• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh: Yuli Amaliah (106016300671)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Mathla’ul Anwar pada tahun ajaran

2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group design. Pengambilan sampel dilakukan

menggunakan teknik purposive sample, siswa kelas VIII.A sebagai kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran generatif, dan siswa kelas VIII.B sebagai kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran generatif (menggunakan model pembelajaran konvensional). Instrumen yang digunakan penilitian yaitu instrumen tes untuk mengukur hasil belajar fisika siswa berupa soal-soal uraian. Data instrumen tes dianalisis dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi (α) = 0,05, didapatkan thitung > ttabel yaitu 3,846 > 0,999, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa.

(6)

ii

The aim of this research was to know of The Influence of Generative Learning Model to Physics Product Study. This research was held Junior High School

Mathla’ul Anwar (SMP Mathla’ul Anwar)in academic period 2010/2011. The

research method was quasi experiment and used Nonequivalent Control Group Design. The sample in this research was taken by purposive sample technique, students of class VIII.A as a group of experiment used generative learning model, and student of class VIII.B as a group of control were not used generative learning model (used conventional model. Instrument were used in these research is test instrument used essay. Data was got from test instrument was analyzed by statistical analysis t-test. Based on result of statistical analysis t-test at the level of

significant (α) = 0,05, it is shown that tvaluesgreater than ttablewere 3,846 > 0,999,

with the result then zero hypothesis (HO) was refused and alternative hypothesis

(Ha) was accepted, that can be concluded, generative learning model can

influense student product study of the physics.

(7)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah pada Rasulallah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif

(Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana untuk Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyak pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini, oleh karena itu ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Nurlena Rifa’i, M. A. Ph,D, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar,

tulus dan ikhlas yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Diah Mulhayatiah, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar, tulus dan ikhlas yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Anwar Sanusi, SE. S.Pdi. MM Kepala Sekolah SMP Mathla’ul Anwar.

(8)

iv

mensuport penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-temanku di Asri (Assulaeman Putri) terima kasih atas doa dan motivasinya yang telah kalian curahkan kepada penulis

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis sendiri serta para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, Februari 2013 Penulis

(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi teoritis ... 7

1. Hakikat Model Pembelajaran ... 7

2. Teori Belajar Konstruktivisme ... 10

3. Pembelajaran Generatif (Generative Learning) ... 14

(10)

vi

5. Cahaya ... 34

a. Pengertian Cahaya ... 34

b. Sifat-sifat Cahaya ... 35

c. Hukum Pemantulan Cahaya ... 35

d. Pembiasan Cahaya ... 37

e. Lensa ... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Pengajuan Hipotesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Desain Penelitian ... 42

D. Prosedur Penelitian ... 43

E. Populasi dan Sampel ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 51

I. Hipotesis Statistik ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

(11)

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 66

(12)

viii

... 8

Gambar 2.2 Sifat Bayangan pada Cermin Datar ... 35

Gambar 2.3 Pembiasan Cahaya oleh Lensa Cembung ... 38

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 3. 1 Alur Prosedur Penelitian ... 44

Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Rata-rata Tiap Aspek Penguasaan Konsep Hasil Prettest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 57

(13)

ix

Tabel 3.2 Kisi–kisi Instrumen Penelitian ... 46

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Reabilitas Soal ... 49 Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 51 Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil

Pretest-Posttest Kelopmok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 56 Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Tiap Aspek Penguasaan Konsep Hasil

Pretest-PosstestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posstest Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas DataPretest-Posstest ... 61

(14)

x

Lampiran A.2 LKS ... 85

Lampiran B. Instrumen Penelitian Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran B.2 Kunci Jawaban dan Pedoman Penelitian ... 99

Lampiran B.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 119

Lampiran B.4 Validitas Instrumen………... 121

Lampiran B.5 Reabilitas Instrumen……….. 122

Lampiran B.6 Uji Taraf Kesukaran Instrumen………. 123

Lampiran B.7 Uji Daya Pembeda Instrumen………... 124

Lampiran B.8 SoalPretestdanPosttest………... 125

Lampiran C. Data Hasil Penelitian Lampiran C.1 Perhitungan Data StatistikPretestdanPosttest…… 127

Lampiran C.2 Hasil Analisa Data Peraspek Penguasaan Konsep… 141 Lampiran C.3 Uji NormalitasPretestdanPosttest……….. 145

Lampiran C.4 Uji HomogenitasPretestdanPosttest.………. 150

Lampiran C.5 Uji HipotesisPretestdanPosttest………. 152

Lampiran D. Tabel Statistik Lampiran D.1 Tabel Uji Liliefors ………. 154

Lampiran D.2 Tabel Daftar F ………... 155

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran fisika menjadi momok bagi para siswa karena pelajaran fisika erat hubungannya dengan matematika. Belajar fisika bukan hanya sekedar tahu matematika, lebih jauh siswa diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung didalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya. Namun faktanya adalah kebanyakan siswa belum mampu menyelesaikan masalah fisika yang diberikan oleh guru dan belum mampu merespon apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dapat tergambar ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai suatu konsep, siswa cenderung diam dan belum mampu menjawab pertanyaan tersebut. Siswa mengalami kesulitan merangsang ingatan untuk mengingat pengetahuan yang didapat sebelumnya. Ketika siswa mengemukakan gagasan, belum menunjukkan kelancaran menanggapi masalah dan materi. Keluwesan siswa membuat suatu tanggapan belum tampak dan siswa belum dapat mengidentifikasi suatu konsep.

Hal ini dikarenakan siswa belum mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Siswa cenderung mengandalkan guru sebagai sumber pengetahuannya. Akibatnya seringkali terjadi kesalahpahaman siswa terhadap konsep yang sedang diajarkan oleh guru. Siswa cenderung panik ketika tidak dapat menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Kepanikan tersebut karena mental siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah fisika masih sangat rendah, sehingga siswa belum dapat berpikir kreatif. Siswa cenderung menghafalkan satu jawaban yang benar dan kemampuan siswa dalam mencari alternatif jawaban dari masalah masih kurang, sehingga belum tampak keberanian siswa memikirkan alternatif jawaban yang bervariasi. Siswa belum

(16)

sedang dipelajari akibatnnya siswa belum mampu mengintegrasikan keterkaitan antar konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.

Permasalahan yang terjadi di atas berawal dari aspek kognitif siswa. Aspek kognitif siswa merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar dalam keberhasilan proses pembelajaran. Aspek kognitif merupakan aspek kompetensi yang mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).

Menurut Slameto permasalahan-permasalah di atas dapat diatasi dengan memberikan pengajaran yang efektif dengan cara belajar secara aktif, pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat, dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, dan guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.1 Pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa.2

Solusi untuk menyelesaikan masalah di atas adalah dengan cara memberikan model pembelajaran yang kiranya dapat memberikan pembelajaran yang efektif. Salah satu pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivis berprinsip bahwa siswa mengkonstruk pemikiran mereka sendiri dalam belajarannya. Artinya pembelajaran konstruktivis ini mengarahkan siswa agar mampu membangun pemikiran mereka sendiri, yakni ketika belajar siswa diharapkan mampu mengaitkan suatu konsep yang diajarkan dengan kenyataan yang berkaitan dengan pengalaman hidup siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Jean Piaget seorang pioner filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa dalam proses belajar, anak akan membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya. Model kontruktivisme berpandangan bahwa

1Slameto.

Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.(Jakarta: Rienka Cipta. 2010), h. 92

2Muhibbin Syah.

(17)

tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal siswa dengan dengan fenomena baru yang dapat di integrasi sehingga diperlukan perubahan struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Salah satu model pembelajaran dalam naungan konstruktivisme yang dapat digunakan adalah model pembelajaran generatif (generative learning).

Model pembelajaran generatif (Generative Learning) adalah suatu

proses yang mendapatkan pengetahuan. Dalam pembelajaran dengan

menggunakan model Generative Learning siswa dituntut mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru atau peristiwa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini berarti peranan guru sebagai pelayan pengetahuan yang harus ditransfer kepada siswa berubah menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan fisikanya sendiri. Implementasi strategi pembelajaran generative learning

dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang dunia fisika dan persoalan-persoalan fisika yang terkadang membuka peluang bagi siswa memberikan pemikiran yang di luar dugaan guru.

Berdasarkan karakteristik model generative learning di atas, maka

salah satu konsep yang dapat diterapkan dengan menggunakan model

generative learning adalah konsep cahaya. Konsep cahaya dirasa cocok

(18)

atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan penelitian terhadap efektivitas model pembelajaran generative learning dan

peranannya dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Sehingga dengan demikian penulis memilih judul:“Pengaruh Model Pembelajaran Generatif

(Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sabagai berikut:

1. Penerapan model dan sistem pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru.

2. Guru masih banyak menanamkan konsep-konsep melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihapal siswa. 3. Penggunaan pola pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan

kejenuhan dan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran fisika. 4. Siswa pasif selama proses pembelajaran.

5. Siswa belum mampu menyelesaikan masalah fisika.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka diberikan batasan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Konsep fisika yang diteliti adalah cahaya.

2. Masalah difokuskan pada model pembelajaran Generative Learning

terhadap hasil belajar fisika siswa. Model pembelajaran Generative Learningyang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Generative Learning menurut Osborne dan Cosgrove melalui 4 tahapan

(19)

(mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan) dan C4 (menganalisis).

4. Perlakuan untuk kelas kontrol menggunakan metode konvensional.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran

generative learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka yang jadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar

fisika siswa pada konsep cahaya.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian Pengaruh Model Pembelajran Generatif (Generative Learning) pada pokok bahasan ini, dapat diharapkan memberikan sejumlah

manfaat antara lain:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh model pembelajaran Generative Learning terhadap hasil belajar fisika siswa,

serta dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini.

2. Secara praktis, bagi guru hasil penelian ini dapat memberikan masukan untuk menerapkan model pembelajaranGenerative Learningsebagai salah

(20)
(21)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rangkaian atau satu kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan bahan pembelajaran. Menurut trianto “model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”.1

Maksud dari kutipan tersebut adalah model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.2

Kutipan di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru untuk menyusun rancangan aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan sistematis sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau

lainnya.3

1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka

Publisher, 2007), h. 1

2Junaedi, dkk,Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4-19. 3Dr. M. Dahlan,

(22)

Mode

Menurut Akhmad Sudrajat model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Secara singkat dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Posisi Hirarki Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar4

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas mengenai model pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran bagi para guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model

4 Akhmad Sudrajat,

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran,(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)), h.2.

Pendekatan pembelajaran (student or teacher centered)

Metode pembelajaran (ceramah, diskusi, simulasi, dsg)

Strategi pembelajaran (exposition-discvery learning or

group-indivivual learning)

Teknik dan taktik pembelajaran (spesifik, individual, unik)

(23)

pembelajaran secara mendasar bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru mengajar akan tetapi lebih menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa. Hasil akhir dari proses pembelajaran bertujuann untuk menciptakan kemampuan siswa yang tinggi agar dapat belajar lebih bermakna dan lebih efektif dimasa yang akan datang.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan dengan strategi, metode dan pendekatan. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh metode, strategi, atau pendekatan. Ciri-ciri tersebut adalah :

a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.5

Model pembelajaran yang digunakan sebagai upaya pendekatan dalam pendidikan yang umum dikenal saat ini terdiri atas empat bagian yaitu:

a. Model-model pembelajaran yang berfokus kepada individu dan pengembangan pribadi yang unik yang dimiliki setiap orang

b. Model pembelajaran yang berfokus kepada kelompok dan menghadirkan cara-cara mengajar yang memberi penekanan kepada energi kelompok, keterampilan antar pribadi dan komitmen sosial.

c. Model-model pembelajaran yang menghadirkan pembelajaran konsep, model inkuiri yang diambil dari disiplin ilmu dan metode yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas intelektual seseorang.

5 Trianto,

(24)

d. Model-model pembelajaran yang diangkat dari dunia ilmu psikologi sebagai penerapannya dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar.6

Pada umumnya model-model pembelajaran yang baik memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai berikut:7 a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. b. Mempunyai misi atau tujuan tertentu.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

e. Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

2. Teori Belajar Konstruktivitisme

Menurut Widodo konstruktivisme merupakan sebuah teori pembelajaran yang relatif baru dan masih berkembang.8Teori konstruktivitis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Konstruktivisme adalah suatu teori tentang bagaimana terjadinya belajar yang prinsip utamanya adalah bahwa belajar berarti membangun, menciptakan, menemukan dan mengembangkan pengetahuan kita sendiri.9 Pengetahuan bukanlah hal-hal yang terlepas dari siswa, tetapi ciptaan siswa itu sendiri yang dikonstruksikan dari pengalaman.

Menurut Brooks & Brooks konstruktivisme adalah lebih merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi pembelajaran. “Constructivism is not

6Yusri Panggabean,

Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006,(Bandung: Bina Media Informasi, 2007), h. 71-72

7Junaedi, dkk,Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4-19

8 Ari Widodo, konstruktivisme dalam pembelajaran sains, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

No. 064. Tahun ke-13, Januari: 2007), h. 102

9Elisna,Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Suatu Inovasi dalam Proses Pembelajaran, (Skolar,

(25)

an instructional strategy to be deployed under appropriate conditions.

Rather, constructivism is an underlying philosophy or way of seeing the

world”. Bahkan menurut Glasersfeld konstruktivisme sebagai "teori pengetahuan dengan akar dalam filosofi, psikologi dan cybernetics". Von

Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme apapun namanya secara aktif dan kreatif akan selalu membentuk konsepsi pengetahuan. Ia melihat pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun melalui pikiran sehat atau melalui komunikasi dan interaksinya. Hal itu secara aktif dan kreatif terutama dengan membangun pengetahuan itu.10

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.11

Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan mengkontruksi pengalaman-pengalaman sendiri. sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain12

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan

10NurAedi,

Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sosiologi-Antropologi di Sekolah/Madrasah,(www.google .com), h.1

11Surianto,

Teori Pembelajaran Konstruktivisme,(www. Wordpress.com)

12

(26)

anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.13 Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk. Sedangkan, akomodasi adalah proses perubahan skema.14 Proses akomodasi menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu

Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruk penetahuannya sendiri. Strategi pembelajaran berbasis konstruktivisme dari Piaget, dengan ide utamanya sebagai berikut:

1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi.

2. Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan lingkungannya

3. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibatnya terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada

mengalami perubahan atau struktur baru timbul.

4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequilibrium-equilibrium).

13Ratna wilis dahar.Teori-Teori Belajar. (Jakarta: Erlangga, 1989). h.159

14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientas Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

(27)

Tetapi, bila terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.

Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri

Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri siswa dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi mengemukakan:

a. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama

(28)

c. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme guru perlu mengidentifikasi secara dini pengetahuan awal siswa. Hal ini bertujuan agar bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa.

3. Pembelajaran Generatif (Generative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Generatif

Pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains yang bertolak dari filosofi. Konstruktifisme yang artinya bahwa siswa mengkonstruksi sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar. Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara afektik pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Pembelajaran generatif terdiri dari dua kata yaitu generative dan learning. Generative adalah dapat menghasilkan, sedangkan learning adalah

pengetahuan. Jadigenerative learning adalah suatu proses pembelajaran yang

dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu tidak didapat dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.

Dengan demikian pengetahuan mutlak diperoleh dengan belajar yaitu hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat panca indera. Singkatnya,generative learningmenolak adanya

(29)

ini akan berbeda jika pembelajaran itu ditunjukkan untuk menggali pengetahuan dari pengelaman seseorang.

Teorigenerative learning dikemukakan oleh Wittrock dalam bukunya

Paulina Panen, berasumsi bahwa siswa bukan menerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpatisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkonstruksikan makna informasi yang ada disekitarnya. Sangat penting bagi guru untuk meminta siswa to generate “menghasilkan” sendiri makna

dari informasi yang diperolehya. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari.

Dalam generative learning siswa lebih diberi tempat ketimbang guru.

Artinya, dalam proses pembelajaran siswa merupakan pusat pembelajaran (student center). Generative learning mendorong siswa berperan aktif dalam

pembelajaran di dalam kelas yang pengajarannya berpusat pada siswa. Peran guru membantu siswa menemukan fakta, konsep/prinsip baik diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau pengendalian seluruh kegiatan di kelas.

Menurut George Masun, strategi generative learning dibagi menjadi

empat unsur, yaitu:

a. Ingatan; siswa menggali informasi dari pengetahuan yang sudah ada dengan cara pengulangan latihan, meninjau ulang dengan alat bantu mengingat.

b. Penggabungan; siswa menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dengan cara penguraian (uraian dalam bentuk cerita), ringkasan (menjelaskan dengan singkat), memecahkan persoalan, mengajukan pertanyaan, mengajukan persamaan dan kiasan.

(30)

d. Perluasan; siswa mengembangkan materi baru kepada informasi yang telah ada dalam ingatan siswa, dengan cara menggenalisir gambaran jiwa/fisik, prosa, perluasan kalimat, mempertajam penglihatan, film dan papan buletin.

Menurut George Mason, secara pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pembelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam pembelajaran akan menghasilkan dasar-dasar mengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

Grouws berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpatisipasi aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi konsep baru.

Menurut Grouws, ada dua jenis aktivitas generatif, yaitu:

a. Aktivitas itu menghasilakan hubungan yang dinamis (judul, publik, pertanyaan,tujuan, ringkasan, grafik, tabel dan ide pokok).

b. Aktivitas itu menghasilkan penggabungan hubungan antara apa yang siswa lihat, dengar, baca, dan ingatan (demonstrasi, kiasan, persamaan contoh gambar, aplikasi, penapsiran penguraian dan kesimpilan).

Siswa pada semua usia memiliki konsep tentang berbagai fenomena yang dibawanya ke dalam kelas. Konsep ini dapat bersumber antara lain dari latar belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal yang lain dimana siswa secara langsung mendengar, melihat, mengalami dan sekaligus menggunakannya. Konsep ini sangat membentu bernilai dalam konteks keseharian siswa. Sementara itu, konsep baru yang dipelajari siswa di dalam kelas akan lebih mudah diterima jika dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga terjadi proses asimilasi atau asosiasi.

(31)

pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategti-strategi mereka sendiri dalam belajar.

Model pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains yang bertolak dari filosofi belajar konstruktivisme yang intinya bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar.

b. Tahap-Tahap Pembelajaran Generative Learning

Menurut Lingbiao, ada 4 tahapan pokok dalam pembelajaran generatif yang secara fungsional mekiliki fungsi yang berbeda:

1) Tahapan orientasi dan elisitasi, dimana guru meberikan orientasi umum dan rasionalisasi konsep yang akan ditanamkan.

2) Tahapan aktivitas dan interaksi, dimana guru mengarahkan perhatian siswa kepada konsep-konsep yang penting.

3) Tahap assessment (penilaian) dan umpan balik, merupakan tahapan

evaluasi belajar siswa untuk melihat tingkat penguasaan siswa.

4) Tahapan sistematisasi dan extension, yaitu guru membantu siswa membangun jalinan konsep dari konsep-konsep yang sudah dipelajari sehingga hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain menjadi jelas.15

Dalam generative learning, siswa diharapkan dapat membangun

pemahaman sendiri dari pengalaman suatu pengetahuan terdahulu (asimilasi). Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna (akomodasi). Siswa diharapkan mampu mempraktekan pengalaman atau pengetahuan yang diperolehnya dalam

15IB. Putu Mardana,

(32)

konteks kehidupan nyata. Siswa juga diharapakan melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian siswa dapat memiliki pengalaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.

Dalam pandangan generative learning, kebebasan berinisiatif

dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan generative learning menekankan pada penciptaan

pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks-konteks nyata.

Secara umum, strategi pembelajaran generatif memiliki empat komponen: (1) proses motivasi; ditentukan oleh minat (interest) dan atribut

(atribution), (2) proses belajar; dapat dipengaruhi oleh rangsangan (arousal)

dan niat (itentionn), (3) proses penciptaan pengetahuan; dilandasi oleh

beberapa komponen ingatan yaitu pengetahuan awal, kepercayaan/sistem nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif dan pengalaman, (4) proses generasi; menggenerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang mereka peroleh dari pengalaman.16

Pembelajaran generatif (generative learning model) pertama kali

diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove (dalam Sutarma dan Swasono, 2003). Pembelajaran generatif terdiri dari empat tahap, yaitu:17

a. Ekplorasi b. Pemokusan c. Tantangan d. Penerapan

16Bayyati,”Pengaruh Model Pembelajaran Konstrutivisme dengan Strategi Generative Learning

Terhadap Hasil Belajar pada Konsep Perubahan Materi”Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2007) , hal 20

17Made Wena,

(33)

1) Tahap Pembelajaran a) Ekplorasi

Tahap pertama yaitu tahap ekplorasi yang disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap ekplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan ekplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukam ekplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa aktifitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi atau penelusuran tarhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.

Dalam aktifitas ini, gejala, data dan fakta yang didemonstrasikan sebaiknya dapat merangsang siswa berpikir kritis, mengkaji, data, fakta, gejala serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Dengan demikian, pada akhirya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktifitas demonstrasi/penelusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala atau fakta. Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa, mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala baru diselidiki atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi rimusan, dugaan atau hipotesis.

Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan, bimbingan, motifasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat, ide dan hipotesis. Pendapat, ide dan hipotesis sebaiknya disajikan secara tertulis. Pendapat atau ide siswa yang berhasil teridentifikasi mungkin ada yang benar atau mungkin juga ada yang salah. Apabila konsepsi siswa ini ada yang salah maka dikatakan terjadi salah konsep (misconception). Namun demikian, guru pada saat itu sebaiknya

(34)

konsepsi siswa. Pengujian konsepsi siswa akan dilakukan pada kegiatan eksperimen oleh siswa sendiri (Sutarman dan Swasono,2003). Pendapat di atas berdasarkan asas pembelajaran kuantum alami sebelum memberi nama, yang artinya biarkan siswa melakukan proses eksperimen terlebih dahulu, kemudian baru menyimpulkan.

b) Pemfokusan

Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan labolatorium atau dalam model pembelajaran yang lain. Pada tahap ini bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat melakukan proses sains.

Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun atau yang dibuat oleh guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai dengan 4 siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat, membentu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman dan keberanian bertanya.

(35)

c) Tantangan

Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga pengenalan konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan data dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempersentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa.

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman. Pada saat diskusi guru berperan sebagi moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi. Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris.

Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami sacara mantap konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menjadi sukar (Sutarman dan Swasono,2003). Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaiknya, jika langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi mak sebagian besar siswa tidak akan mampu menyelesaikan dengan benar, karena tidak mampu menyelesaikan dengan benar maka akan dapat menurunkan motovasi belajar siswa.

d) Penerapan

(36)

tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan. Pada tahap ini siswa diberi banyak latihan-latihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk kememori jangka panjang, ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik.

2) Penerapan di Kelas

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai beriku:

Tabel 2.1 Penerapan Pembelajaran Generatif di Kelas

No. Tahap

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Pendahuluan Memberikan aktivitas melalui demonstrasi/ contoh-contoh yang dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi

Mengekplorasi

pengetahuan awal yang diperoleh dari awal yang

diperoleh dari

pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran sebelumnya

Mendorong dan

merangsang siswa untuk mengemukakan ide/ pendapat serta merumuskan hipotesis/

Mengutarakan ide-ide dan merumuskan hipotesis

Membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat

Melakukan klasifikasi pendapat yang telah ada

2. Pemfokusan Membimbing dan

mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks

(37)

No. Tahapan

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa permasalahan berkaitan

dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian.

Membimbing siswa

melakukan proses sains, yaitu menguji sesuatu

permasalahan, sehingga siswa menjadi familier terhadap bahan yang

digunakan untuk

mengeksplorasi konsep. Melakukan pengujian, berpikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan konsep. Memutuskan dan menggambarkan apa yang ia ketahui tentang kejadian. Mengklarifikasi ide ke dalam konsep.

Menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan ide siswa.

Mempresentasikan ide ke dalam kelompok dan juga forum kelas ke dalam diskusi.

3. Tantangan Mengarahkan dan

(38)

No. Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

4. Aplikasi

Menunjukan bukti ide ilmuan.

mengklasifikasi ide baru. Membimbing siswa agar mampu menggambarkan

secara verbal

penyelesaian masalah.

Menguji validitas ide/ pendapat dengan mencari bukti. Membandingkan ide ilmuan dengan ide kelas. Menyelesaikan problem

praktis dengan

menggunakan konsep dalam situasi yang baru. Menerapkan konsep baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.

Ikut terlibat dalam

merangsang dan

mengkonstribusi ke dalam diskusi untuk menyelesaikan masalah.

Mempersentasikan

penyelesaian dihadapan teman. Diskusi dan debat tentang penyelesaian masalah, mengkritisi dan menilai penyelesaian

masalah. Menarik

kesimpulan akhir.

(39)

Suswono (2003), secara garis besar ada tiga langkah-langkah yang dikerjakan guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang dipelajari.

2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya.

3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan, dan kritikan dari temannya. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi semua siswa.

c. Beberapa Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif

Menurut Anwar Holil, dalam melaksanakan pembeljaran generatif, dosen perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:18

1. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi mahasiswa. Setelah dosen mengetahui intuisi yang dimiliki mahasiswa, dosen mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi mahasiswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan

perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. 2. Mengakomodasi keinginan mahasiswa dalam mencari alternatif

penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan mahasiswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk

(40)

mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu mahasiswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan.

3. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka dosen dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya

konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.

d. Keunggulan Pembelajaran Generatif

Pembelajaran generatif memikili empat keunggualan, yaitu : 1. Siswa bersifat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Kemampuan pemahaman siswa yang tinggi dan rendah akan meningkat.

3. Meningkatkan hasil belajar tanpa tambahan waktu dan tanpa tambahan peralatan.

4. Siswa mampu menghasilkan kemampuan metakognisi.19

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan gabungan dua kata yaitu kata hasil dan belajar. Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau pikiran. Belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa anak karena adanya pengaruh yang diberikan oleh pendidik sehingga dengan adanya pengaruh ini maka tingkah laku anak mengalami perubahan.20

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua

19

Abdi Renaldi. “Pengaruh Pembelajaran Konstruntivisme dengan Strategi Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Senyawa Karbon” Skripsir (Jakarta: Perpustakaan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Jakarta,2008 ) hal. 38

20 Nurlena Siregar,

(41)

dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.21 Dampak pengajaran yaitu berupa hasil belajaryang dapat diukur melalui tes dan dapat dituangkan dalam bentuk angka atau skor. Sedangkan dampak pengiring yaitu berupa pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan di bidang lain yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami belajar.

Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Hasil belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti pendidikan. Hasil belajar siswa yang merupakan tujuan pengajaran terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga aspek kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).22

1. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.23

a) Ingatan (C1) adalah kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajarai dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar

b) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di aatas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah

c) Penerapan (C3) merupakan kemampuan mengguanakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan

21 Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009) cetakan

keempat, h. 20

22Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006),

h. 13

(42)

menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman

d) Analisis (C4) adalah kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan

e) Sintesis (C5) adalah kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya

f) Evaluasi (C6) adalah kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.

2. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar pada aspek efektif merupakan suatu kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi. hasil belajar pada aspek afektif dirincikan oleh krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yaitu receving (penerimaan), responding (pemberian respon), valuing

(penilaian), organization (pengorganisasian), characterization

(karakteristik).24

a) Penerimaan adalah kemampuan untuk memperhatikan

b) Pemberian respon adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap sesuatu. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara aktif dalam pembelajaran

(43)

c) Penilaian adalah kemampuan untuk mengaitkan diri pada obyek atau kejadian tertentu dan memberikan reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan.

d) Pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan nilai. sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup

e) Karakteristik berkaitan dengan karakter dan gaya hidup seseorang. Karakteristik berhubungan dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi seseorang.

3. Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Dengan merujuk pada klasifikasi aspek psikomotorik menurut Trowbridge dalam Ahamd Sofyan, aspek psikomotorik mencakup moving, manipulating, communcating, dan creating.25

a) Moving

Kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah membawa, membersihkan, menempatkan atau menyimpan.

b) Manipulating

Kategori ini merujuk pada aktifitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu merangkai, menimbang, mancampurkan, mengaduk, mengoperasikan, dan memperbaiki.

(44)

c) Communicating

Kategori ini meruju pada pengertian aktifitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu mengajukan pertanyaan, menganalisis, mendeskripsikan, mendiskusikan, mengarang, menggambar, menjelaskan, membuat grafik, membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan.

d) Creating

Kategori ini merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain membuat kreasi, merancang, merencanakan, mensintesis, menganalisis, dan membangun.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa atau seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.

Faktor-faktor intern meliputi sebagai berikut: 1. Faktor Jasmaniah

(45)

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, lumpuh dan lain-lain. Cacat tubuh sedikit banyaknya mempengaruhi belajar seseorang, orang yang memiliki cacat tubuh biasanya menempuh pendidikan khusus di suatu lembaga yang khusus menangani cacat tubuh.

2. Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, yaitu: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali dalam buku Slameto adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya agar tidak terjadi kejenuhan.

c) Minat

(46)

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa

e) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dan dapat pula berasal dari pengaruh luar (motivasi ekstrensik).26

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan sesorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

g) Kesiapan

Kesiapan menurut Jamies Drever dalam Slameto adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi jika siswa belajar dalam keadaan siap, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Selain faktor intern belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern. Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.27

1. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga

2. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

26Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 2001),h. 137 27Slameto.

(47)

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal dari kegiatan siswa dalam massyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.28

Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas tidak dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut satu dengan lainnya saling mempengaruhi. Maka dari itu seorang guru dapat memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas ketika menganalisis kesulitan belajar siswa. Sehingga ketika siswa mengalami kesulitan belajar guru dapat bekerja sama dengan pihak-pihak yang mempengaruhi belajar siswa. Guru pun dapat memahami dan memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan belajar. Guru dapat memberikan nasihat kepada siswa ketika mereka mengalami kesulitan belajar berdasaarkan pertimbangan analisis dengan bertanya kepada siswa tersebut.

Hasil belajar disekolah perlu dinilai oleh seorang guru. Penilaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa dan mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran yang dilakukan guru. Secara garis besar tujuan penilaian hasil belajar adalah:

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar

(48)

d. Untuk mengethui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya

e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.29

Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi administratif b. Fungsi promosi c. Fungsi diagnostik d. Sebagai sumber data

e. Sebagai bahan pertimbangan30

Fungi administratif adalah penilaian hasil belajarberfungsi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian raport belajar siswa. Fungsi promosi adalah untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik kelas atau tidak, lulus atau tidak. Fungsi diagnostik adalah penilaian berfungsi untuk mendiagnisis atau mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan programremedial teaching atau perbaikan nilai jika siswa

mendapat nilai yang kurang dari standar nilai. Penilaian berfungsi sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan dari guru BP. Penilaian hasil belajar berfungsi sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan media dalam kegiatan belajar mengajar.

5. Cahaya

a. Pengertian Cahaya

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat atau tanpa zat perantara.31 Kecepatan cahaya merambat pada ruang tanpa ada

29Muhibbin Syah,

Psikologi Belajar,(Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 1999) h. 176-177

(49)

zat antara (ruang hampa) 3 x 108 m/detik. Cahaya terdiri dari satu gelombang elektromagnetik (monokromatik) atau banyak gelombang

elektromagnetik (polikromatik).

b. Sifat-sifat Cahaya

Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:32 1. Cahaya merambat lurus.

2. Cahaya dapat menembus benda bening (benda transparan). 3. Cahaya dapat dipantulkan.

4. Cahaya dapat merambat tanpa medium perantara. c. Hukum Pemantulan Cahaya

Hukum pemantulan cahaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Pemantulan cahaya pada cermin datar

Permukaan cermin datar sangat halus dan memiliki permukaan yang datar pada bagian pemantulannya.

Perhatikan gambar di bawah ini:

s s’

h h’

cermin

Gambar: 2.2 Sifat Bayangan pada Cermin Datar Berdasarkan gambar di atas sifat-sifat cermin datar adalah: a. Bayangan maya.

b. Tegak seperti benda.

c. Besar bayangan sama dengan besar benda e. Jarak bayangan sama dengan jarak benda

f. Posisi bayangan menghadap terbalik dengan posisi benda.33

31Budi Prasodjo, dkk.“Fisika untuk kelas 2 SLTP”. ( Jakarta: Yudhistira 2001), h.97 32

Agus Kartono. “Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTS Kelas VIII” (Bandung : Erlangga, 2007), h. 95

33Agus Kartono,Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTs Kelas VIII, (Bandung: Erlangga, 2008), h.

(50)

Jika dua buah cermin datar membentuk sudut α satu sama lain, maka untuk

menghitung jumlah bayangan yang terbentuk dengan menggunakan rumus di bawah ini:34

= 1 Keterangan:

n = banyak bayangan

α = sudut yang dibentuk antara dua cermin datar

2. Pemantulan cahaya pada cermin cekung

Cermin cekung memiliki sinar-sinat istimewa sebagai berikut:

a. Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

b. Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama. c. Sinar datang melalui titik pusat kelangkungan cermin (M)

dipantulkan melalui sinar itu pula.35

Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan

menghasilkan jarak fokus (f), hubungan tersebut secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

1

= 1+1

Keterangan: f : jarak fokus (m) s : jarak benda (m)

s’ : jarak bayangan (m)

3. Pemantulan cahaya pada cermin cembung

Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung sebagai berikut:

a. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama, dipantulkan seolah-olah dari titik fokus (F).

b. Sinar datang menuju titik F, dipantulkan sejajar sumbu utama.

34Budi Prasodjo, dkk,Fisika untuk Kelas 2 SLTP, (Jakarta: Yudhistira, 2001), h. 102 35Sumarwan, dkk,

(51)

c. Sinar datang menuju titik M, dipantulkan melalui sinar itu pula. Benda yang diletakan di depan cermin cembung akan selalu menghasilkan bayangan di belakang cermin dengan sifat maya, sama tegak, dan diperkecil.36

d. Pembiasan cahaya

Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan cahaya yang merambat dari suatu medium ke medium yang lain yang masing-masing memiliki indeks bias berbeda.37 Indeks bias merupakan perbandingan kelajuan cahaya di ruang hampa c (c = 30 x 105 m/s) dan kelajuan cahaya di suatu medan v. dapat dilihat seperti rumus di bawah ini:

= Keterangan: n = indeks bias zat

c = kecepatan cahaya di ruang hampa v = kecepatan cahaya pada suatu zat e. Lensa

Lensa dibedakan menjadi enam macam, yaitu lensa cembung rangkap (bikonveks), lensa cembung datar (plan konveks), lensa cembung-cekung (konkaf-konveks), lensa cekung rangkap (bikonkaf), lensa cekung datar (plan konkaf), dan lensa cekung-cembung (konveks-konkaf).38

1. Lensa Cembung (Bikonveks)

Lensa cembung memiliki sinar istimewa sebagai berikut:

1) Sinar yang datang sejajar sumbu utama, dibiaskan melalui titi fokus.

2) Sinar datang melalui titik fokus, dibiaskan sejajar sumbu utama.

36Saeful Karim, dkk,Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, (Jakarta: CV Valencia,

2008), h. 288

37Agus Kartono,Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTs Kelas VIII,(Bandung: Erlangga, 2008), h.

103

38

(52)

3) Sinar datang melalui titik pusat bidang lensa, tidak dibiaskan. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar: 2.4 Pembiasan Cahaya oleh Lensa Cembung 2. Lensa cekung

Untuk melukis pembiasan cahaya dapat menggunakan tiga macam sinar istimewa, yaitu:

1) sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.

2) Sinar datang menuju titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama. 3) Sinar datang melalui titik pusat bidang lensa (O) tidak

dibiaskan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tika dalam

penelitiannya yang berjudul “ Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif

Perbaikan Kesalahan Konsepsi dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja” menyimpulkan bahwa 77% yang

memberikan respon dan sikap positif terhadap model pembelajaran generatif.39

Pada penelitian yang berjudul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika

di SMUN 3 Singajara melalui Implementasi Pembelajaran Generatif” oleh IB

Putu Mardana menyatakan bahwa hasil analisis terhadap jawaban tes diagnostik siswa pada siklus II yang manyangkut medan magnet magnetik, terintifikasi adanya beberapa kesalahan konsep siswa sekitar 45-95 %. Namun setelah pembelajaran, secara umum terjadi penurunan miskonsepsi sekitar

75-39I Ketut Tika,

Gambar

Gambar 2.1 Posisi Hirarki Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,dan Model Pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar4
Tabel 2.1 Penerapan Pembelajaran Generatif di Kelas
Gambar: 2.2 Sifat Bayangan pada Cermin Datar
Gambar: 2.4 Pembiasan Cahaya oleh Lensa Cembung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses belajar mengajar sebenarnya tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi juga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif di dalam

1) Apabila guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. 2) Apabila

Hal penting yang harus diingat dalam pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran

Guru bukan hanya sekedar penyampai materi tetapi ia juga berperan untuk mengarahkan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, dalam interaksi

konsep siswa tidak hanya sebatas mengenal tetapi siswa harus dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep lain. Aplikasi penggunaan model pembelajaran ini, yaitu

mengkonstruksi pengetahuannya atau membangun pemahaman sendiri dengan menggunakan pengetahuan awal yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep

Dalam quantum learning guru sebagai pengajar tidak hanya memberikan bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswa merasa bersemangat

Belajar lebih dipahami sebagai kegiatan manusia dalam membangun atau menciptakan pengetahuannya sendiri dengan memberi makna pada pengetahuan yang sesuai dengan pengalamannya.5