• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Hasil Pengamatan dan Wawancara

Peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu kelompok halaqoh

akhwat yang terdiri atas satu murabbi dan enam orang binaan. Sang murabbi

merupakan seorang kader inti jama’ah tarbiyah di Medan. Beliau membina tiga kelompok halaqoh dengan tingkat kemajuan kader yang berbeda pada masing-masing kelompok.

Peneliti yang juga merupakan bagian dari Jama’ah Tarbiyah, meminta izin kepada murabbi untuk melakukan penelitian di salah satu kelompok yang dibinanya. Kemudian terpilih satu kelompok yang binaan-binaannya belum terlalu lama masuk ke dalam Jama’ah Tarbiyah.

Sebelum kegiatan halaqoh dimulai, para binaan biasanya mengulang hafalan Al-Quran atau hadits yang akan mereka “setorkan” saat halaqoh berlangsung nanti. Setelah pukul 10.00 WIB, halaqoh dimulai. Jika ada yang terlambat, maka sebagai sanksi harus mengikuti halaqoh dengan berdiri sesuai

waktu terlambat. Jika terlambat 10 menit, maka ia harus halaqoh sambil berdiri selama 10 menit. Hal ini tidak hanya berlaku bagi binaan, namun juga untuk murabbi jika ia terlambat. Sanksi ini merupakan kesepakatan kelompok untuk melatih kedisiplinan waktu.

Halaqoh dimulai oleh seorang binaan yang bertugas sebagai moderator.

Moderator ini berganti-ganti tiap minggunya. Kemudian dilanjutkan dengan membaca ayat Al-Quran oleh semua binaan dan murabbi. Kegiatan selanjutnya sesuai dengan agenda yang telah disepakati sebelumnya. Agenda-agenda tersebut seperti mengulas sejarah nabi, biografi sahabat. Setelah itu dilanjutkan dengan

tahfidz Quran, yakni tiap-tiap binaan melafalkan surat Al-quran yang menjadi

target hafalannya selama seminggu. Barulah setelah itu murabbi memberikan materi seputar Islam dan dakwah, dilanjutkan dengan diskusi. Pada akhir halaqoh baik binaan maupun murabbi berbagi cerita tentang apa saja yang mau ia bagi selama seminggu ini. Berupa kegiatan-kegiatannya, keadaan keluarga, atau apa saja. Jadi masing-masing binaan mengetahui kabar teman satu halaqohnya dan juga mengetahu kabar murabbinya.

Setelah halaqoh selesai dan ditutup dengan doa, masing-masing binaan akan berbicara berdua saja dengan murabbi. Di saat itulah murabbi dan binaan membicarakan hal yang lebih pribadi. Kemudian membuat janji untuk bertemu di luar jam halaqoh.

Deskripsi Murabbi

Murabbi yang bernama Khadijah merupakan seorang wanita yang

memiliki tiga orang anak. Pekerjaannya wiraswasta dan sebentar lagi ia kan resmi menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil.

Khadijah masuk menjadi Jama’ah Tarbiyah sejak dirinya berumur 18 tahun, yakni ketika baru memasuki bangku kuliah di semester pertama FISIP USU. Ia membina 3 kelompok halaqoh. Perbedaan kelompok halaqoh yang sedang diteliti dengan kelompok halaqoh lainnya ialah pada kader-kadernya yang masih tergolong baru, atau belum lama menjadi anggota Jama’ah Tarbiyah dan pemahamannya seputar dakwah juga belum terlalu luas.

Khadijah menganggap binaan-binaannya sebagai bagian keluarganya, atau keluarga keduanya. Binaan baginya juga adalah kader-kader titipan Allah yang benar-benar harus dijaga dan dibina. Ia berusaha menyelami setiap kehidupan dan karakter binaannya sedalam-dalamnya.

Khadijah yang menganggap binaannya sebagai bagian keluarganya bersikap terbuka kepada mereka. Semua hal tentang dirinya, asalkan tidak mengandung atau menceritakan keburukan orang lain, ia ceritakan kepada binaannya, termasuk masalah pribadnya. Walaupun ia seorang murabbi, tetapi ia tidak membeda-bedakan dirinya dengan binaan. Jika ia melanggar aturan, ia tetap menjalani sanksi sesuai ketetapan kelompok. Menurutnya belum semua anggota kelompok taat padanya. Masih ada binaan yang belum sepenuhnya menjalin komunikasi yang baik dengan dirinya, yang menurutnya menjadi penyebab binaan itu belum taat, dan proses pembinaan pada diri murabbi itu belum baik dan belum lancar. Dalam memutuskan suatu hal untuk binaan, Khadijah berusaha untuk

berdiskusi atau bertukar pikiran dulu dengan binaan agar ia juga memahami keinginan binaan. kemudian ia mempertimbangkan hal yang terbaik dan tetap sesuai dengan prinsip kelompok dan jama’ah atau Al-Quran dan Hadits.

Deskripsi Binaan. Informan 1 (Aira)

Informan masuk menjadi anggota tarbiyah sejak tahun 2006. Namun ia menjadi binaan dari murabbi yang sekarang dari tahun 2008. Aira sudah dua kali ganti murabbi. Ia mengatakan bahwa murabbinya yang dulu sibuk dan banyak memegang amanah dakwah sehingga ia ditransfer ke murabbi yang sekarang, Khadijah. Aira menganggap murabbinya sebagai pembina kehidupan dan ia menjadikan sosok murabbi sebagai inspirasi hidup. Ia ingin terikat dengan

murabbi agar terus mendapat nasehat yang rutin dan tidak bosan-bosan untuknya.

Aira merupakan seorang kader yang sangat terbuka dengan murabbinya. Hampir semua tentang dirinya ia ceritakan kepada murabbi. Kecuali masalah keluarga, yang menurutnya tidak terlalu penting murabbi tahu jika tidak ada sangkut pautnya dengan ia sendiri. Ia selalu berusaha untuk terus terang dan terbuka tentang apa yang ia pikirkan. Hampir setiap setelah pertemuan halaqoh ada saja yang dicurhatkannya kepada murabbinya. Di luar itu, Aira juga sangat sering membuat janji bertemu dengan sang murabbi secara pribadi untuk membahas masalah-masalahnya. Ia tidak hanya ingin murabbi mengetahui tentang dirinya, tetapi ia juga ingin tahu banyak hal tentang Khadijah.

Aira mau mencoba memposisikan diri sebagai murabbinya jika murabbinya melakukan kesalahan. Walaupun ia menganggap Khadijah sebagai

guru, ia berani untuk mencoba menegur atau mengingatkan jika Khadijah melakukan kesalahan. Menurutnya murabbi juga manusia biasa yang terkadang khilaf dan perlu diingatkan.

Menurut Aira, ia selalu mendapat dukungan dari murabbinya dalam banyak hal. Dengan murabbi dan teman satu halaqohnya Aira merupakan sosok yang berusaha menyatukan diri sedekat mungkin. Ia merasa sangat nyaman di kelompok halaqoh ini. Dari hasil pengamatan peneliti, Aira berusaha mempertahankan diri agar dapat bekerja sama dengan binaan lainnya untuk menciptakan suasana halaqoh yang benar-benar baik. Ia sangat disiplin dalam soal waktu. Jika tidak ada kendala yang benar-benar berarti, Aira akan selalu datang tepat waktu.

Aira mengatakan ia membutuhkan murabbi selama ia hidup. Ia tidak keberatan bersikap tsiqah atau taat dengan sang murabbi. Aira berusaha melibatkan murabbi dalam setiap hal kehidupannya, pilihan-pilihannya. Ia tidak merasa diatur dengan semua keterlibatan murabbi karena menurutnya itu kemauannya sendiri. Murabbi dalam pandangannya akan mendiskusikan segalanya terlebih dahulu padanya sehingga keputusan-keputusan murabbi tidak egois di menurutnya.

Informan termasuk orang yang terbuka dengan murabbinya sehingga inilah yang memudahkan murabbi untuk menanamkan sikap taat pada dirinya. Khadijah mengatakan bahwa Aira merupakan sosok yang mudah dipahami karena ia mau membuka diri kepadanya, sehingga Khadijah tahu bagaimana watak atau karakter Aira sendiri. Karena baik Aira sebagai binaan dan Khadijah sebagai murabbi sama-sama terbuka, mereka menjadi paham satu sama lain. Tidak hanya

terbuka satu sama lain, mereka berdua masing-masing merasa mendapat dukungan, empati, dan merasa memiliki kesamaan yang membuat hubungan dan komunikasi mereka efektif.

Aira menjadi paham bahwa dalam komunikasinya dengan murabbi, sang murabbi sebenarnya juga memberikan pesan persuasif dengan caranya sendiri agar Aira dapat menjadi tsiqah dan taat padanya. Aira paham akan arti tsiqah dan taat itu sendiri, ia yakin dengan sang murabbi, maka ia pun taat kepadanya.

Ketsiqahan Aira menjadi salah satu contoh baik bagi binaan lain dalam kelompok. Aira terkadang suka menularkan cerita-cerita tentang ketsiqahannya dan manfaat atau perubahan yang ia rasakan kepada binaan lain. Keterikatannya dengan binaan lain membuatnya merasa harus membantu teman-teman satu

halaqohnya agar bisa tsiqah dengan Khadijah. Karena menurutnya tsiqah yang

menyeluruh dapat melancarkan jalannya dakwah, dan ini merupakan tujuan mereka semua. Binaan yang lain juga mengakui bahwa Aira merupakan salah satu kader yang taat karena komunikasinya yang efektif dengan semua anggota halaqoh terutama sang murabbi.

Informan 2

Viona memulai keterlibatannya dalam tarbiyah sejak tahun 2005, saat ia masih SMA. Masuk ke kelompok halaqoh yang diteliti pada awal 2008. Ia sudah lima kali ganti murabbi. Keterlibatannya yang lama dalam tarbiyah membuatnya pemahamannya tentang dakwah, Islam dan ketaatan sudah cukup baik.

Viona menganggap murabbi tidak hanya pembina dalam soal keagamaan, tetapi juga dalm seluruh hal kehidupan. Menurutnya, murabbi merupakan sumber pemecahan masalah. Ia juga sangat terbuka tentang apa saja kepada murabbinya.

Dari pengakuannya sendiri dan pengalaman peneliti, hampir tidak ada yang disembunyikan Viona dari murabbinya. Ia selalu terus terang tentang apa yang ia pikirkan kepada Khadijah. Ia merasa Khadijah mendukungnya dan memahami tentang dirinya. Dan Viona pun berupaya untuk memberikan dukungan juga kepada murabbinya itu. Viona menganggap Khadijah tidak hanya sebagai guru, tetapi juga sebagai teman dan kakak sehingga ia sangat akrab dengan Khadijah. Viona sangat intens berkomunikasi dengan Khadijah. Seminggu ia bisa beberapa kali menemui Khadijah atau berkomunikasi dengannya lewat telepon untuk

sharing.

Dalam keseharian, Viona merupakan sosok yang sangat ceria. Ia sangat cepat beradaptasi, selalu berupaya agar suasana menjadi menyenangkan. Ia juga sangat akrab dengan binaan-binaan lain dalam kelompok. Dengan binaan yang terbilang baru masuk kelompok halaqoh, ia juga sangat cepat akrab. Viona berusaha untuk kompak dengan semuanya. Keterikatannya dengan kelompok juga sangat tinggi. Ia mengakui bahwa dirinya belum terlalu bisa menjalankan norma atau aturan kelompok yang telah ia sepakati. Namun ia dengan keras berupaya menaatinya sebisa mungkin demi terbentuknya kelompok yang solid. Ia sulit untuk tepat waktu, tetapi ia belajar untuk tepat waktu. Tentu saja dengan bantuan murabbi dan binaan lain juga.

Viona paham arti tsiqah dan ia berusaha untuk tsiqah dan taat dengan murabbinya. Menurutnya sikap taat merupakan bagian dari pembinaan terhadap dirinya. Ia sangat berusaha agar apapun yang ia lakukan atau pilih, ada keterlibatan murabbi di dalamnya. Murabbi ia butuhkan sepanjang hidupnya. Walaupun Khadijah tidak pernah menyuruhnya tsiqah atau taat secara langsung,

ia tahu bahwa dirinya harus taat. Ia juga tahu, dalam berkomunikasi dengan dirinya, Khadijah sebenarnya menyelipkan persuasi agar ia bisa taat. Viona hampir tsiqah dan taat dalam segala hal. Kegiatan dakwah, akademik, bahkan untuk urusan calon pasangannya di masa depan.

Komunikasi yang efektif antara Viona sebagai binaan dan Khadijah sebagai murabbi, penanaman sikap taat dari murabbi kepada informan berlangsung cukup lancar. Mereka berdua sama-sama terbuka, saling memberikan dukungan, saling berempati dan memahami satu sama lain.

Informan mengerti akan sikap taat, yakin dengan murabbi dan sikap taat itu sendiri, lantas berusaha agar taat pada sang murabbi. Informan melibatkan

murabbi dalam seluruh kehidupannya. Tidak ada yang ditutupinya dari murabbi.

Setiap keputusan atau pilihan, ia meminta bantuan murabbi.

Informan 3

Rasty merupakan sosok kader yang juga terbuka dengan murabbinya. Ia tidak suka menutup-nutupi hal-hal tentang dirinya dari murabbi. Ia ingin murabbi tahu banyak tentang dirinya agar ia mudah dibina dan tujuan mereka sama-sama tercapai. Rasty juga merupakan sosok yang sangat tegas dan komitmen dengan prinsip. Ia tidak menyukai hal-hal yang menyimpang dari aturan atau norma, baik itu aturan kelompok halaqoh maupun aturan jama’ah.

Dari hasil pengamatan peneliti, di kelompok ia juga merupakan sosok yang cukup keras. Mungkin itulah caranya agar kelompok dapat solid. Dalam kelompok halaqoh sosok Rasty cukup dominan. Ia sering memberikan gagasan-gagasan dan biasanya gagasan-gagasan ini sering diterima kelompok.

Komunikasi Rasty dengan murabbi sangat sering. Hampir setiap hari ia berusaha untuk berkomunikasi dengan murabbinya itu. Baik dengan bertemu secara langsung maupun lewat telepon. Ia merupakan sosok kader yang sangat terbuka dengan murabbinya. Dan ia juga berusaha untuk mengenal murabbinya lebih dalam. Maka Rasty dan Khadijah sama-sama memahami. Tidak hanya terbuka, mereka berdua juga saling memeberikan dukungan, saling berempati dan memahami tujuan satu sama lain.

Awalnya Rasty adalah orang yang sulit untuk tsiqah dan taat kepada

murabbi. Lalu kemudian ia bisa terima karena menurutnya komunikasi ini

membuatnya lebih baik. Ia juga tidak memungkiri bahwa komunikasi yang terjalin di antara dirinya dengan murabbi, membuatnya lama-lama kelamaan yakin dan percaya dengan murabbinya itu, sehingga ia taat pada murabbi. Karena sosoknya yang cukup dominan, ketaatannya pada murabbi juga menjadi contoh bagi binaan lain.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, informan termasuk orang yang taat dengan murabbinya. Hal ini disebabkan komunikasi antarpribadi yang efektif yang terjalin di antara keduanya. Baik murabbi dan binaan sama-sama terbuka, memiliki sikap positif satu sama lain, saling memberikan dukungan, saling berempati dan menyadari kesamaan yang dimiliki oleh mereka, seperti tujuan dan hal lainnya.

Dengan komunikasi yang efektif, sikap taat dapat ditanamkan. Binaan dapat memperhatikan dan memahami tentang sikap tsiqah itu sendiri. Setelah memahami, binaan lalu menjadi taat dengan sendirinya kepada murabbi, sehingga perilakunya dapat diawasi dan dibina oleh murabbi.

Informan 4

Antara Sylla dan Khadijah belum terjalin komunikasi yang efektif. Sylla masih tertutup dan agak sungkan dengan Khadijah. Khadijah juga belum dapat sepenuhnya mengenal dan mendekati Sylla yang masih agak tertutup. Sylla memang mengakui bahwa ia agak sulit berkomunikasi dengan orang yang usianya terpaut jauh darinya. Khadijah yang ingin tahu tentang Sylla terpaksa bertanya dengan binaan lain karena Sylla masih sungkan dengannya.

Sylla belum dapat sepenuhnya terbina. Dari pengakuan Sylla, penuturan Khadijah dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Sylla belum menjadi sosok kader yang baik. Ia cukup sering melanggar aturan atau prinsip-prinsip di jama’ah dan kelompok. Sylla paham akan arti tsiqah atau taat kepada murabbi, tetapi ia belum dapat menerapkannya dalam kehidupannya. Ia tidak terlalu mengenal murabbinya. Maka antara Khadijah dan Sylla sama-sama belum memahami satu sama lain.

Komunikasi yang tidak lancar antara Sylla dan murabbi cukup menganggu kemlompok. Namun binaan lain tetap berusaha membantu murabbi dan Sylla. Sylla tetap mendapat peringatan dan nasehat dari binaan lain agar ia merubah sikap dan perilakunya.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti, belum efektifnya komunikasi antara Sylla sebagai binaan dan Khadijah sebagai

murabbi menjadi faktor penghambat hubungan diantara keduanya dan

mengganggu proses penanaman sikap taat yang merupakan bagian dari pembinaan itu sendiri. Baik Sylla dan Khadijah sama-sama belum memahami satu sama lain.

Belum ada keterpautan hati di antara mereka. Sylla belum bisa menerima Khadijah sepenuhnya, belum dapat melibatkan murabbinya itu dalam kehidupannya karena Sylla belum sepenuhnya yakin dengan murabbinya itu. Larangan atau perintah dari murabbinya belum dapat ia ikuti. Terkadang di antara Sylla dan Khadijah terjadi peristiwa yang kurang mengenakkan karena kesalahpahaman. Masing-masing belum tahu karakternya, sehingga tidak tahu bagaimana cara menghadapi sikap satu sama lain. Jika Sylla dan Khadijah tidak berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih efektif, maka proses pembinaan pada diri Sylla kemungkinan juga tidak akan efektif.

Informan 5

Srikandi merupakan binaan yang terbilang baru dalam kelompok. Karena merasa dirinya masih binaan baru, baik dengan murabbi maupun teman satu halaqoh lainnya Srikandi tidak banyak bicara. Ia belum sepenuhnya bisa terbuka dengan Khadijah, sang murabbi. Jika tidak ditanya, ia belum berani bercerita. Tetapi ia mau terbuka jika Khadijah selaku murabbi bertanya tentang apa saja padanya. Srikandi setuju bahwa seorang binaan harus taat dengan murabbinya. Ia belum bisa sepenuhnya taat, namun ia mencoba untuk taat.

Di dalam kelompok, Srikandi lebih suka mengikuti gagasan yang sudah ada daripada mengusulkan gagasan sendiri. Ia termasuk kader yang dapat dikatakan tidak terlalu taat tetapi juga tidak membangkang. Ia cukup sering absen dalam pertemuan halaqoh karena sakit. Komunikasinya dengan murabbi dan teman satu halaqoh belum cukup efektif.

Informan adalah orang yang cukup terbuka, namun posisinya sebagai anggota baru dalam kelompok membuatnya menahan diri untuk tidak terlalu

banyak berkomunikasi terlebih dahulu. Ia menunggu orang lain mengajaknya berkomunikasi dahulu baru ia mau melakukan komunikasi.

Walaupun ia masih terbilang baru, ia dan murabbi sudah dapat cukup saling memahami. Itu karena Srikandi bersikap terbuka dan tidak berupaya menutup-nutupi tentang dirinya dari murabbi. Khadijah selaku murabbi juga berusaha mendekati Srikandi secara intens dan mendekatinya dengan pendekatan pribadi di luar jam halaqoh. Hal ini yang membuat penanaman sikap tsiqah dan taat dari murabbi ke Srikandi tidak mengalami kendala yang cukup berarti. Mereka berdua cukup terbuka, kadang saling mendukung, berusaha untuk berempati dan berusaha memahami tujuan masing-masing. Jika hal ini dipertahankan, maka akan tercipta komunikasi yang efektif diantara keduanya. Maka sikap tsiqah atau taat pada diri Srikandi akan terbentuk dan pembinaan pada dirinya akan berjalan lancar.

Informan 6

Lyana juga termasuk binaan baru dalam kelompok halaqoh yang sedang diteliti. Tidak hanya binaan baru, ia juga tergolong baru menjadi kader di Jamaah

Tarbiyah. Ia belum terlalu dekat dengan murabbi dan teman satu halaqohnya.

Tetapi Lyana adalah orang yang berusaha untuk selalu memulai komunikasi terlebih dahulu sehingga ia cepat akrab dengan semuanya.

Lyana berusaha berkomunikasi dengan murabbi seperti binaan lain yang sudah lama. Ia menganggap sosok murabbi sebagai sosok yang luar biasa. Walaupun ia berkomunikasi cukup lancar dan intens tetapi ia selalu menjaga sikap dan apa yang ia sampaikan kepada murabbi. Sebisa mungkin ia menjaga agar

Lyana merupakan sosok kader yang berusaha untuk taat kepada murabbi walaupun pemahamannya tentang tsiqah atau taat itu sendiri belum banyak. Hal ini disebabkan ia selalu berusaha mencari tahu tentang kebiasaan atau tentang bagaimana menjadi kader yang ideal.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, walaupun belum maksimal sudah terjadi komunikasi yang cukup efektif antara Lyana sebagai binaan dan Khadijah sebagai murabbi. Lyana termasuk orang yang terbuka, berpandangan positif, suka mendukung, berupaya berempati sehingga cepat akrab dengan murabbi. Hal ini yang memudahkan Khadijah untuk menanamkan sikap tsiqah atau taat padanya. Tinggal menunggu waktu saja, jika hal ini terus berlanjut, maka antara Khadijah dan Lyana sama-sama memiliki hubungan yang maksimal. Proses pembinaan pada diri Lyana pun akan berjalan dengan lancar.

Dari pengamatan dan semua wawancara, peneliti dapat melihat bahwa murabbi dan binaan sudah memahami tujuan mereka masing-masing utnuk terlibat dalam kelompok halaqoh. Binaan ingin menjadi manusia yang lebih baik dan taat kepada Tuhan dengan bantuan murabbi, serta murabbi ingin juga menjadi manusia yang lebih baik dan taat kepada Tuhan dengan bantuan binaan.

Binaan dan murabbi menjaga kekompakan dengan berusaha melakukan banyak hal bersama dan menjaga kelompok agar menjaga aturan dan prinsip yang telah disepakati agar menjadi solid. Masing-masing berupaya untuk komitmen dengan apa yang telah disepakati walaupun dengan susah payah. Norma yang dibangun juga berusaha ditegakkan dan apabila ada yang melanggarnya maka segera diselesaikan agar tidak mengganggu kelompok. Sangat terlihat keterikatan

diantara semua pihak yang terlibat dalam kelompok. Komunikasi yang intens satu sama lain sangat dijaga. Setiap binaan dan murabbi harus mengetahui kabar dan kondisi masing-masing.

Dokumen terkait