (kosentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui (Basset, 1994).

Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan, dititrasi. Titik (saat) pada mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis (atau titik akhir stoikiometri). Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri (misalnya kalium permanganat), atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu regensia pembantu yang dikenal sebagai indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas (entah suatu perubahan warna atau pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang sedang dititrasi. Pada titik (saat) pada mana ini terjadi, disebut titik akhir titrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir yang terlihat, akan terjadi berbarengan dengan titik akhir stoikiometri atau teoritis. Namun, dalam praktek, biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit; ini merupakan sesatan (error) titrasi. Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilih

sedemikian, sehingga perbedaan antara titik akhir terlihat dan titik ekuivalen adalah sekecil mungkin (Bassett, 1994).

Regensia dengan konsentrasi yang diketahui, disebut titran (titrant) dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat. Untuk digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus memenuhi kondisi-kondisi berikut:

1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan regensia dalam proporsi yang stoikiometri atau ekuivalen.

2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan sangat cepat sekali.

3. Harus ada perubahan yang menyolok dalam energi bebas, yang menimbulkan perubahan dalam beberapa sifat fisik dan sifat kimia larutan pada titik ekuivalen. 4. Harus tersedia suatu indikator, yang oleh perubahan sifat-sifat kimia dan terlihat secara

fisika (warna atau pembentukan endapan), harus dengan tajam menetapkan titik akhir titrasi (Bassett, 1994).

Metode titrasi lazimnya dapat dipakai untuk ketelitian yang tinggi dan memiliki beberapa keuntungan, dimana ia dapat diterapkan, melebihi metode-metode gravimetri. Metode-metode ini memerlukan peralatan yang lebih sederhana, dan umumnya cepat dikerjakan; pemisahan dan sukar, sering dapat dihindari. Yang berikut ini diperlukan untuk analisis titrimetri (1) bejana-bejana pengukur yang dikalibrasi, termasuk buret, pipet, dan lalu labu volumetri. (2) zat-zat dengan kemurnian yang diketahui untuk penyiapan larutan-larutan standar. (3) indikator visual atau metode instrumental untuk mendeteksi lengkapnya reaksi (Bassett, 1994).

Ekuivalen dari suatu zat pengoksit atau pereduksi, paling sederhana didefinisikan sebagai masa reagensia, yang bereaksi dengan atau mengandung 1.008 g hidrogen tersedia, atau 8.000 g oksigen tersedia. Dengan “tersedia” dimaksudkan dapat digunakan dalam oksidasi atau reduksi. Banyaknya oksigen tersedia dapat ditunjukkan dengan menganalisis persamaan hipotesis, misalnya:

2KMnO4  K2O + 2MnO + 5O

Yang berarti bahwa dalam larutan asam, 2KmnO4 menyerahkan 5 atom oksigen tersedia yang diambil oleh zat pereduksi, maka ekuivalennya adalah 2KmnO4. Untuk kalium dikromat dalam larutan asam, persamaan hipotesis itu adalah:

Ekuivalennya adalah K2Cr2O7 /6 . Penanganan secara elementer ini hanya terbatas penerapannya, tetapi bermanfaat bagi pemula (Bassett, 1994).

Suatu pandangan yang lebih umum dan mendasar, diperoleh dengan meninjau; (a) jumlah elektron yang terlibat dalam persamaan ion parsial, yang mewakili reaksi dan (b) perubahan “bilangan oksidasi” dari suatu unsur yang bermakna dalam oksidasi atau reduktan. Kedua metode akan ditinjau dengan agak terperinci. Dalam analisis kuantitatif kita terutama berkepentingan dengan reaksi-reaksi yang berlangsung dalam larutan, yaitu reaksi ion. Maka kita akan membatasi pembahasan tentang oksidasi-reduksi, pada reaksi- reaksi demikian. Oksidasi besi (II) klorida oleh klor dalam larutan air dapat ditulis:

Dalam dokumen Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 (Halaman 30-45)

Dokumen terkait