• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN IV.1 GAMBARAN UMUM PT.HADI BARU

IV.6 Hasil Pengukuran .1 Kebisingan .1 Kebisingan

Suara bising yang didengar oleh para pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN berasal dari suara mesin produksi yang sedang beroperasi. Pada

proses produksi digunakan beberapa mesin seperti slab cutter I, slab cutter II,

vibrating screen, hammer mill, rotary cutter dan creper I-VIII.

Pengukuran tingkat kebisingan pada proses produksi dilakukan pada pukul 09.00-10.00 WIB dengan menggunakan sound level meter pada empat titik yang berbeda untuk mewakili keseluruhan lingkungan proses produksi. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan pencatatan setiap 5 detik, dengan hasil sebagai berikut :

• Titik 1 : 86.1 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 85.6 dB(A) dan intensitas kebisingan tertinggi sebesar 88.7 dB

• Titik 2 : intensitas kebisingan relatif sebesar 98.2 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 89.1dB(A) dan tingkat intensitas tertinggi sebesar 101.3 dB(A)

• Titik 3 : intensitas kebisingan relatif sebesar 90.4 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 86.4 dB(A) dan intensitas tertinggi sebesar 96.5 dB(A)

• Titik 4 : tingkat kebisingan relatif sebesar 88 dB(A) dengan tingkat intensitas terendah sebesar 87.8 dB(A) dan tertinggi sebesar 93.2 dB (A)

IV.6.2 Stres

Pengukuran stres kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner stres kerja. Tujuan dari pengukuran stres kerja ini adalah untuk mengetahui gambaran stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.12 Gambaran Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Gambaran Stres Jumlah Persentase(%)

Stres 5 12.5

Tidak stress 35 87.5

Total 40 100

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 5 orang (12.5%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN yang mangalami stres dan 35 orang (87.5%) pekerja bagian produksi tidak mengalami stres.

BAB V PEMBAHASAN V.1 Kebisingan

Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja KepMenaker NoKep.51/Men/1999 tentang NAB faktor fisik di tempat kerja yang menetapkan NAB 85 dB(A) untuk waktu kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan di empat titik di bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN, diperoleh hasil tingkat kebisingan yang melebihi dari NAB yang ditetapkan. Berdasarkan Kepemenaker tersebut, untuk tingkat kebisingan pada titik pertama lama kerja yang diperbolehkan tidak lebih dari 6 jam kerja. Untuk titik kedua lama kerja yang diperbolehkan selama 30 menit. Titik ketiga lama kerja yang diperbolehkan berdasarkan KepMenaker diatas selama 2 jam kerja. Dan pada titik keempat lama kerja yang diperbolehkan adalah selama 4 jam kerja. Sedangkan pekerja bagian produksi rata-rata bekerja selama 7 jam kerja perhari.

Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 29 orang (72.5%) pekerja yang merasa lingkungan kerja yang bising dan 11 orang (27.5%) pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN tidak merasakan lingkungan kerja yang bising. Pekerjaan pada bagian produksi memerlukan konsentrasi dan kekuatan yang besar, sehingga gangguan-gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan akan menjadi potensi bahaya bagi pekerja.

Sebanyak 19 orang pekerja (65.52%) mengalami gangguan komunikasi saat bekerja akibat bising dan 10 orang pekerja tidak mengalami gangguan komunikasi. Dengan adanya suara bising yang mengganggu komunikasi dapat terjadi kesalahpengertian diantara pekerja, sehingga dapat menghambat proses produksi.

Tingkat kebisingan kontiniu yang berasal dari mesin-mesin produksi akan mengganggu konsentrasi pekerja, sehingga pekerja dapat mengalami kecelakaan fisik saat bekerja menggunakan mesin-mesin produksi yang sedang beroperasi. Kebisingan mengganggu perhatian yang terus menerus dicurahkan. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasil dapat membuat membuat kesalahan-kesalahan, akibat dari terganggunya konsentrasi. Seperti yang telah ditampilkan pada tabel 5.4 sebanyak 11 orang pekerja (37.93%) mengalami gangguan konsentrasi sedangkan 18 orang pekerja (62.07%) tidak merasakan adanya gangguan konsentrasi akibat bising.

Gangguan kenikmatan kerja akibat bising dialami oleh 12 orang pekerja (41.38%) dan 17 orang pekerja (58.62%) bagian produksi tidak mengalami gangguan kenikmatan kerja. Gangguan kenikmatan kerja dapat berupa rasa tidak nyaman yang merupakan salah satu gangguan psikologis yang disebabkan oleh bising.

Sebanyak 24 orang pekerja (82.76%) bagian produksi mengalami gangguan pendengaran berupa berdengung atau tidak jelas mendengar pada jarak tertentu dan 5 orang pekerja (17.24%) tidak merasakan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran terjadi karena paparan bising yang melebihi NAB di tempat kerja secara terus-menerus. Menurut Ambar W. Roestam (2004), efek kebisingan pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

Rasa nyeri bahu, leher dan sakit kepala dalam waktu tertentu dialami oleh 24 orang pekerja (60%) dan 16 orang pekerja (40%) tidak merasakan sakit bahu, leher dan sakit kepala. Nyeri bahu terjadi tidak hanya karena lingkungan kerja yang bising, tetapi juga karena cara kerja yang dilakukan tidak ergnomis. Dari hasil observasi yang dilakukan, para pekerja hanya mengerahkan tenaga yang besar untuk melakukan tugas mereka tanpa mengetahui gerakan-gerakan yang mereka lakukan dapat menyebabkan cidera otot atau nyeri pada bahu, leher.

V.2 Stres

Dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner stres kerja, diketahui bahwa pekerja pada bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN yang mengalami stres sebanyak 5 orang pekerja (12.5%) dan 35 orang pekerja (87.5%) tidak mengalami stres. Hampir semua orang setuju bahwa stres kerja merupakan hasil dari interaksi pekerja dengan kondisi kerja. Perbedaan berbagai macam pihak terutama saat melihat perbedaan prioritas antara karakteristik pekerja dengan kondisi kerja sebagai penyebab utama stres kerja. Perbedaan sudut pandang tersebut merupakan hal yang esensial karena terkait dengan pendekatan untuk mencegah stres kerja (Samsyul, 2001)

Berdasarkan pengalaman dan riset, NIOSH menyatakan bahwa kondisi kerja memainkan peranan yang penting dalam menyebabkan stres, meskipun pengaruh dari faktor individu tidak dapat diabaikan begitu saja. Menurut pandangan NIOSH, paparan dari kondisi kerja yang penuh stres (disebut juga stresor kerja) mempunyai pengaruh yang langsung terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Namun,

individu ataupun faktor lain bisa mempengaruhi untuk memperbesar ataupun mengurangi pengaruh ini. Beberapa contoh faktor individu dan situasi yang bisa mengurangi efek stres kerja adalah sebagai berikut: (Samsyul, 2001)

· Keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga atau kehidupan pribadi · Dukungan lingkungan dan rekan kerja

· Cara pandang yang positif dan tenang

Kelima pekerja yang mengalami stres memiliki usia; 35 tahun, 36 tahun, 41 tahun, 41 tahun dan 51 tahun. Pekerja tersebut memiliki masa kerja yang berbeda mulai dari 15 tahun sampai 26 tahun. Dua orang pekerja memiliki masa kerja yang sama yaitu 17 tahun. Kelima pekerja tersebut sama-sama merasakan lingkungan tempat mereka bekerja terlalu bising. Hal ini dapat dijadikan acuan adanya pengaruh kebisingan terhadap stres yang dialami pekerja. Kelima pekerja merasakan adanya gangguan komunikasi dengan pekerja lainnya oleh karena lingkunagan yang bising. Satu diantara kelima pekerja tidak merasakan adanya gangguan konsentrasi akibat bising. Dan pekerja yang sama juga tidak merasakan adanya gangguan kenikmatan dalam melakukan pekerjaannya.

Faktor lain yang juga dapat berpengaruh terhadap stres diantaranya masalah pribadi (keluarga), beban kerja yang terlalu berat, hubungan dengan atasan atau sesama pekerja yang tidak baik serta kemampuan pribadi pekerja dalam mengatasi stres yang dihadapi. Dua orang pekerja yang mengalami stres memiliki hubungan yang baik dengan atasan tempat mereka bekerja, sedangkan tiga orang pekerja lainnya tidak memiliki hubungan yang baik dengan atasan mereka. Dan empat orang pekerja memiliki hubungan yang baik dengan sesama pekerja sedangkan satu orang

pekerja tidak memiliki hubungan baik dengan sesama pekerja lainnya. Beban kerja yang berlebihan dirasakan oleh tiga orang pekerja yang mengalami stres, dan dua orang pekerja merasakan beban kerja yang sudah sesuai dengan kemampuan mereka.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap stres yang dialami oleh pekerja dari hasil penilaian stres berdasarkan gejalanya . Hal ini mungkin terjadi karena pekerja yang mengalami stres tidak merasakan gejala-gejala stres. Menurut Agus M. Harjana (1996) sesuai dengan berat ringannya stres dan lama singkatnya stres itu berlangsung, tubuh menanggapi dengan berbagai tingkat. Tingkat pertama, tanggapan tubuh terhadap stres disebut tanggapan terhadap bahaya (alarm reaction). Tanggapan ini berfungsi mengerahkan sumber daya tubuh melawan stres. Misalnya, tekanan darah, denyut jantung, pernafasan yang berkurang. Tingkat kedua, tanggapan fisik terhadap stres adalah tahap perlawanan (stage of resistance). Tahap tanggapan yang kedua terjadi bila stres itu tetap kuat, namun tidak mematikan orang yang terkena. Karena tidak dapat dihindari atau diatasi, orang yang mengalami stres menyesuaikan diri dengan hal yang menyebabkan stres. Pada tahap perlawanan, tubuh tidak menunjukkan gejala stres, seolah-olah biasa saja, tidak ada apa-apa. Tingkat ketiga, tanggapan tubuh terhadap stres adalah tahap kelelahan (stage of exhaustion). Pada tingkat ini, penderita stres mengalami kelelahan. Berdasarkan pernyataan ini, sedikitnya jumlah pekerja yang mengalami stres dikarenakan pekerja berada pada tingkat perlawanan, dimana pekerja berhasil melakukan penyesuaian terhadap lingkungan kerja yang bising sehingga tidak merasakan gejala stres apapun. Menurut Suprihanto, dkk (2003), selain dari faktor individu pekerja, adanya dukungan keluarga dan perhatian

dari pihak manajemen seperti supervisor atau mandor dapat menjadi faktor-faktor yang efektif untuk mencegah terjadinya stres. Pihak manajemen PT.HADI BARU memberikan perhatian yang cukup untuk para pekerjanya. Hal ini terlihat pada saat observasi dilakukan, kepala pabrik dan mandor lapangan serta pekerja saling betegur sapa pada saat kepala pabrik melakukan pemantauan. Kepribadian kepala pabrik yang

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait