• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

E. Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4.18 Regression weights

Estimates S.E C.R P Label PWB <--- RC -2.327 1.437 -1.620 .105 JB <--- RA -.700 .340 -2.060 .039 JB <--- RC 1.146 .230 4.981 *** PWB <--- HLS 2.995 1.721 1.740 .082 PWB <--- RA 3.571 2.285 1.563 .118 JB <--- HLS .731 .364 2.006 .045 JS <--- HLS 2.835 .948 2.989 .003 JS <--- RA -.214 .305 -.701 .483 JS <--- PWB -1.761 .519 -3.393 *** JS <--- JB -.835 .231 -3.620 *** Data diolah 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui hasil untuk menguji hipotesis yang di ajukan.

107 H1: Healthy Lifestyle berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction akan tetapi role ambiguity tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction.

Tabel di atas menunjukkan bahwa healthy lifestyle mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap job satisfaction dan role ambiguity mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap job satisfaction. Hasil ini dibuktikan dengan adanya nilai t hitung atau nilai CR (critical ratio) sebesar 2.989 yang artinya lebih besar dari 1,96 (2.989 > 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,003 yang artinya lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05). Dan nilai t hitung atau nilai CR (critical ratio) sebesar -0,701 yang artinya lebih kecil dari 1,96 (-0,701 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,483 ( 0,483 > 0,05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penenelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jones et al., (2010) yang menunjukkan dimana healthy lifestyle yang di lakukan oleh auditor sangat berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja job satisfaction, dan role ambiguity yang merupakan bagian dari role stress tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction yang merupakan bagian dari job outcomes (hasil kerja). Dari hasil uji di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang auditor yang mempertahankan healthy lifestyle dengan melakukan program latihan fisik secara teratur seperti senam, diet seimbang, kebiasaan tidur yang baik, dan membatasi diri dari kelebihan konsumsi produk alkohol dan tembakau merupakan cara auditor untuk menghasilkan kepuasan kerja (job

108 satisfaction) yang baik. Healthy lifestyle yang baik di harapkan dapat membantu pekerjaan auditor sehari-hari dan terciptalah kepuasan kerja tersebut. Role ambiguity terjadi ketika seseorang mengalami kekurangan cukup informasi untuk menyelesaikan perannya di sebuah organisasi, dan akhirnya mengarahkan auditor pada ketidakpastian berkaitan dengan ekspektasi supervisor dan berdampak terhadap penurunan fisik, psikis dan hasil kerja yang menurun. Namun dalam penelitian ini ternyata ketidakjelasan peran (role ambiguity) tidak memiliki pengaruh signifikan dalam mewujudkan kepuasan kerja (job satisfaction). Artinya ketika seorang auditor banyak mengalami ketidakjelasan peran (role ambiguity) di dalam sebuah organisasi juga tidak dapat mewujudkan kepuasan kerja. H2: Healthy lifestyle berpengaruh signifikan terhadap job burnout,

role ambiguity tidak berpengaruh signifikan terhadap job burnout, role conflict berpengaruh signifikan terhadap job burnout, akan tetapi job burnout tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction.

Pada tabel di atas dijelaskan bahwa healthy lifestyle mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap job burnout. Hasil ini di buktikan dengan adanya nilai t hitung atau nilai CR (critical ratio) sebesar 2,006 yang lebih besar dari 1,96 (2,006 > 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,045 yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 < 0,05). Role ambiguity tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap job burnout. Hal tersebut di tunjukkan dengan adanya nilai t hitung atau nilai CR (critical ratio)

109 sebesar -2,060 yang lebih kecil dari 1,96 (-2,060 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,039 yang lebih besar dari 0,05 (0,039 > 0,05). Role conflict memiliki pengaruh signifikan terhadap job burnout. Hasil ini dibuktikan dengan adanya nilai t atau nilai CR (critical ratio) sebesar 4,981 yang lebih besar dari 1,96 (4,981 > 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05). Akan tetapi job burnout tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction. Hasil tersebut ditunjukkan dengan adanya nilai t atau nilai CR (critical ratio) sebesar -3,620 yang lebih kecil dari 1,96 (-3,620 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05).

Dengan adanya healthy lifestyle dapat menurunkan tingkat job burnout, yang pada akhirnya dengan nilai job burnout yang semakin kecil tidak akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap job satisfaction. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Jones et al., (2010) yang menyatakan bahwa efek negatif dari kelelahan kerja (job burnout) dapat dikurangi dengan healthy lifestyle. Karena dengan tetap mempertahankan healthy lifestyle merupakan intervensi untuk melawan efek negatif dari kejenuhan kerja (job burnout). Auditor diharapkan untuk tetap menerapkan healthy lifestyle dalam kehidupan sehari-hari, selain untuk menekan kejenuhan kerja (job burnout) tetapi juga untuk mengurangi tingkat stress yang terjadi. Namun role ambiguity pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap

110 kejenuhan kerja (job burnout). Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Kalbers et al., (2005) dalam Wiryathi et al., (2014) yang menyatakan bahwa role ambiguity yang merupakan role stress sebagai penyebab dari burnout. Hal tersebut didukung dengan penelitian Gratia dan Septiani (2014) yang menyatakan bahwa role ambiguity dengan job burnout menunjukkan adanya hubungan yang positif dan juga pada penelitian Jones et al., (2010) yang menyatakan bahwa role ambiguity (role stress) berdampak positif dalam membentuk kelelahan kerja Namun hasil penelitian ini di dukung dalam penelitian Utami dan Nahartyo (2013) yaitu role ambiguity tidak berpengaruh signifikan terhadap burnout. Terdapat kemungkinan seorang auditor yang mengalami ketidakjelasan peran (role ambiguity) dalam menjalankan perannya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya tidak menimbulkan kejenuhan kerja (burnout), dan penurunan prestasi kerja. Dengan tidak adanya pengaruh role ambiguity terhadap burnout maka dengan adanya job burnout atau tidak role ambiguity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap job satisfaction. Role conflict dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap job burnout. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalbers et al., (2005) dalam Wiryathi et al., (2014) yang menyatakan bahwa role conflict sebagai penyebab terjadinya job burnout. Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Forgaty el al., (2000) dalam Wiryathi et al., (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif role conflict pada burnout.

111 Tetapi dalam penelitian Jones et al., (2010) menemukan tidak adanya pengaruh role conflict pada job burnout sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Gratia dan Septiani (2014) yang menyatakan bahwa role conflict dengan job burnout menunjukkan adanya hubungan yang negatif. Dimana role conflict terjadi ketika terdapat ketidakcocokan harapan dan tuntutan yang berkaitan dengan peran yang dijalani seseorang yang pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan kerja (job burnout). Namun dalam penelitian ini ketika seorang auditor mengalami banyak role conflict yang menyebabkan job burnout, dan disisi lain job burnout tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor (job satisfaction). Kelelahan kerja (burnout) auditor bisa saja tidak mempengaruhi karena auditor tersebut telah memiliki keamanan atau jaminan kerja, gaji yang sesuai harapan, dan status atau posisi dalam pekerjaannya, sehingga kelelahan kerja auditor diabaikan dalam pencapaian kepuasan kerjanya (job satisfaction). Hasil penelitian Job burnout dengan job satisfactioan ini didukung oleh penelitiannya Gratia dan Septiani (2014) yang menyatakan bahwa job burnout dengan job satisfaction menunjukkan adanya hubungan yang negatif.

H3 : Healthy Lifestyle tidak berpengaruh signifikan terhadap psychological well-being, role ambiguity tidak berpengaruh signifikan terhadap Psychological well-being, role conflict tidak berpengaruh signifikan terhadap Psychological well-being,

112 akan tetapi Psychological well-being tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction.

Pada tabel di atas dijelaskan bahwa healthy lifestyle tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being. Hasil ini di buktikan dengan adanya nilai t hitung atau nilai CR (critical ratio) sebesar 1,740 yang lebih kecil dari 1,96 (1,740 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,82 yang lebih besar dari 0,05 (0,82 < 0,05). Role ambiguity tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap psychological well-being. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya nilai t hitung atau nilai CR (critical ratio) sebesar 1,563 yang lebih kecil dari 1,96 (1,563 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,118 yang lebih besar dari 0,05 (0,118 > 0,05). Role conflict memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap psychological well-being. Hasil ini di buktikan dengan adanya nilai t atau nilai CR (critical ratio) sebesar -1,620 yang lebih kecil dari 1,96 (-1,620 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,39 yang lebih besar dari 0,05 (0,39 > 0,05). Akan tetapi psychological well-being tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction. Hasil tersebut di tunjukkan dengan adanya nilai t atau nilai CR (critical ratio) sebesar -3,393 yang lebih kecil dari 1,96 (--3,393 < 1,96) dan nilai probability atau nilai p sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan jones et al., (2010) yang menyatakan bahwa healthy lifestyle dapat meningkatkan psychological well-being. Dalam penelitian ini ternyata

113 healthy lifestyle tidak berpengaruh signifikan terhadap psychological well-being. Penelitian ini didukung dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gratia dan Septiani (2014) yang menyatakan bahwa gaya hidup sehat dengan psychological well-being menunjukkan adanya hubungan yang negatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak semua auditor yang menerapkan healty lifestyle dengan baik dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap psychological well-beingnya. Bisa saja ada faktor lain yang dapat mempengaruhi psychological well-being seseorang seperti self acceptance, relasi positif dengan orang, memiliki autonomi yang baik, memiliki tujuan hidup hidup yang baik, faktor regilius, dukungan sosial dan lain-lain. sementara psychological well-being tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction. Karena psychological well-being saja tidak cukup untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja (job satisfaction) seperti ditunjang dengan faktor intrinsik dan faktor-faktor ekstrinsik yang berperan sebagai mativator terhadap pegawai, yakni mampu mendorong terwujudnya suatu kepuasan dan dapat mendorong terwujudnya suatu kepuasan dan dapat mendorong orang untuk bekerja dengan baik. Role ambiguity dan role conflict tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap psychological well-being. Karena seorang auditor yang memiliki kekurangan cukup informasi untuk menyelesaikan perannya, atau auditor tersebut mengalami ketidaksesuaian antara permintaan dan komitmen suatu peran di sebuah organisasi tentu saja tidak mempunyai pengaruh terhadap peningkatan psychological well-being seorang auditor.

114 Sementara psychological well-being tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jones et al., (2010) menyatakan bahwa role ambiguity dan role conflict yang merupakan salah satu dari role stress tidak berpengaruh terhadap psychological well-being. Dalam penelitian ini psychological well-being tidak berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones et al., (2010) yang menyatakan bahwa psychological well-being berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction yang merupakan salah satu dari job outcomes. Penelitian jones et al., (2010) didukung oleh penelitian Gratia dan Septiani (2014) yang menyatakan bahwa psychological well-being terhadap job satisfaction menunjukkan adanya hubungan yang positif.

115 BAB V

PENUTUP