• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab stres di tempat kerja berhubungan dengan kondisi psikologi pekerjaan, pekerjaan yang melebihi kemampuan, batasan pekerjaan yang tidak jelas, ketidakpuasan akan besarnya gaji, kepribadian, masalah pribadi dan keluarga pekerja. Penyebab lain terjadinya stres di tempat kerja yaitu : (David L.Goestch,2000).

1. Kompleksitas pekerjaan sehubungan dengan perbedaan tuntutan atas masing-masing pekerja. Pemikiran kompleksnya pekerjaan menimbulkan rasa ketidakmampuan pekerja dan akhirnya memicu stres. Pekerjaan yang berulang dan monoton menyebabkan pekerja menjadi cepat bosan dan merasa tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukan serta memungkinkan terjadinya stres sebagai akibat kebosanan tersebut.

2. Pengawasan yang terlalu ketat pada tanggungjawab pekerjaan juga dapat memicu terjadinya stres. Stres yang dialami pekerja akan berkurang dengan adanya partisipasi dari pekerja untuk mengatasi masalah rutinitas, dengan membuat jadwal kerja dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pekerja.

3. Rasa bertanggungjawab terhadap kesejahteraan atau kesehatan anggota keluarga dapat menyebabkan stres kerja. Rasa tanggung jawab ini mendorong pekerja untuk mengabaikan resiko kerja yang ada. Pekerja merasa adanya pemikiran bahwa mereka ”terperangkap dalam pekerjaan yang mereka lakukan.”

4. Persaingan dalam pekerjaan menimbulkan resiko menjadi pengangguran. Pekerja yang bekerja dengan tingkat pemecatan yang tinggi akan memicu terjadinya stres. Tersedianya jaminan untuk memperoleh pekerjaan di tempat lain dan memiliki salah satu keahlian yang dibutuhkan akan mengurangi stres karena isu pemecatan.

5. Tuntutan beban kerja dapat memicu terjadinya stres apabila beban tersebut sudah melebihi kemampuan pekerja. Tuntutan ini juga dapat memaksa pekerja untuk menggunakan waktu dan perhatian seefisien mungkin seperti dalam hal mengambil keputusan dan melaksanakan perintah. Pada akhirnya beban kerja yang melebihi kemampuan pekerja dapat memicu terjadinya stres kerja.

6. Dorongan semangat dari manager dan assisten manager akan memberikan perasaan nyaman dan dihargai sehingga dapat menurunkan resiko stres. Kurangnya perhatian dari pihak managemen akan meningkatkan beban kerja yang dirasakan oleh pekerja sehingga dapat memicu terjadinya stres.

7. Kurangnya pengawasan terhadap keselamatan pekerja di tempat kerja dapat menjadi salah satu pemicu stres. Pekerja yang merasa tidak aman dalam bekerja dapat mengalami stres. Pekerja harus merasa aman dalam bekerja terutama dari bahaya di tempat kerja seperti suhu yang terlalu panas, getaran, sengatan listrik, kebakaran, ledakan, bahan beracun, radiasi, kebisingan dan mesin yang beresiko menyebabkan kecelakaan kerja. Untuk mengurangi stres sehubungan dengan bahaya di lingkungan kerja, pihak managemen harus mempunyai komitmen dalam menjamin keselamatan pekerja dan perusahaan tersebut memiliki program keselamatan kerja.

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi Hurrel : ( Agung, 2008)

1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya.

2. Peran Individu dalam Organisasi. Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masaiah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meliputi: konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity).

3. Pengembangan Karir. Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

• Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya

• Peluang mengembangkan ketrampilan yang baru

• Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang menyangkut karir. Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.

4. Hubungan dalam Pekerjaan. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya 5. Struktur dan iklim Organisasi. Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini

adalah terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat tcrlihat atau berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negalif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.

6. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan. Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.

7. Ciri-ciri Individu. Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana, dalam kenyataannya, individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial.

Dokumen terkait