• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur

2. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being

Hasil uji coba skala psychological well-being menghasilkan 41 aitem yang diterima dari 54 aitem yang di ujicobakan. Indeks diskriminasi aitem r ≥ 0.30 dengan koefisien reliabilitas r = 0.904. Berikut ini adalah distribusi aitem – aitem skala psychological well-being setelah uji reliabilitas :

Tabel 6.

Blue Print Skala Psychological Well-Being Setelah Uji Coba

Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Penerimaan diri

(Self-acceptance)

 Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.

6 32, 41 3

 Mengakui dan

menerima berbagai 2 5 2

aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk dalam dirinya.

 Perasaan positif tentang kehidupan yang sedang dijalani sekarang. tekanan sosial untuk berpikir dan bersikap dengan cara yang

 Memiliki tujuan, misi, dan arah yang membuatnya merasa bahwa hidup ini memiliki makna.

9, 25 26 3

 Mampu merasakan

 Melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap

Prosedur pelaksanaan penelitian ini ada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu : a. Pembuatan dan uji coba alat ukur

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :

1) Membuat alat ukur yang terdiri dari skala perilaku psychological well-being dan skala persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat berdasarkan teori yang telah peneliti uraikan sebelumnya.

2) Untuk skala psychological well-being peneliti membuat 54 aitem dan untuk skala persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) peneliti membuat 30 aitem.

3) Skala psychological well-being dan skala persepsi K3 akan dibuat dalam bentuk booklet, dimana ada tempat pernyataan dan alternatif pilihan jawaban. Untuk memudahkan subjek dalam memberikan jawaban peneliti membuat disamping pernyataan ada alternatif jawaban.

4) Ketika kedua skala selesai dikerjakan, maka aitem-aitem yang dibuat akan ditelaah oleh professional judgement.

5) Kemudian peneliti melakukan uji coba kepada subjek.

b. Mencari Informasi

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :

1) Mengurus surat izin dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, untuk melakukan penelitian pada masyarakat.

2) Peneliti mencari subjek dan meminta izin untuk mengisi skala yang sudah dirancang peneliti sambil menunjukkan surat izin yang diberikan Fakultas.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :

1) Setelah selesai uji coba, selanjutnya peneliti melakukan revisi terhadap aitem-aitem pada skala psychological well-being dan skala perspsi K3 yang telah dianalisis dengan menggunakan program SPSS version 20.0 for windows.

2) Setelah aitem direvisi kemudian peneliti melakukan pengambilan data yang sesungguhnya.

3. Tahap Pengolahan Data

Skor skala psychological well-being dan persepsi K3 yang telah peneliti dapatkan dari subjek yang sebenarnya maka selanjutnya peneliti akan melakukan

pengolahan data. Pengolahan data ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 20.0 for windows.

I. METODE ANALISIS DATA

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dilakukan dengan uji hipotesis yang menggunakan korelasi pearson product moment dengan menggunakan bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian kedua variabel, yaitu psychological well-being dan persepsi K3 telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Kolmogorof-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu. penelitian dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai p > 0,05.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel psychological well-being dengan persepsi K3 berkorelasi secara linear. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan nilai p < 0,05. Kedua variabel dapat dikatakan berkorelasi secara linear jika nilai p > 0,05 atau nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian yang akan dilanjutkan dengan analisis dan pembahasan hasil penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian berjumlah 90 orang pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan. Berdasarkan hal tersebut didapatkan gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan terakhir.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Interval usia pada data didasarkan pada tahap perkembangan usia dewasa menurut Hurlock (1990) yaitu terbagi atas dewasa dini (18-39 tahun) dan usia dewasa madya (40-60 tahun).

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 7.

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (tahun) N Persentase

18-39 74 82.2 %

40-60 16 17.8 %

Total 90 100 %

Berdasarkan data pada tabel diatas, diketahui bahwa jumlah paling banyak subjek berada pada rentang usia 18-39 tahun yaitu sebanyak 74 orang (82.2 %) sedangkan yang berusia 40-60 tahun yaitu sebanyak 16 orang (17.8%).

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan terakhir subjek penelitian hanya berkisar dari SD –SMA, maka pendidikan terakhir subjek akan digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu, SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian, diperoleh gambaran sebagai berikut :

Tabel 8.

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Terakhir N Persentase

SD 13 14.4 %

SMP 36 40 %

SMA 41 45.6 %

TOTAL 90 100%

Dari tabel dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki tingkat penidikan terakhir SD yaitu 13 orang (14.4 %), subjek yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 36 orang (40%) dan subjek yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA sebesar 41 orang (45.6%).

B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Tujuan dari uji asumsi adalah untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah terdistribusi secara normal. Kemudian uji linearitas untuk mengetahui apakah data variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berkorelasi secara linear terhadap data variabel psychological well-being.

1) Uji Normalitas

a. Uji normalitas pada skala persepsi keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Berdasarkan data pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai z = 0.927 dan p = 0.302. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal karena p > 0,05.

b. Uji normalitas yang dilakukan pada skala psychological well-being menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Berdasarkan pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai z = 0.827 dan p = 0.501. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal karena p > 0,05.

Tabel 9.

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Deviation 15.426 11.934

Most Extreme Differences

Absolute .087 .102

Positive .087 .102

Negative -.056 -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .827 .972

Asymp. Sig. (2-tailed) .501 .302

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki hubungan linear terhadap variabel psychological well-being. Uji linearitas dapat dilihat dengan hasil analisis statistik yaitu dengan metode statistik uji F dengan menggunakan SPSS for windows version 20.0 memakai compare means.

Uji linearitas yang dilakukan pada persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being ditemukan nilai linearity 0.00 , karena nilai p < 0.005 maka dapat dikatakan kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10.

Hasil Uji Linearitas Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Psychological Well-Being

C. HASIL UTAMA PENELITIAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan positif antara variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being pada pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan. Pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson product momen dan analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program statistik SPSS for Windows version 20.0.

Dari hasil perhitungan korelasi antara persepsi keselamtan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being dapat dilihat kuat hubungan antara kedua variabel adalah sebesar 0.751 dan dengan arah yang positif, artinya adalah bahwa ketika semakin positif persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka akan semakin tinggi psychological well-being pekerja, demikian sebaliknya jika semakin negatif persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka akan semakin rendah psychological well-being pada pekerja.

Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang signifikan jika p < 0.05.

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang tertera pada tabel, didapat p = 0.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well being pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan dapat diterima.

Tabel 11.

Hasil Perhitungan Analisis Pearson Correlation Correlations

Hasil analisa pearson correlation menunjukkan bahwa nilai koefisien R sebesar 0.751. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan persepsi K3 pada psychological well-being sebesar 0.751

D. KATEGORISASI

Tujuan lain dari penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan psychological well-being yang dimiliki subjek penelitian, Dalam penelitian ini peneliti akan mengkategorikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik. Mean hipotetik digunakan untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor ideal skala yang dibuat oleh peneliti.

1. Kategorisasi Skor Skala Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Setelah dilakukan uji reliabilitas pada skala persepsi terhadap keselamatan dan k54esehatan kerja (K3) diperoleh, 30 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga dihasilkan skor minimum 30 dan skor maksimum sebesar 150.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor maksimum 150 dan skor minimum 87. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12.

Nilai Empirik dan Hipotetik Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Min Max Mean SD

Nilai Empirik 87 150 118.5 11.93

Nilai Hipotetik 30 150 90 20

Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar 118.5 dengan standar deviasi 11.93 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 90 dan standar deviasinya 20. Jika dilihat dari perbandingan antara rata-rata empirik dengan rata-rata hipotetik, maka menunjukkan bahwa persepsi subjek penelitian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja lebih positif dibandingkan persepsi rata-rata populasi pada umumnya.

Rangkuman data penelitian tersebut selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk mengkategorisasikan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun norma. Azwar (2010) mengatakan bahwa hasil penelitian dapat dikelompokan mengacu pada kriteria pengkategorisasian yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi secara normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori yaitu ketegori tinggi, sedang dan rendah. Norma kategori yang digunakan dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13.

Norma Kategorisasi Data Penelitian

Rentang Nilai Kategori

X < Mean – 1 (SD) Negatif

Mean - 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Netral

Mean + 1 (SD) ≤ X Positif

Hasil mean empirik sebesar 118.5 dan standar deviasi sebesar 11.93 dapat dibuat kategorisasi persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) seperti yang terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 14.

Kategorisasi Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Variabel Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase Persepsi K3 X < 106.57 Negatif 22 orang 24.4 %

106.57 ≤ X < 130.43 Netral 61 orang 67.8 %

130.43 ≤ X Positif 7 orang 7.8 %

Total 90 orang 100 %

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) negatif sebanyak 22 orang (24.4%), subjek yang memiliki persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) netral sebanyak 61 orang (67.8 %) dan subjek yang memiliki persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) positif sebanyak 7 orang (7.8%).

Dari tabel kategorisasi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja berpersepsi netral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan persentase sebesar 67.8 %, artinya bahwa persepsi pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah netral.

2. Kategorisasi Skor Skala Psychological Well-Being

Setelah dilakukan uji reliabilitas pada skala psychological well-being diperoleh, 41 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga dihasilkan skor minimum 41 dan skor maksimum sebesar 205.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor maksimum 199 dan skor minimum 117. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik psychological well-being dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15.

Nilai Empirik dan Hipotetik Psychological Well-Being

Min Max Mean SD

Nilai Empirik 117 199 158 15.43

Nilai Hipotetik 41 205 123 27.33

Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik psychological well-being sebesar 158 dengan standar deviasi 15.43 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 123 dengan standar deviasi 27.33. Jika dilihat dari perbandingan antara rata-rata empirik dengan rata-rata hipotetik, maka menunjukkan bahwa psychological being subjek lebih positif dibandingkan psychological well-being rata-rata populasi pada umumnya.

Dari mean empirik sebesar 158 dan standar deviasi sebesar 15.43 dapat dibuat kategorisasi psychological well-being seperti yang terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 16.

Kategorisasi Psychological Well-Being

Variabel Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase Psychological

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki psychological well-being rendah sebanyak 22 orang (24.4%), subjek yang memiliki psychological well-being sedang sebanyak 59 orang (65.6%) dan subjek yang memiliki psychological well-being tinggi sebanyak 9 orang (10%).

Pada data empirik juga terlihat mean empiriknya bernilai 158, sehingga termasuk dalam kategori sedang. Artinya, pekerja yang menjadi subjek penelitian memiliki psychological well-being yang tergolong kategori sedang.

E. PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada sampel pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being pada pekerja yaitu dengan kuat hubungan sebesar 0.751. Hubungan antara persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being ini bernilai positif, artinya bahwa ketika semakin tinggi persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka semakin tinggi psychological well-being, demikian sebaliknya jika semakin rendah persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka semakin rendahlah psychological well-being pekerja.

Dari hasil kategorisasi dapat dilihat bahwa tingkat persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan lebih banyak berada dikategori netral yaitu 61 orang (67.8%) , 22 orang (24.4%) dalam kategori rendah dan 7 orang (7.8%) dalam kategori tinggi.

Menurut Greenwald, dkk (dalam Azwar, 2002) persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pandangan pekerja terhadap apa yang diberikan

perusahaan yang bertujuan agar pekerja terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Namun sebagai manusia setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hal ini dikarenakan manusia memiliki hal internal dalam diri seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan motivasi serta pengaruh eksternal individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Walgito, 2003).

Persepsi dipengaruhi aspek kognisi (Mc Dowwel &Newel, 1996). Setiap pekerja mempersepsikan apa yang dilihatnya dilingkunga kerja dengan cara yang berbeda-beda sehingga setiap orang akan berbeda menafsirkan sesuatu yang mereka lihat atau alami didalam lingkungan kerja. Penelitian ini secara umum menunjukkan persepsi pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tergolong netral yaitu sebesar 67.8%. Hal ini berarti perlu adanya peningkatan yang dilakukan perusahaan karena para pekerja berada dilingkungan kerja yang memiliki resiko kecelakaan yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kani (2013) pada proyek konstruksi bahwa masih kurangnya pengetahuan para pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

Kategorisasi untuk tingkat psychological well-being yang dimiliki oleh pekerja lebih banyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 59 orang (65.6%).

Menurut Ryff (1989) psychological well-being adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal.

Dari hasil penelitian ini psychological well-being dan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja tergolong dalam kategori sedang secara keseluruhan. Hal ini perlu ditingkatkan karena kesejahteraan psikologis dan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan untuk kemajuan perusahaan. Penelitian Zohar (1980) menunjukkan bahwa perusahaan dengan iklim keselamatan akan menciptakan lingkugan kerja yang aman dibandingkan dengan perusahaan tanpa iklim keselamatan. Selanjutnya Ramli (2010) menyatakan bahwa keselamatan berhubungan erat dengan tingkat kesejahteraan dan kehidupan manusia. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan pekerja sangat penting agar tercipta lingkungan kerja yang nyaman dan kesejahteraan psikologis yang lebih baik.

Tanujaya (2014) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan psychological well- being. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Ngo & Mathies, 2010) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja denga kepuasan kerja. Sarina (2012) juga menyatakan ada hubungan positif antara produktivitas dengan psychological well-being.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian mendatang yang berhubungan dengan penelitian.

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian dan analisa data maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hipotesa penelitian diterima yaitu bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan psychological well-being pada pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan. Dengan nilai r = 0.751 menunjukkan korelasi sangat kuat dengan p (0.000) sangat signifikan. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin positif persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka akan semakin tinggi psychological well-being (kesejahteraan psikologis) pekerja.

2. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan menggunakan mean empirik, didapatkan bahwa sebagian besar persepsi keselamatan

dan kesehatan kerja subjek penelitian berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 61 orang (67.8 %)

3. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada variabel psychological well-being dengan menggunakan mean empirik, didapatkan bahwa psychological well-being subjek penelitian berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 59 orang (65.6 %).

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan psychological well-being, serta berguna bagi pihak perusahaan, antara lain :

1. Saran Metodologis

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang sejenis, maka disarankan agar :

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan melibatkan subjek yang lebih banyak, agar lebih mendapatkan generalisasi mengenai persepsi keselamatan dan kesehatan kerja yang berhubungan dengan psychological well-being.

2. Dalam melaksanakan penelitian, diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar membuat skala penelitian dengan kata-kata yang lebih mudah dimengerti.

2. Saran Praktis

1. Dari hasil kategorisasi dapat dilihat bahwa kebanyakan pekerja berada pada tingkat persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sedang. Artinya adalah bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yang dijalankan oleh Perusahaan Podomoro City Deli Medan sudah cukup baik. Namun dalam hal ini tetap harus ditingkatkan sehingga meminimalisir kecelakaan kerja yang terjadi.

2. Bagi perusahaan diharapkan mampu meningkatkan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja agar berkurangnya tingkat kecelakaan kerja yang terjadi.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat persepsi K3 dan psychological well- being berada pada kategori sedang, sehingga disarankan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja pekerja melalui sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ________ (2000). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ________ (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

________(2002). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Cetakan V.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

________(2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________(2006). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

________(2007). Sikap manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Barrie, D.S., & Paulson, B.C. (1984). Profesional Construction Management.

New York McGraw-Hill

BPKSDM (2009). Penanda tanganan fakta K3 Edisi I 2009. BPKSDM

Budiono, S. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang : Universitas Diponegoro.

Carmelo, V. (2009). Psychological well-being and health. Contributions of positive psychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5 (2009) 15-27

Ervianto, W.I. (2005) . Manajemen Proyek Konstruksi. Jakarta : Penerbit Andi Fauzia, Agustini . (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan. Medan :

Madenatera.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H. (1988). Organizations : Behavior, Structure, Processes. Sixth Edition. BPI IRWIN : USA

Hadi, S. (2000). Metodology Research (Jilid 1&2). Yogyakarta : Penerbit Andi Horn, J.E.V., Tarris, TW., Schsufeli, W.B., & Scheures, P.J.G. (2004). The

Structure of occupstional well being: a study among dutch teachers.

Journal of ocupational and organizational psychology, 77, 365-375 Hurlock, E. (1990) Alih Bahasa. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Husni, L. (2001). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada

Indrawijaya, A.I. (2000). Perilaku Organisasi. Jakarta : Sinar Baru Algensindo

Keyes, C.LM., Shmotkin, C., Ryff, C.D. (2002). Optimizing Well-Being : The empirical encounter of two traditions. Journal of Personality and Social Psychology.

Keyes, C. L. & Haidt, J. (2003). Flourishing : Positive Psychology and the Life well-lived. USA :American Psychological Association

Koeswara, E. (1992). Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta : Kanisius

Kothari, C. R., (2004 ). Research Methodology –Methods and Techniques, 2nd ed. New Age International (P) Ltd., New Delhi.

Lee, S.Y. (2006). Expectations of Employees toward the Workplace and Environmental Satisfaction. Environmental Journal, vol. 24 (9/10).

Emerald Group Publishing Limited

Lowe, G.S., Schellenberg, G., & Shannon, H.S. (2003). Correlates of Employees’

Perceptions of a Healthy Work Environment. American Journal of Health Promotion vol 3 (390-399)

Marbun, J. (2011). Hubungan industrial bagi pengusaha dan pekerja/buruh.

Medan : USU Press

Mc Dowwel, M. & Newel, C. (1996). Measuring Health A Guide to Rating Scales and Questionnaires. Second Edition, New York : Oxford University

Mc Dowwel, M. & Newel, C. (1996). Measuring Health A Guide to Rating Scales and Questionnaires. Second Edition, New York : Oxford University

Dokumen terkait