• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Upaya Sekolah Dalam Menanggulangi Penyimpangan Perilaku Siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-41)

Dalam kaitannya dengan masalah penyimpangan perilaku siswa di sekolah sudah semestinya perlu mendapat perhatian dan upaya menanggulanginya dari pihak sekolah. Hal ini disebabkan karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, dimana fungsinya diantaranya adalah untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan yang berpengatahuan, berketerampilan dan berkarakter.

Sekolah yang demikianlah yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yaitu membentuk anak didik menjadi pribadi utuh yang dilandasi akhlak dan budi pekerti luhur. Untuk itulah perlu upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa secara dini.

Dalam kaitan dengan pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur walaupun sudah berjalan baik sebagaimana program sekolah, terlepas hal itu dalam kenyatannya justru berbeda.

Hasil upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah yaitu Bapak Mdk (47 thn) dimana beliau menjelaskan seperti berikut ini:

Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai variabel dari globalisasi memang memiliki sisi positif dan negatifnya.

Salah satu dampak sisi negatif itu adalah penyimpangan perilaku siswa, termasuk di sekolah kami. Sejauh ini kami masih mendapati permasalahan-permasalahan penyimpangan siswa yang masih relatif aman karena masih tergolong ringan. Bentuk penyimpangan perilaku di sekolah antara lain: siswa tidak sampai ke sekolah padahal dari rumahnya berangkat, membolos, kurang disiplin, nongkrong di warung, baju tidak di masukkan, berpenampilam cenderung ingin tampil beda. Faktor penyebab penyimpangan perilaku siswa bisa dilihat dari 2 aspek, pertama: internal yaitu anak malas, motivasi rendah. Sedangkan yang kedua eksternal yaitu dari segi ekonomi,

pengawasan dan motivasi dari orang tua dan lingkungan yang kurang mendukung dan penegakkan aturan yang kurang konsisten.

(Wawancara, 24 Januari 2017).

Gambaran lebih lanjut mengenai hasil upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur dalam wawancara dengan Ibu Sny (38 thn) sebagai guru Sosiologi beliau mengemukakan bahwa:

Kenakalan remaja yang ada di sekolah banyaknya murid yang telat itu kan termasuk penyimpangan yang masih taraf ringan kalau di luar lingkungan sekolah itu mungkin pergaulan seperti anak zaman sekarang kan ada geng motor, narkoba, minum-minuman keras itu termasuk penyimpangan yang terjadi di luar lingkungan sekolah tetapi kalau di lingkup sekolah sih masalah tentang kedisiplinan yaitu telat masuk, cara berpakaiannya tidak rapi, bolos, mencontek ya masih yang ringan-ringan saja. Di sini kebetulan saya sebagai wali kelas XII kebetulan anak-anaknya nakal sekali kendalanya itu ya pergaulan dari luar dan dampaknya kebawa ke sekolah. Ada beberapa anak yang memang pengaruh dari luarnya itu sangat kuat saya sudah berusaha keras sebagai wali kelas untuk membimbingnya di sekolah, berusaha mendatangi rumahnya karena berangkat dari rumah di sekolahnya tidak ada dan berusaha mencari tahu anak itu ada dimana, permasalahannya itu apa tetapi anak itu mungkin ada perubahan sedikit belum keseluruhannya dan itu perlu waktu. Kendala yang dialami itu paling faktor dari luar yang berpengaruh di sekolah, mungkin kalau di sekolah kami bisa mengatasinya tetapi ketika lepas dari jam sekolah itu sudah tanggungjawab orang tua. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Setelah peneliti memperoleh data mengenai hasil dari upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa ternyata apa yang sudah dipaparkan beberapa narasumber di atas ternyata sama dengan kenyataan dan kondisi yang peneliti lihat secara langsung. Pada saat peneliti selesai melakukan wawancara dengan beberapa narasumber pada saat itu jam istirahat pun tiba, peneliti mencoba mengamati satu persatu siswa-siswi yang berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Peneliti masih menemukan ada beberapa siswa yang masih belum menaati peraturan sekolah yaitu berpakaian tidak rapih bahkan masih ada baju yang dikeluarkan dan ada beberapa siswi yang berpakaian tidak sesuai dengan peraturan yang

diterapkan oleh sekolah seperti memakai rok yang bermodel macam-macam (rempel), dan berpakaian ketat.

Sedangkan menurut Bapak Fqh (41 thn) sebagai guru BP/BK berkaitan dengan hasil upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur menjelaskan bahwa:

Sementara ini karena penyimpangan yang dilakukan oleh siswa tidak terlalu urgent hanya sekedar surat pernyataan saja yang di back up oleh kesiswaan. Kemudian juga penyimpangan yang dilakukan oleh siswa hanya sekedar bolos sekolah, ada slash dengan teman, merokok di luar lingkungan sekolah dengan memakai seragam. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Sementara itu, Bapak Sgy (36 thn) sebagai Wakasis (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan) pengurus dan pembina Pramuka, menjelaskan kegiatan ekstrakulikuler sebagai salah satu upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa sebagai berikut ini:

Nah ini, justru pada tingkatan SMA partisipasinya jelas kurang kecuali kalau pramuka karena pramuka itu program ekskul wajib kemudian paling MT masih berjalan, terus marawis itu paling setiap mau lomba saja. Jadi kita akan mempersiapkan tim marawis itu kalau misalnya ada acara even-even lomba itu karena kalau marawis itu kan butuh durasi waktu yang panjang untuk latihan. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ekskul yaitu kurangnya minat siswa terhadap ekskul di sekolah otomatis yang berhubungan dengan waktu. Jadi anak itu kalau untuk tingkatan SMA ya masa transisi, yaitu masa yang ingin banyak tahu dunia luar sehingga kalau misalnya setelah selesai KBM anak itu diberikan porsi waktu khusus untuk kegiatan ekskul itu males dengan alasan capek dengan proses KBM, kemudian diharuskan untuk mengikuti kegiatan ekskul. Ya macem-macem alesannya. Sebagian siswa lebih suka menghabiskan waktunya dengan kegiatan-kegiatan di luar sekolah dibandingkan dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sehingga mereka lebih banyak mendapatkan pengaruh yang lebih banyak tidak baik dibanding baiknya dari lingkungan luar sekolah dan membawa dampak tersebut di sekolah. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Setelah melakukan wawancara dengan pembina Pramuka, selanjutnya untuk memperdalam jawaban mengenai bagaimana hasil upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa peneliti pada esok harinya melakukan wawancara dengan para siswa.

Dari hasil wawancara dengan sepuluh siswa yang peneliti datangi di kelas sehubungan dengan guru mata pelajaran yang berhalangan hadir pada saat itu, mereka menuturkan terkait hasil upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa yang dituturkan sebagai berikut.

Ynt (17 thn) menjelaskan bahwa: biasanya yang ikut pramuka itu kebanyakan anak perempuan kalau anak laki-laki jarang pada masuk kalau pramukaan. (Wawancara, 26 Januari 2017). Begitu juga siswa yang bernama Hzh (16 thn) dan Frd (17 thn) secara bersama-sama memperkuat penjelasan yang dikemukakan Ynt (17 thn) tersebut, yaitu: ya memang benar, paling tiap kelas itu hanya 4-5 anak laki-laki yang ikutan ekskul pramuka. (Wawancara, 26 Januari 2017).

Berikutnya disusul oleh Bgs (17 thn) yang menuturkan bahwa: Saya kadang ikut ekskul, kadang juga gak masuk soalnya males. Hal yang senada pun diungkapkan oleh Lcs (16 thn) mengemukakan: terus terang sebenarnya saya salah sering bolos, gak ikut pramuka tapi ya gimana lagi kalau berangkat pramuka yang anak cowok sedikitan jadi ya males juga. Hrl (18 thn) juga mengatakan bahwa: gak suka ikut ekskul soalnya capek dari pagi belajar di kelas, pas waktu pulang harus ekskul juga. (Wawancara, 26 Januari 2017).

Lain halnya dengan Rgn (18 thn) yang mengemukakan hasil upaya sekolah dalam penyimpangan seperti berikut ini, yaitu: dulu sering bolos tapi karna ada guru ke rumah, jadi saya dimarahin sama orang tua, ya sekarang berangkat sekolah jadinya karna takut.

Sehubungan dengan penjelasan Rgn (18 thn) diperkuat pula oleh Krn (17 thn) dan Ynt (17 thn) mengemukakan bahwa: akhir-akhir ini emang udah jarang yang bolos semenjak ada surat panggilan dari sekolah buat orang tua.

(Wawancara, 26 Januari 2017).

Sementara itu, Cyn (18 thn) menceritakan perbuatannya melakukan penyimpangan di sekolah, seperti dituturkan berikut ini.

Ya ... saya mengakui bahwa perbuatan saya itu adalah salah. Perbuatan bolos, tidak mengerjakan tugas dan pulang lebih awal dari sekolah, jarang ikut pramuka atau ekskul lain ya paling nanti dihukum juga kan

gak sendirian soalnya banyak temen juga yang gak pada berangkat.

Karena ikut-ikutan temen juga sih. (Wawancara, 26 Januari 2017).

Memperhatikan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur memang belum mencapai keberhasilan yang secara maksimal walaupun permasalahan yang dialami siswa bermasalah hanyalah beberapa siswa saja dari sekian banyak siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur. Namun upaya yang telah dilakukan oleh sekolah sehubungan upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa sudahlah sangat baik karena sejauh ini penyimpangan yang dilakukan oleh siswa masih tergolong dalam taraf penyimpangan ringan dan tidak semua siswa melakukan penyimpangan perilaku di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Menanggulangi

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-41)