• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.Hadi Baru Medan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.Hadi Baru Medan Tahun 2008"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA

PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.HADI BARU

MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh :

Apriyanti Sihole 041000179

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.HADI BARU MEDAN

TAHUN 2008 SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: Apriyanti Sihole

041000179

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Halaman Pengesahan

Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.HADI BARU MEDAN TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

APRIYANTI SIHOLE 041000179

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 September 2008 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

DR.Mhmd Makmur S,MS Dra.Lina Tarigan Apt,MS

NIP.131655401 NIP.131803345

Penguji II Penguji III

Dr.Halinda Sari Lubis,MKKK Ir.Kalsum, Mkes

NIP. 132148541 NIP.131964120

Medan, Juni 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Apriyanti Sihole

Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 ix+58 halaman+ 15 tabel+14 daftar puataka(1993-2008)

Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, salah satu gangguan yang ditimbulkan oleh bising adalah stres. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kebisingan terhadap stres pekerja.

Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas kebisingan >85 dB(A) sebanyak 40 orang pekerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan metode wawancara mengisi kuesioner penilaian stres berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan.

Hasil pengukuran yang dilakukan pada empat (4) titik berbeda di bagian produksi diperoleh intensitas kebisingan berada antara 86.1 dB(A)-101.3 dB(A). Hasil waawancara dengan mengisi kuesioner gejala stres diketahui sebanyak 5 orang pekerja (12.5%) mengalami stres dan 35 orang pekerja (87.5%) tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik yang dilakukan diketahui tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Disarankan kepada pihak manajemen PT.HADI BARU MEDAN untuk dapat melakukan pemerikasaan kesehatan secara berkala terhadap pekerja yang memiliki resiko kerja yang tinggi terutama pekerja bagian produksi. Pemerikasaan tidak hanya dilakukan terhadap lingkungan fisik tetapi juga terhadap lingkungan psikologis. Mempertimbangkan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi bahaya akibat kebisingan, baik bahaya yang langsung dirasakan seperti gangguan komunikasi atau gangguan kenikmatan kerja dan bahaya jangka panjang seperti stres atau penurunan daya dengar (noise induced hearing loss).

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : APRIYANTI SIHOLE

Tempat/ Tanggal Lahir : Selatpanjang, 11 April 1986

Agama : Kristen Katolik

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah saudara : 4 (empat) orang

Alamat Rumah : Jl. Hang Tuah Ujung gg. Bukit Tolong

RT 07/RW 11, Kulim

Pekanbaru

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1992 - 1998 SD Yos Sudarso Selatpanjang

2. Tahun 1998 - 2001 SMP Negeri 10 Pekanbaru

3. Tahun 2001 - 2004 SMA Negeri 1 Pekanbaru

4. Tahun 2004 - 2008 FKM USU Medan

Riwayat Organisasi :

1. Anggota UKM KMK St.ALBERTUS MAGNUS

USU sejak 2004 s/d sekarang

2. Anggota UKM KMK St. Lukas sejak Tahun 2004

s/d sekarang

3. Koordinator Sei Konsumsi Bakti Sosial St.Lukas

2005

4. Koordinator Sei Seminar Dies Natalis (Lustrum)

UKM KMK St. Albertus Magnus USU Tahun

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Yesus Kristus dan Bunda Maria karena berkat

kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan

Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008”.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan

baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Mhd.Makmur Sinaga,MS dan

Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

3. Ibu Dra.Lina Tarigan, Apt, MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja beserta staf Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Ibu Ir.Kalsum, M.Kes selaku

dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Sofyan Ismail selaku Direktur PT.HADI BARU MEDAN dan Bapak Rusdi Yasin selaku Kepala Pabrik PT.HADI BARU MEDAN beserta staf

atas izin melakukan penelitian dan semua bantuan dalam menyusun skripsi

(7)

6. Keluarga tercinta; Bapak P.Sihole dan Ibu R.Silalahi atas pengorbanan yang

tak berkesudahan (this i for my dad n mom!makasih bwt semuanya ya pak,

mak!maaf kalo kelamaan;), abang Charles T.P. Sihole(pahatopi!ai adinggan

do?maaf ya di potong,he2), serta adik-adik, Marselinus Timbul S.(sbr bwt

kul y dek!), Horas Mangaratua S.S(jgn nakal lg ya...), Silvya Agatha S(luv

u much...)

7. Sahabat-sahabat terindah; neng ’ngel( choose who is d one!), eve”choy”(saat

itu indah kan eve????), jeng_lot(langkah tinggal setapak,semangat!!) , ame n

d laptop (i know dat between us sumtimez have a big problem, but i still hope

i can be d person that u want), dame”yong”(thenkyu for all that u give 2

me...sory, i can’t give u d same way too!!!), loisa(selamat datang!!), ika

(weh,acemnya cln eda awak ne?,he2), saurma (watakusiwa,he2),anak-anak

saint luke(putri ,tiwi, echa, oi’, vitha, evan, frengki, dkk), bona”rong2”, rekan

stambuk 2004 terkhusus peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, warga

d hunianQ (bou anar,b’nael,b’asa(kapan???),ledy,choky’de2k’.

8. Semua pihak yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas bantuannya.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

namun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita ssemua.

Medan, September 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iii

Kata Pengantar ...iv

Daftar Isi ...vi

Daftar Tabel ...ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ...1

I.2 Perumusan Masalah ... 4

I.3 Tujuan Penelitian ...4

I.3.1 Tujuan Khusus ...5

I.3.2 Tujuan Umum...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kebisingan ... 7

II.1.1 Definisi Kebisingan ... 7

II.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan ... 8

II.1.3 Sumber-sumber Kebisingan ... 8

II.1.4 Jenis Kebisingan ... 9

II.1.5 Pengaruh Kebisingan ... 11

II.1.6 Nilai Ambang Batas Pendengaran ... 12

II.2 Stres ... 14

II.2.1 Pengertian Stres ... 14

II.2.2 Stres di Tempat Kerja ... 15

II.2.3 Penyebab Stres di Tempat Kerja ... 17

II.2.4 Gejala-Gejala Akibat Stres... 21

II.2.5 Dampak Stres Kerja... 24

II.2.6 Penilaian Stres... ..25

II.2.7 Manajemen Pengendalian Stres Kerja ... ...26

II.3 Kerangka Konsep ... 27

II.4 Hipotesa Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian ... 28

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

(9)

III.5 Definisi Operasional ... 29

III.6 Aspek Pengukuran ... 29

III.6.1 Kebisingan ... 29

III.6.2 Stres ... 30

III.7 Teknik Pengolahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum PT.HADI BARU ... 32

IV.2 Struktur Organisasi PT.HADI BARU MEDAN... 39

IV.2.1 Struktur Organisasi ... 39

IV.2.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... 39

IV.2.2.1 Tenaga Kerja ... 39

IV.2.2.2 Jam Kerja ... 41

IV.3 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... 42

IV.4 Karakteristik Responden ... 43

IV.4.1 Umur Responden ... 43

IV.4.2 Pendidikan Terakhir ... 44

IV.4.3 Masa Kerja ... 44

IV.4.4 Status Perkawinan... 44

IV.4.5 Lama Kerja... 45

IV.4.6 Pekerjaan Sampingan ... 45

IV.5 Keluhan Akibat Bising ... 46

IV.5.1 Lingkungan Kerja Yang Bising ... 46

IV.5.2 Gangguan Komunikasi Dalam Bekerja ... 46

IV.5.3 Gangguan Komunikasi Dalam Bekerja ... 47

IV.5.4 Gangguan Kenikmatan Dalam Bekerja ... 47

IV.5.5 Gangguan Pendengaran Akibat Bising ... 48

IV.5.6 Nyeri Bahu, Leher dan Sakit Kepala ... 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan... 57

(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian Lampiran 2 : Hasil Analisis Statistik

Lampiran 3 : Struktur Organisasi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008

Lampiran 4 : Denah Lokasi Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 (Flow

Chart)

Lampiran 5 : Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Bagian Poduksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008

Lampiran 6 : Surat Ijin Survei Penelitian

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 .. Standar Spesifikasi SIR (Standard Indonesian Rubber)

Tabel 4.1 Perincian Tenaga Kerja PT. Hadi Baru

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Kelompok Umur di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Tingkat Pendidikan di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Masa Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerja PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 Menurut Lama Kerja

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Pekerjaan Sampingan di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Komunikasi Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Konsentrasi Yang Dialami Akibat Bisinga di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008. Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Kenikmatan Kerja Yang Dialami

Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Menurut Gangguan Pendengaran Yang Dialami Akibat Bising di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Menurut Nyeri Bahu, Leher dan Sakit Kepala Yang Dirasakan Dalam Waktu Tertentu di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Menurut Kesesuaian Kemampuan Yang Dirasakan Dengan Beban Kerja di Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

(12)

ABSTRAK

Apriyanti Sihole

Hubungan Kebisingan Terhadap Stres Pada Pekerja Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 ix+58 halaman+ 15 tabel+14 daftar puataka(1993-2008)

Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, salah satu gangguan yang ditimbulkan oleh bising adalah stres. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kebisingan terhadap stres pekerja.

Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008 yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas kebisingan >85 dB(A) sebanyak 40 orang pekerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan metode wawancara mengisi kuesioner penilaian stres berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan.

Hasil pengukuran yang dilakukan pada empat (4) titik berbeda di bagian produksi diperoleh intensitas kebisingan berada antara 86.1 dB(A)-101.3 dB(A). Hasil waawancara dengan mengisi kuesioner gejala stres diketahui sebanyak 5 orang pekerja (12.5%) mengalami stres dan 35 orang pekerja (87.5%) tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik yang dilakukan diketahui tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Disarankan kepada pihak manajemen PT.HADI BARU MEDAN untuk dapat melakukan pemerikasaan kesehatan secara berkala terhadap pekerja yang memiliki resiko kerja yang tinggi terutama pekerja bagian produksi. Pemerikasaan tidak hanya dilakukan terhadap lingkungan fisik tetapi juga terhadap lingkungan psikologis. Mempertimbangkan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi bahaya akibat kebisingan, baik bahaya yang langsung dirasakan seperti gangguan komunikasi atau gangguan kenikmatan kerja dan bahaya jangka panjang seperti stres atau penurunan daya dengar (noise induced hearing loss).

(13)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

GBHN menggariskan bahwa pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian dari

upaya pembangunan Sumber Daya Manusia yang diarahkan pada peningkatan,

pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien dan

efektif. Pembangunan ini bertujuan kepada suatu pertumbuhan yang cukup cepat dan

dapat dicapai bila produktivitas dan efisiensi tenaga kerja cukup tinggi (Dekdikbud

1999).

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian produktivitas dan efisiensi

kerja yang baik. Selain dari beban kerja yang harus ditanggung langsung oleh

pekerja, kondisi lingkungan kerja atau tempat kerja dapat menjadi beban tersendiri

bagi pekerja tersebut. Dalam lingkungan atau tempat kerja biasanya terdapat

faktor-faktor penyebab tambahan yang terdiri dari : (Suma’mur, 1996)

1. Faktor-faktor fisik, yang meliputi pencahayaan, suhu udara, kelembaban,

cepat rambat udara, suara vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.

2. Faktor-faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, “fume”, asap, awan, cairan dan

benda padat.

3. Faktor biologi, baik dari golongan tumbuhan ataupun hewan.

4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

faktor mental atau psikologis, pemilihan kerja, waktu kerja, masalah

(14)

Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan. WHO

(1995) memperkirakan hampir 14% total tenaga kerja negara industri terpapar bising

melebihi 90 dB di tempat kerjanya. Diperkirakan sebanyak 20 juta orang Amerika

terpapar bising lebih dari 85 dB. Wough dan Forcier mendapat data bahwa

perusahaan kecil di sekitar Sidney mempunyai tingkat kebisingan 87 dB. Quebec –

Canada, Frechet mendapat data bahwa 55% daerah industri memiliki tingkat

kebisingan lebih dari 85 dB. Peningkatan suara dengan gelombang kompleks yang

tidak beraturan dikenal sebagai bising, merupakan salah satu stresor bagi individu.

Bila hal tersebut terjadi berulangkali dan terus menerus sehingga melampaui adaptasi

individu maka berakibat terjadi kondisi stres yang merusak atau sering disebut stres.

Keadaan bising dapat berakibat kelainan pada sistem pendengaran serta menurunkan

kemampuan dalam berkomunikasi, disamping sebagai stresor yang dapat memodulasi

respons imun. Menurut Ivancevich dan Matteson, bising yang berlebih, berulang kali

didengar dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan stres. Bising oleh

pekerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang membahayakan ( Roestam,

2004).

Menurut penelitian Barker dkk, stres yang dialami oleh seseorang akan

merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan

bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan

cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang cenderung sering

dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena

tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi

(15)

Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman berhasil menemukan hubungan

antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres

sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, karena

alergi serta menurunkan sistem autoimunnya. Selain itu ditemukan pula bukti

penurunan respon antibodi tubuh di saat mood sesesorang sedang negatif dan akan

meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif ( Rini, 2002).

Peneliti lain Dantzer dan Kelly berpendapat tentang stres dihubungkan dengan

daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang

dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami

seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health ptomoting

response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan

tubuh ( Rini, 2002).

Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab akibat antara

stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, alergi,

maag dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran setiap orang

untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi

juga psikologis ( Rini, 2002).

Beberapa tahun terakhir, pegukuran terhadap hormon stres berupa adrenalin,

noradrenalin dan kortisol digunakan secara luas untuk mengetahui mekanisme dari

reaksi psikologis terhadap paparan kebisingan. Penelitian yang dilakukan oleh Levi

dkk, menunjukkan bahwa adanya peningkatan norendoprine dan adrenalin pada

(16)

kadar kortisol akibat keterpaparan bising lebih besar daripada akibat keterpaparan

oleh panas (Babisch, 2003).

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa setiap tempat kerja

mempunyai bahaya kerja tersendiri, begitu juga di PT.HADI BARU MEDAN bagian

produksi terdapat mesin yang menimbulkan suara yang menganggu pekerja.

PT.HADI BARU merupakan pabrik yang memproduksi Crumb Rubber, dimana

proses produksinya terdiri dari dua proses yaitu proses basah dan proses kering. Pada

proses basah inilah terdapat mesin-mesin yang menimbulkan suara bising. Proses

basah dilakukan melalui 8 (delapan) tahapan, yaitu; stasiun penimbangan, stasiun

pencincangan dan pembersihan, stasiun kerja penggilingan dan pembentukan

lembaran, stasiun kerja panjemuran, stasiun kerja peremahan dan pembentukan

butiran, stasiun kerja pengeringan, stasiun kerja penimbangan dan pengepresan dan

stasiun yang terakhir adalah stasiun pengemasan. Pada stasiun pencincangan terdapat

mesin-mesin seperti slub cutter, hamer mill, rotary cutter yang memiliki tingkat

kebisingan yang lebih besar bila dibandingkan dengan stasiun penggilingan yang

meggunakan mesin creeper sebanyak 8 unit pada proses kerjanya. Pada manusia

kebisingan dapat menimbulkan ganggua n pada sistem pendengaran dan pencernaan,

stres, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja

(Suma’mur,1996).

Untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat kebisingan

serta pengendalian tingkat kebisingan yang ada, pemerintah telah membuat UU RI

(17)

1987 yang berisikan aturan kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan

(Suharyanto, 1994).

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai

gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI

BARU MEDAN Tahun 2008.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

untuk mendapatkan gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja

bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI BARU

MEDAN Tahun 2008.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan bagian produksi PT.HADI BARU

MEDAN Tahun 2008.

2. Untuk mengetahui tingkat stres pada pekerja bagian produksi PT.HADI

BARU MEDAN Tahun 2008.

3. Untuk mengetahui gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada

(18)

I.4. Manfaat Penelitian

1. Sumber informasi bagi pihak manejemen mengenai kondisi umum

pekerja dan masalah kesehatan yang dialami oleh pekerja bagian

produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

2. Masukan kepada pihak manajemen mengenai alternatif yang dapat

dipergunakan untuk mengatasi dampak atau bahaya yang ditimbulkan

oleh kebisingan di bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun

2008.

3. Mengetahui gambaran pengaruh kebisingan terhadap stres pada pekerja

bagian produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kebisingan

dan pengaruhnya terhadap stres pada pekerja PT.HADI BARU MEDAN

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. KEBISINGAN

II.1.1. Definisi Kebisingan

Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki

(WHO, 1995).

Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan lain-lain

(Suma’mur, 1996).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.718/Menkes/Per/XI/1987 :

kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan

atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada

dengan macam-macam intensitas yang tidak diinginkan sehingga mengganggu

kesehatan orang terutama pendengaran. Sedangkan menurut Surat Edaran Menteri

Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. SE 01/Men/1978, kebisingan di tempat

kerja adalah semua bunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat di tempat kerja (Depkes RI, 1993).

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH) telah mendefinisikan status suara atau kondisi kerja dimana suara berubah

menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu : ( Tambunan, 2005)

a. suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA

b. kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi

(20)

II.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara lain

: (WHO, 1995)

1. Intensitas, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia

berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang

dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat

tekanan bunyi di ukur dengan logaritma dalam desible (dB).

2. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia

terletak antara 16-20000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250-

4000 Hertz.

3. Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya

paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai

telinga dalam.

4. Sifat, mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,

berfluktuasi, intermiten). Bising impulsive (satu/lebih lonjakan

energi bunyi dengan durasi kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.

II.1.3. Sumber-sumber kebisingan

Ditempat kerja disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan

bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan dan menambah

keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya : ( Tambunan, 2005)

a. Mengoperasikan mesin-mesin produksi “ribut” yang sudah cukup tua

(21)

c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki pada saat mesin mengalami kerusakan parah

d. Melakukan modifikasi atau perubahan secara parsial pada komponen-komponen mesin tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar,

termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara

modul mesin (bad connection)

f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya penggunaan palu (hammer) alat pemukul sebagai alat pembengkok

benda-benda metal atau bantu pembuka baut.

II.1.4 Jenis Kebisingan

Ditempat kerja, kebisingan diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (Tambunan,

2005)

1. Kebisingan Tetap

Kebisingan tetap dibagi lagi menjadi:

a. kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)

kebisingan ini berupa ”nada-nada murni pada frekuensi yang beragam,

contoh suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

b. Broad Band Noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama

digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaanya adalah broad

(22)

2. Kebisingan Tidak Tetap

Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi:

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama selang waktu tertentu.

b. Intermitten Noise

Sesuai dengan terjemahanya, itermitten noise adalah kebisingan yang

terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

c. Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

(memekakan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara senjata dan

alat-alat sejenisnya.

Sedangkan menurut Suma’mur, jenis kebisingan dibagi atas :

1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide

band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.

2. Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit (steady state,

narrow band noise) misalnya gergaji sikuler, katup gas dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal

terbang dilapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti tembakan bedil atau

lain sebagainya.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa diperusahaan.

(23)

Pengaruh kebisingan seperti tidur terganggu, beberapa ketegangan mental

yang disebabkan oleh kebisingan, akan menyebabkan bertambah cepatnya denyut

nadi serta hipertensi, yang dapat mengarah kepada suatu bahaya lain di mana si

penderita tidak dapat mendengar teriakan atau suara peringatan sehingga

memungkinkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Secara terus-menerus berada

ditengah-tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat hilangnya

kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian ( Buchari, 2007).

Lebih rinci lagi, menurut Ambar W. Roestam (2004), gangguan akibat

kebisingan dapat berupa :

1. Gangguan fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila

terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan

tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer

terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan

sensoris.

2. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat

menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain.

3. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang

(24)

pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan

ter-ganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena

tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak

langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.

4. Gangguan keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa

atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing

(vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat

menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara

dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus

menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak

akan pulih kembali.

Tingkat kebisingan dinyatakan dalam desible (dB) yang membandingkan

tingkat tekanan suara. Berikut beberapa contoh tingkat suara itu: 60-70 dB untuk

pembicaraan biasa, 80-90 dB untuk lalu lintas ramai dan 140-150 dB untuk bunyi

mesin jet. Tingkat maksimal yang dapat didengar telinga manusia adalah 130 dB,

walaupun dianjurkan sebaiknya manusia jangan sampai dihadapkan pada tingkat

suara setinggi itu. Intensitas suara 90-95 dB dapat merusak pendengaran (Drs.Kus

(25)

II.1.6 Nilai Ambang Batas Pendengaran

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan telah direkomendasikan menurut

ACGIH dan ISO (International Standart Organization) sebesar 85 dB (A) sedangkan

menurut OSHA (Occupational Safety and Health Assosiation) sebesar 90 dB(A)

untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu ( Susanto, 2006).

Ketentuan NAB kebisingan di Indonesia diatur dalam KepMenaker

No.Kep.51/Men/1999 tentang NAB Faktor Fisik di tempat kerja yang menetapkan

NAB 85 dB(A) untuk waktu kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, dapat dilihat

dari tabel dibawah ini: ( Susanto, 2006)

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dB(A)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7.5 103

3.75 106

1.88 109

0.94 112

(26)

14.06 118

7.03 121

3.52 124

1.76 127

0.88 130

0.44 133

0.22 136

0.11 139

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walaupun sesaat

Sumber :

Menurut Suma’mur Intensitas dan jam kerja yang diperbolehkan adalah :

Intensitas Kebisingan dB(A) Waktu pemaparan

85 8

87 6

90 4

92 3

95 2

97 1.5

100 1

105 0,5

110 0,25

(27)

II.2 Stres

II.2.1 Pengertian Stres

Menurut Morgan dan King ”..as an internal state can be caused by physical

demand on the body (disease condition, exercise, extremes of temperature, and the

like) or by environmental and cosial situations which are evaluated as potentially

harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping”. Jadi stres adalah

suatu keadaan yang bersifat internal yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan),

atau lingkungan dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (

Widyasari, 2007).

Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal

yang mencapai tingkat fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas

kemampuan subyek. Pengertian ini disampaikan oleh Profesor Cary Cooper dari The

University of Manchester Institude of Science and Technology (UMIST). Dengan

penjelasan bahwa stres itu sangat bersifat personal. Setiap orang memiliki toleransi

tertentu pada tekanan di setiap waktunya, yaitu kemampuan untuk mengatasi atau

tidak mengatasinya (Agung, 2008).

Atau dengan cara yang lebih sederhana lagi, stres merupakan bentuk

tanggapan seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di

lingkungan yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya terancam (

Anoraga, 1998).

II.2.2 Stres di Tempat Kerja

Menurut Phillip L.Rice, Penulis buku Stress and Health, seseorang

(28)

• Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau

perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya

di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke

pekerjaan dan masalah yang terbawa ke rumah juga dapat menjadi

penyebab stres kerja.

• Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.

Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua pihak untuk

menyelesaikan persoalan stres tersebut.

“Work stress is an individual’s response to work related

environtmental stressors. Stress as the reaction of organism, which can be

physiological, psychological, or behavioral reaction” Berdasarkan definisi di atas,

stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan

reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah

diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor

kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai

suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja ( Widyasari, 2007).

Luthans mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan

diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai

konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak

mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian dapat

(29)

setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah Stres kerja di dalam

organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya

tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu

orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan

pada emosi, proses berpikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari

adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam

dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak

dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak

mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur (Agung, 2008).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan

dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua

kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya

tahan stres seorang karyawan ( Agung, 2008).

Seperti yang telah diartikan, stres merupakan masalah yang serius dalam

lingkungan kerja zaman modern ini. Stres berhubungan dengan biaya kesehatan yang

akan dikeluarkan oleh perusahaan dan biaya jumlah absen dari pekerja yang nilainya

lebih dari 150 miliar rupiah. Hampir 15 % dari keseluruhan penyakit akibat kerja

(30)

II.2.3 Penyebab Stres di Tempat Kerja

Penyebab stres di tempat kerja berhubungan dengan kondisi psikologi

pekerjaan, pekerjaan yang melebihi kemampuan, batasan pekerjaan yang tidak jelas,

ketidakpuasan akan besarnya gaji, kepribadian, masalah pribadi dan keluarga pekerja.

Penyebab lain terjadinya stres di tempat kerja yaitu : (David L.Goestch,2000).

1. Kompleksitas pekerjaan sehubungan dengan perbedaan tuntutan atas

masing-masing pekerja. Pemikiran kompleksnya pekerjaan menimbulkan rasa

ketidakmampuan pekerja dan akhirnya memicu stres. Pekerjaan yang

berulang dan monoton menyebabkan pekerja menjadi cepat bosan dan merasa

tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukan serta memungkinkan terjadinya

stres sebagai akibat kebosanan tersebut.

2. Pengawasan yang terlalu ketat pada tanggungjawab pekerjaan juga dapat

memicu terjadinya stres. Stres yang dialami pekerja akan berkurang dengan

adanya partisipasi dari pekerja untuk mengatasi masalah rutinitas, dengan

membuat jadwal kerja dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan

kemampuan pekerja.

3. Rasa bertanggungjawab terhadap kesejahteraan atau kesehatan anggota

keluarga dapat menyebabkan stres kerja. Rasa tanggung jawab ini mendorong

pekerja untuk mengabaikan resiko kerja yang ada. Pekerja merasa adanya

pemikiran bahwa mereka ”terperangkap dalam pekerjaan yang mereka

(31)

4. Persaingan dalam pekerjaan menimbulkan resiko menjadi pengangguran.

Pekerja yang bekerja dengan tingkat pemecatan yang tinggi akan memicu

terjadinya stres. Tersedianya jaminan untuk memperoleh pekerjaan di tempat

lain dan memiliki salah satu keahlian yang dibutuhkan akan mengurangi stres

karena isu pemecatan.

5. Tuntutan beban kerja dapat memicu terjadinya stres apabila beban tersebut

sudah melebihi kemampuan pekerja. Tuntutan ini juga dapat memaksa pekerja

untuk menggunakan waktu dan perhatian seefisien mungkin seperti dalam hal

mengambil keputusan dan melaksanakan perintah. Pada akhirnya beban kerja

yang melebihi kemampuan pekerja dapat memicu terjadinya stres kerja.

6. Dorongan semangat dari manager dan assisten manager akan memberikan

perasaan nyaman dan dihargai sehingga dapat menurunkan resiko stres.

Kurangnya perhatian dari pihak managemen akan meningkatkan beban kerja

yang dirasakan oleh pekerja sehingga dapat memicu terjadinya stres.

7. Kurangnya pengawasan terhadap keselamatan pekerja di tempat kerja dapat

menjadi salah satu pemicu stres. Pekerja yang merasa tidak aman dalam

bekerja dapat mengalami stres. Pekerja harus merasa aman dalam bekerja

terutama dari bahaya di tempat kerja seperti suhu yang terlalu panas, getaran,

sengatan listrik, kebakaran, ledakan, bahan beracun, radiasi, kebisingan dan

mesin yang beresiko menyebabkan kecelakaan kerja. Untuk mengurangi stres

sehubungan dengan bahaya di lingkungan kerja, pihak managemen harus

mempunyai komitmen dalam menjamin keselamatan pekerja dan perusahaan

(32)

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau

yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam

pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu

manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang

besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan

merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya

atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan

yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke

dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam

pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam

pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi Hurrel : ( Agung, 2008)

1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan termasuk dalam kategori ini ialah

tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan.

Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja malam, beban kerja, dan

penghayatan dari resiko dan bahaya.

2. Peran Individu dalam Organisasi. Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan

perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok

tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan

sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja

tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masaiah.

Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu

(33)

3. Pengembangan Karir. Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

• Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya

• Peluang mengembangkan ketrampilan yang baru

• Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang

menyangkut karir. Pengembangan karir merupakan pembangkit

stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi

berlebih, dan promosi yang kurang.

4. Hubungan dalam Pekerjaan. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam

gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam

pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif

berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke

komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan

psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari

kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya

5. Struktur dan iklim Organisasi. Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini

adalah terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat tcrlihat atau berperan

serta pada support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam

pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku

negalif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan

(34)

6. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan. Kategori pembangkit stres potensial

ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi

dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan

dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang keluarga, krisis

kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi

yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan,

semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya,

sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif

pada kehidupan keluarga dan pribadi.

7. Ciri-ciri Individu. Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan

pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai

penuh stres. Reaksi-reaksi sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh

stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap

stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri

kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap,

kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan

kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran).

Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor

pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres

potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana,

(35)

II.2.4 Gejala-Gejala Stres akibat Kerja

Menurut Terry Beehr dan John Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres

pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu: ( Widyasari,

2007)

1. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian

mengenai stres pekerjaan :

♦ Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

♦ Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

Sensitif dan hyperreactivity

♦ Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

♦ Komunikasi yang tidak efektif

♦ Perasaan terkucil dan terasing

♦ Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

♦ Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan

konsentrasi

♦ Kehilangan spontanitas dan kreativitas

(36)

2. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

♦ Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan

kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular

♦ Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan

noradrenalin)

♦ Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

♦ Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

♦ Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom

kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)

♦ Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang

ada

♦ Gangguan pada kulit

♦ Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan

otot

♦ Gangguan tidur

♦ Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi

(37)

3. Gejala perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

♦ Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

♦ Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

♦ Perilaku sabotase dalam pekerjaan

♦ Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai

pelampiasan, mengarah ke obesitas

♦ Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai

bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara

tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

♦ Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi,

seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

♦ Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

♦ Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga

dan teman

♦ Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

II.2.5 Dampak Stres Kerja

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun

(38)

gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya. Konsekuensi pada

karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat

meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang,

selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya ( Widyasari,

2007).

Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76

sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukka n bahwa efek stres

yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:

a) Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang,

denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.

b) Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas,

tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin

meninggalkan situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung

adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan

secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan

teralienasi, hingga turnover ( Widyasari, 2007).

II.2.6 Penilaian Stres

Penilaian pemikiran yang mendatangkan stres itu dapat berpangkal pada 3

(39)

1. Penilaian kerugian dan kehilangan (harm-loss). Misalnya, sebagai

karyawan yang ketahuan korupsi puluhan juta rupiah, peristiwa itu

dapat mendatangkan stres, karena akan dipecat dari pekerjaannya

(kehilangan), lalu akan kehilangan penghasilan (rugi).

2. Pemikiran tentang ancaman (threat). Misalnya, kita sakit parah

dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Ancaman yang

dihadapi dalam keadaan stres berbaring di rumah sakit dapat

berhubunga dengan berapa lama sakit kita berlangsung, berapa

biaya yang akan dikeluarkan, dan proses waktu yang dibutuhkan

agar kesehatan kita betul-betul pulih kembali.

3. Pemikiran tentang tantangan (challenge). Misalnya, jabatan

dinaikkan dari asisten manejer menjadi manejer. Kenaikan jabatan

ini mendatangkan stres karena tanggung jawab akan bertambah

besar dan tuntutan kerja akan bertambah banyak. Tetapi

bersamaan dengan itu tantangan akan terasa juga karena dengan

jabatan manejer kemampuan kita akan diuji dan pengaruh kita

akan berdampak lebih luas.

Brech (2000), membuat suatu penilaian apakah seorang individu

menderita stres berdasarkan gejala-gejala yang timbul sebagai akibat dari hal,

peristiwa, orang, atau keadaan yang mendatangkan stres. Daftar yang diberikan

tidak berupa kuesioner untuk mendapatkan skor, tetapi lebih sebagai daftar

(40)

diperhatikan, bukan hanya apakah perilaku bersangkutan terjadi, tetapi apakah

ada perubahan di dalam perilaku individu.

II.2.7 Manajemen Pengendalian Stres Kerja

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa

memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar

mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir

sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang

harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,

sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini

bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan

sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke

cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus

diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan

penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang

mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait

dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya

dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari

ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena

kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya

ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai

(41)

II.3 Kerangka Konsep

II.4 Hipotesa Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi

PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008.

Ha : Ada hubungan kebisingan terhadap stres pada pekerja bagian produksi

PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008. Bising

Stres Pekerja Bagian

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

studi cross sectional ( Notoatmojo, 2002).

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian III.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT.HADI BARU MEDAN pada bagian

produksi Tahun 2008.

III.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2008 sampai selesai.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada bagian

produksi PT.HADI BARU MEDAN yang berjumlah 189 orang.

III.3.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana tenaga

kerja yang akan dijadikan sampel harus memenuhi syarat sebagai berikut :

- Bekerja pada bagian produksi PT.HADI BARU dengan intensitas kebisingan >

85 dB(A).

(43)

III.4 Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Data dari lapangan berupa pengisian kuesioner yang berhubungan dengan

stres. Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti terhadap pekerja yang telah

ditentukan menjadi sampel sesudah bekerja yaitu pukul 11.00 WIB sampai 12.00

WIB.

2. Data Sekunder

Berupa gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah ringkas

berdirinya perusahaan, struktur organisasi dan alur proses produksi.

III.5 Definisi Operasional

1. Kebisingan adalah suara yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bagian produksi

PT.HADI BARU MEDAN dengan intensitas > 85 dB(A).

2. Stres adalah diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak

menyenangkan yang berasal dari luar diri pekerja yaitu kebisingan di tempat

kerja.

3. Tenaga Kerja adalah orang atau karyawan yang bekerja di bagian produksi

(44)

III.6 Aspek Pengukuran III.6.1 Kebisingan

Tingkat kebisingan diukur dengan Sound Level Meter (SLM). Dengan

prosedur pengukuran sebagai berikut :

1. Periksa output baterai dengan menswicth on swicth test baterai, jarum harus

dihubungkan dengan skala meter yang benar. Posisi swicth test ini berbeda

untuk instrumen dengan instrumen lainnya tetapi umumnya berkaitan

dengan swicth on/off dan selalu dibari tanda dengan jelas.

2. Swicth on istrumen dan panaskan hingga dua menit.

3. Kalibrasi instrumen sebagai berikut : lepaskan penutup mikropon,

tempatkan kalibrator pada mikropon dan set skala pada dB(A) dan pada

rentanan yang benar untuk uotput kalibrator. Jika instrumen memiliki swicth

respons cepat dan lambat, maka setlah kebagian yang cepat. Aktifkan

kalibrator dan amati bacaan pada meter. Jika tidak mampu membaca dengan

cepat, aturlah tampilan layar sedemikian dengan memutar sekrup kalibrasi

menggunakan obeng kecil.

4. Untuk mengukur paparan kebisingan, lepaskan tutup mikropon, aktifkan

switch pada respon yang tepat dan tempatkan instrumen sejauh lengan dari

tubuh dengan tetap menjaganya satu meter diatas lantai. Jika paparan

pekerja telah diukur, tempatkan mikropon lebih dekat ke telinga pekerja

tetapi dengan mengarah pada sumber dan catat bacaan pada setiap sisi. Jika

mengalami fluktuasi yang terlalu besar untuk mendapatkan nilai yang dapat

(45)

5. Jika para pekerja berada pada mesin yang bising, maka sangatlah

bermanfaat untuk mendapatkan kebisingan latar belakang, sehingga ulangi

point 4 diatas dengan mematikan mesin.

III.6.2 Stres

Menurut Brench (2000), penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan

gejala-gejala yang timbul akibat stres. Daftar periksa yang diberikan merupakan daftar

gejala-gejala stres yang terjadi. Total skor tertinggi 188. Aspek pengukuran stres

menurut Brench adalah sebagai berikut :

• ≥ 60 : stres

• < 60 : tidak stres

III.7 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan SPSS dan di uji

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IV.1 GAMBARAN UMUM PT.HADI BARU IV.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Hadi Baru yang berlokasi di Jalan Medan-Binjai adalah pabrik yang

memproduksi karet jenis Crumb Rubber. Karet Spesifikasi teknis atau crumb rubber

adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Hasil produksi dari PT. Hadi Baru

seluruhnya diekspor ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada dan

Eropa.

PT.Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 di hadapan notaris, Roesli,

SH, di Medan dengan akte No. 97/HB/1/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan

nama Perusahaan Dagang dan Perindustrian Hadi disingkat PT.Hadi.

Tanggal 3 oktober 1963 terjadi perubahan pengurusan dari pemegang saham

yang juga di hadapan notaris, Roesli, SH, di Medan dengan akte No. 55. Lalu terjadi

lagi perubahan pengurus serta anggaran dasar melalui akte No. 29 di hadapan notaris

Panusunan Batubara, SH di Medan pada tanggal 18 Januari 1964, nama perusahaan

menjadi PT. Hadi Baru dan telah didaftarkan pada Departemen Kehakiman No. J.A.

5/19/8 tanggal 29 Januari 1964 dan diumumkan dalam lembaran berita Negara

Republik Indonesia No. 37 tanggal 8 Mei 1964.

Pada awal pendiriannya, perusahaan ini bergerak dalam proses remilling,

yaitu pengolahan getah karet menjadi berbentuk lembaran-lembaran (remilled brown

(47)

(PMDN) dan produksinya berubah dari remilling menjadi crumb rubber (karet

remah) dengan mutu standard Indonesia Rubber (SIR), setelah mendapat izin dari

Mentri Perdagangan Republik Indonesia dengan surat keputusan No. 288/Kp/IX/1970

tertanggal 14 September 1970.

IV.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Produk utama dari perusahaan ini adalah crumb rubber dengan mutu SIR 20.

Produksi crumb rubber dengan mutu SIR 20 mencapai 98% dari total produksi.

Selain itu PT. Hadi Baru juga menghasilkan crumb rubber dengan mutu lain, yaitu

SIR 5 dan SIR 10. Di samping pengolahan crumb rubber, PT. Hadi Baru juga

menjalankan jasa pengolahan crumb rubber untuk PTP. Dalam hal ini, PTP

menyediakan bahan baku sendiri dan PT. Hadi Baru hanya mengolahnya.

Penggolongan kualitas crumb rubber tersebut berdasarkan syarat-syarat

spesifikasi sebagai berikut:

1. Kadar Kotoran (Dirt Content)

Kadar kotoran menjadi kriteria terpenting dalam spesifikasi mutu crumb rubber

karena berpengaruh pada ketahanan retak dan kelenturan barang-barang yang

terbuat dari karet ini nantinya.

2. Kadar Abu (Ash Content)

Spesifikasi kadar abu berguna untuk melindungi konsumen terhadap penambahan

bahan-bahan pengisi ke dalam karet pada waktu pengolahan.

(48)

Spesifikasi ini berguna untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering.

4. Plasticity Retention Index (PRI)

PRI menggambarkan ketahanan karet mentah terhadap degradasi oleh oksidasi.

Nilai ini menunjukkan bahwa karet yang dihasilkan cukup plastis.

5. Kadar Nitrogen

Spesifikasi ini untuk menjamin jumlah maksimal nitrogen yang boleh terdapat

pada karet.

Jenis SIR yang dihasilkan ditentukan dengan pengukuran kadar-kadar yang

tersebut di atas melalui uji laboratorium. Tabel 4.1. berikut menunjukkan data

spesifikasi SIR terakhir, yang berlaku sejak 1977.

Tabel 4.1. Standar Spesifikasi SIR (Standard Indonesian Rubber)

SPESIFIKASI SIR 5 SIR 10 SIR 20

Kadar Kotoran (%), Max 0,05 0,10 0,20

Kadar Abu (%), Max 0,50 0,75 1,00

Kadar Zat Menguap (%),

Max

0,80 0,80 0,80

PRI, Min 70,00 70,00 60,00

Kadar Nitrogen (%), Max 0,60 0,60 0,60

(49)

IV.1.3 Pemasaran

Crumb rubber diperdagangkan dalam bentuk bongkahan (bal)

berukuran 28 x 14 x 6,5 inci3 dengan bobot 35 kg per bongkah, terbungkus rapi

menggunakan plastik, dan dikemas di dalam palet yang terbuat dari kayu, di mana

satu palet berisikan 36 bal crumb rubber.

Produk crum rubber yang dihasilkan mutunya terdiri dari SIR 5, SIR

10 dan SIR 20. Umumnya produksi utama adalah crumb rubber dengan mutu SIR

20, tetapi hal ini tetap disesuaikan dengan pesanan atau keinginan konsumen.

Seluruh hasil produksi PT.Hadi Baru dipasarkan keluar negeri seperti

Amerika Serikat, Jerman, Kanada, Chekoslavakia, Spanyol, Itali, Belanda dan

negara- negara Amerika latin dan Jepang. Perusahaan memilih pasar luar negeri

karena pasar luar negeri lebih luas dan kebutuhan yang besar atas Crumb rubber yang

nantinya diolah menjadi produk yang mempunyai nilai lebih tinggi.

IV.1.4 Lokasi Perusahaan

Lokasi PT. Hadi Baru terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Pabrik Crumb Rubber PT. Hadi Baru dengan luas ±10 Ha yang berlokasi di Jalan

Medan-Binjai Km. 16,75 Desa Sumber Melati Kecamatan Sunggal Kabupaten

Deli Serdang,

2. Kantor Pemasaran PT. Hadi Baru berlokasi di Jalan Kumango no. 16 Medan.

(50)

Proses pembuatan crumb rubber dapat dibagi menjadi beberapa tahapan

proses produksi, yang diuraikan sesuai dengan urutan-urutan prosesnya.

Tahapan-tahapan proses produksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Stasiun Kerja Penimbangan

Bahan baku yang diterima dari pemasok disimpan dalam gudang bahan baku.

Bahan baku untuk pembuatan crumb rubber ini biasanya disebut dengan Bokar

atau bahan olah karet. Bahan baku kemudian ditimbang dengan timbangan bokar

untuk dibawa ke stasiun pencincangan dan pembersihan.

2. Stasiun Kerja Pencincangan dan Pembersihan

Bahan olah karet (Bokar) yang berasal dari tempat penimbangan diangkut dengan

Shovel Loader ke bak air untuk dicuci. Air yang digunakan dialirkan dari menara

air melalui pipa. Dari hasil pencucian air buangan diolah untuk digunakan

kembali. Pengolahannya melalui 2 tahap di stasiun pengolahan limbah. Pada

tahap pertama air disaring di bak I untuk mendapatkan sisa getah yang dibawa

kembali ke gudang bahan baku secara manual. Sedangkan air yang masih

mengandung kotoran diendapkan kotorannya dengan tawas di bak II pengolahan

limbah. Air yang telah bersih dibawa kembali ke menara air. Bokar yang telah

dicuci diangkut dengan bucket elevator ke Mesin Slab Cutter I. Pada mesin

tersebut, Bokar dicincang menjadi potongan-potongan kecil sebesar kepalan

tangan. Hasil olahan dengan mesin Slab Cutter I diangkut dengan Belt Conveyor

ke Bak Pembersihan I. Fungsi Bak Pembersihan ini adalah supaya pasir, tanah,

batu dan kayu yang masih bercampur dengan Bokar tenggelam akibat berat

(51)

diangkut ke Mesin Slab Cutter II dengan Bucket Elevator. Prinsip mesin kerja

Slab Cutter II sama dengan Slab Cutter I, perbedaannya adalah hasil olahan

mesin Slab Cutter II berukuran lebih kecil. Bokar kemudian dijatuhkan dengan

corong gravitasi untuk diayak dengan Vibrating Screen dengan ukuran saringan

0.5 cm yang juga berfungsi untuk memisahkan kotoran, selama pengayakan terus

dilakukan penyiraman air pada Bokar. Selanjutnya Bokar ditampung oleh Belt

Conveyor untuk diangkut ke Bak Pembersihan II yang berfungsi untuk

memisahkan kotoran. Kemudian Bokar diangkut dengan Bucket Elevator ke

Mesin Hammer Mill, yang mencincang Bokar menjadi potongan-potongan kecil.

Gerakan di dalam Hammer Mill juga menyebabkan kotoran-kotoran yang berada

di dalam gumpalan karet menjadi terpisah. Hasil keluaran dari Hammer Mill

kembali dijatuhkan melalui corong gravitasi ke dalam Vibrating Screen dan

disirami air secara kontiniu. Bokar yang lolos dari Vibrating Screen dialirkan ke

Bak Pembersihan III dengan belt conveyor untuk memisahkan kotoran. Kemudian

Bokar diangkut dengan Bucket Elevator ke Rotary Cutter. Hasil olahan Rotary

Cutter yang berupa potongan-potongan kecil Bokar, dimasukkan ke dalam Bak

Pembersihan IV dengan belt conveyor, dan dilakukan pemisahan kotoran. Setiap

air buangan dari bak pembersihan diolah di Bak I dan II pengolahan limbah,

sedangkan air buangan dari vibrating screen hanya diolah di Bak II pengolahan

limbah.

3. Stasiun Kerja Penggilingan dan Pembentukan Lembaran

Bokar diangkut ke stasiun kerja ini dengan menggunakan Bucket Elevator. Proses

(52)

karet hasil olahan Creper I ini masih berbentuk agak kasar dan kadang masih

terputus-putus. Lembaran kemudian diangkut ke Creper II dengan Belt Conveyor

untuk diproses menjadi lembaran yang lebih tipis dan lebih halus. Hasil olahan

Creper II diangkut dengan Belt Conveyor ke mesin Shredder untuk dicincang

kembali menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian, potongan-potongan Bokar

diangkut ke Creper III untuk dibentuk kembali menjadi lembaran. Proses

selanjutnya adalah melalui mesin Creper IV, V, VI, VII dan VIII dengan pola

proses yang sama dengan alat angkut belt conveyor. Lembaran karet yang

dihasilkan oleh Creper VIII dibawa ketempat pemotongan dengan belt conveyor

dan dipotong dengan panjang sekitar 1 m kemudian dilipat menjadi 4 lipatan

untuk diangkut dengan Hand Truck ke Stasiun Penjemuran.

4. Stasiun Kerja Penjemuran

Lembaran karet dari stasiun kerja sebelumnya untuk dijemur pada rak-rak

penjemuran yang dibuat bertingkat-tingkat. Lembaran diangkut dengan lift ke rak

penjemuran. Fungsi penjemuran adalah untuk pengeringan dan peningkatan PRI

(Plasticity Retention Index) yaitu indeks ketahanan karet terhadap degradasi oleh

oksidasi. Penjemuran dilakukan sekitar 15 hari. Lembaran diturunkan kembali

dengan lift ke hand truck.

5. Stasiun Kerja Peremahan dan Pembutiran

Lembaran karet kering dari penjemuran dibawa ke mesin Shredder dengan Hand

Truck. Pada mesin tersebut, lembaran dicincang menjadi butiran-butiran kecil dan

langsung ditampung pada Bak Pembersihan. Butiran-butiran tersebut kemudian

(53)

memudahkan pengisian butiran-butiran Bokar ke dalam Troli Biscuit Crumb.

Troli tersebut terdiri atas kotak-kotak besi yang berjumlah 24 buah. Setelah

penuh, troli-troli tersebut dimasukkan ke dalam Drier dengan didorong.

6. Stasiun Kerja Pengeringan

Troli yang sudah terisi penuh dengan butiran-butiran Bokar dimasukkan ke dalam

Drier. Di dalam Drier Bokar dikeringkan dalam burner I dengan suhu 135oC

selama 50 menit, dilanjutkan dikeringkan di burner II dengan suhu 115oC selama

50 menit. Bagian akhir proses pengeringan melibatkan pendinginan hingga suhu

31oC selama 210 menit dengan hembusan udara dari Blower.

7. Stasiun Kerja Penimbangan dan Pengepresan

Butiran-butiran yang dari drier dikeluarkan dari dalam Troli secara manual

dengan alat bantu gancu, lalu ditimbang dan disesuaikan beratnya hingga tepat 35

kg dengan timbangan duduk. Kemudian Crumb Rubber tersebut dibawa ke mesin

pres secara manual dan dipres menjadi berbentuk empat persegi dengan ukuran

28 in. x 14 in. x 6,5 in. Lama pengepresan adalah kurang lebih 15 detik dengan

tekanan 1500 Psi. Bongkahan Crumb Rubber yang telah dipres dilewatkan

operator ke metal detector dengan belt conveyor untuk pengujian ada atau

tidaknya logam. Bongkahan yang mengandung logam akan dibawa ke gudang

bahan baku untuk diproses ulang. Bongkahan yang lewat pemeriksaan akan

dibawa ke stasiun pengepakan dengan belt conveyor.

8. Stasiun Kerja Pengepakan

Di stasiun pengepakan bongkahan dibungkus dengan plastik secara manual lalu

(54)

dibawa ketempat pengepresan dengan forklift, dimana forming box akan ditimpa

oleh besi press seberat 1 ton selama satu hari. Setelah itu besi press diangkat dari

forming box dan forming box dibuka secara manual. Bal diberi label, dan

disimpan di gudang bahan jadi.

IV.2 STRUKTUR ORGANISASI PT.HADI BARU IV.2.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dianut perusahaan ini adalah struktur organisasi garis

dan fungsional. Struktur organisasi fungsional ditunjukkan dalam hal PT.Hadi Baru

membuat pembagian tugas berdasarkan jenis pekerjaan atau fungsi, dimana

kegiatan-kegiatan yang sejenis atau fungsi-fungsi manajemen yang sama dikelompokkan ke

dalam satu kelompok kerja. Struktur organisasi lini ditunjukkan dalam hal tugas,

wewenang dan tanggung jawab berjalan vertikal menurut garis lurus mulai dari

pimpinan tertinggi sampai pada bawahan masing-masing. Setiap bawahan

bertanggungjawab secara langsung terhadap pimpinan yang berada dilini atasnya.

Struktur organisasi PT. Hadi Baru dapat dilihat pada lampiran 1.

IV.2.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja IV.2.2.1 Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada PT. Hadi Baru berjumlah 302 orang, yang terdiri atas

tenaga kerja pria dan wanita dengan tingkat pendidikan yang bervariasi dari SD,

SLTP, SMU, dan Sarjana. Karyawan di PT. Hadi Baru rata-rata adalah lulusan SD

yaitu buruh pabrik yang bertindak sebagai tenaga kasar pada perusahaan tersebut.

Status kepegawaian dari keseluruhan tenaga kerja pada perusahaan ini terdiri dari:

(55)

produksi.

Contoh : pegawai kantor, satpam, dll

2. Karyawan harian tetap, yaitu karyawan yang terlibat langsung dalam proses

produksi.

Contoh : karyawan bagian penimbangan, karyawan bagian penjemuran,

karyawan bagian penggilingan, dll

Perincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Perincian Tenaga Kerja PT. Hadi Baru

Jabatan Jumlah (orang)

Gambar

Tabel  4.1.  Standar Spesifikasi SIR (Standard Indonesian Rubber)
Tabel 4.1. Perincian Tenaga Kerja PT. Hadi Baru
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Kelompok Umur di   Bagian Produksi PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerja Menurut Masa Kerja di Bagian Produksi  PT.HADI BARU MEDAN Tahun 2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

Correlations INTENSITAS KEBISINGAN TEKANAN DARAH DIASTOLE SESUDAH TEKANAN DARAH SISTOLE SEBELUM.. INTENSITAS KEBISINGAN Pearson Correlation 1 .691 **

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebisingan di lingkungan kerja dan stres pada pekerja serta hubungan kebisingan dengan stres pada pekerja di pabrik tapioka

Kebisingan di tempat kerja merupakan bahaya yang berisiko menimbulkan dampak terhadap kesehatan bagi pekerja. Pekerja yang terpajan kebisingan dan tidak diatasi dapat

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGOLAHAN DI PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN

Gambar Pekerja di Stasiun Kernel pada saat pembuangan steam (uap) dengan intensitas kebisingan 93,2 dB tidak menggunakan APP.. Gambar Pekerja di Stasiun Rebusan pada saat pembuangan

Hasil: 1) Pada bagian Final Test diperoleh hasil pengukuran tingkat kebisingan berkisar antara 94,9-103 dB(A), nilai ini diatas NAB. 2) sebesar 38,64% pekerja mengalami stres

Hasil: 1) Pada bagian Final Test diperoleh hasil pengukuran tingkat kebisingan berkisar antara 94,9-103 dB(A), nilai ini diatas NAB. 2) sebesar 38,64% pekerja mengalami stres

Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa nilai korelasi antara intensitas kebisingan dengan tingkat stres adalah positif, artinya semakin tinggi intensitas kebisingan maka