BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
maupun kelompok kontrol yang terdiri dari 28 siswa, disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data HasilPretest–PosttestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
pretest posttest pretest posttest
Nilai Tertinggi 57,50 95,00 47,50 85,50 Nilai Terendah 17,50 50,00 15,00 40,00 Mean 25,50 73,50 32,50 61,20 Median 45,00 72,14 32,75 52,30 Modus 22,04 49,50 14,50 45,10
Berdasarkan dari tabel di atas, ukuran dan pemusatan data hasi pretest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 57,50 dan skor terkecil 17,50, rata-rata (mean) sebesar 25,50,mediansebesar 45,00,modussebesar 22,04. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 47,50 dan skor terkecil diperoleh sebesar 15,00, rata-rata (mean) sebesar 32,50, median sebesar 32,75, modus
sebesar 14,50.
Dari tabel di atas ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor tertinggi sebesar 95,00, dan skor terkecil yaitu 50,00, rata-rata (mean) 73,50,median sebesar 72,14,modus sebesar 49,50. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 85,50 dan skor terkecil 40,00, rata-rata (mean) 61,20,median sebesar 52,30modussebesar 45,10.
Berikut merupakan grafik perolehan nilai rata-rata hasil pretesttiap aspek hasil belajar pada ranah kognitif untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Grafik 4.1 Nilai Rata-rata tiap Aspek Hasil Belajar HasilPretestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari di atas diketahui bahwa pada aspek hasil belajar mengingat (C1), nilai rata-rata pretest untuk kelompok eksperimen adalah 51,60 dan kelompok kontrol adalah 50,00. Pada spek hasil belajar memahami (C2) diperoleh nila rata-rata pretest kelompok eksperimen dan kontrol adalah 44,60 dan 37,95. Untuk aspek hasil belajar mengaplikasikan (C3) diperoleh nilai rata-rata pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama sebesar 30,00. Pada aspek hasil belejar menganalisis (C4) diperoleh nilai rata-rata pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 26,79 dan 11,60.
Berikut merupakan grafik perolehan nilai rata-rata hasil posttest tiap aspek hasil belajar pada ranah kognitif untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 51.60 44.60 30.00 26.79 50.00 37.95 30.00 11.60 0 10 20 30 40 50 60
Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan (C3) Menganalisis (C4) Eksperimen Kontrol N i l a i Ranah Kognitif
Grafik 4.2 Nilai Rata-rata tiap Aspek Hasil Belajar HasilPosttestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari grafik di atas diketahui bahwa aspek hasil belajar pada ranah kognitif C1 (mengingat),nilai rata-rataposttestuntuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 92,31 dan 78,85. Pada ranah kognitif C2 (memahami) diperoleh rata-rata posttest untuk kelas eksperimen sebesar 54,02 dan kelas kontrol yaitu 45,54. Pada ranah kognitif C3 (mengaplikasikan) diperoleh nilai rata-rataposttest
kelas eksperimen sebanyak 62,50 dan kelas kontrol sebesar 46,43. Untuk penguasaan konsep pada ranah kognitif C4 (menganalisis) diperoleh nilai rata-rata
posttestkelas eksperimen sebesar 82,14 dan kelas kontrol sebesar 66,96.
Berikut disajikan tabel rekapitulasi nilai rata-rata tiap aspek hasil belajar hasilpretestdanposttestuntuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
92.31 54.02 62.50 82.14 78.85 45.54 46.43 66.96 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan
(C3) Menganalisis (C4) Eksperimen Kontrol N i l a i Ranah Kognitif
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Tiap Aspek Hasil Belajar
HasilPretest-PosttestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Aspek Penguasaan Konsep Niliai Rata-rata Pretest Posttest Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mengingat (C1) 51,60 50,00 92,31 78,85 Memahami (C2) 44,60 37,95 54,02 45,54 Mengaplikasikan (C3) 30,00 30,00 62,50 46,43 Menganalisis (C4) 26,79 11,60 82,14 66,96
2. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Penguasaan Konsep
Sebelum melakukan ui hipotesis menggunakan uji-t, terlabih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji lilifors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jika Lhitung< Ltabelberarti data berdistribusinormal Jika Lhitung> Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas DataPretest-Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 28 28 28 28
X 33,2 73,5 32,5 61,2
S 3,06 12,41 6,96 73,60
Lhitung 0,1208 0,1271 0,1475 0,1490
Ltabel 0,161 0,161 0,161 0.161
Kesimpulan normal normal normal normal
Dari tabel hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa data hasilpretest maupunposttestkedua kelompokm berdistribusi normal karena memenuhi kriteria yaitu Lhitung< Ltabel.
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal, selanjutkan dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas diakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogeny atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan varians kedua kelas, menggunakan ujin Fisher pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan criteria pengujian yaitu: jika Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas DataPtetest-Posttest
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
S2 9,39 84,57 154,07 200,7
Fhitung 0,0609 0,4214
Ftabel 1,905 1,905
Kesimpulan Homogen Homogen
dari tabel di atas, untuk data pretest didapat Fhitung = 0,0609 dan dataposttest didapat Fhitung= 0,4214, sedangkan Ftabel= 1,905. Dari kedua data tersebut didapatkan Fhitung< Ftabel,maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar dari kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil belajar kedua kelompok penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, sehingga hasil pengujian data kedua kelompok dilanjutkan pa analisis data berikutnya, yaitu: uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian, yaitu jika thitung< ttabelmaka HOditerima, Haditolak. Jika thitung> ttabelmaka HO ditolak, Haditerima.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung untuk nilaipretest sebesar 0,438 dan thitung nilai posttest sebesar 3,846. Pada taraf signifikansi (α) 0,05 dan dk = 54, diperoleh nilai ttabel = 0.999. berikut ini adalah tabel pengujian hipotesis data hasil belajar.
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 28 28 28 28
X 33,28 32,50 73,50 61,20
S2 9,39 84,57 154,07 200,7
thitung 0,438 3,846
ttabel 0,999 0,999
Keputusan Tidak terdapat perbadaan Terdapat perbedaan
Berdasarkan tabel di atas, pada nilai pretest tampak bahwa thitung< ttabel yaitu 0,438 < 0,999 sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak. Maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas VIII. A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII.B sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum diterapkan model pembelajaran generatif dengan model konvensional.
Pada tabel di atas, nilai posttsest kedua kelompok setelah diberikan perlakuan yang berbeda yaitu didapat hasil thitung > ttabel yaitu 3,846 > 0,999 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan diterimanya Ha pada pengujian hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal tersebut menunjukan rata-rata hasil belajar fisika kelompok eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar fisika kelompok kontrol.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,846 > 0,999, dengan menggunakan taraf signifikan 0.05, artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran generatif (generative learning) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini ditunjukan pada rata-rata skor hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajran generatif lebih baik dari pada kelompok kontrol yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Putu Mardana yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran generatif lebih tinggi dari siswa yang diajarkan menggunakan model konfensional. Ini terlihat dari rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajarkan sesudah menggunakan model pembelajaran generatif, yaitu sebesar 7,2 sedangkan rata-rata hasil belajar fisika yang sebelum menggunakan model pembelajaran generatif, yaitu sebesar 4,24.1Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tika yang menyatakan bahwa siswa SMUN Singaraja hasil belajarnya lebih efektif dengan menggunakan model pembelajaran generatif dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.2
Dilihat berdasarkan grafik jenjang kognitif, diketahui jenjang kognitif yang dominan dikuasai siswa pada kelas eksperimen adalah jenjang kognitif C1 (mengingat), yaitu sebesar 92,31 dan kelas kontrol sebesar 78,85. Hal tersebut terjadi karena siswa lebih menguasai konsep mengingat materi sesuai dengan pengalaman yang mereka alami, karena pada dasarnya pembelajaran generatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara afektif
1IB Putu Mardana,
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negerisingaraja, No.2 Th. XXXIV, April 2001), hal. 55
2I Ketut Tika,Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU Negeri di Singaraja, (Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXXIII, Oktober 2000), hal. 38
pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Namun pada jenjang kognitif C2 (memahami) kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan jenjang kognitif yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang memahami konsep cahaya dikarenakan adanya kurang pengkonstrukan pengetahuan awal siswa pada saat proses pembelajaran. Sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep cahaya.
Model pembelajaran generatif merupakan suatu model belajar mengajar yang bermanfaat dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda ke dalam kelompok - kelompok kecil, sehingga siswa tidak lagi tergantung pada guru. Dalam proses pelaksanaan proses belajar mengajar guru tidak menjadi sumber belajar, tetapi guru berperan sebagai fasilitator, pengelola, demostator, bembimbing dan juga sebagai motivator.
Selain itu, model pembelajaran generatif adalah suatu model pembelajaran yang bermanfaat. Penerapan pembelajaran generatif (generative learning) ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi penegetahuannya sendiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran generatif, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pertanyaan maupun mengutarakan pendapatnya tanpa mendapat tekanan dari manapun maupun dari guru. Siswa juga dapat bekerja seperti ilmuwan yakni melakukan eksperimen, menyimpulkan, mendemonstrasikan dan mendiskusikan hasil eksperimen. Sehingga proses pembelajaran yang dialami siswa lebih bermakna.
Model pembelajaran dapat direalisasikan dengan penerapan suatu tahapan pembelajaran.3 Terdapat beberapa tahapan dalam model pembelajaran generatif, menurut Osborne dan Cosgrove ada empat tahapan pembelajaran melalui model pembelajaran generatif yaitu: tahapan eksplorasi, tahapan pemfokusan, tahapan tantangan dan tahapan penerapan.4
3Rusman,
Modelmodel Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2011), h. 32
4Made Wena,Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer, (Jakarta:Npt
Pada prinsipnya, model pembelajaran generatif (generative learning) proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, dengan mengikutsertakan dalam melakukan eksperimen. Supaya siswa memiliki kreatifitas dan ide-ide yang inovatif, eksperimen yang dilakukan dalam pembelajaran ini dirancang sesederhana mungkin baik dari segi proses maupun alat peraga yang digunakan. Dengan demikian siswa tidak merasa bosan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran generatif (generative learning) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPA, khususnya fisika. Selain itu, berdasarkan perhitungan analaisis data telah terbukti bahwa penerapan model pembelajaran generatif (generative learning) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 73,3 untuk kelas eksperimen dan 61,2 untuk kelas kontrol dan pada uji hipotesis dengan menggunakan uji “t” didapat nilai thitung > ttabel yaitu 3,846 > 0,999.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran penelitian ini adalah:
1. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran generatif (generative learning) sebagai salah satu model dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa.
2. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, sebaiknya guru mengkondisikan kelas sehingga pembelajaran berjalan efektif, menyenangkan dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Aeda, Nur. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sosiologi –
Antropologi di Sekolah Madrasah,(WWW.google.com)
Arikunto, Suarsimi. 2009.Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara Arikunto, Suarsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bayyati. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme dengan Strategi Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Perubahan Materi. Skripsi: Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pendidikan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Dahlan. 1984.Model-model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro.
Elisa. Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Suatu Inovasi dalam Proses Pembelajaran .(Skolar, Vol.8 No.1, Juni 2007)
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Junaedi, dkk. 2008.Strategi Pembelajaran.Surabaya: LAPIS−PGMI
Kartono, Agus. 2008. Seribu Pena Fisika untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Bandung: Erlangga.
Mardana, Putu. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMU 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. Jurnal Pendidikan IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001.
Mahayukti, Ayu. 2003. Pengembangan Model Pembelajaran Generatif dengan Metode PQ4R dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium ikip Negeri Singaraja.
Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singraja No. 2 Th. XXXVI, April, 2003.
Mudjiono dan Damyati. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta Panen, Paulena, dkk. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta : PAUI- P
PAI Universitas Terbuka.
Panggabean, Yusri. 2007. Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006.
Bandung: Bina Media Informasi.
Redhana, I Wayan dan Ketut, Sastrawidana Dewa. 2003. Pembelajaran Generatif dengan Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 Th. XXXVI, Januari 2003.
Renaldi, Abdi. Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme dengan Strategi Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Senyawa Karbon.
Skripsi: Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pendidikan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta. Sagala, Syaeful. 2008.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet. 1
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudrajat, Akhmad. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran.(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
Sugiyono. 2008. metode Penilaian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, dkk. 2007.IPA SMP untuk Kelas VIII.Jakarta: Erlangga. Surianto.Teori Pembelajaran Konstruktivisme. (www.wordpress.com)
Syah, Muhibin.2001.Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Trianto.2007. Modelmodel Pembelajaran Inovasi Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka.
Tika, I Ketut. 2000.Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa SMU Negeri di Singaraja. Jurnal Pendidikan Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXXIII, Oktober 2000.
Tika, I Ketut. 2001. Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan MIPA STKIP Singaraja. Jurnal Pendidikan Aneka Widya IKIP Singaraja, No. 3 Th. XXXIV, Juli 2001.
Usman, Uzer. 2006.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi
Akrasa.
Widodo, Ari. 2007. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 064 Tahun Ke. 13, Januari: 2007)
MATERI : CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar :Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Indikator : - Melakukan pengamatan tentang perambatan cahaya - Menyelidiki hukum pemantulan cahaya
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya.
- Menyebutkan sifat-sifat perambatan cahaya
- Menjelaskan hukum pemantulan cahaya yang diperoleh melalui percobaan - Menjelaskan dan membedakan jenis pemantulan cahaya
Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning) 2. Metode : - Diskusi
- Tanya Jawab - Ceramah
(Introduction)
Pemfokusan
apersepsi dari materi cahaya:
- Siapa yang tahu apa itu
cahaya?
- Mengapa cahaya dapat
masuk kedalam ruangan yang gelap?
- Menyampaikan materi yang akan dipelajari - Menjelaskan materi - Membagi siswa ke dalam 5 kelompok - Membagikan LKS praktikum mengenai perambatan dan pemantulan cahaya kepada setiap kelompok
- Memeriksa kelengkapan peralatan praktikum - Memperhatikan penjelasan guru. - Menyimak penjelasan guru - Berkumpul dengan kelompok masing-masing - Melakukan percobaan mengenai perambatan dan pemantulan cahaya berdasarkan LKS
Eksperimen 45 menit Pengetahuan
- Membimbing siswa untuk menganalisis hasil praktikum
Tantangan - Meminta setiap kelompok
untuk mempersentasikan hasil percobaan di depan kelas.
- Menyimak penjelasan dari
masing-masing kelompok
- Memberikan penjelasan
materi dengan mengacu pada penjelasan siswa
- Menjelaskan hasil diskusi
tentang perambatan dan
pemantulan cahaya dengan teman sekelompok
- Kelompok lain menyimak
penjelasan yang sedang presentasi
- Menyimak penjelasan guru
Diskusi Ceramah
20 menit Pengetahuan
- Guru memberikan contoh soal yang terkait dengan materi.
- Guru memberikan tugas
rumah berupa artikel
tentang permbatan cahaya
- Siswa menyimak contoh
soal yang diberikan oleh guru
Sumber belajar
• Sumarwan, dkk.IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 179-181 • Agus, Kartono.Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 95-97 • Budi, Prasodjo.Fisika Untuk Kelas 2 SLTP.Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 97-99
• LKS
• Uraian c. Instrumen
1. Jelaskan pengertian cahaya! 2. Sebutkan sifat-sifat cahaya!
3. Jelaskan hukum pemantulan cahaya!
Mengetahui Guru Bidang Studi
__________________
Jakarta, Peneliti
CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar :Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Indikator : - Menyelidiki pembentukan bayangan pada cermin - Menerapkan hubungan persamaan pembiasan cahaya Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bayangan pada cermin.
- Menentukan bayangan pada cermin - Menjelaskan peristiwa pembiasan cahaya. - Menggunakan perumusan pembiasan cahaya.
Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning) 2. Metode : - Eksperimen
- Diskusi - Tanya Jawab - Ceramah
Pemfokusan
apersepsi dari materi cahaya: - Apa yang dimaksud dengan
pemantulan cahaya?
- Mengapa sendok yang
tercelup dalam gelas yang berisi air akan terlihat bengkok?
- Menyampaikan materi
yang akan dipelajari
- Menjelaskan materi
- Guru memberikan
contoh soal mengenai cermin.
- Menugaskan siswa
membentuk kelompok
seperti pada pertemuan pertama - Membagikan LKS praktikum mengenai - Memperhatikan penjelasan guru. - Menyimak penjelasan guru.
- Menyimak contoh soal yang diberikan oleh guru. - Berkumpul dengan
kelompok masing-masing
- Mendiskusikan LKS yang diberikan guru
Ceramah
Tantangan
peralatan praktikum tiap kelompok
- Mengontrol siswa yang
sedang melakukan
percobaan.
- Meminta setiap kelompok
untuk mempersentasikan hasil percobaannya di depan kelas.
- Menyimak penjelasan dari
masing-masing kelompok
- Memberikan penjelasan
materi dengan mengacu pada penjelasan siswa
- Guru menjadi motivator
dan pasilitator dalam proses diskusi siswa
- Mencari solusi dari
permasalahan yang terdapat dalam LKS
- Setiap kelompok
mempersentasikan hasil
percobaannya di depan kelas
- Kelompok lain menyimak
penjelasan yang sedang presentasi
- Menyimak penjelasan guru
Diskusi
- Guru memberikan contoh soal yang terkait dengan materi.
- Guru memberikan soal
latihan yang terkait dengan materi
- Siswa menyimak contoh
soal yang diberikan oleh guru
- Siswa mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru
Sumber belajar
• Sumarwan, dkk.IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 182-190 • Agus, Kartono.Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 97-103 • Budi, Prasodjo.Fisika Untuk Kelas 2 SLTP.Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 100-109
• LKS
• Uraian c. Instrumen
1. Sebuah cermin cekung mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. jika sebuah benda berada 20 cm di depan cermin. Maka dimanakah bayangan yang akan terbentuk?
2. Sebuah pulpen diletakkan di depan cermin cembung sejauh 30 cm. Apabila cermin cembung mempunyai jarak fokus 15 cm. Berapakah perbesaran bayangan yang terbentuk oleh cermin tersebut?
3. Seberkas cahaya merah merambat dari udara ke kaca dengan panjang gelombang cahaya merah di udara 6.300 Å dan indeks bias kaca 1,5. Berapakah panjang gelombang merah di kaca?
Mengetahui Guru Bidang Studi
__________________
Jakarta, Peneliti
CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar :Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Indikator :Mendeskripsikan pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa. Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bayangan lensa cembung dan lensa cekung.
- Menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa. - Menghitung nilai pembesaran pada lensa.
- Menggambarkan pembentukan bayangan pada lensa.
Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning) 2. Metode : - Diskusi
- Tanya Jawab - Ceramah
(Introduction)
Pemfokusan
apersepsi dari materi lensa: - Apabila cahaya diarahkan
ke lensa cembung, apa yang akan terjadi?
- Serta seperti apa bayangan yang akan terbentuk?
- Menyampaikan materi yang akan dipelajari - Menjelaskan materi
- Menugaskan siswa
membentuk kelompok
seperti pada pertemuan sebelumnya
- Membagikan LKS
praktikum kepada setiap kelompok
- Menyimak penjelasan guru.
- Menyimak penjelasan guru.
- Siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing
- Mendiskusikan LKS yang diberikan guru
Eksperimen
Tantangan
- Mengontrol siswa yang
sedang melakukan
peraktikum.
- Menyimak penjelasan dari
masing-masing kelompok
- Memberikan penjelasan
materi dengan mengacu pada penjelasan siswa
- Guru menjadi motivator
dan pasilitator dalam proses diskusi siswa
- Mencari solusi dari
permasalahan yang terdapat dalam LKS
- Setiap kelompok
mempersentasikan hasil
praktikumnya
- Kelompok Menyuruh
setiap kelompok untuk
mempersentasikan hasil
praktikumnya