• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

3. Pembelajaran Generatif ( Generative Learning )

Pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains yang bertolak dari filosofi. Konstruktifisme yang artinya bahwa siswa mengkonstruksi sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar. Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara afektik pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Pembelajaran generatif terdiri dari dua kata yaitu generative dan

learning. Generative adalah dapat menghasilkan, sedangkan learning adalah pengetahuan. Jadigenerative learning adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu tidak didapat dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.

Dengan demikian pengetahuan mutlak diperoleh dengan belajar yaitu hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat panca indera. Singkatnya,generative learningmenolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sebaliknya kondisi

ini akan berbeda jika pembelajaran itu ditunjukkan untuk menggali pengetahuan dari pengelaman seseorang.

Teorigenerative learning dikemukakan oleh Wittrock dalam bukunya Paulina Panen, berasumsi bahwa siswa bukan menerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpatisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkonstruksikan makna informasi yang ada disekitarnya. Sangat penting bagi guru untuk meminta siswa to generate “menghasilkan” sendiri makna

dari informasi yang diperolehya. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari.

Dalam generative learning siswa lebih diberi tempat ketimbang guru. Artinya, dalam proses pembelajaran siswa merupakan pusat pembelajaran (student center). Generative learning mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran di dalam kelas yang pengajarannya berpusat pada siswa. Peran guru membantu siswa menemukan fakta, konsep/prinsip baik diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau pengendalian seluruh kegiatan di kelas.

Menurut George Masun, strategi generative learning dibagi menjadi empat unsur, yaitu:

a. Ingatan; siswa menggali informasi dari pengetahuan yang sudah ada dengan cara pengulangan latihan, meninjau ulang dengan alat bantu mengingat.

b. Penggabungan; siswa menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dengan cara penguraian (uraian dalam bentuk cerita), ringkasan (menjelaskan dengan singkat), memecahkan persoalan, mengajukan pertanyaan, mengajukan persamaan dan kiasan.

c. Pengorganisasian; siswa mengaitkan pengetahuan yang sudah ada sebalumnya berupa ide dan konsep-konsep baru ke dalam metode yang berarti dengan cara menganalisis ide-ide pokok, penguraian, mengkategorikan, pengelompokkan dan peta konsep.

d. Perluasan; siswa mengembangkan materi baru kepada informasi yang telah ada dalam ingatan siswa, dengan cara menggenalisir gambaran jiwa/fisik, prosa, perluasan kalimat, mempertajam penglihatan, film dan papan buletin.

Menurut George Mason, secara pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pembelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam pembelajaran akan menghasilkan dasar-dasar mengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

Grouws berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpatisipasi aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi konsep baru.

Menurut Grouws, ada dua jenis aktivitas generatif, yaitu:

a. Aktivitas itu menghasilakan hubungan yang dinamis (judul, publik, pertanyaan,tujuan, ringkasan, grafik, tabel dan ide pokok).

b. Aktivitas itu menghasilkan penggabungan hubungan antara apa yang siswa lihat, dengar, baca, dan ingatan (demonstrasi, kiasan, persamaan contoh gambar, aplikasi, penapsiran penguraian dan kesimpilan).

Siswa pada semua usia memiliki konsep tentang berbagai fenomena yang dibawanya ke dalam kelas. Konsep ini dapat bersumber antara lain dari latar belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal yang lain dimana siswa secara langsung mendengar, melihat, mengalami dan sekaligus menggunakannya. Konsep ini sangat membentu bernilai dalam konteks keseharian siswa. Sementara itu, konsep baru yang dipelajari siswa di dalam kelas akan lebih mudah diterima jika dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga terjadi proses asimilasi atau asosiasi.

Pada prinsipnya guru tidak boleh hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa sendirilah yang harus membangun

pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategti-strategi mereka sendiri dalam belajar.

Model pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains yang bertolak dari filosofi belajar konstruktivisme yang intinya bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar.

b. Tahap-Tahap Pembelajaran Generative Learning

Menurut Lingbiao, ada 4 tahapan pokok dalam pembelajaran generatif yang secara fungsional mekiliki fungsi yang berbeda:

1) Tahapan orientasi dan elisitasi, dimana guru meberikan orientasi umum dan rasionalisasi konsep yang akan ditanamkan.

2) Tahapan aktivitas dan interaksi, dimana guru mengarahkan perhatian siswa kepada konsep-konsep yang penting.

3) Tahap assessment (penilaian) dan umpan balik, merupakan tahapan evaluasi belajar siswa untuk melihat tingkat penguasaan siswa.

4) Tahapan sistematisasi dan extension, yaitu guru membantu siswa membangun jalinan konsep dari konsep-konsep yang sudah dipelajari sehingga hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain menjadi jelas.15

Dalam generative learning, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman suatu pengetahuan terdahulu (asimilasi). Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna (akomodasi). Siswa diharapkan mampu mempraktekan pengalaman atau pengetahuan yang diperolehnya dalam 15IB. Putu Mardana,

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMU 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif,(Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th. XXXIV, April 2001), hal.51

konteks kehidupan nyata. Siswa juga diharapakan melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian siswa dapat memiliki pengalaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.

Dalam pandangan generative learning, kebebasan berinisiatif dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan generative learning menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks-konteks nyata.

Secara umum, strategi pembelajaran generatif memiliki empat komponen: (1) proses motivasi; ditentukan oleh minat (interest) dan atribut (atribution), (2) proses belajar; dapat dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (itentionn), (3) proses penciptaan pengetahuan; dilandasi oleh beberapa komponen ingatan yaitu pengetahuan awal, kepercayaan/sistem nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif dan pengalaman, (4) proses generasi; menggenerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang mereka peroleh dari pengalaman.16

Pembelajaran generatif (generative learning model) pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove (dalam Sutarma dan Swasono, 2003). Pembelajaran generatif terdiri dari empat tahap, yaitu:17

a. Ekplorasi b. Pemokusan c. Tantangan d. Penerapan

16Bayyati,”Pengaruh Model Pembelajaran Konstrutivisme dengan Strategi Generative Learning

Terhadap Hasil Belajar pada Konsep Perubahan Materi”Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2007) , hal 20

17Made Wena,

1) Tahap Pembelajaran a) Ekplorasi

Tahap pertama yaitu tahap ekplorasi yang disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap ekplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan ekplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukam ekplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa aktifitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi atau penelusuran tarhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.

Dalam aktifitas ini, gejala, data dan fakta yang didemonstrasikan sebaiknya dapat merangsang siswa berpikir kritis, mengkaji, data, fakta, gejala serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Dengan demikian, pada akhirya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktifitas demonstrasi/penelusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala atau fakta. Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa, mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala baru diselidiki atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi rimusan, dugaan atau hipotesis.

Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan, bimbingan, motifasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat, ide dan hipotesis. Pendapat, ide dan hipotesis sebaiknya disajikan secara tertulis. Pendapat atau ide siswa yang berhasil teridentifikasi mungkin ada yang benar atau mungkin juga ada yang salah. Apabila konsepsi siswa ini ada yang salah maka dikatakan terjadi salah konsep (misconception). Namun demikian, guru pada saat itu sebaiknya tidak memberikan makna, menyalahkan atau membenarkan terhadap

konsepsi siswa. Pengujian konsepsi siswa akan dilakukan pada kegiatan eksperimen oleh siswa sendiri (Sutarman dan Swasono,2003). Pendapat di atas berdasarkan asas pembelajaran kuantum alami sebelum memberi nama, yang artinya biarkan siswa melakukan proses eksperimen terlebih dahulu, kemudian baru menyimpulkan.

b) Pemfokusan

Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan labolatorium atau dalam model pembelajaran yang lain. Pada tahap ini bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat melakukan proses sains.

Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun atau yang dibuat oleh guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai dengan 4 siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat, membentu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman dan keberanian bertanya.

Dalam kegiatan praktikum siswa dapat berlatih lebih banyak tentang keterampilan labolatorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati, mengukur, mengendalikan variabel, menggolongkan membuat grafik, menyimpulkan memprediksi, dan mengkomunikasikan (Sutarman dan Swarsono, 2003).

c) Tantangan

Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga pengenalan konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan data dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempersentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa.

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman. Pada saat diskusi guru berperan sebagi moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi. Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris.

Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami sacara mantap konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menjadi sukar (Sutarman dan Swasono,2003). Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaiknya, jika langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi mak sebagian besar siswa tidak akan mampu menyelesaikan dengan benar, karena tidak mampu menyelesaikan dengan benar maka akan dapat menurunkan motovasi belajar siswa.

d) Penerapan

Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau

tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan. Pada tahap ini siswa diberi banyak latihan-latihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk kememori jangka panjang, ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik.

2) Penerapan di Kelas

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai beriku:

Tabel 2.1 Penerapan Pembelajaran Generatif di Kelas

No. Tahap

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Pendahuluan Memberikan aktivitas

melalui demonstrasi/ contoh-contoh yang dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi

Mengekplorasi

pengetahuan awal yang diperoleh dari awal yang

diperoleh dari

pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran sebelumnya

Mendorong dan

merangsang siswa untuk mengemukakan ide/ pendapat serta merumuskan hipotesis/

Mengutarakan ide-ide dan merumuskan hipotesis

Membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat

Melakukan klasifikasi pendapat yang telah ada

2. Pemfokusan Membimbing dan

mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks

Menetapkan konteks permasalahan, memahami mencermati

No. Tahapan

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa permasalahan berkaitan

dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian.

Membimbing siswa

melakukan proses sains, yaitu menguji sesuatu

permasalahan, sehingga siswa menjadi familier terhadap bahan yang

digunakan untuk

mengeksplorasi konsep. Melakukan pengujian, berpikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan konsep. Memutuskan dan menggambarkan apa yang ia ketahui tentang kejadian. Mengklarifikasi ide ke dalam konsep.

Menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan ide siswa.

Mempresentasikan ide ke dalam kelompok dan juga forum kelas ke dalam diskusi.

3. Tantangan Mengarahkan dan

memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa. Menjamin semua ide siswa dipertimbangkan. Membuka diskusi. Mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan. Memberikan pertimbangan ide kepada (a) siswa yang lain (b) semua siswa dalam kelas.

No. Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

4. Aplikasi

Menunjukan bukti ide ilmuan. Membimbing siswa merumuskan permasalahan yang sangat sederhana. Membawa siswa

mengklasifikasi ide baru. Membimbing siswa agar mampu menggambarkan

secara verbal

penyelesaian masalah.

Menguji validitas ide/ pendapat dengan mencari bukti. Membandingkan ide ilmuan dengan ide kelas. Menyelesaikan problem

praktis dengan

menggunakan konsep dalam situasi yang baru. Menerapkan konsep baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.

Ikut terlibat dalam

merangsang dan

mengkonstribusi ke dalam diskusi untuk menyelesaikan masalah.

Mempersentasikan

penyelesaian dihadapan teman. Diskusi dan debat tentang penyelesaian masalah, mengkritisi dan menilai penyelesaian

masalah. Menarik

kesimpulan akhir.

Dengan tahap-tahap pembelajaran di atas, siswa diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan serta keterampilan untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri. Dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Menurut Sutarman dan

Suswono (2003), secara garis besar ada tiga langkah-langkah yang dikerjakan guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang dipelajari.

2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya.

3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan, dan kritikan dari temannya. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi semua siswa.

c. Beberapa Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif

Menurut Anwar Holil, dalam melaksanakan pembeljaran generatif, dosen perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:18

1. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi mahasiswa. Setelah dosen mengetahui intuisi yang dimiliki mahasiswa, dosen mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi mahasiswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. 2. Mengakomodasi keinginan mahasiswa dalam mencari alternatif

penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan mahasiswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk

18http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.html selasa 01-03-11

mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu mahasiswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan.

3. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka dosen dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.

d. Keunggulan Pembelajaran Generatif

Pembelajaran generatif memikili empat keunggualan, yaitu : 1. Siswa bersifat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Kemampuan pemahaman siswa yang tinggi dan rendah akan meningkat.

3. Meningkatkan hasil belajar tanpa tambahan waktu dan tanpa tambahan peralatan.

4. Siswa mampu menghasilkan kemampuan metakognisi.19

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan gabungan dua kata yaitu kata hasil dan belajar. Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau pikiran. Belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa anak karena adanya pengaruh yang diberikan oleh pendidik sehingga dengan adanya pengaruh ini maka tingkah laku anak mengalami perubahan.20

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua

19

Abdi Renaldi. “Pengaruh Pembelajaran Konstruntivisme dengan Strategi Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Senyawa Karbon” Skripsir (Jakarta: Perpustakaan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Jakarta,2008 ) hal. 38

20 Nurlena Siregar,

Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Konsep Gaya Melalui Metode Inquiri Pada Siswa Kelas VIIIi-3 Smp Negeri 43 Medan. (Jurnal penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, volume 1,No. 1, Juni 2009), h.42

dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.21 Dampak pengajaran yaitu berupa hasil belajaryang dapat diukur melalui tes dan dapat dituangkan dalam bentuk angka atau skor. Sedangkan dampak pengiring yaitu berupa pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan di bidang lain yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami belajar.

Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Hasil belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti pendidikan. Hasil belajar siswa yang merupakan tujuan pengajaran terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga aspek kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).22

1. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.23

a) Ingatan (C1) adalah kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajarai dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar

b) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di aatas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah

c) Penerapan (C3) merupakan kemampuan mengguanakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan

21 Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009) cetakan

keempat, h. 20

22Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006),

h. 13

menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman

d) Analisis (C4) adalah kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan

e) Sintesis (C5) adalah kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya

f) Evaluasi (C6) adalah kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.

2. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar pada aspek efektif merupakan suatu kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi. hasil belajar pada aspek afektif dirincikan oleh krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yaitu receving (penerimaan), responding (pemberian respon), valuing

(penilaian), organization (pengorganisasian), characterization

(karakteristik).24

a) Penerimaan adalah kemampuan untuk memperhatikan

b) Pemberian respon adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap sesuatu. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara aktif dalam pembelajaran

c) Penilaian adalah kemampuan untuk mengaitkan diri pada obyek atau kejadian tertentu dan memberikan reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan.

d) Pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan nilai. sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup

e) Karakteristik berkaitan dengan karakter dan gaya hidup seseorang. Karakteristik berhubungan dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi seseorang.

3. Hasil Belajar Psikomotorik

Dokumen terkait