• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

2. Hasil Posttest

Hasil posttest yang diperoleh dari kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen

dan X MIA 3 sebagai kelas kontrol setelah diberikan perlakuan yang berbeda pada penelitian ini disajikan dalam diagram pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Perhitngan-perhitungan untuk menentukan tabel distribusi frekuensi di atas terdapat pada lampiran C.2.

Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa pada kelas kontrol terapat 1 orang siswa yang memperoleh nilai pada rentang 48 sampai 54, sementara pada kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh nilai pada rentag tersebut. Terdapat 11 orang siswa di kelas kontrol dan 1 orang siswa di kelas eksperimen yang memperoleh nilai pada rentang nilai 55 sampai 61. Jumlah siswa yang memperoleh nilai pada rentang 62 sampai 68 di kelas kontrol sebanyak 10 orang dan di kelas eksperimen sebanyak 5 orang. Pada kelas kontrol terdapat 3 orang siswa yang memperoleh nilai pada rentang 69 sampai 75, sedangkan di kelas eksperimen terdapat 8 orang siswa yang memperoleh nilai pada rentang tersebut. Selanjutnya, terdapat 4 orang siswa pada kelas kontrol yang memperoleh nilai antara 76 sampai 82 dan 9 orang siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh nilai pada rentang tersebut. Terdapat 1 orang siswa di kelas kontrol dan 6 orang siswa di kelas eksperimen yang memperoleh nilai antara 83 sampai 89. Pada rentang nilai terakhir, yaitu 90 sampai 96, di kelas kontrol tidak ada siswa yang

0 2 4 6 8 10 12 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82 83-89 90-96 1 11 10 3 4 1 0 0 1 5 8 9 6 1 B a n y a k S is w a Rentang Nilai

memperoleh nilai pada rentang tersebut, sementara pada kelas eksperimen terdapat 1 orang siswa yang memperoleh nilai pada rentang tersebut.

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa

nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada

Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pemusatan dan Penyebaran Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nilai Terendah 48,00 60,00 Nilai Tertinggi 84,00 92,00 Mean 65,23 76,10 Median 63,60 75,65 Modus 60,86 74,93 Standar Deviasi 8,52 8,33

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh kelas kontrol sebesar 48,00 sedangkan kelas eksperimen sebesar 60,00. Nilai maksimum yang diperoleh kelas kontrol adalah 84,00 dan kelas eksperimen

sebesar 92,00. Nilai rata-rata (mean) pada kelas kontrol dan eksperimen yaitu

65,23 dan 76,10. Nilai tengah (median) yang diperoleh kelas kontrol adalah 63,60,

sementara pada kelas eksperimen sebesar 75,65. Nilai yang paling banyak muncul (modus) pada kelas kontrol sebesar 60,86 sementara pada kelas eksperimen adalah 74,93. Untuk standar deviasi yang diperoleh kelas kontrol adalah 8,52, sedangkan kelas ekperimen adalah 8,33.

3. Rekapitulasi Hasil Belajar a. Data Hasil Pretest dan Posttest

Data hasil pretets dan posttest kelas kontrol dan eksperimen dapat terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretets dan Posttest Pemusatan dan

Penyebaran Data

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai Terendah 32,00 48,00 12,00 60,00 Nilai Tertinggi 64,00 84,00 44,00 92,00 Mean 41,70 65,23 30,90 76,10 Modus 31,50 60,86 27,29 74,93 Median 40,50 63,60 29,50 75,65 Standar Deviasi 7,78 8,52 6,67 8,33

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata (mean) pretest

kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Nilai rata-rata pretest untuk

kelas kontrol adalah 41,70, sedangkan kelas eksperimen sebesar 30,90. Sementara itu, nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest kelas kontrol adalah 65,23, sedangkan kelas eksperimen adalah 76,10. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua kelas mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan sebesar 23,53, sedangkan kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media kuis interaktif mengalami peningkatan sebesar 45,20. Artinya, kelas eksperimen memiliki peningkatan hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

b. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif

Hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Hasil BelajarKelas Kontrol dan KelasEksperimen Berdasarkan Ranah Kognitif

Diagram pada Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang

menjawab benar pada ranah kognitif C1 sampai C4 pada saat posttest baik di kelas

kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan dari pretest. Secara

keseluruhan, pada saat pretest kelas kontrol lebih unggul daripada kelas

eksperimen di setiap ranah kognitif. Namun, pada saat posttest kelas eksperimen

lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol.

Pada saat pretest, jumlah siswa yang menjawab benar di kelas kontrol pada

ranah kognitif C1 sebanyak 15 orang, sementara pada saat posttest sebanyak 22 orang. Pada ranah kognitif C2 sebanyak 12 orang, sementara pada saat posttest

sebanyak 22 orang. Jumlah siswa yang menjawab benar pada ranah kognitif C3

sebanyak 11 orang, sementara pada saat posttest sebanyak 18 orang. Selanjutnya,

pada ranah kognitif C4 sebanyak 12 orang, sementara pada saat posttest sebanyak

18 orang.

Pada saat pretest, jumlah siswa yang menjawab benar di kelas eksperimen

pada ranah kognitif C1 sebanyak 12 orang, sementara pada saat posttest sebanyak

24 orang. Pada ranah kognitif C2 sebanyak 10 orang, sementara pada saat posttest

sebanyak 22 orang. Jumlah siswa yang menjawab benar pada ranah kognitif C3

sebanyak 9 orang, sementara pada saat posttest sebanyak 22 orang. Selanjutnya,

0 5 10 15 20 25 C1 C2 C3 C4 15 12 11 12 22 22 18 18 12 10 9 6 24 22 22 23 Ju m lah S is w a Ranah Kognitif Pretest Kontrol Posttest Kontrol Pretest Eksperimen Posttest Eksperimen

jumlah siswa yang menjawab benar di kelas eksperimen pada ranah kognitif C4

sebanyak 6 orang, sementara pada saat posttest sebanyak 23 orang.

Untuk melihat peningkatan pretest dan posttest pada kelas kontrol dan

eksperimen maka dilakukan uji N-Gain. Hasil uji N-Gain dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan Ranah Kognitif

Diagram pada Gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda terhadap kelas kontrol dan eksperimen, hasil belajar siswa pada ranah kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis) baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, kelas ekperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen unggul dalam meningkatkan ranah

kognitif C1 (mengingat) dengan nilai N-Gain sebesar 0,66, C2 (memahami) dengan

nilai N-Gain sebesar 0,60, C3 (menerapkan) dengan nilai N-Gain sebesar 0,63, dan

C4 (menganalisis) dengan nilai N-Gain sebesar 0,65. Berdasarkan nilai N-Gain

yang diperoleh di setiap ranah kognitif, maka didapatkan rata-rata N-Gain ranah

kognitif C1 sampai C4 sebesar 0,64 dengan kategori sedang.

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 C1 C2 C3 C4 0.48 0.53 0.35 0.34 0.66 0.60 0.63 0.69 N -G a in Ranah Koggnitif kontrol eksperimen

4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak, dengan melihat ketentuan bahwa data

terdistribusi normal jika memenuhi Lhitung≤ Ltabel diukur pada taraf signifikan dan

tingkat kepercayaan tertentu. Uji ini dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest dan posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Tabel 4.4 menggambarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Pretest dan Posttest

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Statistik Pretest Posttest Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Lhitung 0,156 0,134 0,135 0,133 Ltabel 0,161 0,161 0,161 0,161

Keputusan Normal Normal Normal Normal

Perhitungan uji normalitas secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.3 dan C.4. dan nilai Ltabel dapat dilihat pada lampiran C.10.

Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat bahwa keempat data terdistribusi normal, Nilai Lhitung data pretest pada kelas kontrol sebesar 0,156 sementara nilai Lhitung posttest sebesar 0,134 dan Ltabel pada taraf signifikansi 5% (α= 0,05) adalah sebesar 0,161. Terlihat bahwa data pretest 0,156 ≤ 0,161 (Lhitung≤ Ltabel) dan data posttest 0,134 ≤ 0,161 (Lhitung ≤ Ltabel) pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest dan posttest kelas kontrol terdistribusi normal. Hasil Lhitung

data pretest pada kelas eksperimen sebesar 0,135 sedangkan nilai Lhitung posttest

sebesar 0,133 dan LTabelpada taraf signifikansi 5% (α= 0,05) adalah sebesar 0,161.

Terlihat bahwa data pretest 0,135 ≤ 0,161 (Lhitung≤ Ltabel) dan data posttest 0,133 ≤ 0,161 (Lhitung ≤ Ltabel) pada kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest dan posttest kelas eksperimen terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki varians yang homogen atau tidak. Sama halnya dengan uji normalitas, uji

homogenitas juga dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest dan

posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, pengujian

homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher (Uji F). Kedua

kelompok dinyatakan homogen apabila Fhitung≤ Ftabel.

Perhitungan secara lengkap untuk uji homogenitas kedua kelas dapat dilihat pada

lampiran C.5 dan C.6 dan nilai Ftabel dapat dilihat pada lampiran C.11

Berikut ini adalah Tabel 4.5, yaitu Tabel rekapitulasi hasil uji homogenitas

data pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Statistik Pretest Posttest Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nilai Varians 60,58 44,52 72,60 69,35 Fhitung 1,36 1,05 Ftabel 1,85

Keputusan Kedua data homogen Kedua data homogen

Nilai FTabel diperoleh dari F statistik pada taraf signifikansi 5%. Keputusan

diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas, yaitu Fhitung

≤ Ftabel, maka data dinyatakan homogen. Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung data pretest sebesar 1,36 dan data posttest sebesar 1,05. Artinya, kedua data lebih kecil dari Ftabel, sehingga dinyatakan bahwa kelas kontrol dan kelas

eksperimen memiliki kemampuan yang sama, baik pada saat pretest maupun

posttest.

5. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus uji t analisis tes statistik parametrik. Hasil

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan PosttestKelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Statistik Pretest Posttest

Nilai thitung -5,77 4,99

Nilai tTabel 1,67

Keputusan Haditolak Ha diterima Perhitungan uji hipotesis secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.7 dan C.8.

Nilai ttabel diperoleh dari Tabel t statistik pada taraf signifikansi 5% yang dapat dilihat pada lampiran C.12. Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika thitung > ttabel, maka dinyatakan Ha diterima. Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung hasil pretest sebesar -5,77. Artinya, nilai thitung hasil pretest lebih kecil dibandingkan nilai ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar fisika siswa antara kedua kelas sebelum diberikan perlakuan. Sementara nilai thitung hasil posttest sebesar 4,99. Artinya, nilai thitung hasil posttest lebih besar dibandingkan nilai ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

penggunaan media kuis interaktif berbantuan komputer pada konsep suhu dan

kalor.

6. Hasil Analisis Data Angket

Hasil data angket direkapitulasi dan dijumlahkan skornya untuk setiap indikator. Skor yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya dan dikonversi menjadi data kualitatif. Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan angket respon siswa terhadap media kuis interaktif.

Tabel 4.7 Hasil Respon Siswa terhadap Media Kuis Interaktif Indikator Angket Persentase Keterangan Penggunaan media kuis interaktif dalam proses

pembelajaran 80% Baik

Penyajian materi suhu dan kalor pada

pembahasan kuis interaktif 80% Baik

Penggunaan animasi pada media kuis interaktif 82% Baik Sekali

Penjelasan rumus dalam media kuis interaktif 79% Baik

Rata-rata 80% Baik

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa penggunaan media kuis interaktif dalam proses pembelajaran fisika pada konsep suhu dan kalor secara keseluruhan memperoleh hasil baik. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 80%, artinya penggunaan media kuis interaktif mendapat respon yang baik dari siswa dalam mempelajari konsep suhu dan kalor

B. Pembahasan

Hasil pretest menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) kelas kontrol

maupun kelas eksperimen tidak jauh berbeda. Dari hasil pretest diketahui bahwa

hasil belajar siswa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen belum diberikan perlakuan. Namun, setelah diberikan perlakuan yang berbeda, didapatkan perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kelas kontrol dengan nilai rata-rata kelas eksperimen. Jika dilihat berdasarkan nilai rata-rata posttest, maka kelas eksperimen yang menggunakan media kuis interaktif nilai rata-ratanya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Terdapat selisih sebesar 10,87 antara nilai rata-rata kelas eksperimen dengan nilai rata-rata kelas kontrol. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryosso dan Supriyadi, didapatkan hasil bahwa siswa yang menggunakan media kuis interaktif

menghasilkan nilai rata-rata (mean) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

tidak menggunakan media kuis interaktif.71

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan uji t test

pada taraf signifikansi α = 0.05 terhadap data posttest, diketahui bahwa nilai thitung sebesar 4,99 dan nilai ttabel sebesar 1,67. Artinya, nilai thitung lebih besar

dibandingkan nilai ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap penggunaan media kuis interaktif pada konsep suhu dan kalor. Hasil ini senada dengan hasil penelitian Gilang dan Sutiman yang menunjukkan bahwa terdapat dampak positif dan signifikan antara pemanfaatan media

71

Tri Haryosso dan Supriyadi, “Pengembangan Media Kuis Interaktif Menggunakan

Macromedia Flash Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan Cahaya”,

pembelajaran berbasis komputer dan metode mengajar guru terhadap prestasi

belajar siswa kelas X AP di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta.72

Pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dengan menggunakan media kuis interaktif pada konsep suhu dan kalor. Hasil ini diperoleh dari hasil angket respon siswa terhadap media kuis interaktif. Berdasarkan hasil angket, keseluruhan penggunaan media kuis interaktif dalam pembelajaran fisika pada konsep suhu dan kalor mendapatkan respon yang baik. Hal ini dikarenakan dalam media kuis interaktif ditampilkan pertanyaan yang disajikan dengan beberapa gambar dan animasi serta pembahasan mengenai konsep suhu dan kalor. Gambar dan animasi tersebut disajikan untuk memvisualisasikan konsep yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari konsep tersebut. Pal dan Sana dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer dalam proses pembelajaran dapat membuat pembelajaran lebih menarik, menstimulus, dan interaktif dari pada pembelajaran tradisional dengan hanya

menggunakan media kapur tulis dan metode ceramah.73 Selanjutnya, Kadek dan

Sukoco mengungkapkan bahwa pelajaran yang dibuat visualisasi ke dalam bentuk gambar animasi lebih bermakna dan menarik, lebih mudah diterima, dipahami dan

lebih dapat memotivasi siswa.74

Berdasarkan ranah kognitif, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan. Namun kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol dalam meningkatkan setiap ranah kognitif. Beberapa keunggulan pada media kuis interaktif berpengaruh terhadap

peningkatan hasil posttest kelas eksperimen pada ranah kognitif C1 (mengingat),

C2 (memahami), C3 (menerapkan) dan C4 (menganalisis).

72

Gilang Sunu A.P. dan Sutirman, “Dampak Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Dan Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal P. ADP Universitas Negeri Yogyakarta , Vol. 2, 2013, h. 6.

73

Sujit Pal dan Sibananda Sana dalam penelitian yang berjudul “Influence of Interactive Multimedia Courseware: a Case Study among the Students of Physical Science of Class VIII”,

Bhatter College Journal of Multidisciplinary Studies,Vol. II, 2012, H. 85.

74

Kadek Sukiyasa dan Sukoco, “Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif”, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, No. 1, 2013, h. 128.

Pada ranah kognitif C1 (mengingat), kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada media kuis interaktif disajikan pembahasan materi yang jelas, serta gambar dan animasi yang dapat membantu siswa untuk mengingat materi yang telah dipelajari, sehingga pada saat siswa menemukan permasalahan terkait konsep suhu dan kalor, siswa dapat dengan mudah mengingat informasi yang telah didapatkannya dengan mengingat kembali beberapa gambar dan animasi yang ada pada media kuis interaktif. Arsyad menyatakan bahwa media gambar dan animasi dapat

memperkuat ingatan.75 Selain itu, adanya interaksi antara siswa dengan media

kuis interaktif membuat siswa cepat menangkap apa yang telah disajikan. Hal ini didukung dengan hasil angket, dimana pada indikator penggunaan media kuis interaktif dalam proses pembelajaran memperoleh kategori baik dengan persentase 80%.

Media kuis interaktif juga meningkatkan kemampuan memahami (C2) siswa

pada kelas eksperimen. Kemampuan memahami meningkat karena di dalam media kuis interaktif disajikan beberapa animasi dan visualisasi terkait dengan konsep suhu dan kalor. Dengan visualisasi tersebut, siswa dengan mudah dapat membedakan perubahan suhu dan perubahan wujud serta memahami berbagai jenis pemuaian melalui beberapa animasi pada media kuis interaktif. Siswa juga dapat melihat perbedaan berbagai macam cara perpindahan kalor melalui tampilan animasi yang ada pada media kuis interaktif. Gambar dan animasi tersebut dapat membantu siswa memahami konsep suhu dan kalor dengan mudah, serta membuat pemahaman siswa terhadap konsep tersebut terkonstruk. Menurut

Arsyad, media gambar dan animasi dapat memperlancar pemahaman.76 Hal ini

juga didukung dengan hasil angket, dimana pada indikator penggunaan animasi pada media kuis interaktif memperoleh kategori baik sekali, dengan persentase 82%.

Gambar dan animasi pada media kuis interaktif juga dapat menambah minat dan motivasi siswa serta menstimulus siswa untuk mau belajar. Hal ini juga sesuai

75

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo), h. 91.

76 Ibid.

dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dalam skripsinya menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran kuis interaktif ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Hasil uji t tersebut menunjukkan adanya perbedaan motivasi dan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan CD pembelajaran kuis interaktif dengan peserta didik

yang tanpa menggunakan CD pembelajaran kuis interaktif.77 Kadek dan Sukoco

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam penyampaian materi memberikan motivasi yang lebih tinggi daripada

pembelajaran yang menggunakan media powerpoint.78

Kemampuan menerapkan (C3) juga dapat ditingkatkan dengan

menggunakan media kuis interaktif. Selain gambar dan animasi, pada media kuis interaktif disajikan juga soal-soal hitungan. Pada soal hitungan tersebut disajikan pembahasan yang sistematis guna membantu siswa memahami dan mengatasi masalah yang disajikan. Pada pembahasan ini juga ditampilkan rumus rumus atau persamaan-persamaan fisika. Menurut Anderson, soal latihan yang menggunakan persamaan-persamaan fisika melatih siswa dalam menerapkan persamaan tersebut

ketika mengerjakan soal.79 Ketika soal kuis disertai dengan pembahasannya sudah

tersaji dalam media kuis interaktif, maka tidak banyak waktu yang diperlukan oleh guru untuk menjelaskan soal dan pembahasan tersebut, sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien. Media kuis interaktif ini mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan diterapkan ketika siswa menyelesaikan soal pada bagian evaluasi dengan menggunakan rumus atau persamaan yang ada pada media kuis interaktif. Penjelasan terkait simbol yang ada di rumus dapat dilihat langsung oleh siswa ketika siswa mengarahkan kursor pada rumus yang disajikan, membuat rumus-rumus pada media kuis interaktif

77 Setia Utami, “Pengaruh Implementasi CD Pembelajaran Kuis Interaktif Asam Basa Karya Devi Kunti Ernawati Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa kelas XI Semester 2 SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012”, Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 60, tidak dipublikasikan.

78 Kadek Sukiyasa dan Sukoco, “Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif”, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, No. 1, 2013, h. 135.

79

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. (eds), Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), Cet.1, h. 117.

mudah untuk dipahami. Hal ini didukung dengan hasil angket respon siswa yang memperoleh kategori baik pada indikator penjelasan rumus pada media kuis interaktif dengan persentase 79%.

Pada ranah kognitif C4 (menganalisis), kelas eksperimen juga mengalami

peningkatan lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Keunggulan ini dikarenakan pada kuis interaktif, siswa dilatih untuk menganalisis keterkaitan antara rumus-rumus yang digunakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada soal kuis selanjutnya. Menurut Anderson, menganalisis melibatkan proses menguraikan materi soal menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian soal.80 Jadi, dengan menguraikan materi soal tersebut maka kemampuan siswa dalam menganalisis akan terkonstruk. Hal ini didukung dengan hasil angket respon siswa yang memperoleh kategori baik pada indikator penyajian materi suhu dan kalor pada pembahasan kuis interaktif dengan persentase 80%. Sementara pada kelas kontrol guru hanya membahas soal-soal analisis (C4) secara konvensional di papan tulis, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengerjakan soal. Waktu yang dibutuhkan akan lebih lama lagi ketika terdapat siswa yang belum paham dengan apa yang dijelaskan oleh guru, sehingga guru harus menjelaskannya kembali.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dengan media kuis interaktif dilakukan secara individu oleh masing-masing siswa di laboratorium komputer. Prinsip media kuis interaktif mengacu pada pembelajaran berbantuan komputer. Interaksi dalam pembelajaran berbantuan komputer pada umumnya mengikuti tiga unsur, yaitu (1) urutan-urutan instruksional yang dapat disesuaikan, (2)

jawaban/respons pekerjaan siswa, dan (3) umpan balik yang dapat disesuaikan.81

Sesuai dengan prinsip tersebut, siswa berperan aktif dalam pembelajaran karena menggunakan komputer secara mandiri. Kendali berada di tangan siswa, sehingga

tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat

penguasaannya.82 Disamping itu, komputer juga dapat diprogram untuk

memberikan umpan balik, memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara 80 Ibid.h. 120. 81 Arsyad, op.cit., h. 100. 82 Ibid, h. 55.

otomatis.83 Siswa dituntut untuk berinteraksi secara langsung dengan komputer. Siswa harus menyelesaikan semua pengalaman belajarnya dengan media kuis

Dokumen terkait