• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung : Psychological Well-Being

2. Variabel bebas : Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

C. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Persepsi terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah pandangan pekerja terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya pekerja terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi K3 ini

akan diukur dengan skala keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Miner (1992) yaitu pelatihan keselamatan kerja, kontes dan publisitas keselamatan, pengontrolan lingkungan kerja, pemeriksaan dan disiplin.

Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu skala tersebut. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek maka semakin positif persepsi keselamatan dan kesehatan kerja, dan sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek maka menunjukkan semakin negatif pesepsi subjek terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Psychological Well-Being

Psychological Well-Being (kesejahteraan psikologis) adalah kondisi individu yang ditandai dengan adanya perasaan bahagia, memiliki kepuasan hidup dan realisasi diri dan sejauh mana individu memiliki tujuan-tujuan dalam hidupnya. Psychological well-being ini akan diukur dengan menggunakan skala psychological well-being berdasarkan konsep Ryff (1989) yaitu penerimaan diri (Self-Acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positif relation with other), kemandirian (Autonomy), penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth).

Psychological well-being individu dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu dari skala tersebut. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek maka semakin tinggi tingkat PWB dan sebaliknya,

semakin rendah skor total yang diperoleh subjek maka menunjukkan semakin rendah juga tingkat PWB .

D. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode maupun teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental Sampling. Menurut Hadi (1992) accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan terhadap responden yang secara kebetulan ditemui pada obyek penelitian ketika observasi sedang berlangsung.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Azwar (2007) menyatakan bahwa secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka jumlah sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 90 orang. Kekuatan tes statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel (Siegel, 1997).

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode penelitian hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Kothari, 2004).

Azwar (2007) mengatakan bahwa skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Azwar (2007) juga mengatakan bahwa karakteristik dari skala psikologi, yaitu : (a) stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (b) dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem; (c) respon subjek tidak diklarifikasikan sebagai jaminan benar atau salah, semua jawaban dapat diterima asal sepanjang diberikan secara jujur dan sunguh-sungguh. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua skala, yaitu: skala psychological well-being dan skala persepsi keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Skala Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Skala persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Miner (1992) yang disusun atas 4 aspek yaitu pelatihan keselamatan kerja, kontes dan publisitas keselamatan,

pengontrolan lingkungan kerja, dan pemeriksaan dan disiplin. Skala ini digunakan dengan model likert. Setiap aspek akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Adapun blueprint dalam penyusunan skala yang mengukur persepsi K3 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Blue Print Skala Persepsi K3 Sebelum Uji Coba

Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Pelatihan

keselamatan kerja

 Pemberian ceramah

tentang K3 15, 28 17 3

 Pengetahuan pekerja

tentang bahaya K3 9, 18, 20 12, 22, 30 6

Skala ini terdiri dari 30 aitem yang terdiri dari 16 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable. Model skala yang akan digunakan untuk skala persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan terdiri dalam lima alternatif jawaban.

Pernyataan favourable diberi skor sebagai berikut: yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1, Tidak Sesuai (TS) = 2, Netral (N) = 3 Sesuai (S) = 4, dan Sangat

Sesuai (SS) = 5. Sedangkan pernyataan unfavourable diberi skor sebagai berikut:

Sangat Tidak Sesuai (STS) = 5, Tidak Sesuai (TS) = 4, Netral (N) = 3, Sesuai (S)

= 2, dan Sangat Sesuai (SS) = 1.

Tabel 2.

Penilaian Skala Persepsi K3

Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Netral (N) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

2. Skala Psychological Well-Being

Peneliti menggunakan kuesioner Skala Psychological Well-Being (SPWB) berdasarkan teori Ryff (1989) yang disusun dari 6 dimensi yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Adapun blueprint dari instrumen Psychological Well-Being (PWB) adalah :

Tabel 3.

Blue Print Skala Psychological well-being Sebelum Uji Coba

Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Penerimaan

diri (Self-acceptance)

 Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. kehidupan yang sedang dijalani sekarang.

with other)  Memiliki empati, afeksi sendiri dengan standar personal.

15 22, 46 3

 Mampu melawan tekanan sosial untuk berpikir dan bersikap dengan cara yang benar. ada dalam diri dan terus mengembangkan

potensi tersebut

10, 42 51 3

 Melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap waktu, sesuai dengan kapasitas periode perkembangan.

40,41 12 3

 Berubah dengan cara

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 54 aitem yang terdiri dari 31 aitem favorable dan 23 aitem unfavorable. Model skala yang akan digunakan untuk skala kesejahteraan psikologis mengacu pada model skala likert yang terdiri dalam lima alternatif jawaban. Pernyataan favourable diberi skor sebagai berikut:

yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1, Tidak Sesuai (TS) = 2, Netral (N) = 3 Sesuai (S) = 4, dan Sangat Sesuai (SS) = 5. Sedangkan pernyataan unfavourable diberi skor sebagai berikut: Sangat Tidak Sesuai (STS) = 5, Tidak Sesuai (TS) = 4, Netral (N) = 3, Sesuai (S) = 2, dan Sangat Sesuai (SS) = 1.

Tabel 4.

Penilaian Skala Psychological Well-Being

Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 5 1

Akurasi dan kecermatan dari hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukurnya (Azwar, 2001). Oleh karena itu perlu adanya uji coba alat ukur, tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2006).

1. Uji Validitas

Suatu alat tes atau instrument pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1999). Untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur, yang disebut dengan validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur.

Validitas isi diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2004).

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu untuk membedakan antara individu ataupun kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2000). Menurut Azwar (2006) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi jika aitem yang memiliki indeks daya beda sama dengan atau lebih besar daripada 0.30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka dapat memilih aitem-aitem yang memiliki daya beda tertinggi. Cara yang digunakan dalam menganalisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi tes. Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur penelitian, dimana pada penelitian

ini adalah skala psychological well-being dan skala persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coefficient) yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada kelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala.

Teknik ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2000).

Perhitungan koefesien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 20.0 For Windows.

G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Hasil uji coba skala psychological well-being dan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan pada 43 pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan.

1. Hasil Uji Coba Skala Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Hasil uji coba skala persepsi keselamatan dan kesehatan kerja menghasilkan keseluruhan aitem yang berjumlah 30 dapat di gunakan dalam alat ukur ini. Indeks diskriminasi aitem r ≥ 0.30 dengan koefisien reliabilitas r = 0.892. berikut distribusi aitem-aitem setelah uji coba.

Tabel 5.

Blue Print Skala Persepsi K3 Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Pelatihan

keselamatan kerja

 Pemberian ceramah

tentang K3 15, 28 17 3

 Pengetahuan pekerja

tentang bahaya K3 9, 18, 20 12, 22, 30 6

2. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being

Hasil uji coba skala psychological well-being menghasilkan 41 aitem yang diterima dari 54 aitem yang di ujicobakan. Indeks diskriminasi aitem r ≥ 0.30 dengan koefisien reliabilitas r = 0.904. Berikut ini adalah distribusi aitem – aitem skala psychological well-being setelah uji reliabilitas :

Tabel 6.

Blue Print Skala Psychological Well-Being Setelah Uji Coba

Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Penerimaan diri

(Self-acceptance)

 Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.

6 32, 41 3

 Mengakui dan

menerima berbagai 2 5 2

aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk dalam dirinya.

 Perasaan positif tentang kehidupan yang sedang dijalani sekarang. tekanan sosial untuk berpikir dan bersikap dengan cara yang

 Memiliki tujuan, misi, dan arah yang membuatnya merasa bahwa hidup ini memiliki makna.

9, 25 26 3

 Mampu merasakan

 Melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap

Prosedur pelaksanaan penelitian ini ada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu : a. Pembuatan dan uji coba alat ukur

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :

1) Membuat alat ukur yang terdiri dari skala perilaku psychological well-being dan skala persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat berdasarkan teori yang telah peneliti uraikan sebelumnya.

2) Untuk skala psychological well-being peneliti membuat 54 aitem dan untuk skala persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) peneliti membuat 30 aitem.

3) Skala psychological well-being dan skala persepsi K3 akan dibuat dalam bentuk booklet, dimana ada tempat pernyataan dan alternatif pilihan jawaban. Untuk memudahkan subjek dalam memberikan jawaban peneliti membuat disamping pernyataan ada alternatif jawaban.

4) Ketika kedua skala selesai dikerjakan, maka aitem-aitem yang dibuat akan ditelaah oleh professional judgement.

5) Kemudian peneliti melakukan uji coba kepada subjek.

b. Mencari Informasi

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :

1) Mengurus surat izin dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, untuk melakukan penelitian pada masyarakat.

2) Peneliti mencari subjek dan meminta izin untuk mengisi skala yang sudah dirancang peneliti sambil menunjukkan surat izin yang diberikan Fakultas.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :

1) Setelah selesai uji coba, selanjutnya peneliti melakukan revisi terhadap aitem-aitem pada skala psychological well-being dan skala perspsi K3 yang telah dianalisis dengan menggunakan program SPSS version 20.0 for windows.

2) Setelah aitem direvisi kemudian peneliti melakukan pengambilan data yang sesungguhnya.

3. Tahap Pengolahan Data

Skor skala psychological well-being dan persepsi K3 yang telah peneliti dapatkan dari subjek yang sebenarnya maka selanjutnya peneliti akan melakukan

pengolahan data. Pengolahan data ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 20.0 for windows.

I. METODE ANALISIS DATA

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dilakukan dengan uji hipotesis yang menggunakan korelasi pearson product moment dengan menggunakan bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian kedua variabel, yaitu psychological well-being dan persepsi K3 telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Kolmogorof-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu. penelitian dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai p > 0,05.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel psychological well-being dengan persepsi K3 berkorelasi secara linear. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan nilai p < 0,05. Kedua variabel dapat dikatakan berkorelasi secara linear jika nilai p > 0,05 atau nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian yang akan dilanjutkan dengan analisis dan pembahasan hasil penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian berjumlah 90 orang pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan. Berdasarkan hal tersebut didapatkan gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan terakhir.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Interval usia pada data didasarkan pada tahap perkembangan usia dewasa menurut Hurlock (1990) yaitu terbagi atas dewasa dini (18-39 tahun) dan usia dewasa madya (40-60 tahun).

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 7.

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (tahun) N Persentase

18-39 74 82.2 %

40-60 16 17.8 %

Total 90 100 %

Berdasarkan data pada tabel diatas, diketahui bahwa jumlah paling banyak subjek berada pada rentang usia 18-39 tahun yaitu sebanyak 74 orang (82.2 %) sedangkan yang berusia 40-60 tahun yaitu sebanyak 16 orang (17.8%).

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan terakhir subjek penelitian hanya berkisar dari SD –SMA, maka pendidikan terakhir subjek akan digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu, SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian, diperoleh gambaran sebagai berikut :

Tabel 8.

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Terakhir N Persentase

SD 13 14.4 %

SMP 36 40 %

SMA 41 45.6 %

TOTAL 90 100%

Dari tabel dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki tingkat penidikan terakhir SD yaitu 13 orang (14.4 %), subjek yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 36 orang (40%) dan subjek yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA sebesar 41 orang (45.6%).

B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Tujuan dari uji asumsi adalah untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah terdistribusi secara normal. Kemudian uji linearitas untuk mengetahui apakah data variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berkorelasi secara linear terhadap data variabel psychological well-being.

1) Uji Normalitas

a. Uji normalitas pada skala persepsi keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Berdasarkan data pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai z = 0.927 dan p = 0.302. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal karena p > 0,05.

b. Uji normalitas yang dilakukan pada skala psychological well-being menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Berdasarkan pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai z = 0.827 dan p = 0.501. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal karena p > 0,05.

Tabel 9.

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Deviation 15.426 11.934

Most Extreme Differences

Absolute .087 .102

Positive .087 .102

Negative -.056 -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .827 .972

Asymp. Sig. (2-tailed) .501 .302

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki hubungan linear terhadap variabel psychological well-being. Uji linearitas dapat dilihat dengan hasil analisis statistik yaitu dengan metode statistik uji F dengan menggunakan SPSS for windows version 20.0 memakai compare means.

Uji linearitas yang dilakukan pada persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being ditemukan nilai linearity 0.00 , karena nilai p < 0.005 maka dapat dikatakan kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10.

Hasil Uji Linearitas Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Psychological Well-Being

C. HASIL UTAMA PENELITIAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan positif antara variabel persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being pada pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan. Pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson product momen dan analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program statistik SPSS for Windows version 20.0.

Dari hasil perhitungan korelasi antara persepsi keselamtan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being dapat dilihat kuat hubungan antara kedua variabel adalah sebesar 0.751 dan dengan arah yang positif, artinya adalah bahwa ketika semakin positif persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka akan semakin tinggi psychological well-being pekerja, demikian sebaliknya jika semakin negatif persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka akan semakin rendah psychological well-being pada pekerja.

Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang signifikan jika p < 0.05.

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang tertera pada tabel, didapat p = 0.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well-being. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan psychological well being pekerja bangunan Podomoro City Deli Medan dapat diterima.

Tabel 11.

Hasil Perhitungan Analisis Pearson Correlation Correlations

Hasil analisa pearson correlation menunjukkan bahwa nilai koefisien R sebesar 0.751. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan persepsi K3 pada psychological well-being sebesar 0.751

D. KATEGORISASI

Tujuan lain dari penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan psychological well-being yang dimiliki subjek penelitian, Dalam penelitian ini peneliti akan mengkategorikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik. Mean hipotetik digunakan untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor ideal skala yang dibuat oleh peneliti.

1. Kategorisasi Skor Skala Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Setelah dilakukan uji reliabilitas pada skala persepsi terhadap keselamatan dan k54esehatan kerja (K3) diperoleh, 30 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga dihasilkan skor minimum 30 dan skor maksimum sebesar 150.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor maksimum 150 dan skor minimum 87. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12.

Nilai Empirik dan Hipotetik Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Min Max Mean SD

Nilai Empirik 87 150 118.5 11.93

Nilai Hipotetik 30 150 90 20

Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar 118.5 dengan standar deviasi 11.93 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 90 dan standar deviasinya 20. Jika dilihat dari perbandingan antara rata-rata empirik dengan rata-rata hipotetik, maka menunjukkan bahwa persepsi subjek penelitian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja lebih positif dibandingkan persepsi rata-rata populasi pada umumnya.

Rangkuman data penelitian tersebut selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk mengkategorisasikan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun norma. Azwar (2010) mengatakan bahwa hasil penelitian dapat dikelompokan mengacu pada kriteria pengkategorisasian yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi secara normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori yaitu ketegori tinggi, sedang dan rendah. Norma kategori yang digunakan dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13.

Norma Kategorisasi Data Penelitian

Rentang Nilai Kategori

X < Mean – 1 (SD) Negatif

Mean - 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Netral

Mean + 1 (SD) ≤ X Positif

Hasil mean empirik sebesar 118.5 dan standar deviasi sebesar 11.93 dapat dibuat kategorisasi persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) seperti yang terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 14.

Kategorisasi Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Variabel Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase Persepsi K3 X < 106.57 Negatif 22 orang 24.4 %

106.57 ≤ X < 130.43 Netral 61 orang 67.8 %

130.43 ≤ X Positif 7 orang 7.8 %

Total 90 orang 100 %

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) negatif sebanyak 22 orang (24.4%), subjek yang memiliki persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) netral sebanyak 61 orang (67.8 %) dan subjek yang memiliki persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) positif sebanyak 7 orang (7.8%).

Dari tabel kategorisasi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja berpersepsi netral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan persentase sebesar 67.8 %, artinya bahwa persepsi pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah netral.

Dari tabel kategorisasi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja berpersepsi netral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan persentase sebesar 67.8 %, artinya bahwa persepsi pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah netral.

Dokumen terkait